PERANAN DIDIKAN KELUARGA/ORANG TUA DALAM MENCERDASKAN SPIRITUALITAS ANAK
I.
Pendahuluan
Di Zaman modern ini, terdapat banyak masalah di sekitar keluarga Kristen.
Istilah keluarga Kristen hampir tinggal nama saja. Tanggung jawab yang
dipercayakan Tuhan bagi orang tua untuk mendidik anak dan mendekatkan diri anak
pada Tuhan, kini hampir terlupakan oleh orang tua.
Akan tetapi ketika melihat kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan,
maka orang tua akan kecewa pada anak dan akhirnya menyalahkan lembaga-lembaga
yang sudah dipercaya tersebut. Bagaimana mungkin seorang anak dapat belajar
tentang hal percaya dan kasih serta tanggung jawab seorang Kristen jikalau hal
itu semua tidak pernah dilihat, dikenal dan dirasakan dalam keluarganya
sendiri? Bagaimana mungkin anak memiliki moral dan spiritual yang baik bila
unsur-unsur ini tidak dibekali dalam keluarga? Oleh sebab itulah didikan orang
tua sangat berperan dalam mencerdaskan spiritualitas anak.
Dalam sajian ini, penyaji memberikan batasan pembahasan di sekitar didikan
keluarga {orang tua} dalam hal agama, karena bidang inilah yang lebih dekat
dengan kecerdasan spiritualitas anak. Oleh sebab itu, penyaji membuat
sistematika sebagai berikut:
I.
Pendahuluan
II.
Dasar Teologi Pendidikan Agama
III.
Pengertian
3.1 Spiritualitas
3.2 Pendidikan
agama Kristen dalam keluarga
IV.
Pembahasan
4. 1 Mengenal Perkembangan Anak
4. 2 Usaha PAK dari Orang tua demi Mencerdaskan
Spiritualitas Anak
V.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
II.
Dasar Teologi pendidikan agama
Dalam Ulangan 6:6-8, terdapat perintah Allah kepada Orang
Sebagaimana Ishak meneruskan pengajaran yang penting itu dan kemudian
anaknyaYakub pula menanamkan segala ajaran ini ke dalam batin anaknya. Yusuf
menyimpan pelajaran-pelajaran itu dalam batinnya ke mana saja ia pergi, biar
dalam pengasingan sekalipun sehingga pengetahuan akan janji Tuhan itu tetap
terpelihara oleh bangsa
Dalam Efesus 6:4, terdapat perintah yang sangat penting bahkan merupakan kewajiban Orang tua untuk melatih anak dalam pendidikan disiplin hidup Kristen {paideia: pendidikan dengan disiplin dan Nouthesia: pendidikan dengan lisan}. Alkitab meletakkan tanggung jawab untuk pendidikan religius pada orang tua.[3] Tuhan menahbiskan rumah sebagai lembaga untuk melatih anak-anak bagaimana mereka seharusnya bertindak. Tujuan dari pemberian perintah ini agar anak percaya pada Tuhan, supaya anak tidak melupakan tindakan Tuhan dan supaya anak bertumbuh dan berkembang menjadi orang yang memiliki kepribadian dan spiritualitas yang baik. Yesus sendiri menghendaki agar anak-anak juga diikutsertakan dalam pengajaran Kristen. Ia memperlihatkan apa yang dimaksudkanNya ketika Ia memeluk anak-anak dan memberkati mereka.
III.
Pengertian
3. 1 Spiritualitas
Spiritualitas pada umumnya dimaksudkan sebagai hubungan pribadi seorang
beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatan.
Spiritualitas dapat dirumuskan sebagai hidup berdasarkan Roh Kudus dengan cara
mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih sebagai usaha mengintegrasikan
segala segi kehidupan ke dalam cara hidup yang secara sadar bertumpu pada iman
akan Yesus Kristus.
Segala bidang khususnya kehidupan berkeluarga harus diresapi oleh nilai – nilai kristiani seperti cinta kasih, kesetiaan, semangat berkorban, kejujuran, ketekunan dan kerendahan hati. Jadi membentuk orang beriman yang dewasa dalam Kristus {Efesus 4: 13} dan sekaligus ulet serta bijaksana dalam urusan yang duniawi adalah tujuan lembaga – lembaga pembinaan umat[4].
Kehidupan spiritual tidaklah bertentangan dengan kehidupan kodrati manusia, tetapi tumbuh dan menjadi dewasa dalam keserasian dalm kehidupan kodrati. Melalui kehidupan spiritual manusia memasuki pengetahuan dan cinta yang melebihi kodrat. Di sini dia berpikir dan bertindak tidak atas budaya dan nalar melainkan atas dasar iman[5]. Jadi spiritualitas merupakan dasar untuk bertindak atau mempraktekkan kehidupan iman kristiani karena spiritualitas dibangun atas dasar pengalaman pendidikan agama Kristen.
3. 2 Pendidikan agama Kristen dalam keluarga
Keluarga Kristen adalah pemberian Tuhan yang tidak ternilai harganya.
Keluarga kristenlah yang memegang peranan yang terpenting dalam PAK, bahkan
lebih penting pula dari segala jalan lain yang dipakai gereja untuk didikan
itu. Pada umumnya keluarga memang besar nilainya bagi manusia. Ilmu sosiologi
menjunjung keluarga sebagai komunitas pokok bagi seluruh masyarakat.
Suami-istri dapat memberi contoh terindah dari hal kasih-mengasihi, tolong-
menolong dan hal saling berkorban. Jikalau suami-istri Kristen dianugrahi anak,
mereka merupakan segitiga yang suci. Persekutuan rumah tangga Kristen itu tidak
ada taranya di seluruh dunia ini, justru persekutuan itulah yang dipakai Tuhan
untuk kepentingan spiritualitas anak. Tuhan menghendaki agar keluargalah yang
dapat menanamkan dalam batin anak – anak muda pengertian akan dua hal yang
merupakan inti dari pengajaran Kristen yakni, Taurat dan Anugerah[6]. Melalui
keluargalah akhirnya mereka lambat laun diajak berintegrasi dalam masyarakat.
Oleh karena itu hendaklah orang tua menyadari betapa pentingnya pendidikan
agama kristiani dalam keluarga demi kehidupan dan kemajuan umat Allah sendiri.
Pendidikan agama bukan berarti pemaksaan secara sewenang- wenang perintah moral kepada anak. Pendidikan agama berarti suatu pemahaman yang selalu berkembang maju agar anak dibantu untuk memahami Allah, manusia dan tugas moral sesuai dengan umur serta pendidikannya. Keingintahuan alamiah dari seorang anak perlu dimanfaatkan dalam setiap usaha pendidikan.
IV.
Peranan orang Tua Dalam mencerdaskan Spiritualitas Anak
4. 1 Mengenal Perkembangan Anak
Dalam psikologi perkembangan dipahami bahwa manusia berkembang dari
janin, kanak-kanak menjadi dewasa dan lanjut usia. Masa kanak-kanak merupakan
awal kehidupan di dalam dunia, dan pada usia dini ini anak memandang ke masa
depan dalam pertumbuhannya. Anak adalah manusia dalam perkembangan tertentu. Ia
berbeda dari orang dewasa dalam segi kualitasnya. Cara berpikir, cara belajar
dan sebagainya. Masa kanak-kanak dapat dibagi dalam 4 bagian yakni: bayi {0-2
tahun}, anak kecil {3-6 tahun}, anak tanggung {7-9 tahun}, dan anak besar
{10-12 tahun}. Perkembangan pada masa kanak-kanak merupakan perkembangan yang
paling pesat disbanding masa dewasa misalnya. Dalam kurun waktu
Dalam upaya memperoleh sosok pribadi yang kita harapkan, proses pertumbuhan dan perkembangan anak mutlak harus dipengaruhi. Lingkungan hidup anak yang utama dan paling ideal adalah lungkungan orang tua, lingkungan keluarga yang menjadi sumber yang melakukan tindakan terhadap anak yang sedang tumbuh dan berkembang[9]. Stimulasi {perangsangan}menjadi suatu yang penting dan dibutuhkan oleh anak untuk merangsang perkembangan semua aspek kepribadian seperti aspek kognitif, emosi, social, moral dan spiritual. Sumber stimulasi yang penting bagi anak adalah orang tuanya sendiri dan lingkungan keluarga. Di sinilah tugas orang tua untuk menjadi pembimbing anaknya, supaya perkembangan anak dapat berlangsung sebaik-baiknya. Dengan demikian, pengenalan akan perkembangan kepribadian anak menjadi langkah utama dan awal untuk dapat menanamkan pendidikan agama pada langkah selanjutnya demi mencerdaskan spiritualitas anak.
4. 2 Usaha PAK dari Orang tua demi mencerdaskan spiritualitas anak
Pada saat kelahiran anak dimulailah suatu proses penerusan nilai-nilai
yang secara bertahap dalam rangka mengembangkan dan memperkaya kehidupan roh,
membimbing anak kepada kematangan psikologis dan rohani {spiritualitas}. Oleh
sebab itu sebagai dasar dalam tugas mendidik anak adalah cinta kasih Allah
kepada mereka dan cinta kasih timbale balik di dalam perkawinan, pasangan
suami-istri yang terus mengalir melalui pelayanan pendidikan kepada
anak-anaknya. Jika mereka secara penuh merupakan gambar dan citra Allah dari sang
pencipta, maka suami-istri akan
menggunakan waktunya untuk memelihara, melindungi, menumbuhkembangkan
dan membantu anak mencapai kedewasaan walau telah melakukannya hanya 9 bulan di
kandungan.
Anak-anak sudah sejak dini harus diajar mengenal Allah serta berbakti
kepadaNya dan mengasihi sesama. Usaha pendidikan dari orang tua harus
menjangkau seluruh kepribadian anak. Orang tua yang cermat, akan secara kritis
menganalisis akibat dari tindakan yang mereka lakukan terhadap anak-anaknya
serta sering berdiskusi bersama-sama, hal-hal yang disiplin, perkembangan
sosial anak, hukuman serta penghargaan, gangguan-gangguan emosional dan
kebutuhan pribadi[10].
Oleh sebab itu dibutuhkan suatu komunikasi yang baik.
Tidaklah cukup merasa mencintai dan menyayangi si anak. Rasa cinta dan
sayang harus juga dikomunikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan harus
mewarnai suasana keluarga. Perasaan marah diungkapkan secara terbuka dan jujur
tanpa berusaha menggunakan teknik yang destruktif {merusak}. Cara mengkomunikasikan
rasa cinta dan sayang antara lain menyediakan waktu untuk anak-anak,
menunjukkan minat terhadap kegiatannya, menganggap penting penyataan dan
pendapatnya dan menanamkan disiplin dengan tegas tetapi penuh kasih sayang[11].
Jadi ada 7 kebutuhan anak yang
harus dipenuhi dan diperhatikan oleh orang tua yakni: kebutuhan untuk berarti,
rasa aman, diterima, mencintai dan dicintai, dipuji, disiplin dan yang paling
utama adalah kebutuhan untuk Tuhan. Anak dapat memahami siapa Tuhan, cinta,
anugerah, pengampunan, penerimaan dan kebenaran Firman Tuhan sejauh mereka
mengalami hal-hal itu dalam hubungan, terutama di rumah. Orang tua tidak cukup
hanya memberitahukan fakta religius dan harus mengajarkan caranya. Instruksi
sebaik apapun yang diberikan orang tua pada anak namun contohnya buruk, sama
dengan memberikan makanan pada tangan yang satu dan racun pada tangan yang
lain.
Berdasarkan Alkitab, ada 4 prinsip yang harus diperhatikan orang tua
mendidik anak[12].
1.
Pertama-tama orang tua harus memiliki hubungan yang
benar dengan Tuhan. Orang tua tidak dapat begitu saja mengatakan pada anaknya
jalan yang harus dilalui. Bila pengaruh mereka diperhitungkan, mereka harus
menjadi seperti apa yang mereka harapkan dari anak. Orang tua tidak hanya tahu
apa caranya, tetapi juga mengajarkan bagaimana caranya.
2. Allah mempercayakan tanggung jawab pendidikan religius pada orang tua. Tuhan menahbiskan rumah sebagai lembaga untuk melatih anak-anak bagaimana mereka seharusnya bertindak. Dalam hal ini orang tua memang membutuhkan bantuan gereja atau sekolah untuk menanamkan pendidikan agama akan tetapi tanggung jawab utama tetap terletak pada orang tua. Orang tua tidak seharusnya menyalahkan gereja, pendeta, sekolah atau lembaga lainnya. Tujuan dari pemberian perintah ini jelas yakni agar anak percaya pada Tuhan, agar anak tidak melupakan tindakan Tuhan melainkan melakukan perintah Tuhan, dan supaya anak tidak keras kepala dan melawan
3.
Alkitab mengajarkan bahwa perintah orang tua harus
berlaku tetap dan terus menrus. Perintah agama harus diteruskan dalam kata dan
perbuatan setiap saat. Anak-anak tumbuh secara spiritual ketika orang tua
mengaitkan Tuhan dengan kehidupan di sekeliling mereka.
4.
“Didiklah anak itu dalam jalan yang harus dilaluinya
dan ketika ia dewasa ia tidak akan jauh dari jalan itu. Bimbingan diberikan
melalui contoh hidup orang tua sehari-hari. Bagaimana orang tua mendidik anak
jika orang tua tidak mempunyai waktu senggang bersama anak-anaknya. Anak-anak
kehilangan panutan, kasih dan bimbingan sehingga mereka terbiasa hidup dalam
kekerasan. Tidak sedikit anak/pemuda masuk ke lembaga pemasyarakatan berasal
dari keluarga yang kurang harmonis. Permasalahan dalam keluarga adalah
sekaligus masalah kehidupan jemaat. Keluarga Kristen bukan saja dilihat sebagai
unsur masyarakat, tetapi juga lebih sebagai unsur kerajaan Allah, keluarga
Allah {Familia Dei} di bumi ini.
Dengan demikian upaya pendidikan agama dalam keluarga dapat mencapai
tujuan mencerdaskan spiritualitas anak seperti[13]:
v
Anak mengenal Allah sebagai Pencipta dan
pemerintah seluruh alam ini, Yesus Kristus sebagai penebus, pemimpin dan
penolong mereka.
v
Mereka mengerti akan kedudukan panggilan mereka
selaku anggota gereja Tuhan, dan suka turut bekerja bagi perkembangan gereja di
bumi ini.
v
Mereka mengasihi sesama oleh karena Tuhan telah
mengasihi mereka sendiri melalui kasih yang diperkenalkan orang tuanya.
v
Mereka insaf akan dosanya dan selalu mau
bertobat pula, minta ampun dan pembaharuan hidup
v
Mereka suka belajar terus mengenai berita
Alkitab, suka mengambil bagian dalam kebaktian jemaat, dan suka melayani Tuhan
di segala lapangan hidup
v
Mereka tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh
ajaran palsu, karena Firman dan Roh Allah akan mendasari kehidupan mereka
setiap hari.
v
Mereka menjadi generasi penebus untuk membangun
keluarga Kristen yang berdasar pada kasih Allah.
Jadi Ayah dan Ibu mengajar anak-anaknya tentang anugerah. Betapa indahnya seorang anak kecil memohon dan menerima keampunan. Di dalam pengakuan dan penyesalan itu ia sudah belajar merendahkan diri, dan dalam keampunan itu ia sudah mengecap bahagia yang memenuhi hati manusia, jikalau ia diperdamaikan pula dengan sesama manusia. Dengan demikian lama-kelamaan hukum-hukum dan karunia Allah terungkap dalam hidupnya. Tempat yang mula-mula masih dipegang oleh orang tua kemudian akan diambil oleh Tuhan sendiri, supaya Dialah yang memimpin seluruh hidup anak itu.
VI.
Kesimpulan
Keluarga Kristen merupakan komunitas yang memiliki peran utama untuk
mewujudkan kerajaan Allah di dunia ini. Oleh karena itu, Allah telah menetapkan
tanggung jawab penuh bagi orang tua untuk berperan aktif dalam usaha
mendekatkan diri anak pada Tuhan. Agar nilai-nilai kepercayaan akan karya Tuhan
tetap tertanam dalam batin anak. Orang tua yang sadar akan tugas ini akan
bersedia mengisi masa pertumbuhan anak dengan menciptakan suasana yang hangat
dalam kebersamaan dengan keluarga. Sebab perkawinan bukan hanya menghasilkan
kelahiran anak-anak manusia, tetapi juga kelahiran anak-anak Allah yang
menghayati hidup baru, yang diterima dari Kristus melalui Roh Kudus. Tentu
sekali bahwa Tuhan akan tetap menguatkan orang tua yang mau mempersembahkan
anaknya pada tangan Tuhan serta meminta pertolongan Tuhan.
[1] D.
Guthrie BD, Tafsiran Masa Kini 2,
BPK-GM,
[2] I.J.
[3] D.
Guthrie BD, Tafsiran Masa Kini 3,
BPK-GM,
[4] A.
Heuken Sj, Ensiklopedia Gereja IV, Cipta
Loka Caraka,
[5] ------, Ensiklopedia Nasional
[6] E. G.
Homrighausen dan I. H. Enklaar, Pendidikan
Agama Kristen, BPK-GM,
[7] Andar
Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, BPK-GM,
[8] Iris V.
Cully, Dinamika Pendidikan Kristen, BP-GM,
[9] Singgih
D. Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia
Lanjut, BPK-GM,
[10] Maurice
Eminyan, Sj, Teologi keluarga, Kanisius,
[11] Sven
Wahlroos Ph. D, Komunikasi Keluarga,
BPK-GM,
[12] John M.
Drescher, Tujuh Kebutuhan Anak, BPK-GM,
[13] E. G.
Homrighausen dan I. H. Enklaar, Op-cit, hlm.
122
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment