Sejarah Gereja Mula-Mula
A. SEJARAH
GEREJA MULA- MULA
1. ARTI
SEJARAH GEREJA
·
Arti Kata Sejarah
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah.
1. Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi
pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa
lampau).
2. Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai
peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau
(Sejarah = Ilmu Sejarah / pengetahuan atau uraian mengenai fakta tersebut).
Ini berarti bahwa belajar sejarah tidak lain berurusan dengan fakta
masa lampau dan usaha untuk menguraikan fakta tersebut. Dengan kata lain
sejarah dapat diartikan pada peristiwa-kejadian itu sendiri dan uraian tentang
peristiwa tersebut.
·
Arti Kata
Gereja
Beberapa teolog mendefinisikan arti kata Gereja sebagai berikut: (1)
Kata Gereja berasal dari kata dalam bahasa Portugis “igreja”, yang berasal dari
kata Yunani “ekklesia” yang berarti: mereka yang dipanggil. Mereka yang pertama
dipanggil oleh Yesus Kristus ialah para murid dan sesudah kenaikan Tuhan Yesus
ke surga dan turunnya Roh Kudus pada hari pentakosta, para murid itu menjadi
“rasul”, artinya “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga
lahirlah Gereja (van den End, 1992:1-2). (2) Istilah Yunani “ekklesia” dibentuk
dari kata ‘ek’ (=dari) dan ‘kaleo’ (=memanggil), yaitu ‘mereka yang dipanggil
keluar’. Dalam Perjanjian Baru istilah ‘ekklesia’ diapakai 115 kali, 10 kali
dalam arti Gereja secara menyeluruh (misalnya Mat. 16:18) dan selebihnya dalam
arti “Gereja lokal” atau “jemaat setempat” (misalnya Mat. 18:17). Jadi kata
‘ekklesia’ dalam Perjanjian Baru mempunyai arti (1) Ekklesia adalah kaum yang
dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa Iblis, dipanggil
Allah sendiri, dipindahkan ke dalam kerajaan Allah-terjadi perubahan status
dan pola hidup. (2) Ekklesia adalah kaum
yang dipanggil keluar dari hidup bagi diri sendiri dan dipanggil untuk hidup
bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan-perubahan tujuan hidup
dan pandangan dasar (Dietrich Kuhl, 1992:34).
Menurut Henry C. Thiessen, ayat-ayat dalam PB yang memakai kata
‘ekklesia’: 1 Kor. 12:13; 1 Ptr. 1:3, 22-25; Mat. 16:18; 1 Kor. 15:9; Gal.
1:13; Flp. 3:6; Ef. 5:25-27; Ef. 1:22, 5:23; Kol. 1:18; 1 Kor. 12:28; Ef. 3:10;
Ibr. 12:23, yang berarti sekelompok orang yang terpanggil, sebagai suatu
majelis warga negara dari suatu negara yang mandiri, namun PB memberi arti
rohani dari kata ekklesia yaitu sekelompok orang yang dipanggil keluar dari dunia
dan dari hal-hal yang berdosa (Thiessen, 1995:476).
Dari kajian tentang Gereja dan sejarahnya maka perlu diinsafi hal
berikut ini: Gereja ada karena Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya. Maka
Gereja mempunyai wujud yaitu persekutuan dengan Kristus dan persekutuan dengan
manusia lain dan persekutuan dalam melaksankana amanat-Nya yaitu pekabaran
Injil (Mat. 28:19, Kis. 1:8) (H. Berkhof dan I. H. Enklaar, 2004:vii).
Berdasarkan definisi atas dua kata, sejarah dan Gereja seperti
tersebut di atas maka berikut ini akan dirumuskan pengertian dari kata “Sejarah
Gereja”.
Ternyata pengertian tentang Sejarah Gereja, yaitu uraian empiris dan
penilaian teologis. Dengan kata lain kajian teoritis-teologis dari para teolog
tidak sama dalam pemberian definisi. Artinya ada banyak definisi tentang
Sejarah Gereja. Keragaman definisi ini disebagkan karena filosifi daripara ahli
tersebut. Dengan kata lain filosofi para ahli mempengaruhi rumusannya tentang
Sejarah Gereja. Ada yang merumuskan pengertian Gereja berdasarkan uraian
empiris dan ada pula dengan penilaian teologis. Ini perlu dikemukakan supaya
para mahasiswa tidak bingung melihat keanekaragaman definisi tersebut. Akan
tetapi, dari keanekaragaman definisi tersebut dipilih, dipertimbangan, kemudian
dirumuskan suatu definisi konseptual dan operasional dari pengertian Sejarah
Gereja yang kemudian memberi arah dalam kerangka studi Sejarah Gereja yang akan
kita lakukan.
Definisi dari para ahli tentang Sejarah Gereja dipaparkan sbb:
a)
Sejarah Gereja adalah sejarah
agama Kristen
b)
Sejarah Gereja adalah sejarah
perhimpunan-perhimpunan yang mengakui Yesus Kristus
c)
Sejarah Gereja adalah sejarah
Gereja Yesus Kristus
d)
Sejarah Gereja adalah sejarah
tafsir Alkitab: karena tafsiran muncul gereja-gereja
e)
Sejarah Gereja adalah kisah tentang
perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami Gereja, sebagai
persekutuan meraka yang dipanggil Kristus, selama di dunia ini
f)
Sejarah Gereja adalah
pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus
Kristus
g)
Sejarah Gereja adalah kisah
tentang perubahan hidup yang dialami manusia karena keselamatan yang diimaninya
di dalam Yesus Kristus dan bagaimana mewujudnyatakan keselamatan tersebut
sebagaimana yang diajarkan Alkitab.
Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang
terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus dan bagaimana hidup manusia
dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus
Kristus kepadanya (uraian kenyataan/empiris/fakta) dan apakah perwujudan
keselamtan dalam kehidupan manusia yang digumuli Gereja, sebagai persekutuan
orang yang mengakui Yesus Kristus, sesuai dengan Alkitab (penilaian Teologis).
2. Sejarah Gereja Mula- Mula
A. LATAR BELAKANG
Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para
murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus
dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu Yesus
berjanji akan memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi, bukan
hanya di Yerusalem tapi juga di ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:1-11). Janji itu
digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh murid-murid-Nya.
B. PERMULAAN GEREJA
B. PERMULAAN GEREJA
Kata “gereja" atau
"jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo,
artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia diartikan
sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks Perjanjian Baru kata ini
mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai jemaat
untuk menyembah kepada Kristus. Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat.
28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya. Sebagai
hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga
di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia).
1.
Gereja Di Palestina
a. Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8)
b. Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain membawa Injil ke Yudea (Kis.ps.1-7).
c. Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya (ps. 8).
2. Gereja di luar Palestina
a. Petrus membawa Injil ke Roma.
b. Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).
c. Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18).
d. Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8).
e. Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika (Kis. 9).
f. Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).
C. PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN
Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata hadir di tengah jemaat. Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat mula-mula itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.
a. Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8)
b. Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain membawa Injil ke Yudea (Kis.ps.1-7).
c. Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya (ps. 8).
2. Gereja di luar Palestina
a. Petrus membawa Injil ke Roma.
b. Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).
c. Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18).
d. Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8).
e. Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika (Kis. 9).
f. Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).
C. PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN
Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata hadir di tengah jemaat. Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat mula-mula itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.
1. Agama Negara
Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Salah satu peraturan yang muncul pada masa pemerintahannya adalah menyembah kepada Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih diijinkan melakukan penyembahan kepada dewa-dewa/kepercayaan asal mereka sendiri.
Namun demikian ada kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang mempunyai agama Yudaisme yang menjunjung tinggi monotheisme, mereka tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal ini terjadi karena mereka takut kalau orang Yahudi memberontak.
Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai salah satu sekte agama Yudaisme, itu sebabnya orang-orang Kristen pertama tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah orang- orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah Romawi melihat kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak saat itu keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka yang tidak patuh pada peraturan ini mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat berat.
2. Penganiayaan terhadap orang Kristen.
Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan dengan secara setia menjalankan pengajaran Alkitab dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena sebab itulah orang-orang Kristen sering harus membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada Kristus, antara lain adalah dengan penganiayaan.
Beberapa penyebab penganiayaan:
a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar.
b. Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara, mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan keluarga, dll.
c. Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia.
3. Hasil dari penganiayaan.
Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan pembunuhan, namun demikian jumlah orang Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah banyak.
a. Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan iman mereka (mis. Surat Petrus).
b. Kekristenan
semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah sekitarnya, dan
ke seluruh dunia.
c. Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka betu-betul menjadi saksi yang hidup.
c. Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka betu-betul menjadi saksi yang hidup.
Konteks Gereja Lahir dan Berkembang
·
Konteks Yahudi di mana Gereja lahir dan berkembang
Konteks
bangsa Yahudi sebelum Gereja lahir, yaitu Gereja lahir dan berkembang
(bertumbuh) di Asia Barat. Asia Barat pada waktu itu dijajah oleh dua negara
besar yaitu Kekaisaran Romawi dan Partia (sesudah thn 225 M berubah menjadi
Persia, sekarang Irak-Iran). Wilayah kekuasaan Romawi di Asia Barat meliputi:
daerah-daerah di sekitar Laut Tengah, di samping Mesir dan Afrika bagian utara,
sedangkan wilayah kekuasaan Partia/Persia meliputi wilayah Irak dan Iran. Oleh
karena Asia Barat, khususnya daerah Palestina dikuasai oleh kekaisaran Romawi
maka pembahasan Gereja mula-mula yang lahir di Yerusalem dan berkembang ke arah
Barat akan dibahas dalma materi Sejarah Gereja Umum. Sementara Gereja yang berkembang
ke wilayah Persia akan dibahas dalam Sejarah Gereja Asia. Dengan
demikian, pembahasan kita akan difokuskan pada Gereja mula-mula yang lahir dan
berkembang dalam lingkup kekuasaan romawi. Konteks yang dimaksud adalah konteks
Yahudi dan Hellenisme.
Beberapa konteks Yahudi sebelum Gereja lahir di Yerusalem dan
berkembang dalam wilayah kekaisaran Romawi.
a.
Orang Yahudi tersebar di
penjuru bumi: di wilayah kekuasaan Romawi: Mesir, Afrika, Roma dan di wilayah
kekuasaan Persia/ Partia (karena pembuangan: sisa-sisa orang Yahudi yang tidak
pulang bersama Zerubabel/Ezra untuk membangun Bait Allah, Ezra 7:6-7). Orang
Yahudi yang tinggal di Palestina 1 juta, yang tinggal di luar wilayah
Palestina, misalnya di Roma lebih kurang 10.000, di Alexandria 1/3 dari jumlah
penduduk.
b.
Orang Yahudi mempunyai tempat
ibadah (Bait Allah) di Yerusalem
c.
Orang-orang Yehudi di
Perantauan mempunyai tempat ibadah: Sinagoge, pada hari sabtu orang Yahudi
berkumpul di Sinagoge untuk mendengarkan pembacaan Taurat dan homilianya
(penjelasannya) bnd. Luk. 4:16. Setiap laki-laki Yahudi berhak memimpin
kebaktian di Sinagoge, mula-mula juga seorang Yahudi yang telah menjadi
pengikut Kristus (Kristen), seperti Paulus (Kis. 13:15)
d.
Orang Yahudi sedang menantikan
kehadiran seorang Mesias (penyelamat) sesuai Kitab Suci (PL) yang mereka miliki
e.
Orang Yahudi mempunyai sikap
moralisme: ketaatan pada hukum Taurat sebagai syarat untuk berkenan/selamat
kepada Tuhan, sehingga kadang Taurat merupakan kuk yang berat bagi orang Yahudi
(Mat. 23:4, 11:30)
f.
Orang Yahudi terkenal dengan
Syema/pengakuan iman: Allah itu Esa (Monoteisme)
g.
Wilayah atau tanah kelahiran
orang Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi, sering orang-orang Yahudi
berusaha membebaskan diri dari jajahan Romawi tetapi gerakannya selalu ditumpas
oleh prajurit Romawi (bagi mereka yang berminat baca kitab
Deuterokanonika/kitab Apokripa yang dimiliki oleh orang Katolik, dapat juga di
Introduksi PB oleh Ola Tuluan)
h.
Orang-orang Yahudi di tempat perantauan, yaitu di luar
Palestina seperti di Roma dan beberapa tempat di wilayah kekaisaran Romawi dan
juga di luar wilayah jajahan Romawi seperti Partia biasanya pada hari-hari raya
Yahudi bersiarah ke Yerusalem untuk merayakannya
i.
Orang Yahudi telah memiliki
Kitab Suci yang dapat memberi rujukan tentang Kristus dan pengikut-Nya (Mat.
1-2 dan teks lain dalam PB).
Sejarah Gereja Ortodox Sejak Abad Pertama : Zaman Rasul-rasul Sampai Kini
Sejarah Gereja Ortodox Sejak Abad Pertama : Zaman
Rasul-rasul Sampai Kini
A. Zaman Purba
Masa Pembentukan: Tiga Abad yang pertama : dari Yesus Kristus s/d Konstantinus Agung
Abad 1 s/d Awal Abad 4:
Gereja mulai muncul diatas dunia ini sejak Yesus Kristus diturunkan Allah dari sorga, sebagai Kalimatullah ( Firman Allah ) yang menjelma menjadi manusia ( Yohanes 1:14, Galtia 4:4). Selama lebih kurang tiga setengah tahun Beliau mengajar dan berkarya, dan
berpuncak pada peristiwa sengsara, penyaliban, kematian, penguburan, kebangkitanNya secara jasmani dari antara orang mati, serta kenaikanNya ke sorga. Peristiwa sengsara s/d kebangkitan ini akhirnya menjadi isi pokok berita (kerygma) dari para murid setiaNya
yang disebut Para Rasul, yang menyebarkannya sesudah peritiwa turunNya Roh Kudus yang dijanjikan Almasih atas mereka, pada hari Pentakosta ( Kisah 2). Dan kesengsaraan s/d kebangkitan Sang Kristus itulah inti Injil, yang semula diberitakan secara lisan.Karena
Kristus tak pernah menulis Kitab ataupun menerima Kitab dari sorga, maka Dia tak meninggalkan Kitab apapun pada para rasulNya ini, karena Dia sendiri adalah Firman Allah yang menjadi manusia.
A. Zaman Purba
Masa Pembentukan: Tiga Abad yang pertama : dari Yesus Kristus s/d Konstantinus Agung
Abad 1 s/d Awal Abad 4:
Gereja mulai muncul diatas dunia ini sejak Yesus Kristus diturunkan Allah dari sorga, sebagai Kalimatullah ( Firman Allah ) yang menjelma menjadi manusia ( Yohanes 1:14, Galtia 4:4). Selama lebih kurang tiga setengah tahun Beliau mengajar dan berkarya, dan
berpuncak pada peristiwa sengsara, penyaliban, kematian, penguburan, kebangkitanNya secara jasmani dari antara orang mati, serta kenaikanNya ke sorga. Peristiwa sengsara s/d kebangkitan ini akhirnya menjadi isi pokok berita (kerygma) dari para murid setiaNya
yang disebut Para Rasul, yang menyebarkannya sesudah peritiwa turunNya Roh Kudus yang dijanjikan Almasih atas mereka, pada hari Pentakosta ( Kisah 2). Dan kesengsaraan s/d kebangkitan Sang Kristus itulah inti Injil, yang semula diberitakan secara lisan.Karena
Kristus tak pernah menulis Kitab ataupun menerima Kitab dari sorga, maka Dia tak meninggalkan Kitab apapun pada para rasulNya ini, karena Dia sendiri adalah Firman Allah yang menjadi manusia.
Kerygma Rasuliah secara lisan itu mula-mula disebarkan
hanya disekitar daerah Palestina saja, dan akhirnya menjadi ajaran lisan
komunitas yang baru, yang disebut sebagai : Ekklesia, yang dari sinilah timbul kata
Gereja ( berasal dari bahasa Portugis Igreja, sepadan dengan kata Spanyol : Iglesia, yang jelas
berasal dari kata Ekklesia itu). Para Rasul itu akhirnya menyebar kemana-mana,
mulai dari Yerusalem dan seluruh Palestina, kemudian ke seluruh Siria, dan Asia
Kecil ( kini negara Turki) serta Yunani dan Afrika Utara terutama di Alexandria
(Mesir) dan Karthago ( Libia). Inilah batas sebelah barat dunia Timur pada saat
itu. Sedangkan ke Timur lagi Injil tersebar ke Edesa, Mesopotamia ( Irak,
Babilon), dan Persia, yaitu daerah Siria Timur, karena yang menerima Injil di
daerah timur ini adalah suku- suku yang
berbahasa Siria, sampai ke India Selatan. Sedangkan ke Barat lagi Injil
diterima di benua Eropa Barat dari Roma di Itali, Spanyol, dan yang nantinya
akan berkembang ke seluruh Eropa. Dengan demikian kita melihat Injil tersebar
dari Timur ke Barat dan di seluruh benua: Asia, Afrika dan Eropa. Memang Iman
Kristen itu pada dasarnya adalah Agama Timur ( Timur Tengah). Pada saat inilah dokumen-dokumen
yang akhirnya menjadi Kitab Suci Perjanjian Baru mulai dituliskan oleh para
rasul sebagai pemimpin Gereja itu kepada
Gereja-Gereja ( Roma. Korintus, Galatia, Efesus, dll.) dan para pemimpin Gereja sebagai murid mereka secara langsung ( Titus, Timotius, Filemon, dll) yang telah mereka dirikan dan mereka pilih itu. Gereja ( Ekklesia) telah ada lebih dulu sebelum Kitab Suci (Perjanjian Baru) dipakemkan. Pada saat ini orang-orang non-Yahudi mulai diterima sebagai anggota ummat Allah, setelah penyelesaian masalah penerimaan mereka, dan penyelesaian masalah dogmatis mengenai kedudukan Taurat, dalam Rapat Agiung (Konsili) para Rasul yang pertama di Yerusalem (Kisah 15). Konsili segenap Gereja inilah yang menjadi landasan adanya Konsili-Konsili di sepanjang sejarah Gereja itu. Orang-orang yang berobat itu hanya perlu beriman kepada Yesus Kristus tanpa harus menjadi Yahudi dengan mengikuti ritus- ritus Taurat, lalu dibaptiskan serta menjadi anggota Ekklesia yang dipimpin/ digembalakan oleh para "Presbyter" ("Penatua") dan "Episkop ("Penilik Jemaat") –Kisah 20:17,28 -, yang mereka ini menerima pentahbisan dari para Rasul sendiri ( Kisah 14:23), sebagai mata-rantai pelanjut-ganti pelayanan rasuliah. Para Rasul sendiri tidak menjadi "Gembala" ("Episkop/Presbyter") secara lokal dari Gereja lokal tertentu secara permanen dimanapun. Masing-masing kelompok ekklesia itu memiliki ciri khasnya dan masalah-masalahnya sendiri, sebagaimana yang dapat kita baca dalam Perjanjian Baru. Namun seluruh ekklesia diapnggil untuk memegang doktrin yang sama dan melaksanakan akhlak hidup dan ibadah yang sama pula. Pada zaman awal ini Gereja harus menghadapi ajaran sesat pen- Taurat-an Injil yang segera dapat diselesaikan, serta pe-mythologi-an Injil dalam wujud aliran "gnostikisme" yang hendak mencampur- adukkan Injil dengan ajaran kafir Yunani-Romawi. Dengan keras para Rasul harus melawan ini sebagaimana yang kita lihat dari tulisan- tulisan Rasul Yohanes dan Rasul Paulus. Dengan kematian para rasul semuanya menjadi martyr (syuhada), kecuali Rasul Yohanes yang meninggal karena umur tua, Gereja berlanjut dipimpin oleh para murid rasul itu. Penganiayaan yang sudah dimulai oleh Nero pada zaman Rasul Paulus dan Petrus berlanjut sampai abad kedua. Saat ini Iman Kristen dianggap "Agama Tidak Sah " ("Religio Illicita") di seluruh Kekaisaran Roma. Mereka adalah penjahat dimata pemerintah Roma,karena menolak menyembah kaisar sebagai "tuhan" dan "ilah". Sedangkan orang Kristen yang berada disebelah timur Mesopotamia yaitu dibawah Kerajaan Agung Persia, juga mengalami aniaya karena cemburu dari para pendeta agama Zoroaster, agama resmi negera Persia. Orang Kristen di Kekaisaran Roma dituduh" memberontak terhadap negera, pembunuh bayi-bayi dan memakan daging dan minum darah mereka (" Makan dan Minum Daging dan Darah Anak Manusia"). Penganiayaan ini bersifat sporadis, mereka tak perlu dikejar-kejar namun jika ketahuan mereka harus dihukum. Diantara para pemimpin yang menderita dari aniaya abad ini adalah :Ignatius dari Antiokia, pengganti ketiga dari Rasul Petrus di Antiokia, Syria, sebagai Episkop ( 110 Masehi), Polykarpus, Episkop dari Smyrna, yang adalah murid Rasul Yohanes ( 156 Masehi) dan Yustinus Martyr (Syuhada). Yustinus Martyr ini memiliki seorang murid dari Syria bernama Tatianus. Dia pulang ke Syria setelah kematian Yustinus dan menterjemahkan Injil dari bahasa asli Yunani ke bahasa Syria, dalam bentuk yang diurutkan sesuai dengan urutan cerita, bukan empat bentuk terpisah seperti yang kita kita kenal, dan terjemahan ini terkenal sebagai "Diatessaron" , dan inilah Injilyang digunakan oleh Gereja Syria untuk waktu yang lama sampai akhirnya diganti dengan keempat Injil seperti seluruh Gereja lainnya, dalam bentuk terjemahan "Peshitta", yang menjadi Kitab Suci. Gereja Syria sampai sekarang. Disamping itu Gereja Syria menggunakan Perjanjian Lama bukan dari terjemahan Ibrani atau Septuaginta, namun dari Targum Aramia dari Perjanjian Lama yang berlaku di Babilonia. Ajaran Tatianus ini dipengaruhi oleh aliran gnostik "enkraitisme" yang menekankan pelajangan, dan asketisisme. Para pemimpin Kristen awal ini meninggalkan tulisan-tulisan yang bersama dengan "Didakhee", "Surat Kepada Diognetus", "Surat-Surat Klemen dari Roma" , "Surat Barnabas" (bukan Injil Palsu Barnabas yang dipromosikan Islam!!!), "Gembala Hermas" , serta tulisan-tulisan pembelaan iman (apologetik) dari Athenagoras dari Athena, Melito dari Sardis, serta Theofilus dari Antiokia serta dari theoloog yang terbesar dari abad kedua Ireneus dari Lyons, semuanya tadi memberikan gambaran yang jelas sekali mengenai iman dan kehidupan dari Gereja Perjanjian Baru yang berlanjut sampai abad kedua itu. Perkembangan yang paling penting pada abad kedua ini adalah munculnya para pembela iman ( "apologist" ), yang membela Iman
Kristen dari serangan Agama Yahudi, Agama Kafir Berhala, serta Bidat- bidat yang muncul di sekitar Gereja. Juga berkembangnya Aqidah (Doktrin) Gereja serta permulaan Theologia sesudah zaman Rasuliah, ditegakkannya pemerintahan Gereja bagi masing-masing jemaat lokal yang dipimpin oleh Episkop ("Penilik Jemaat" ), Presbyter ("Penatua") dan Diakon. Zaman ini pula fondasi pertama dari Ibadah dan Liturgi Kristen serta kehidupan Sakramental Gereja yang berlandaskan dari Ibadah Israel namun yang sudah terpisah dari Synagoga (Rumah Ibadah Yahudi) dan mulainya pembentukan Kitab Suci dari Gereja Perjanjian
Baru itu terjadi.
Pada akhir abad pertama dan permulaan abad kedua banyak tulisan palsu mengenai Kristus bermunculan. Tulisan-tulisan ini disebut tulisan-tulisan `apokrifa" ( jangan dikacaukan dengan "Anaginoskomena' dari Perjanjian Lama!!) serta tulisan- tulisan "pseudopigrafa" . Biasanya tulisan-tulisan memakai nama salah seorang rasul dan memasukkan dongeng-dongeng aneh mengenai masa kecil Yesus Kristus, kehidupan Perawan Maryam dan kegiatan- kegiatan karya para rasul. Dan sebagaian daripadanya menjadi kisah dalam Al-Qur'an terutama tentang masa kecil Kristus. Bersama dengan itu, muncul pula aliran "gnostikisme" , yaitu suatu bidat Kristen yang mengubah iman Kristen menjadi semacam ajaran kebatinan. Dalam melawan ajaran bidat gnostik inilah Gereja yang Rasuliah itu menyebut ajaran asli yang rasuliah itu sebagai ajaran ("doxa") yang "lurus" ("orthos") Ortho+ doxa = Orthodox. Sedangkan ajaran "gnostik" itu sebagai ajaran ("doxa") yang berbeda atau menyimpang ("heteros"), hetero+ doxa = Heterodox. Akibat dari melawan ajaran gnostik inilah munculnya theologia dari para "apologis" ("pembela-iman"). Jauh di sebelah timur di dearah Syria, Bardaisan adalah penulis yang terkenal mengenai masalah theologi. Namun dia mencampur-adukkan Injil dengan astrology dan mythologi, dan ajarannya tentang Allah kedengaran sangat aneh. Allah adalah satu yaitu Bapa, Roh Kudus adalah berjenis wanita sebagai "Bunda Kehidupan", dan Anak Allah adalah keturunan dari Bapa dan Roh Kudus, Sang Bunda Kehidupan.Sehingga akhirnya Bardaisan dari Syria inipun dikucilkan dari Gereja.
Akibat dari ajaran Gnostik ini pada para apologis adalah penekanan " mata-rantai rasuliah" ("suksesi apostolik", "silislah rasuliah") sebagai penjamin ajaran yang benar dan tak terputus dari para rasul, yang diterus-sampaikan secara tak terputus dari gereja kepada gereja, dari generasi kepada generasi, dari tempat ke tempat, dan penerus-sampaian tanpa putus dari zaman rasuliah ini disebut sebagai "Paradosis" atau "Traditio".
Dan penyampaiannya itu dilakukan melalui pentahbisan dari para Episkop yang dapat dilacak dari mata rantai pentahbisan sejak zaman rasul-rasul. Dan para Episkop ini pengajaran dan prakteknya itu identik antara satu dengan yang lain, dan secara bersama ajaran mereka itu identik dengan ajaran para rasul Yesus Kristus sendiri. Sebagai akibat yang lain, Gereja mulai kokoh dalam keputusannya tulisan-tulisan mana yang menjadi bagian kanon Kitab Suci
berdasarkan :
1.tulisan-tulisan itu harus berasal dari zaman rasul.
2. harus ditulis oleh rasul sendiri atau teman/murid dekat mereka
3. harus sesuai dengan ajaran rasuliah tanpa putus yang disampaikan
sebagai paradosis dalam Gereja
4.harus digunakan secara merata di seluruh gereja sejak awal
5. harus mengajarkan kesucian dan bukan dongeng-dongeng gnostik.
Dari kriteria inilah akhirnya tersaring dari tulisan-tulisan rasuliah purba itu 27 kitab yang akhirnya kita kenal sebagai "Kitab Suci Perjanjian Baru" itu. Dan Kitan Suci Perjanjian Baru inilah yang berisi "Berita Gembira" ("Evanggelion", "Evanggel", "Injil") tentang Yesus Kristus, Firman Allah yang menjadi manusia itu. Karena memang Injil itu pada mulanya bukanlah suatu Kitab macam apapun namun peristiwa dan karya Almasih yang diberitakan secara lisan oleh para muridNya yang diberi gelar sebagai "apostolos" ("orang yang diutus" atau "rasul") itu.
Dalam tulisan-tulisan para apologis, para martyr (syuhada) dan para kudus dari abad kedua ini kita ketahui bahwa masing-masing jemaat Kristen lokal itu dipimpin oleh seorang Episkop/Uskup ( Penilik Jemaat) yang dilaksanakan oleh para Presbyter/ Imam ( "Penatua") dan dilayani oleh Para Diakon. Terutama dalam tulisan-tulisan Ignatius (Magnesia 6:1, Filadelfia 4, Smyrna 8:2). Ignatius juga mulai menggunakan istilah "Katholik" untuk menyebut sifat Gereja. Ini berasal dari kata " Kath' (menurut, sesuai dengan) dan "holon " ( sepenuhnya, kepenuhan). Ini adalah kwalitas sifat yang menjelaskan bagaimana Gereja itu, jadi bukan nama suatu agama, misalnya:Roma Katolik, Anglo-Katolik, Katolik Bebas, Katolik Lama,dll. Dan kata ini (Katholik =Kath + Holon) bermakna kwalitas sifat gereja itu adalah penuh, sempurna, lengkap, utuh, tanpa kekurangan apapun di dalamnya dari kepenuhan kasih-karunia, kebenaran dan kekudusan Allah. Demikianlah Gereja Rasuliah Perjanjian Baru pada abad yang kedua itu mulai menyebut dirinya sebagai Gereja yang "katholik" artinya bukan sekte-sekte yang main comot sana-sini dari kepenuhan dan keutuhan ajaran Rasuliah itu. Demikian juga Gereja purba itu disebut sebagai "Orthodox" artinya bukan yang menyimpang dari ajaran Rasul tadi. Dalam "Didakhee" dan "Pembelaan dari Yustinus Martyr" dan "Ireneus" ditemukan juga penjelasan mengenai bagaimana ibadah Kristen zaman abad kedua itu dilakukan, terutama ibadah hari Minggu yang berpusat
pada kotbah dan Perjamuan Kudus, dan juga tentang baptisan.
Menginjak pertengahan abad ketiga, yaitu tahun 249 Kaisar Desius naik tahta, dia mengadakan penganiayaan secara universal, dan penganiayaan itu dilanjutkan sampai zaman Kaisar Valerianus (253-260). Orang Kristen dipaksa mempersembahkan korban kepada patung kaisar sebagai "tuhan" dan "ilah", para rohaniwan Kristen harus dikejar dan dibunuh, harta milik Gereja harus disita. Baru di zaman Gallenius, anak dari Valerianuslah penganiayaan dihentikan .Pada saat itu perkembangan yang luar biasa terjadi dalam Gereja. Namun penganiayaan yang berat itu mengakibatkan suatu krisis besar dalam Gereja. Timbul pertanyaan dalam Gereja mengenai bagaimana memperlakukan orang-orang yang selama masa aniaya itu karena diancam rela mempersembahkan korban pada patung kaisar, mereka ini disebut kaum "lapsi". Ada yang melarang mereka masuk Gereja lagi, ada yang bersikap agak lunak. Akibatnya terdapat beberapa kelompok garis- keras yang menganggap Gereja. terlalu lunak akan masalah para "lapsi" itu yang memisahkan diri dari Gereja Rasuliah Perjanjian Baru yang "Orthodox" dan "Katholik" itu. Diantara mereka yang memisahkan diri dari Gereja adalah Tertulianus (c. 220 ), penulis agung dan peletak dasar Theologia Latin di Gereja barat dari Afrika utara. Dia menggabung dengan gerakan bidat yang didirikan Montanus yang telah mulai pada akhir abad kedua, dan menyatakan diri sebagai Gereja "Nubuat Baru" dari Roh Kudus yang lebih sempurna dari Gereja `Perjanjian Kedua" ( Perjanjian Baru) dari Kristus. Ciri gerakan Montanisme ini adalah penekanan pada "karunia lidah" dan "nubuat-nubuat" serta penekanan bahwa Kerajaan Seribu Tahun akan segera datang di pulau Frigia, Asia Kecil.
Pembela agung Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik ini pada saat itu adalah Kiprianus dari Karthago (meninggal tahun 258). Dia meninggal sebagai Martyr setelah membela Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik itu melawan aliran garis keras yang memisah dari Gereja karena masalah kaum "lapsi" tadi. Aliran yang dilawan dalam tulisan-tulisan Kiprianus ini adalah aliran "Novatianisme" yang didirikan oleh "Novatianus" yang berada di Roma. Novatianus menyebut alirannya sebagai " Gereja Murni". Kiprianus membela Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik itu dengan menekankan perlunya "mata-rantai rasuliah" dalam ajaran dan "mata-rantai rasuliah" dalam pentahbisan para episkop dalam melawan apa yang disebut sebagai gereja-gereja "murni" yang hanya bersifat rohani yang abstrak dan tak nampak mata dari orang yang merasa dirinya lebih baik dari Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik itu,serta yang mengangkat-angkat diri sendiri ini. Dia menekankan bahwa Gereja Kristus itu ada bagi penyembuhan orang berdosa, dan Kiprianuslah yang mengatakan juga bahwa "extra ekklesia nulla salus est " (diluar Gereja,- yaitu diluar persekutuan kongkrit dari ummat yang percaya secara pribadi kepada Kristus dibawah pimpinan rohani Episkop danberlandaskan suksesi rasuliah disekitar meja perjamuan kudus dan pemberitaan firman oleh presbyter – tidak ada keselamatan ).
Pada akhir abad pertama dan permulaan abad kedua banyak tulisan palsu mengenai Kristus bermunculan. Tulisan-tulisan ini disebut tulisan-tulisan `apokrifa" ( jangan dikacaukan dengan "Anaginoskomena' dari Perjanjian Lama!!) serta tulisan- tulisan "pseudopigrafa" . Biasanya tulisan-tulisan memakai nama salah seorang rasul dan memasukkan dongeng-dongeng aneh mengenai masa kecil Yesus Kristus, kehidupan Perawan Maryam dan kegiatan- kegiatan karya para rasul. Dan sebagaian daripadanya menjadi kisah dalam Al-Qur'an terutama tentang masa kecil Kristus. Bersama dengan itu, muncul pula aliran "gnostikisme" , yaitu suatu bidat Kristen yang mengubah iman Kristen menjadi semacam ajaran kebatinan. Dalam melawan ajaran bidat gnostik inilah Gereja yang Rasuliah itu menyebut ajaran asli yang rasuliah itu sebagai ajaran ("doxa") yang "lurus" ("orthos") Ortho+ doxa = Orthodox. Sedangkan ajaran "gnostik" itu sebagai ajaran ("doxa") yang berbeda atau menyimpang ("heteros"), hetero+ doxa = Heterodox. Akibat dari melawan ajaran gnostik inilah munculnya theologia dari para "apologis" ("pembela-iman"). Jauh di sebelah timur di dearah Syria, Bardaisan adalah penulis yang terkenal mengenai masalah theologi. Namun dia mencampur-adukkan Injil dengan astrology dan mythologi, dan ajarannya tentang Allah kedengaran sangat aneh. Allah adalah satu yaitu Bapa, Roh Kudus adalah berjenis wanita sebagai "Bunda Kehidupan", dan Anak Allah adalah keturunan dari Bapa dan Roh Kudus, Sang Bunda Kehidupan.Sehingga akhirnya Bardaisan dari Syria inipun dikucilkan dari Gereja.
Akibat dari ajaran Gnostik ini pada para apologis adalah penekanan " mata-rantai rasuliah" ("suksesi apostolik", "silislah rasuliah") sebagai penjamin ajaran yang benar dan tak terputus dari para rasul, yang diterus-sampaikan secara tak terputus dari gereja kepada gereja, dari generasi kepada generasi, dari tempat ke tempat, dan penerus-sampaian tanpa putus dari zaman rasuliah ini disebut sebagai "Paradosis" atau "Traditio".
Dan penyampaiannya itu dilakukan melalui pentahbisan dari para Episkop yang dapat dilacak dari mata rantai pentahbisan sejak zaman rasul-rasul. Dan para Episkop ini pengajaran dan prakteknya itu identik antara satu dengan yang lain, dan secara bersama ajaran mereka itu identik dengan ajaran para rasul Yesus Kristus sendiri. Sebagai akibat yang lain, Gereja mulai kokoh dalam keputusannya tulisan-tulisan mana yang menjadi bagian kanon Kitab Suci
berdasarkan :
1.tulisan-tulisan itu harus berasal dari zaman rasul.
2. harus ditulis oleh rasul sendiri atau teman/murid dekat mereka
3. harus sesuai dengan ajaran rasuliah tanpa putus yang disampaikan
sebagai paradosis dalam Gereja
4.harus digunakan secara merata di seluruh gereja sejak awal
5. harus mengajarkan kesucian dan bukan dongeng-dongeng gnostik.
Dari kriteria inilah akhirnya tersaring dari tulisan-tulisan rasuliah purba itu 27 kitab yang akhirnya kita kenal sebagai "Kitab Suci Perjanjian Baru" itu. Dan Kitan Suci Perjanjian Baru inilah yang berisi "Berita Gembira" ("Evanggelion", "Evanggel", "Injil") tentang Yesus Kristus, Firman Allah yang menjadi manusia itu. Karena memang Injil itu pada mulanya bukanlah suatu Kitab macam apapun namun peristiwa dan karya Almasih yang diberitakan secara lisan oleh para muridNya yang diberi gelar sebagai "apostolos" ("orang yang diutus" atau "rasul") itu.
Dalam tulisan-tulisan para apologis, para martyr (syuhada) dan para kudus dari abad kedua ini kita ketahui bahwa masing-masing jemaat Kristen lokal itu dipimpin oleh seorang Episkop/Uskup ( Penilik Jemaat) yang dilaksanakan oleh para Presbyter/ Imam ( "Penatua") dan dilayani oleh Para Diakon. Terutama dalam tulisan-tulisan Ignatius (Magnesia 6:1, Filadelfia 4, Smyrna 8:2). Ignatius juga mulai menggunakan istilah "Katholik" untuk menyebut sifat Gereja. Ini berasal dari kata " Kath' (menurut, sesuai dengan) dan "holon " ( sepenuhnya, kepenuhan). Ini adalah kwalitas sifat yang menjelaskan bagaimana Gereja itu, jadi bukan nama suatu agama, misalnya:Roma Katolik, Anglo-Katolik, Katolik Bebas, Katolik Lama,dll. Dan kata ini (Katholik =Kath + Holon) bermakna kwalitas sifat gereja itu adalah penuh, sempurna, lengkap, utuh, tanpa kekurangan apapun di dalamnya dari kepenuhan kasih-karunia, kebenaran dan kekudusan Allah. Demikianlah Gereja Rasuliah Perjanjian Baru pada abad yang kedua itu mulai menyebut dirinya sebagai Gereja yang "katholik" artinya bukan sekte-sekte yang main comot sana-sini dari kepenuhan dan keutuhan ajaran Rasuliah itu. Demikian juga Gereja purba itu disebut sebagai "Orthodox" artinya bukan yang menyimpang dari ajaran Rasul tadi. Dalam "Didakhee" dan "Pembelaan dari Yustinus Martyr" dan "Ireneus" ditemukan juga penjelasan mengenai bagaimana ibadah Kristen zaman abad kedua itu dilakukan, terutama ibadah hari Minggu yang berpusat
pada kotbah dan Perjamuan Kudus, dan juga tentang baptisan.
Menginjak pertengahan abad ketiga, yaitu tahun 249 Kaisar Desius naik tahta, dia mengadakan penganiayaan secara universal, dan penganiayaan itu dilanjutkan sampai zaman Kaisar Valerianus (253-260). Orang Kristen dipaksa mempersembahkan korban kepada patung kaisar sebagai "tuhan" dan "ilah", para rohaniwan Kristen harus dikejar dan dibunuh, harta milik Gereja harus disita. Baru di zaman Gallenius, anak dari Valerianuslah penganiayaan dihentikan .Pada saat itu perkembangan yang luar biasa terjadi dalam Gereja. Namun penganiayaan yang berat itu mengakibatkan suatu krisis besar dalam Gereja. Timbul pertanyaan dalam Gereja mengenai bagaimana memperlakukan orang-orang yang selama masa aniaya itu karena diancam rela mempersembahkan korban pada patung kaisar, mereka ini disebut kaum "lapsi". Ada yang melarang mereka masuk Gereja lagi, ada yang bersikap agak lunak. Akibatnya terdapat beberapa kelompok garis- keras yang menganggap Gereja. terlalu lunak akan masalah para "lapsi" itu yang memisahkan diri dari Gereja Rasuliah Perjanjian Baru yang "Orthodox" dan "Katholik" itu. Diantara mereka yang memisahkan diri dari Gereja adalah Tertulianus (c. 220 ), penulis agung dan peletak dasar Theologia Latin di Gereja barat dari Afrika utara. Dia menggabung dengan gerakan bidat yang didirikan Montanus yang telah mulai pada akhir abad kedua, dan menyatakan diri sebagai Gereja "Nubuat Baru" dari Roh Kudus yang lebih sempurna dari Gereja `Perjanjian Kedua" ( Perjanjian Baru) dari Kristus. Ciri gerakan Montanisme ini adalah penekanan pada "karunia lidah" dan "nubuat-nubuat" serta penekanan bahwa Kerajaan Seribu Tahun akan segera datang di pulau Frigia, Asia Kecil.
Pembela agung Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik ini pada saat itu adalah Kiprianus dari Karthago (meninggal tahun 258). Dia meninggal sebagai Martyr setelah membela Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik itu melawan aliran garis keras yang memisah dari Gereja karena masalah kaum "lapsi" tadi. Aliran yang dilawan dalam tulisan-tulisan Kiprianus ini adalah aliran "Novatianisme" yang didirikan oleh "Novatianus" yang berada di Roma. Novatianus menyebut alirannya sebagai " Gereja Murni". Kiprianus membela Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik itu dengan menekankan perlunya "mata-rantai rasuliah" dalam ajaran dan "mata-rantai rasuliah" dalam pentahbisan para episkop dalam melawan apa yang disebut sebagai gereja-gereja "murni" yang hanya bersifat rohani yang abstrak dan tak nampak mata dari orang yang merasa dirinya lebih baik dari Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik itu,serta yang mengangkat-angkat diri sendiri ini. Dia menekankan bahwa Gereja Kristus itu ada bagi penyembuhan orang berdosa, dan Kiprianuslah yang mengatakan juga bahwa "extra ekklesia nulla salus est " (diluar Gereja,- yaitu diluar persekutuan kongkrit dari ummat yang percaya secara pribadi kepada Kristus dibawah pimpinan rohani Episkop danberlandaskan suksesi rasuliah disekitar meja perjamuan kudus dan pemberitaan firman oleh presbyter – tidak ada keselamatan ).
Abad ketiga ini menyaksikan juga perkembangan theologi secara formal dengan didirikannya sekolah theologia di Alexandria, Mesir oleh Pantaenus dan Klemen dari Alexandria ( meninggal kira-kira tahun 215 ). Yang akhirnya dikepalai oleh seorang penulis, sarjana, dan theoloog termasyhur: Origenes ( meninggal tahun 253). Theologi Alexandria ini menekankan bahwa filsafat Yunani yang non-Kristen itu dapat digunakan sebagai alat untuk menjelaskan Injil. Dan ciri khas dari pendekatan Alexandria ini adalah tafsiran secara alegoris terhadap Kitab Suci, sedangkan dalam tradisi Syria-Antiokhia yang tak lama kemudian akan berkembang adalah tafsiran harafiah berdasarkan tata-bahasa dan sejarah penulisan Kitab Suci.
Kedua pendekatan ini akhirnya akan bertemu dalam konflik, pada abad- abad berikutnya. Karya Origenes itu sangat luar biasa dan tak terhitung jumahnya. Dialah yang pertama kali mengadakan kajian sistimatis dan sastrawi dari buku-buku dalam Alkitab. Karya Origenes
ini akan menjadi fondasi karya-karya theologia para bapa-bapa Gereja Yunani pada abad-abad berikutnya. Namun demikian secara ajaran banyak pendapat Origenes yang ditolak oleh Gereja, karena tak Alkitabiah dan tak rasuliah, sehingga pada Konsili Ekumenis V (tahun 553), beberapa ajaran Origenes dinyatakan sesat oleh Gereja. Diantara pakar-pakar theologia abad ke 3 yang harus disebutkan bersama dengan Tertulianus, Kiprianus, Klemen dan Origenes adalah Dionysius dari Alexandria ( wafat 265), Hippolytus dari Roma (wafat 235) Gregorius Pelaku Mukjizat di Kappadokia ( wafat 270) dan Methodios dari Olympus ( wafat 311) Orang-orang ini semuanya memperkembangkan theologia Kristen Orthodox terutama meletakkan landasan bagi pembahasan tentang Allah yang Esa dalam hubunganNya dengan Kalimatullah dan Rohullah sendiri yang terkenal sebagai ajaran Tritunggal Kudus yang dalam abad berikutnya akan menjadi pembahasan hangat dalam Gereja. Paulus dari Samosata dan Lukianus (Lusian) dari Antiokia terkenal akan ajaran bidatnya mengenai sifat ke-Tritunggal-an Allah. Mereka ini hidup pada akhir abad ketiga. Dari abad ketiga ini kita
juga mendapatkan tulisan-tulisan yang menolong kita untuk melihat kehidupan liturgis dan kanonik dari Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik ini pada abad ketiga itu, yaitu: Pengajaran-Pengajaran Para Rasul dari Siria serta Tradisi Rasuliah karya Hippolytus dari Roma ( wafat tahun 235). Tulisan yang pertama itu memberikan peraturan-peraturan mengenal jabatan hirarkis serta praktek-praktek sakramental dalam Gereja Syria, serta menjelaskan pertemuan liturgis jemaat. Dan tulisan kedua menjelaskan hal yang sama yang berlaku di Gereja Roma dengan lebih panjang dan detail. Abad keempat dimulai dengan penganiayaan yang paling besar yang diarahkan kepada Gereja oleh Kaisar Diokletianus. Daftar Syuhada atau Martyr yang paling panjang berasal dari abad ini. Setelah surutnya Diokletianus, terjadilah perebutan kekuasan dalam Kerajaan Romawi. Pada tahun 312, Konstantinus menghadapi peperangan melawan Maxentius. Sebelum peperangan di Jembatan Milvianus di Roma, Konstantinus berdoa, serta mendapat penglihatan Salib Bersinar di langit dengan tulisan: Dengan Tanda Ini, Kalahkan. Dia memerintahkan para prajuritnya untuk mengenakan tanda salib ini pada perisai dan jubah mereka, Konstantinus memenangkan peperangan itu. Konstantinus segera bergerak untuk memberikan kebebasan kepada orang-orang Kristen, serta menunjukkan kecenderungannya kepada Iman Kristen. Sebelum kematiannya Konstantinus membangun suatu kota di Byzantium bagi ibu-kota yang baru dari Kerajaannya itu, dan kota itu disebut "Konstantinopel" (kini: "Istambul" , di Turki) untuk menghormatinya. Konstantinus sendiri baru dibaptiskan diatas ranjang menjelang kematiannya pada tahun 337. Bersama dengan ibunya Maharatu Heleni, dia menemukan Salib Asli Kristus di Yerusalem, serta keduanya diakui sebagai orang suci dalam Gereja Orthodox sampai kini.
Iman Kristen diakui sebagai agama resmi Kerajaan Byzantium pada tahun 380, oleh ketetapan Kaisar Theodosius. Dengan demikian Kekaisaran Romawi terbagi dalam dua bagian: Romawi Barat berpusat di Roma dan Romawi Timur berpusat di Konstantinopel. Pembagian Kerajaan menjadi Barat dan Timur ini, akhirnya membentuk perkembangan wilayah Gereja menjadi Gereja Barat berpusat di Roma dan Gereja Timur yang berpusat di Konstantinopel, Alexandria, Antiokhia dan Yerusalem. Sementara itu ummat Kristen Syria yang tinggal di Kekaisaran Persia, makin mengalami aniaya karena dicurigai sebagai antek musuh Kerajaan Persia, karena sekarang Kerajaan Romawi musuh bebuyutan Persia, telah menjadi Kristen: Kerajaan Byzantium.
Pertumbuhan Gereja Zaman Rasul – rasul dan Gereja masa kini
Pertumbuhan secara kualitas juga
pertumbuhan secara kuantitas.Apabila Gereja hanya mementingkan pertumbuhan
secara kualitas tanpa pertumbuhan secara kuantitas bagaimana kita menggenapkan
Firman Tuhan agar kita bisa menjadi saksi di Yerusalem , Yudea , Samaria dan
sampai ke ujung bumi ,tetapi apabila kita hanya mementingkan Pertumbuhan secara
kuantitas tanpa memperhatikan kualitas jemaat , maka Gereja akan menjadi Gereja
yang duniawi, yang tidak mungkin akan memimpin umat di dalamnya sampai pada
keselamatan di Surga , sehingga pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salibpun
akan menjadi sia – siaDalam Pertumbuhan Gereja ada dua arah yang kita harapkan
dapat tercapai , yaitu. Pada zaman
Rasul – rasul ada tiga perkara yang mempengaruhi Gereja pada masa itu :
1. Peran doa yang sehati , Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus ( Kis 1:14 ).Tuhan Yesus sendiri menyatakan , Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."( Matius 18 : 19 – 20 ).
Pada saat itu ada lebih kurang 120 orang yang berkumpul untuk berdoa tetapi secara hati mereka telah menjadi satu , yang mereka harapkan adalah janji Bapa , agar mereka diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat Maha tinggi ( Luk 24 : 49 ).Melalui doa yang bersatu hati Roh Kudus dicurahkan ( Kis 2 : 1 – 4 ) dan kemuliaan Tuhan melalui pernyataan MujizatNya dinyatakan di tengah –tengah umatNya ( Kis 2 : 43 ).
2. Peran serta Roh Kudus , Rasul – rasul berkumpul di Yerusalem yaitu untuk menantikan janji Tuhan mengenai pencurahan Roh Kudus , tanpa Roh Kudus murid – murid saat Tuhan Yesus ditangkap dan disalibkan , mereka seperti domba yang kehilangan gembala , bahkan mereka menjadi kecil hati dan menjadi penakut , bahkan Rasul Petrus yang menyatakan rela dipenjara bahkan rela mati bersama – sama dengan Kristus , telah menyangkal Tuhan Yesus sebanyak tiga kali , tetapi apa yang terjadi sesudah hari Pentakosta , saat Roh Kudus dicurahkan ,dipelopori oleh Rasul Petrus , Rasul – rasul bangkit dan mejadi saksi – saksi Tuhan yang berani , dan melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam diri Rasul Petrus , Ia berkhotbah pada hari Pentakosta , dalam satu hari saja, ada 3000 orang yang bertobat dan dibaptis , bukan itu saja oleh Kuasa Roh Kudus yang bekerja ditengah – tengah mereka , Rasul – rasul menyatakan Kuasa Tuhan melalui pernyataan tanda heran dan Mujizat – mujizat yang luarbiasa.
3. Peran dari tenaga kerja yang bekerja sama dengan Allah.Sesudah Yudas Iskariot mengkhianati dan menjual Tuhan Yesus , dalam penyesalannya saat Ia melihat Tuhan Yesus ditangkap dan akan disalibkan , Ia mengembalikan uang hasil penjualan Tuhan Yesus dan kemudian ia menggantung dirinya sendiri , dan untuk menggenapkan bilangan Rasul – rasul yang berjumlah 12 orang itu , maka dipilihlah Matias sebagai pengganti Yudas Iskariot.
Dalam kitab Amsal ada pernyataan , Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah hasil ( Amsal 14 : 4 ).
1. Peran doa yang sehati , Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus ( Kis 1:14 ).Tuhan Yesus sendiri menyatakan , Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."( Matius 18 : 19 – 20 ).
Pada saat itu ada lebih kurang 120 orang yang berkumpul untuk berdoa tetapi secara hati mereka telah menjadi satu , yang mereka harapkan adalah janji Bapa , agar mereka diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat Maha tinggi ( Luk 24 : 49 ).Melalui doa yang bersatu hati Roh Kudus dicurahkan ( Kis 2 : 1 – 4 ) dan kemuliaan Tuhan melalui pernyataan MujizatNya dinyatakan di tengah –tengah umatNya ( Kis 2 : 43 ).
2. Peran serta Roh Kudus , Rasul – rasul berkumpul di Yerusalem yaitu untuk menantikan janji Tuhan mengenai pencurahan Roh Kudus , tanpa Roh Kudus murid – murid saat Tuhan Yesus ditangkap dan disalibkan , mereka seperti domba yang kehilangan gembala , bahkan mereka menjadi kecil hati dan menjadi penakut , bahkan Rasul Petrus yang menyatakan rela dipenjara bahkan rela mati bersama – sama dengan Kristus , telah menyangkal Tuhan Yesus sebanyak tiga kali , tetapi apa yang terjadi sesudah hari Pentakosta , saat Roh Kudus dicurahkan ,dipelopori oleh Rasul Petrus , Rasul – rasul bangkit dan mejadi saksi – saksi Tuhan yang berani , dan melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam diri Rasul Petrus , Ia berkhotbah pada hari Pentakosta , dalam satu hari saja, ada 3000 orang yang bertobat dan dibaptis , bukan itu saja oleh Kuasa Roh Kudus yang bekerja ditengah – tengah mereka , Rasul – rasul menyatakan Kuasa Tuhan melalui pernyataan tanda heran dan Mujizat – mujizat yang luarbiasa.
3. Peran dari tenaga kerja yang bekerja sama dengan Allah.Sesudah Yudas Iskariot mengkhianati dan menjual Tuhan Yesus , dalam penyesalannya saat Ia melihat Tuhan Yesus ditangkap dan akan disalibkan , Ia mengembalikan uang hasil penjualan Tuhan Yesus dan kemudian ia menggantung dirinya sendiri , dan untuk menggenapkan bilangan Rasul – rasul yang berjumlah 12 orang itu , maka dipilihlah Matias sebagai pengganti Yudas Iskariot.
Dalam kitab Amsal ada pernyataan , Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah hasil ( Amsal 14 : 4 ).
Dalam besarnya jumlah rakyat
terletak kemegahan raja, tetapi tanpa rakyat runtuhlah pemerintah.( Amsal 14 :
28 ). Dengan adanya 12 Rasul Tuhan bersama – sama dengan murid – murid Tuhan
pada saat itu , mereka telah menjadi suatu Laskar yang luar biasa untuk
memenangkan banyak jiwa bagi Kerajaan Allah. Apabila
Gereja pada masa kini mendambakan pertumbuhan yang luarbiasa seperti yang telah
terjadi pada Gereja zaman Rasuli, maka seluruh Hamba Tuhan , Pekerja Kudus dan
seluruh jemaat , harus membangun Kesatuan hati , mengejar kepenuhan Roh Kudus
dan tekun berdoa, agar Kuasa , kemuliaan dan mujizat Tuhan dinyatakan di tengah
– tengah GerejaNya , juga kita harus peka terhadap panggilan Tuhan dan bersedia
dibentuk untuk menjadi laskar yang kuat untuk membangun Kerajaan Allah di bumi
seperti di Surga .
B.
GEREJA ABAD PERTENGAHAN
A. ARTI ABAD
PERTENGAHAN
1.
Pendahuluan
Ø
Setelah Kaisar Theodosius Agung
meninggal, sekitar tahun 400, kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua, yaitu
Romawi Barat berpusat di Roma dan Romawi Timur berpusat di Konstantinopel
Ø
Kekaisaran Romawi Barat runtuh
tahun 476 karena dihancurkan oleh suku bangsa German
Ø
Suku bangsa Frank menduduki
Perancis, Suku bangsa Angelsaksis Inggris, dan seterusnya
Ø
Bangsa-bangsa ini mendirikan
negara-negara baru, yangkemudian hari disebut: Perancis, Inggris, Jerman dan
negeri-negeri Skandinavia
Ø
Di Eropa Timur, bangsa-bangsa
Slav juga mendirikan beberapa negara: Rusia, Polandia dan seterusnya
Ø
Jadi, secara asasi pada zaman
itulah lahir negara-negara Eropa yang masih ada sampai sekarang.
2.
Penginjilan
di Eropa
Ø
Mayoritas bangsa-bangsa German
dan Slav menganut agama-agama Suku (Politeis)
Ø
Wilayah Perancis dan Inggris,
yang sudah masuk Kristen sewaktu masih merupakan provinsi-provinsi kekaisaran
Romawi, sebagian harus dikristenkan kembali
Ø
Di Rusia dan Eropa Utara dan
Tengah, sama sekali belum ada usaha pekabaran Injil
Ø
Sekitar tahun 1000, hampir
seluruh Eropa sudah masuk Kristen
Ø
Pada masa itu juga, Paus-paus
berhasil menjadi penguasa duniawi di suatu daerah di Italia Tengah, yang biasa
disebut Negara Gereja. Ibu kota Negara itu Roma
Ø
Negara-negara itu berdiri terus
sampai tahun 1870, ketika dicaplok Kerajaan Italia
Ø
Tetapi sebagaian kecil Kota
Roma di sekitar Gereja Santo Pertus tetap merupakan Negara berdaulat (Kota
Vatikan), lengkap dengan aparat diplomatiknya (seperti di Indonesia di Jln. …)
Kepala Negara ialah Paus
Ø
Perancis dikristenkan kembali
sekitar tahun 500 M
Ø
Inggris dengan bangsa
Anglo-Sakson, dikristenkan sekitar tahun 600 M
Ø
Sekitar tahun 1000 M, Eropa
Timur dikristenkan oleh utusan-utusan dari Konstantinopel menjadi Gereja
Ortodoks Timur.
3.
Sikap
dan cita-cita Gereja Barat Menghadapi Dunia
Ø
Sikap Gereja terhadap dunia
sekitar: ada dua, yaitu:
a.
Gereja bersikap/menguasai dunia
atau menjadi lembaga pembimbing dan pengatur dunia (hidup kenegaraan dan
kemasyarakatan.
b.
Pada pihak lain, banyak orang
Kristen yang menarik diri dari dunia.
Ø
Cita-cita Gereja Abad
Pertengahan, yaitu untuk menjadi lembaga yangmembimbing dan mengatur dunia. Hal
ini menyebabkan pergumulan yang hebat antara Gereja dan dunia, yakni negara dan
masyarakat.
Ø
Mula-mula Gereja dikuasai oleh
Negara (500-1000)
Ø
Kemudian Gereja melepaskan diri
dari negara (1000-1150), seterusnya Gereja berusaha berdiri sendiri menjadi
pembimbing dan pengatur negara (1200-1300). Akhirnya kekuasaan Gereja merosot
lagi
Ø
Sementara Paus berusaha
menguasai dunia, ada pula orang-orang Kristen yang menarik diri dari
tengah-tengah dunia, dengan manggalkan segala kekuasaan dan kekayaan duniawi.
Orang-orang itu akan dibahas dalam sub judul Gerakan Kerohanian Orang Kristen
Eropa abad Pertengahan.
4.
Gerakan
Kerohanian Orang Kristen Eropa abad Pertengahan.
Ketika Paus berusaha menghimpun kekayaan (menguasai dunia) maka ada
orang-orang dari kelompok orang-orang kaya meninggalkan kekayaan mereka dan
mencari suasana rohani. Orang-orang yang dimaksud, seperti:
§
Petrus Waldes (1175): Berasal
dari Perancis, ia adalah orang kaya (saudara yang kaya). Ketika bercakap-cakap
dengan temannya, temannya mati seketika. Hal ini membuat Waldes amat kaget. Apa
gunanya memupuk kekayaan, kalau sewaktu-waktu maut bisa mencabut nyawa
seseorang? Beberapa waktu kemudian ia mendengar ada penyanyi keliling memaw
cerita tentang seorang muda yang memberikan seluruh hartanya kepada orang
miskin, lalu pergi mengemis ke rumah orangtuanya tanpa dikenalai orangtuanya.
Itulah petunjuk bagi Waldes. Kemudian Waldes membagi kekayaannya kepada orang
miskin, kecuali sebagian yang dipakai untuk membiayai penerjemahan Injil ke
dalam bahasa daerahnya. Lalu ia berkhotbah di mana-mana: Hai saudara-saudara
ikutilah teladan Kristus.
§
Franciscus dari Assisi
(1182-1226): Ia mendirikan ordo saudara-saudara Hina (Latinnya: Ordo Fratrum
Minorum, OFM, biasanya disebut Ordo Franciscan)
·
Fransiscus adalah anak seorang
saudagar kaya. Pada waktu ia bertemu dengan seorang pengemis, Franciscus
memberikan seluruh pakaian yang ada padanya. Dan pada waktu bertemu dengan
orang berpenyakit kusta, ia pun terdorong untuk memeluk orang kusta tersebut.
Namun karena Franciscus memboroskan harta orangtuanya untuk orang-orang miskin
maka ia ditolak oleh ayahnya sebagai ahli waris. Kemudian Franciscus pergi ke
luar kota dan memperbaiki gedung Gereja yang sedang runtuh. Ia membangun Gereja
dengan jalan minta-minta.
·
Franciscus mempunyai semangat
cinta kasih yang besar kepada Kristus, tetai juga cinta kasih kepada seluruh
makhluk. Ia pernah berkhotbah kepada burung-burung, yang mendengarkannya dengan
berdiam diri. Suatu hari ia mendamaikan penduduk salah satu kota dengan seekor
serigala yang ganas, yang biasanya menyerang kawanan domba-domba kota itu.
·
Pernah Franciscus mau menyiksa
tubuhnya dengan menghempaskan diri ke semak-semak duri, selaku latihan askese,
akan tetapi semak duri itu mengisut, tidak melukai dia.
·
Pada waktu hidupnya tubuhnya
ditandai dengan ‘stigma’, yaitu bekas luka-luka pada tangan dan kaki Kristus
yang disalibkan itu tampak juga pada kaki dan tangan Franciscus.
§
Dominikus, seorang Spanyol.
Terharu juga oleh kemiskinan orang, lebih-lebih kemiskinan rohani dari mereka
yang dibujuk bidat.
·
Dominikus mau menjadi miskin
supaya orang-orang yang seperti kaum Waldens, melawan kekayaan uskup-uskup,
lebih percaya kepada pemberitaannya.
·
Dominikus mendirikan sebuah
Ordo, yaitu Ordo Pengkhotbah-pengkhotbah (Latinnya: Ordo Predicatorum, OP) atau
Ordo Dominikan.
Teologi dan
Kepercayaan Abad Pertengahan
Teologi Abad Pertengahan (590-1500)
·
Teologi Skolastik: penyelarasan
ajaran Gereja dengan filsafat Yunani. Karangan-karangan dari Filsuf Yunani,
seperti: Plato dan Aristoteles.
·
Tokoh terkemuka dari Teologi
Skolastik adalah Thomas dari Aquino (1225-1274)
·
Pola pemikiran Thomas Aquino
dapat dilihat dalam cara ia membahas hubungan antara rahmat Allah dan kemampuan
manusia untuk berbuat baik
·
Teologi Skolastik dari Thomas
Aquino ini paling digemari oleh Gereja Katolik Roma, yang berimplikasi pada
penekanan perbuatan baik untuk memperoleh keselamatan pada abad pertengahan
·
Perayaan sakramen Misa
(Ekaristi) merupakan ibadah yang sebenarnya: khotbah, pemberitaan Firman Tuhan
bersifat pendahuluan untuk misa
·
Dikenal 7 sakramen pada abad
pertengahan dan tetap dipertahankan dalam Gereja Katolik Roma sampai kini. 7
Sakramen itu: (1) Baptisan, (2) Konfirmasi
(peneguhan), (3) Pengakuan
dosa, (4) Misa (Ekaristi), (5)
Peminyakan (minyak suci) atas orang sakit
yang akan meninggal, (6) Nikah,
(7) Penahbisan Iman
Kepercayaan
Abad Pertengahan
·
Gereja Abad Pertengahan sesuai
dengan ajaran Gereja, meyakini bahwa Allah adalah ‘Hakim Yang Adil’ yang
mengadili manusia sesuai dengan perbuatannya
·
Allah (Yesus Kristus) diyakini
terlalu tinggi untuk dapat dijangkau oleh kaum awam oleh karena itu Gereja
sebagai perantara, khususnya santo
·
Kepercayaan akan api penyucian
atau Purgatori
·
Santo sebagai perantara karena
Allah terlampau tinggi sehingga harus ada perantara, khususnya Maria
·
Sehubungan dengan kepercayaan
terhadap santo itu, maka beragam peninggalan orang suci itu menjadi benda
pemujaan, misalnya tulang, rambut, pakaian dll.
Cara Percaya
yang Lain di Akhir Abad pertengahan
·
Bernhard dari Clairvaux:
mencari Tuhan dengan jalan mistik (kebatinan)
·
Wyclif dan Hus: mencari Tuhan
dengan jalan mendengarkan Firman-Nya dan mengkritik teologi dan kepercayaan
yang resmi dengan bertolak dari firman itu (mereka ini adalah perintis-perintis
Reformasi)
·
Kaum Humanis (Erasmus): mencari
Tuhan dengan cara kembali kepada suasana Gereja Lama, dan kritiknya terhadap
teologi dan kepercayaan yang resmi bertolak dari suasana itu (kaum humanis).
Salah satu semboyan kaum humanis adalah: kembalilah kepada sumber-sumbermu.
Mereka berusaha melihat kitab suci bukan dari terjemahan Vulgata (Terjemahan
Alkitab dalam bahasa Latin) tetapi langsung melihat teks kitab suci dalam
bahasa asli yaitu Ibrani dan Yunani.
·
Jadi Kaum Humanis memberi
kontribusi dalam penelitian kebenaran berdasarkan sumber asli (teks asli) bukan
dari terjemahan-terjemahan. Sebab terjemahan-terjemahan bisa salah.
Perang Salib (1050-1450)
Sebab-sebab perang salib yaitu karena Islam telah menguasai daerah
imperium Kristen yang siarah ke Yerusalem. Selain itu dalam pemerintahan 4
Khalifah Islam mereka telah berhasil menaklukkan daerah Maroko samapai
Afganistan, pasukan Islam juga sudah memasuki daerah Spanyol (akan dibahas
dalam SGA).
Yang disinggung di sini adalah perang salib yang terjadi di Spanyol.
Faktor penyebab perang salib di Spanyol adalah perang pembebasan,
agama bukan faktor utama di dalamnya. Kemudian orang Eropa mulai berusaha
membebaskan tanah suci (Yerusalem) yang telah dikuasai oleh tentara Islam (di
sini/perang salib di Palestina, faktor agama menjadi aspek dominan). Walaupun
demikian para ahli mengatakan perang salib di Palestina bukanlah perang antara
umat Kristen dan umat Islam, melainkan perang aantara ‘Peranggi dan Turki”. Di
dalamnya bercampur faktor agama dan faktor lain.
Singkatnya perang salib membawa dampak yang buruk antara hubungan
Islam dan Kritsten di kemudian hari.
Perang-perang Salib
(1096-1291)
Sekitar pertengahan abad XI terjadilah anarkhi dan kekacauan di
Konstantinopel. Kaisar demi kaisar dibunuh, keadaan tentara Romawi Timur
diabaikan. Tentara-tentara Turki, yang telah mengambil kekuasaan dalam khalifah
Arab, memanfaatkan kesempatan ini dan memasuki Asia Kecil. Pada tahun 1071
tentara Turki menghancurkan Kekaisaran Romawi di Armenia, lalu merebut seluruh
dareah Romawi di Asia, seperti Asia Kecil (Turki), Suriah, Palestina dan
Yerusalem. Akibat dari perang ini, orang-orang (Kristen) Eropa yang bersiarah
ke Yerusalem amat diganggu, bahkan dibunuh. Hal ini disebabkan karena sikap
bangsa Turki-Seljuk Islam yang keras memusuhi agama Kristen, sehingga jemaat
Kristen yang bersiarah ke Yerusalam (kota suci) diganggu.
Akibat keadaan ini, Kaisar di Konstantinopel meminta pertolongan
dari Negara-negara di Eropa Barat untuk melawan tentara-tentara Turki-Seljuk
yang beragama Islam yang mulai atau baru mendirikan suatu kerajaan besar dekat
Konstantinopel, sehingga Konstantinopel merasa terancam.
Kaisar Alexius Comnenus mengaitkan dua alasan di atas dan mengajak
Paus Urbanus II untuk bersama-sama merebut kembali Palestina dan kota suci
lainnya dari kekuasaan bangsa Turki-Seljuk yang beragama Islam.
Paus Urbanus II merespons permintaan Kaisar Alexius, kemudian
baerpidato secara baersemangat untuk mengobarkan semangat umat Kristen untuk
merebut Tanah Suci (Yerusalem) dari orang-orang Islam. Selanjutnya Paus Urbanus
II menjanjikan pengampunan dosa, pembebasan dari segala hukum gerejawi, dan
pengurangan di Pugatori (Api Penyucian: dukungan ayatnya dari II Makabe
12:39-45; Mat. 12:31; 1 Kor. 3:11-15).
Seruan dari Paus Urbanus II mempengaruhi 150.000 orang Kristen dan
mereka berkumpul di Konstantinopel. Mereka semuanya mengenakan tanda salib
merah pada pakaian mereka.
Perang salib dapat dibagi dalam beberapa tahap:
a) Perang Salib I (1096-1099): Pasukan ini berhasil merebut
daerah-daerah seperti: Nicea (ibu kota kerajaan Turki-Seljuk di Asia Kecil)
pada tahun 1097, merebut daerah Edessa pada tahun 1097, merebut Kota Antiokhia
pada tahun 1098 dan Kota Yerusalem pada tanggal 15 Juli 1099. Pasukan tentara
Salib membunuh ribuan orang Islam dan orang Yahudi. Tindakan yang keji darai
tentara Salib menggoncangkan dunia Islam (menghasilkan dampak negatif bagi
hubungan Islam dan Kristen di kemudian hari). Kekuasaan tentara Salib atas
daerah-daerah ini tidak berlangsung lama, hanya setengah abad tentara Salib
menguasai daerah-daerah yang direbutnya dalam perang salib, selanjutnya mereka
dikalahkan oleh tentara Islam.
b) Perang Salib II (1147-1149): Perang Salib ini digalang oleh Bernhard
dari Clairvaux (1090-1153), dan dipimpin oleh kaisar Konrad III dan Raja Ludwig
VII dari Perancis. Namun gerakan inipun tidak berhasil. Sebaliknya
reaksi-reaksi melawan dan mengutuk perang-perang salib muncul di Eropa.
c) Perang Salib III (1189-1192): Kedudukan kerajaan-kerajaan Kristen di
Timur Tengah bertambah sulit setelah Sultan Saladin bertahta di Mesir dan
bertekad untuk mengembalikan kekuasaan Islam atas wilayah-wilayah yang dikuasai
dalam perang Salib I. Pada tahun 1187 daerah Tiberias dan Yerusalem ingin
ditaklukkan kembali oleh Raja Perancis namun tidak banyak daerah berhasil
dikuasai.
Sultan Saladin menyetujui bahwa semua orang Kristen boleh masuk ke
Yerusalem (kota Suci) tanpa gangguan. Tentara Salib tidak berhasil merebut
kembali Kota Yerusalem. Tentara Salib hanya merebut kota Siprus dari kekuasaan
kekaisan Byzantium (Konstantinopel). Perebutan ini bersifat peperangan antara
Kristen dengan Kristen.
d) Perang Salib IV (1202-1204): Dilakukan atas anjuran Paus Innocentius
III. Perang Salib ini hanya menghasilkan penghancuran Konstantinopel oleh
tentara Salib. Mereka membunuh ribuan penduduk, menghancurkan sebagian kota, mencemarkan
gereja-gereja Ortodox Timur, memperkosa.
e) Perang Salib Anak-anak (1212): Ribuan anak-anak berkumpul di
Marseilles (Perancis Selatan). Anak-anak ini tidak berhasil mencapai Tanah Suci
(Yerusalem). Ribuan yang meninggal, ribuan lagi dijual sebagai budak-budak di
Afrika Utara.
f) Masih ada beberapa tahap perang salib yang tidak dikemukakan di
sini, selanjutnya dapat dibaca dalam Dietrick Kuhl, Sejarah Gereja Jilid II,
halaman 27-28.
g) Akibat Perang Salib:
1) Kedua kelompok (Kristen dan Islam) mengalami penderitaan.
2) Kegoncongan rohani dalam kalangan Kristen. Islam dan Muhammad
dianggap unggul dan menang. Berkembanglah sikap skeptisisme. Ada orang Kristen
yang pindah agama dan menjadi Muslim. Menghasilkan keacuhan rohani, sikap anti
Gereja, penolakan kepausan dan Gereja Katolik Roma yang mempromosikan Perang
Salib, dan mempercepat berkembangnya sekularisme.
3) Karena kritik dan penolakan terhadap Perang Salib maka muncul
kerinduan untuk menginjili orang-orang Muslim, seperti yang dikatakan oleh
seorang rahib Dominikan, Wilhelm dari Tripolis: “Dan dengan cara itulah, yaitu
dengan pemberitaan Injil saja, tanpa bukti-bukti filsafat dan tanpa kekerasan
senjata, mereka akan mencari baptisan Kristus dan akan masuk kawanan domba
Allah”, Ia berhasil membaptis 1000 orang Muslim.
4) Terjadi relasi yang baru antara Islam dan Kristen yaitu sikap
fanatisme (sikap ini kadang memunculkan ketidakharmonisan dalam dua komunitas
Abrahamik) (Kuhl, Jilid II: 1997:29-31).
Gereja
Abad I sampai dengan Abad VII (Tujuh konsili pertama)
Kehadiran Gereja dimulai dengan kehadiran Roh Kudus di tengah-tengah
murid-murid pada hari raya Pentakosta. Murid-murid mengalami suatu kuasa Roh
yang tercurah atas mereka, di mana mereka belum pernah mengalaminya sebelumnya.
Pemberitaaan Injil dimulaikan dan selanjutnya akan menjangkau seluruh umat
manusia. Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus
memulaikan sejarah persekutuannya, di mana di dalamnya akan terjadi dengan
tidak ada lagi perbedaan yang dibatasi oleh perbedaan sosial, bahasa, ataupun
suku bangsa. Hal itu tidak bisa terjadi dalam persekutuan Yahudi ataupun agama
orang Yunani pada waktu itu. Kebiasaaan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
pada itu, tidak akan terjadi dalam persekutuan yang percaya kepada Yesus
Kristus. Kenapa hal demikian terjadi ? Karena Gereja hanya mempunyai misi yang
jelas dalam pekabaran injilnya, bahwa Yesus dari Nazareth adalah Mesias yang
dijanjikan Allah untuk seluruh umat manusia. Persekutuan gereja ini memulaikan
pekabaran injilnya dari kota Yerusalem terus kemudian menyebar ke Mesir, Arab,
Siria, Mesopotania, bahkan sampai ke Roma. Orang yang menjadi pengikut Yesus,
bukan saja dari kalangan orang Yahudi, tetapi juga berasal dari kalangan non
Yahudi. Orang yang berasal dari golongan sosial yang rendah sampai ke kalangan
atas. Orang-orang Kristen yang baru dan ibadah dilakukan di rumah-rumah karena
mereka belum memiliki akan rumah ibadah yang permanen, karena agama Kristen
belum menjadi agama yang resmi,dan bergerak secara diam-diam. Kelompok yang dianggap
aneh ini oleh kalangan masyarakat, dan baru disebut “Kristen” terjadi di kota
Antiokhia. Sebutan “ Kristen” yang diterima oleh pengikut Yesus ini
merupakan kata sindiran yang berisi penghinaan, karena mereka tidak disukai
dalam masyarakat (Kisah Para Rasul 11: 6).
Pada satu sisi ketika pemberitaaan injil Yesus dinyatakan dalam
kehidupan persekutuan dengan sesama manusia, tentunya penguasa – penguasa dan
pemimpin agama Yahudi tidak menyukai akan kehadiran agama yang baru. Karenanya
orang-orang Kristen diburu dan ditangkap, bahkan dibunuh. Kitab Kisah Para
Rasul banyak menceritakan tentang penderitaan yang dialami orang-orang Kristen
pada waktu itu. Stefanus, Yakobus anak Zebedius, Yakobus saudara Yesus adalah
orang-orang pertama yang mati sahid dari perbuatan pemuka agama Yahudi yang
tidak menyukai akan penyebaran agama Kristen yang begitu cepat. Dari awal
hubungan kekeristenan dan agama Yahudi tidak akur, karena banyak
peraturan-peraturan orang Yahudi dilanggar oleh orang-orang Kristen baru.
Keadaan ini terus berlangsung sampai dengan menjelang akhir abad pertama dengan
terpisahlah agama Yahudi dengan kekeristenan. Demikian pula dalam pemerintahan
Romawi, kekeristenan tidak diakui sebagai agama yang resmi, sebagaimana agama
Yahudi sebagai agama resmi dan diakui negara. Persekutuan Kristen yang sedang
bertumbuh menuntut hak yang sama dengan penganut agama Yahudi. Hak itu tidak
dapat diperoleh, karena kekeristenan dianggap anti sosial dan tidak patriot.
Akibatnya penyiksaaan, pembunuhan terjadi. Tercatat kaisar Nero, kaisar
Kladius. Keadaan ini berlaku sampai dengan abad kedua. Baru di tahun 312 gereja
diakui sebagai agama resmi, dengan masuknya Constantianus menjadi orang
Kristen. Segala milik gereja yang dirampas oleh Negara, dikembalikan. Kemudian
di tahun 380 gereja baru diakui sebagai gereja Negara oleh kaisar
Theodosius.Selain dari penyiksaan, pembunuhan yang terjadi dalam kehidupan
orang Kristen, ada juga persoalan di dalam kehidupan kekeristenan sendiri,
yaitu mengenai Tentang Hakekat Yesus dalam hubungan dengan Allah yang terus
menerus dipersoalkan sampai dengan abad ke lima. Persoalan tentang Hubungan
Gereja dan Negara, persoalan Kepemimpinan Gereja, munculnya kelompok gnostik,
mewarnai kehidupan gereja pada masa ini juga. Dari persekutuan-persekutuan yang
ada di rumah-rumah, pengikut Kristus bertambah banyak, maka dengan sendirinya
terjadi juga gedung-gedung ibadah dan organisasinya makin lebih baik.
Selanjutnya muncul jabatan-jabatan baru dalam gereja seperti penilik jemaat,
penatua dan diaken. Pada masa ini juga, Gereja-gereja di wilayah Timur
memisahkan diri, dengan alasan tradisi yang dibawa, permasalahan hakekat Yesus
Kristus, peranan negara di dalam keputusan konsili, dan kepemimpinan di rumah.
Hal ini terjadi dengan sendiri, sehingga gereja-gereja orthodoks (Gereja
Gerika-Katolik) akan dipimpin oleh sinode atau patriarch.
Terlepas dari persoalan-persoalan yang dihadapi oleh gereja baik itu
yang berasal dari dalam dan luar gereja, ada satu pertanyaan menarik, kenapa
orang – orang begitu tetarik pada ajaran rasul-rasul dan pengikut Kristus
lainnya ? Kesaksian orang Kristen pada itu yang dikuasai Roh Kudus, mereka
memberlakukan kasih Allah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, kepada orang lain.
Persekutuan Kristen tidak membedakan orang berdasarkan status sosial yang ada.
Dengan kekuatan kasih, gereja berhasil memberlakukan kesamaan
derajat antara sesama manusia. Hal ini tidak bisa diberlakukan dalam kehidupan
masyarakat pada waktu itu, dan gereja memberi jawab terhadap apa yang menjadi
pergumulan mereka tentang jati dirinya sebagai seorang manusia.
Gereja
memberlakukan kasih ketimbang mempercakapkan tentang hakikat Yesus, yang
mungkin sulit diterima orang. Kasih orang Kristen memberi makna bagi kehidupan
dan memberi arah kehidupan yang benar.
Gereja
pada Abad Pertengahan sampai dengan Abad XV
Semakin besar pengaruh Injil Yesus Kristus untuk bangsa-bangsa di
Eropa, maka terjadi juga perubahan pola kepemimpinan Gereja. Peran Uskup di
kota Roma menjadi sangat penting dibandingkan uskup-uskup lain yang ada di Asia
Kecil lainnya. Secara otomatis Uskup di kota Roma pemimpin Gereja Katolik.
Gereja telah menjadi agama Negara, tentunya hal yang menggembirakan. Namun
hubungan Gereja dan Negara yang baik, namun sering dirinya melupakan tugas dan
panggilan yang sebenarnya, yaitu menyuarakan suara kenabiannya di masyarakat.
Aturan-aturan gereja mengarah kepada soal organisasi, walaupun itu terkait
dengan hidup kesalehan. Konsep – konsep teologia di dalam dan di luar gereja
berkembang dengan pesat. Teologia sering kali bertemu dengan filsafat Yunani.
Hakikat Yesus terus dikembangkan, masalah hubungan gereja dan negara, tentang
manusia, dosa, perjamuan, serta pola kepemimpinan gereja di Roma terus menjadi
persoalan tersendiri. Belum lagi ketika kekeristenan berjumpa dengan agama
Islam yang muncul pada abad ke enam. Persoalan dengan kelompok-kelompok bidat
yang berseberangan pemahaman dengan gereja mewarnai sejarah panjang pelayanan
Gereja. Pada abad ke lima belas muncul Renaissance dan Humanisme
sebagai masa pencerahan, yang mempengaruhi pola hidup dan pola berpikir
orang–orang Kristen. Theologia Gereja juga akan berkembang dengan sendiri, yang
mengarahkan diri kepada pemahaman–pemahaman baru akan muncul di dalam gereja,
yang diyakini berdasarkan Alkitab. Peraturan-peraturan gereja semakin
bertambah, dan memperkokoh tentang keberadaan diri gereja, sebagai alat
keselamatan Allah di tengah-tengah dunia ini.
Abad Pertengahan/Sejarah/Awal/Kekaisaran Romawi Suci
Setelah meninggalnya Charlemagne, Kekaisaran Romawi Suci mula
melemah, hingga pada 924 M, seabad kemudian, tidak ada yang secara resmi
menjadi kaisarnya. Akhirnya pada 962 M, seorang raja Jerman bernama Otto
digelari Kaisar Romawi Suci oleh Paus. Ayah Otto, Henry, adalah lord Jerman
dari Saxony (Jerman utara), yang dipilih oleh para lord Jerman lainnya sebagai
pemimpin. Henry mulai memimpin dalam posisi yang lemah, nyaris tak lebih kuat
daripada para lord lainnya. Namun ia berhasil meningkatkan wibawa dan
kekuasaannya secara signifikan dengan menghalau serbuan Magyar dari Timur, dan
juga dengan menyerang Polandia. Otto (yang sering disebut Otto Agung)
meneruskan perjuangan ayahnya dan bahkan mampu meningkatkannya. Otto
menempatkan saudara dan putranya dalam jabatan tertentu sebagai pendukung, Otto
juga memanfaatkan gereja untuk membantunya berkuasa. Meminta Paus menggelarinya
sebagai Kaisar Romawi Suci merupakan salah satu upayanya. Namun upaya ini juga
meliputi penguasaan kembali Italia, mengingat Italia dan Jerman pernah bersatu
dalam Kekaisaran Romawi Suci, dan berusaha menciptakan kembali kekaisaran. Otto
bahkan menikahi seorang bangsawan Italia bernama Adelaide.
Putra Otto juga dinamai Otto. Ia berkuasa setelah ayahnya meninggal
pada 973 M. Untuk menunjukkan betapa kuatnya Kekaisaran Romawi Suci, Otto muda
ini menikahi seorang putri Bizantium, Theophano. Ketika Otto II mati muda,
putranya yang bernama Otto III baru berusia tiga tahun, seingga Theophani
memerintah sebagai walinya. Otto III meninggal pada 1002 M, dan para bangsawan
Jerman bersikeras untuk memilih raja berikutnya. Akan tetapi Henry II masih
berasal dari keluarga Saxon yang sama. Penerusnya yang terpilih, Conrad II,
juga merupakan kerabat Otto,. Mereka berdua, beserta putra Conrad, yaitu Henry
III (1039-1056 M), tetap meneruskan kebijakan yang sama yaitu memerangi
Polandia dan berupaya menguasai Italia, sambil tetap memanfaatkan gereja
sebagai administratornya.
C.
SEJARAH GEREJA REFORMASI
1.
ARTI REFORMASI
Reformasi artinya perubahan
secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dl suatu
masyarakat atau Negara. Reformasi
berasal dari kata re artinya kembali dan form artinya bentuk. Reformasi
diartikan sebagai sebuah gerakan yang bertujuan untuk kembali ke bentuk ajaran
agama.
2.
REFORMASI GEREJA
Pengaruh masa Renaissance tidak hanya pada bidang
kesenian, kebudayaan, politik maupun ilmu pengetahuan namun juga menyebabkan
sikap kritis terhadap kehidupan gereja/agama. Pengaruh gerakan Renaissance berupa sikap kritis terhadap
penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katoliik pada
waktu itu terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa (disebut surat aflat). Surat pengampunan itu dijual
kepada mereka yang tidak dapat ikut dalam perang salib antara abad 11-13. Perang salib adalah perang yang dilakukan oleh
tentara/pasukan Eropa yang beragama Kristen dengan menggunakan tanda salib di
bajunya untuk membebaskan kota Yerusalem dari kekusaan Turki Islam. Kebiasaan penjualan Surat
pengampunan dosa kemudian dilakukan untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan
geraja dan seterusnya. Faktor lain dari munculnya Reformasi Gereja adalah
keinginan untuk membebaskan diri dari kepemimpinan Paus terhadap kehidupan
beragama di negara-negara Eropa. Hal ini tampak pada pertikaian antara raja
Frederik II dari Prusia dengan Paus Innocencius pada abad 13, raja Phillip IV
dari Prancis dengan Paus Bonifacus pada abad 14. Pada tahun 1517 Martin Luther mengemukakan
pokok-pokok pikiran sebagai kritikan terhadap Gereja meliputi 95 dalil yang
kemudian ditempel di pintu gereja Wittenberg Pendapatnya antara lain:
- Amal baik yang tidak keluar dari hati yang murni tidak akan diterima Tuhan.
- Hanya orang yang percaya kepada Yesus Kristuslah yang dapat diterimaTuhan.
- Tiap orang dapat langsung berhubungan dengan Tuhan tanpa perantara Gereja
- Tiap orang yang menyesali kesalahannya akan terlepas dari hukuman sehingga tidak diperlukan adanya surat pengampunan dosa
- Gereja meerupakan perkumpulan orang percaya dan Yesuslah Kepalanya sehingga kedudukan Paus selaku pimpinan agama tidak dapat diterimanya.
- Selain mengutamakan ajaran di atas, pada masa pembuangannya Martin Luther juga menterjemahkan Kitab Injil dari bahasa Latin ke bahasa Jerman sehingga banyak orang dapat memahami isi kitab suci
- Reformasi Gereja juga berkembang ke negara-negera lain di Eropa misalnya tokoh Jean Calvin dari Prancis (1509-1564) yang ajarannya disebut Calvinisme banyak pengikutnya di Belanda, Inggris dan Scotlandia. Tokoh Ulrich Zwingli (1484-1531) dari Swiss serta munculnya Gereja Anglica di Inggris dipelopori oleh raja Henry VIII Tudor (1509-1547).
3. MARTIN LUTHER, TOKOH REFORMASI GEREJA ABAD 16
Siapa Martin Luther? Luther lahir pada tanggal 10
November 1483 di Eisleben, Jerman; meninggal pada 18 Februari 1546. Ia biarawan
Agustinian.
St. Augustine (Agustinus) lahir di Hippo (sekarang
Algeria) 13 November 354. Ia menjadi bishop pada tahun 396-430; seorang tokoh
yang paling berpengaruh dalam gereja bahkan di kalangan Protestan setelah era
Reformasi di mana Luther merupakan salah satu tokoh utamanya. Luther,
terbit pada tahun 2003 atas kerjasama dengan gereja Katolik dan Protestan di
Jerman. Sebuah film yang menceritakan tentang kehidupan Luther khususnya pada
masa-masa kritis ketika dia harus berhadapan dengan Roma yang memaksanya harus
menarik semua publikasinya dan harus mengaku bersalah dan menyesal. Luther
dengan tegas menolak permintaan (pemaksaan) dari Roma ini karena baginya hal
itu sama sekali tidak masuk akal. Luther adalah seorang yang brillian, berani
dan berpendirian kokoh. Dia tidak mau berkompromi dengan Roma menyangkut
hal-hal yang sangat prinsip baginya. Paus Leo pada waktu itu mempunyai ambisi
untuk mendirikan Catedral of St. Peter Basilica yang memerlukan biaya sangat
besar. Paus menugaskan Johann Tetzel untuk mengumpulkan uang dengan cara
menjual indulgences. Dalam pengertian sederhana sebagaimana kita bisa saksikan
di dalam Luther, seseorang bisa membeli
keselamatan agar bisa bebas dari purgatory (api penyucian bagi jiwa-jiwa yang
belum layak masuk surga). Luther kemudian mempunyai pendirian yang tegas bahwa
manusia tidak bisa membeli keselamatannya; hanya karena kasih Tuhanlah maka
manusia bisa selamat.
Sola Fide, Sola Gratia dan Sola
Scriptura menjadi salah satu ciri khas teologi Lutheran. Sola Fide (Iman), Sola
Gratia (Kasih) dan Sola Scriptura (Injil atau Alkitab). Luther membawa
pembaharuan besar di Jerman pada masa itu. Dalam persembunyian dia
menerjemahkan Kitab Suci Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman. Ini sangat
penting sebagai sebuah pintu bagi perubahan dan kemerdekaan berpikir. Selama
1500-an tahun, yang berhak membaca Kitab Suci hanya segelintir orang dan yang
berhak menafsirkannya hanya para petinggi gereja seperti Paus di Roma.
Penerjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Jerman juga membawa pembaharuan tidak
hanya dalam kehidupan beragama tetapi juga dalam bidang non-agamis seperti seni
dan budaya. Luther beruntung berada di bawah lindungan Frederick III yang
menculik dan menyembunyikannya di sebuah kastel di Wartburg dari rencana
pembunuhan sekembali dari Worm pada tahun 1521 di mana Luther dengan tegas
menolak pemaksaan dari Roma untuk mencabut seluruh buku-buku yang telah dia
tulis dan mengaku bersalah. Pendirian yang kuat ini menimbulkan kegemparan bagi
gereja saat itu tetapi tidak bagi Jerman dan penduduknya yang membela dan
mengelu-elukan Luther sebagai pahlawan. Di Kastel Wartburg, Luther
menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman yang dia dedikasikan
kepada Frederick III. Luther menikah dengan Katharina von Bora, seorang mantan
biarawati. Paus Leo meninggal pada saat Luther masih hidup. Di gereja-gereja
Lutheran dan Protestan pada umumnya, pendeta pada umumnya menikah; tradisi ini
berasal dari era reformasi sejak Luther. Dalam perjalanan selanjutnya, sayang
nian, para pendeta di gereja-gereja Protestan hampir-hampir tak ada yang sebrillian
Luther dalam hal pengetahuan dan rasa humor. Latar belakang pendidikan Luther
sebelum masuk biasa Agustinian adalah hukum. Ia menulis dan menerbitkan banyak
buku.
Orang-orang Protestan, para
teolognya juga lemah dalam filsafat, berbeda dengan teolog-teolog Katolik yang
mengharuskan pada pastor belajar filsafat dalam bahasa Latin sebelum belajar
teologia. Orang-orang Protestan langsung belajar teologia dan sedikit belajar
filsafat, sebagian besar hanya belajar filsafat a ala kadarnya. Maka tak heran,
di kalangan Protestan ada banyak aliran, selalu bertambah. Kalau tidak suka
bergabung dengan satu aliran tertentu, bisa bikin aliran baru. Kecenderungan
ini yang masih terus berlangsung sampai sekarang potensial menimbulkan
persoalan termasuk di Indonesia. Pada pendeta dan pemimpin gereja sekarang ini
pada umumnya bisa bersikap seperti para Saduki dan Farisi di zaman Yesus. Yesus
menyebut mereka ini, Farisi dan Saduki sebagai kumpulan keturunan para
ular-beludak, artinya orang-orang munafik yang haus kekuasaan dan harga diri.
Mereka ini juga yang ngotot memaksa Pontius Pilatus agar menyalibkan Yesus
sebab menurut para keturunan ular beludak itu, Yesus telah menghina Allah. “Bless
me Father!” mohon seorang biawaran berlutut kepada Luther ketika dia hendak
menaiki tangga ke pengadilan di Worm pada tahun 1521. “I am not a saint!”
sergah Luther sambil menarik orang itu berdiri. Dalam sejarahnya, gereja-gereja
Protestan termasuk Lutheran justru kehilangan semangat Luther yang egaliter dan
demokratis. Para pemimpin gereja mencari kenyamanan dan popularitas dalam
kedudukan mereka yang fana itu. Kalau Luther masih hidup, saya kira dia akan
marah terhadap para pencari kekuasaan dan kenyamanan itu. Para pendeta merasa
diri mereka berbeda dan lebih suci walau dalam prakteknya, who knows really?
Mereka tidak jauh berbeda dengan kaum Saduki dan Farisi di zaman Yesus.
4.
GERAKAN REFORMASI BELANDA
Sejarah
Gereja Reformasi Belanda adalah Gereja Reformasi tertua di Belanda dan sebelum bubarnya Republik Belanda Gereja
ini menikmati status sebagai gereja 'publik' atau gereja dengan hak-hak
istimewa. Berbeda dengan keyakinan banyak orang, Gereja ini tidak pernah
mempunyai status sebagai 'agama negara', meskipun
undang-undang mewajibkan bahwa setiap orang yang memegang jabatan publik harus
menjadi anggota komunikan dari Gereja Reformasi Belanda. Hubungan antara
pemerintah dengan Gereja ini cukup akrab. Gereja Reformasi Belanda menggantikan
jemaat-jemaat yang bermunculan pada masa Reformasi. Dalam masa
pergolakan keagamaan ini, kebanyakan pemimpin gereja-gereja Reformasi Belanda
meninggalkan negaranya. Sinode pertama yang dihadiri oleh 23 pimpinan Reformasi
Belanda diadakan di Emden, sebuah kota di Jerman [ada Oktober 1571. Sinode Emden pada umumnya dianggap sebagai titik tolak denominasi
ini. Sinode pertama yang diadakan di negeri Belanda sendiri berlangsung di
Dordrecht pada 1578. Pertemuan sinode ini tidak boleh dikacaukan dengan ‘Sinode Dordrecht Kedua’
yang lebih terkenal, yang hasilnay antara lain adalah mengusir kaum Arminian dari Gereja ini dan menambahkan Kanon Dordrecht ke dalam Pengakuan Imannya. (Pernyataan-pernyataan
doktriner sebelumnya adalah Pengakuan Iman
Belgia dan Katekismus Heidelberg). Ketiga dokumen pengakuan iman ini disebut Drie
formulieren van Enigheid (Tiga
Rumusan Keesaan) tetapi yang terjadi malah lebih banyak perpecahan dan konflik
di dalam gereja yang ditimbulkan oleh ketidaksepakatan mengenai substansi dan
penafsiran tentang standar-standar doktrin ini.
Pemerintah Republik Belanda, yang memulai pengusiran kaum Arminia dan
belakangan menganianya melarang Sinode Reformasi ini berhimpun, dan Sinode
tidak diselenggarakan lagi di Belanda hingga bubarnya Republik Belanda ini.
Reformasi selanjutnya
Akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 dikenal sebagai masa nadere
reformatie ('reformasi
lebih lanjut') Belanda, yakni sebuah gerakan pietis. Tokoh utama dari gerakan Nadere Reformatie ini adalah Wilhelmus à Brakel dan Gisbertus Voetius. Para pengarang pietis yang kurang dikenal adalah
Bernardus Smytegelt dan Jodocus van Lodensteyn. Karya para pengarang ini masih
dibaca di kalangan Calvinis ultra-ortodoks di Bijbelgordel (Lingkaran Alkitab Belanda) .
Gereja Peraturan
Ketika Kerajaan Belanda terbentuk pada 1815 organisasi Gereja Reformasi Belanda menjadi lebih
tersentralisasi daripada yang sudah-sudah. Organisasi Gereja yang historis
tersingkir oleh 'Peraturan' yang dipaksakan oleh pemerintahan yang baru dan
Gereja diletakkan di bawah control kerajaan dengan Sinodenya diangkat secara
pribadi oleh Raja hingga 1852. Baru pada 1853terjadi pemisahan sepenuhnya antara Gereja dan Negara.
Abad ke-21[sunting | sunting sumber]
Gereja Reformasi Belanda tetap merupakan gereja terbesar di Belanda
hingga pertengahan abad ke-20 ketika Gereja ini dilampaui oleh Gereja Katolik
Roma. Sekularisasi Belanda yang cepat pada tahun 1960-an memukul Gereja
Protestan arus utama ini dengan sangat hebat. Dari 1960-an dan seterusnya
berbagai upaya dilakukan untuk mengadakan penyatuan kembali denganGereja-gereja Reformasi di Belanda yang akhirnya tercapai pada 2004.
Gereja Protestan di Belanda
Gereja Reformasi Belanda mempunyai 2 juta anggota yang terorganisir
dalam 1350 jemaat ketika Gereja ini menyatu dengan Gereja-gereja Reformasi di Belanda (Gereformeerde
Kerken in Nederland, GKN) dan Gereja Lutheran Injili di Kerajaan Belanda (Evangelisch-Lutherse
Kerk in het Koninkrijk der Nederlanden) pada 2004 untuk membentuk Gereja Protestan di Belanda(Protestantse
Kerk in Nederland, PKN).
Kontroversi
Seperti umumnya dengan gereja 'luas', Gereja Reformasi Belanda selalu
mengalami kesulitan dalam mengakomodasi perbedaan-perbedaan teologis. Gereja
ini telah mengalami banyak skisma (perpecahan) dalam sejarahnya. Skisma pertama
pada 1618 menyebabkan lahirnya Gereja Remonstrant. Skisma-skisma penting lainnya termasuk Afscheiding (Pemisahan) pada 1834 danDoleantie (Duka cita) yang dipimpin oleh Abraham Kuyper pada
1886 dan, tidak begitu mengherankan, penyatuan pada 2004 pun telah menghasilkan
skisma yang baru.
Sejumlah jemaat dan anggota dari Gereja Reformasi Belanda yang lama
memisahkan diri untuk membentuk Hersteld Hervormde Kerk ('Gereja
Reformasi Pemulihan'). Diperkirakan anggota mereka berjumlah antara 35.000
hingga 70.000 yang tersebar di sekitar 120 jemaat setempat, yang dilayani oleh
88 pendeta. Mereka berselisih pendapat mengenai konstitusi plural dari gereja
yang dipersatukan yang mereka tuduh sebagian bertentangan dengan
pengakuan-pengakuan iman Reformasi dan Lutheran. Kelompok ini juga
menentang pemberkatan pasangan sejenis di gereja Kristen atau penahbisan perempuan.
Afrika Selatan
Gereja Reformasi Belanda melahirkan sejumlah denominasi reformasi di Afrika Selatan, termasuk Nederduits Gereformeerde Kerk, Nederduitsch Hervormde Kerk, Gereformeerde Kerk, Afrikaanse Protestantse Kerk dan Uniting Reformed Church in Southern Africa. David Bosch, seorang dosen dalam teologi pembebasan dan misiologi serta
pengarang Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission (bahasa Indonesia: “Transformasi
Misi”, terbitan BPK Gunung Mulia) adalah anggota dari Gereja Reformasi di Afrika Selatan.
Dirk Van der Hoff adalah seorang pendiri penting dari Gereja Reformasi
Belanda di Afrika Selatan.
Amerika
Gereja Reformasi Belanda melebarkan sayapnya ke benua Amerika pada awal
tahun 1600-an ketika Belanda mulai membuka koloninya di sana. Gereja Reformasi Belanda di Amerika adalah keturunan yang paling langsung di antara banyak
Gereja-gereja Reformasi keturunan Belanda di Amerika Serikat. Di Kanada,
denominasi Reformasi terbesar dari masyarakat keturunan Belanda adalah Gereja Reformasi Kristen di Amerika Utara.
Indonesia
Penyebaran agama Kristen di Indonesia yang terjadi pada masa penjajahan
Belanda pada umumnya dilakukan oleh para zendeling yang
berlatar belakang Gereja Reformasi Belanda sehingga tidak mengherankan bila kebanyakan
gereja Protestan di
Indonesia berasaskan sama dengan Gereja ini. Gereja-gereja tersebut antara lain
adalah:
·
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)
·
Gereja Protestan di
Sulawesi Tenggara (Gepsultra)
·
Gereja Kristen Indonesia (GKI)
·
Gereja
Kristen Injili di Papua Barat (GKI-PB)
·
Gereja-gereja
Kristen Jawa (GKJ)
·
Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW)
·
Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB)
·
Gereja Kristen Pasundan (GKP)
·
Gereja Kristen Sumba (GKS)
·
Gereja Kristen
Sulawesi Tengah (GKST)
·
Gereja Masehi Injili
di Halmahera (GMIH)
·
Gereja Masehi Injili
di Minahasa (GMIM)
·
Gereja
Masehi Injili di Sangir-Talaud (GMIST)
·
Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)
·
Gereja Protestan Maluku (GPM)
·
Gereja
Toraja (GT)
·
Gereja Toraja Mamasa (GTM)
Hingga kini kebanyakan Gereja-gereja tersebut di atas masih menjalin
hubungan kerja sama yang erat dengan Gereja Reformasi Belanda meskipun kini
telah menjelma menjadi Gereja Protestan di Belanda.
5.
FAKTOR-
FAKTOR PENYEBAB REFORMASI
Dua penyebab yang
berkontribusi besar bagi suksesnya “Reformasi” adalah penurunan moral
orang-orang pada masa itu dan penyebaran ajaran sesat dari Wycliffe dan Huss.
Kekayaan yang besar dari biara-biara pada masa itu dengan jelas membawa
sikap-sikap indisipliner di antara para anggotanya, sementara penerimaan
universal Katolisitas telah mematikan semangat untuk memeliharanya (Katolisitas
dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa). Penemuan mesin cetak pada masa Luther
memberikan kemungkinan untuk penyebaran ajaran sesat dengan sangat cepat. Perlu
ditambahkan bahwa perseteruan panjang pada masa itu antara Gereja dan
penguasa-penguasa Sekuler juga melemahkan otoritas Gereja.
Pada tahun 1356, John
Wycliffe, seorang anggota Universitas Oxford, Inggris, mulai berkhotbah melawan
Ordo-ordo Para Pengemis / Medicant. Empat tahun setelahnya (1360), dia
menyerang seluruh ordo-ordo gerejawi. Dia mengajarkan bahwa Paus bukan kepala
Gereja, bahwa Uskup tidak lebih superior dari Imam-imamnya, bahwa Imam-imam dan
Hakim-hakim Sipil kehilangan otoritasnya ketika mereka jatuh dalam dosa berat / mortal sin. Dan semua serangannya ini diakhiri dengan
penolakannya terhadap Kehadiran Nyata Tuhan Yesus Kristus dalam rupa Roti dan
Anggur yang sudah dikonsekrasi dalam Perayaan Ekaristi.
Doktrin-doktrin sesat
ini dengan mudah menemukan para pengikutnya, yaitu kaum Lollards. Mereka menyebabkan gangguan umum besar, menyatakan
bahwa mereka memiliki hak untuk berkhotbah di mana pun dan kapan pun mereka
suka. Pada tahun 1380, Wycliffe menerjemahkan Kitab Suci ke dalam Bahasa
Inggris dan empat tahun setelah ia meninggal (1384), ia dihukum dan ditolak
oleh Paus Roma dan beberapa konsili gerejawi di Inggris. Doktrin-doktrinnya
kemudian dikutuk dalam Konsili Constance (1415), begitu juga dengan
doktrin-doktrin kreasi John Huss yang mulai berkhotbah menyebarkan ajarannya di
Bohemia (bagian dari Rep. Ceska sekarang, asalnya pemain bola terkenal seperti
Pavel Nedved, Petr Cech dan Jan Koller). Pada tahun 1402, Jerome dari Praha
kembali dari Oxford, di mana dia telah belajar di sana dan mulai berkhotbah dan
menyebarkan doktrin-doktrin John Wycliffe. Dia kemudian digantikan oleh John
Huss pada tempat yang sama. John Huss ini tidak hanya mengajarkan
doktrin-doktrin sesat Wycliffe tetapi lebih jauh dari itu ia juga menolak
otoritas Paus, menyerang kaum tertahbis, doktrin-doktrin Gereja mengenai
Indulgensi (penghapusan siksa sementara, tidak sama dengan pengampunan dosa),
Santa Perawan Maria, Para Kudus dan Komuni dalam satu rupa.
Doktrinnya dengan cepat menyebar di
seluruh Bohemia. Pada tahun 1414, Konsili Constance diselenggarakan di mana
sebelum ia muncul di sana, ia telah lebih dahulu dihukum dan dibakar di tiang
pada tahun 1415 oleh penguasa sekuler. Tahun berikutnya, para pengikut John
Huss berkembang menjadi pasukan yang besar dan mengambil alih Bohemia dan
akhirnya tidak bisa diatasi sampai tahun 1436; tetapi pada masa ini,
doktrin-doktrinnya telah menyebar luas. Benih telah ditaburkan dan pada tahun
1517 muncul buahnya dalam heresi (ajaran sesat) oleh Martin Luther dimana Luther
mulai berkhotbah menolak Indulgensi dan mempertahankan heresi / ajaran sesat
yag diajarkan oleh Wycliffe dan Huss. Tidak
dapat ditolak bahwa penurunan moral orang pada masa itu termasuk kaum tertahbis
dan biarawan berkontribusi besar pada penyebaran ajaran sesat ini. Sementara
itu kekayaan Gereja digunakan sebagai dalih munafik untuk menyerang kaum klerus
(tertahbis). Di samping itu, doktrin-doktrin Wycliffe dan Huss mendorong secara
langsung pemberontakan melawan otoritas yang ada. Hal yang sama dalam derajat
yang lebih buruk terjadi di bawah pimpinan Luther. Doktrin-doktrin Luther tidak
hanya mendorong pemberontakan melawan otoritas tetapi juga menjadi sebuah
bentuk keangkuhan dan kesombongan intelektual terburuk.
Luther
Pada
tanggal 10 November 1483, Martin Luther, yang pertama dan pemimpin dari Para
Reformer Protestan, lahir di Eisleben, daerah Saxony. Pada tahun 1505 ia
menjadi biarawan Ordo St. Agustinus, dan segera setelah itu ia ditunjuk sebagai
professor di Universitas Wittenberg.
Pada tahun 1517, Paus
Leo X menerbitkan Jubilee dan mengarahkan supaya sedekah yang diberikan
hendaknya dikirim ke Roma untuk membantu menyelesaikan Basilika St. Petrus yang
sedang dibangun. John Tetzel, Superior Ordo Dominikan, ditunjuk untuk
menyampaikan Jubilee ini di seluruh Jerman. Tindakan ini sungguh tidak
menyenangkan Luther karena ia merasa Ordo Agustinian tidak diundang untuk
terlibat dalam pewartaan soal Jubilee ini. Pertama-tama, Luther hanya menyerang
Ordo Dominikan, tetapi dalam waktu singkat ia juga menyerang surat Indulgensi
itu sendiri dengan menerbitkan deklarasi terkenalnya pada tanggal 31 Oktober
1517 yang menjadi benih-benih Reformasi Protestan. Pada tahun 1520,
doktrin-doktrinnya ditolak oleh Paus dan Luther diekskomunikasi. Pada tahun
1522, Luther menerjemahkan Kitab Suci ke dalam Bahasa Jerman dan dengan ini
memproklamasikan Doktrin “Kitab Suci yang terbuka dan Interpretasi yang bebas”
sebagai suatu prinsip fundamental. Dia juga menolak supremasi Paus, otoritas
Gereja, Selibat, daya guna Sakramen-sakramen, Api Penyucian / Purgatorium, dan
pengajaran Gereja mengenai Justifikasi dan Dosa Asal. Luther melarang para
pengikutnya untuk menghormati Santo-santa atau untuk menaati perintah-perintah
Gereja, menolak semua sakramen kecuali Pembabtisan dan Perjamuan Tuhan. Dia
juga mengajarkan bahwa iman tanpaperbuatan baik akan menyelamatkan, bertentangan dengan
pengajaran Katolik yang mengajarkan bahwa manusia diselamatkan oleh iman dengan perbuatan baik. Luther dengan doktrinnya “Open Bible and Free Interpretation” meluruskan jalan untuk berkembangbiaknya sekte-sekte
dan berbagai macam opini dalam Protestantisme yang terpecah-pecah. Pada tahun
1525, Luther menikahi Catherine de Bora, seorang biarawati yang dia bujuk untuk
meninggalkan biara. Pada tahun 1546, Luther meninggal dengan Protestantisme
yang terkoyak-koyak menjadi bagian-bagian kecil oleh persaingan antar sekte. Doktrin Luther menyebar dengan cepat di
seluruh Saxony, Jerman Utara, dan Prussia. Dari situ, doktrin tersebut masuk ke
Denmark, Swedia dan Norwegia, didorong oleh para pangeran dan para raja dan di
manapun disertai dengan pertumpahan darah dan kekacauan. Calvinisme diadopsi di
bagian Prancis dan Swiss dan di bawah pengajaran Knox menjadi agama utama di
Skotlandia.
Pada
tahun 1545 Konsili Trente diadakan. Setelah pemeriksaan hati-hati selama 17
tahun, Konsili Trente menghukum ajaran sesat Luther dan Calvin, dan pada saat
yang sama menegaskan kembali ajaran-ajaran yang benar mengenai
Sakramen-sakramen, Rahmat, Dosa Asal, Justifikasi/Pembenaran, dan Kehendak
Bebas / Free Will.
Kanon Kitab Suci ditegaskan kembali [melawan kanon Luther dkk] dan banyak
hukum-hukum bijak diterbitkan. Selama lebih dari 300 tahun, tidak ada konsili
baru diadakan sampai pada tahun 1869 ketika Konsili Vatikan I diadakan. Tetapi,
pada tahun 1870 Konsili Vatikan I ini ditangguhkan oleh karena penjarahan
terhadap Roma oleh Viktor Emmanuel, Raja Italia.
Calvin dan Knox
JohnCalvin
lahir pada tahun 1509 di Noyon (Prancis) dan meninggal di Geneva pada
tahun 1564. Pada awalnya, ia belajar untuk menjadi Imam dan masuk Ordo Hina
Dina Fransiskan, tetapi setelah itu ia belajar ilmu hukum. Pada tahun 1532, ia
mengadopsi doktrin-doktrin Luther dan pada tahun 1535 ia menerbitkan
doktrin-doktrinnya yang mengajarkan bahwa semua manusia telah ditakdirkan oleh
kehendak bebas Allah untuk masuk ke surga atau masuk ke neraka: sehingga dengan
demikian ia menolak peran serta kehendak bebas manusia dan membuat Allah
sebagai kreator dosa. Pada tahun 1536, ia pergi ke Geneva. Dari sana, setelah
dua tahun kemudian, ia ditolak karena tindak kekerasan dan berapi-api dari
dirinya. Pada tahun 1541 dia kembali dan sejak masa itu hingga kematiannya, ia
memerintah Geneva dengan tangan besi. Pada tahun 1553 ia membakar Michael
Servetus karena Michael Servetus mengajarkan Doktrin-doktrin untuk menolak
Trinitas kepada Calvin. Servetus sendiri memang menjadi seorang Unitarian
(Anti-Trinitarian). Dengan demikian, Calvin menolak orang lain memiliki
kebebasan yang diklaim untuk dirinya sendiri. Calvin melarang segala
agama-agama luar, melarang perayaan-perayaan religius, melakukan penolakan
terhadap Misa, menolak kehadiran nyata Yesus Kristus dalam Ekaristi, menolak
perantaraan doa Para Santo-santa, Supremasi Paus, dan karakter sakramental dari
Para Uskup dan Para Imam. Calvin adalah seorang dengan karakter yang kuat,
sangat keras, dan begitu mendalam, memiliki kehendak yang pasti. Dia oleh
banyak orang dianggap sebagai jiwa dan pelopor sesungguhnya dari “Reformasi”
dan dimanapun doktrinnya diterima dengan baik, efek yang dihasilkan begitu
mendalam dan bertahan sangat lama bahkan sampai sekarang.
John Knox
Pelopor “Reformasi” di
Skotlandia, lahir pada tahun 1505; ditahbiskan menjadi Imam tetapi pada tahun
1547 ia mulai berkhotbah menyerang Paus dan Misa Kudus. Dia adalah seorang pria
dengan temperamen kasar dan kejam dalam cara. Pada tahun 1554, dia mengadopsi
doktrin-doktrin Calvin dan sukses membuatnya diterima secara umum di Skotlandia
sehingga Katolisitas hampir seluruhnya ditolak oleh orang-orang Skotlandia.
Knox meninggal pada tahun 1572, dipuja-puja oleh orang-orang Skotlandia, tetapi
dikenal dalam sejarah sebagai Ruffian of the Reformation(Bajingan Reformasi).
Reformasi Protestan di Inggris
Pada
awal mula, Henry VIII, Raja Inggris, begitu keras melawan doktrin-doktrin
Luther. Ia menulis sebuah buku melawan Luther dan karena ini ia disebut oleh
Paus sebagai Defender of the Faith / Pembela Iman. Titel ini masih dipertahankan oleh
Para Raja dan Ratu Inggris di kemudian hari.
Pada tahun 1509, Henry
menikahi Catherine dari Aragon, tetapi 24 tahun kemudian ia memiliki hubungan
yang tidak sah dengan Anne Boleyn, pelayan ratu. Karena Paus menolak untuk
menceraikan dia dari istrinya yang sah, Catherine, ia mengangkat dirinya sendiri
sebagai kepala Gereja di Inggris dan memaksa parlemen untuk menceraikan dia
dari istrinya yang sah (1533). Kemudian, ia menikahi Anne Boleyn di hadapan
publik di mana beberapa bulan sebelumnya ia telah menikahi Anne Boleyn secara
diam-diam. Tiga tahun kemudian (1536), Henry memenggal Anne Boleyn dan hari
berikutnya ia menikahi Jane Seymour yang pada tahun berikutnya meninggal ketika
Henry menikah lagi. Dalam enam bulan, pernikahan ini dianulir juga dan kemudian
ia menikahi Catharine Howard yang pada tahun berikutnya dipenggal ketika Henry
menikah lagi. Dia sedang bersiap untuk menceraikan istri keenamnya ketika ia
sendiri meninggal, ditolak dan dihina oleh semua orang. Seperti inilah orang
yang memulai “Reformasi” di Inggris. Setelah kematian Henry VIII, “Reformasi”
dilanjutkan oleh Edward VI (1547-1553) dan Elizabeth I (1558-1603) yang dalam
masa pemerintahannya Katolisitas hampir dihancurkan secara keseluruhan
dan Protestantisme begitu teguh berdiri sehingga selama 50 tahun hanya ada
sedikit umat Katolik di Inggris. Kemudian, bagaimanapun juga, Gereja Katolik
mulai kembali tumbuh di Inggris dengan ditandai adanya seorang Kardinal dan
beberapa Uskup di samping Para Imam dan Para Biarawan/ti.
Ketika
Henry VIII memisahkan diri dari Gereja Katolik, ia mulai melakukan penganiayaan
terkejam, menjarah biara-biara, mengusir kaum biarawan, dan membagi-bagi tanah
mereka di antara para pendukungnya. Penjara, denda, penyitaan, penganiayaan,
kematian adalah hukuman yang diberikan kepada mereka yang menolak mengakuinya sebagai
Kepala Gereja. Henry memenggal St. John Fisher (Uskup dari Rochester) dan St.
Thomas More (Kanselir Inggris), dua dari orang-orang terkenal di Inggris karena
mereka tidak menyetujui perceraiannya atau mengakui supremasinya sebagai
pemimpin spiritual Inggris. Meneruskan Skisma oleh Henry, Raja Edward VI dan
Ratu Elizabeth I menambahkan ajaran sesat: memberangus Misa, menghancurkan
gambar-gambar, perampasan dan profanisasi gereja-gereja, mengubah dogma dan
perayaan-perayaan. Seluruh bangsa Inggris menerima hal ini sebagai syarat dari
para penguasa mereka. Dari sejak kematian Elizabeth I (1603) hingga sekarang,
“Gereja Anglikan” seperti yang kita sebut sekarang telah menjadi budak negara
di mana Raja dan Ratu Inggris menjadi kepalanya.
Untuk
mengkonversi / membuat orang berpindah agama, Protestantisme melakukan
pemaksaan dan kekerasan. Di Inggris dan Skotlandia, orang-orang dipaksa
membayar pajak, dimasukkan ke penjara atau dihukum mati. Di Jerman, Prusia,
Swedia, Denmark dan Norwegia juga terjadi hal yang sama. Di Amerika, kelompok
Puritan bertindak dengan cara demikian juga. Protestantisme dimulai dengan “an open bible and free interpretation” telah berujung dengan muncul banyak perpecahan dan
ketidakpercayaan. Dengan berdasarkan prinsip tersebut, setiap orang menjadi
hakim atas apa yang ia percayai atau yang ia tidak percayai. Dengan demikian,
di antara Para Protestan hampir ada jumlah agama sebanyak jumlah individunya;
gereja-gereja mereka terpecah dan terkoyak hingga menjadi ukuran kecil, berakhir
pada ketidakberimanan dan Mormonisme. Di sisi lain, Katolisitas tetaplah sama
karena Katolisitas adalah kebenaran dan kebenaran tidak berubah.
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Terima kasih
ReplyDelete