-->

sosial media

Monday, 7 April 2025

LOMBA SENI KREATIVITAS PEMUDA KRISTEN (LSKPK) - INDONESIA

LOMBA SENI KREATIVITAS PEMUDA KRISTEN (LSKPK) - INDONESIA



TAHUN 2025

            1. LOMBA SENI KREATIVITAS PEMUDA KRISTEN (LSKPK) EDISI : APRIL 2025

                  TANGGAL EVENT 10 APRIL - 22 APRIL 2025

                  KLIK LINK PENDAFTARAN DAN PENGIRIMAN FILE DIBAWAH INI : 

                Lomba Karya Tulis 

    • Persyaratan
      • Tema Tulisan “ Kematian dan Kebangkitan Kristus”
      • Maksimal 3 Lembar Ukuran F4 (File PDF)
      • Merupakan Anggota Persekutuan Pemuda/i (Tidak untuk yang telah menikah) Gereja yang diakui Pemerintah Indonesia
      • Peserta Wajib Follow/Subscribe Media Sosial BPPPWG - MENARA KRISTEN
            • Instagram  : menarakristen
            • You Tube   :  Menara Kristen
            • TikTok       :  menarakristen

                PENGUMUMAN PEMENANG TANGGAL 30 APRIL 2025 DI MEDIA SOSIAL :

                Instagram    : menarakristen



Saturday, 5 April 2025

PELITA HIDUP MINGGU JUDIKA ; LUKAS 7 : 41 - 50 ( DOSAMU TELAH DIAMPUNI )

PELITA HIDUP MINGGU JUDIKA ; LUKAS 7 : 41 - 50 ( DOSAMU TELAH DIAMPUNI )



DOSAMU TELAH DIAMPUNI

LUKAS 7 : 41 – 50

OLEH : PDT. HENDRA CRISVIN MANULLANG

 

I. PENDAHULUAN

Natsini membahas pentingnya belas kasih Yesus terhadap orang berdosa. Belas kasihan itu diwujudkan-Nya dengan mengampuni para pendosa agar mereka diperdamaikan kembali dengan Allah, sebagaimana yang dialami oleh perempuan berdosa dalam Lukas 7: 41-50. Kehadiran Yesus yang melimpah dengan belas kasih Allah terhadap orang berdosa guna memulihkan citra dirimereka. Hasilnya,menunjukkan bahwa Yesus digerakkan oleh belas kasihan Allah dalam mengampuni perempuan berdosa. Maka statusnya telah diubahkan; memiliki damai dalam hatinya dan memperolah harga diri yang baru sebagai anak-anak-Nya yang mewarisi Kerajaan Allah.

 

II. PENJELASAN

Di dalam Lukas 7, menggambarkan tentang persoalan kepedihan hati yang melanda hidupmanusia. Kepedihan hati itu tidak mengenal latar belakang seseorang. Orang terpandang atau pejabat negara atau kaum kecil pun mengalami kepedihan hati. Seorang janda karena kematian anak laki-laki yang menjadi sandaran hidupnya mengalami kesedihan yang mendalam. Demikian juga Yohanes Pembaptis sebagai nabi yang terpenjara dan mengalami kebimbangan yang menekan emosinya. Tak kalah pedihnya seorang perempuan yang tersingkir di mata masyarakatnya karena dipandang sebagai pendosa. permasalahan yang menimpa manusia membutuhkan solusi yang efektif. Hidup yang sarat dengan frustrasi dapat diselesaikan. Penderitaan atau tekanan hidup mereka dapat dipulihkan. Kecemasan emosional yang berkecamuk dalam batin manusia memerlukan pembenahan yang tuntas untuk melepaskan diri mereka beban yang menindihnya. Pandangan iman Kristen bahwa pertolongan Allah sering datang secara mengejutkan dan spektakuler seperti tergambar dalam kisah penuturan tabib Lukas dalam Injil Lukas 7:1-50. Dikatakannya tatkala datang ke Kapernaum, Yesus menunjukkan belas kasihan-Nya bagi orang-orang yang berbeban pelik.Oleh belas kasih-Nya, Ia menunjukkan penyelesaian atas persoalan yang dihadapi oleh seorang warga Rum; seorang janda yang ditinggal mati anaknya dan masalah perempuanberdosa yang datang mengurapi Yesus di rumah pesta Simon. Ketiganya menggambarkan persoalan pelik yang melanda hidup banyak orang di Galilea, secara khusus dalam Lukas 7 : 41-50 kita akan disuguhi dengan masalah perempuan berdosa yang datang mengurapi Yesus di rumah pesta Simon.

 

1.              Derita Akibat Dosa

Dalam Perjanjian Lama ada beberapa kata untuk dosa “Khatta” yang pokok artinya adalah “tidak kena”. Dalam Perjanjian Baru dosa adalah “a nomia” ( 1 Yoh. 3:4). Jadi dosa adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kata dosa sudah lazim dipergunakan dikalangan Kristen. Dosa tidaklah sama dengan kejahatan, dosa itu tidak boleh dijadikan istilah etika manusia yang berbicara tentang pelanggaran pelbagai aturan atau kebiasaan. Tetapi kata dosa adalah istilah teologia yang langsung ada sangkut pautnya dengan hubungan antara Allah dan manusia. Padahal dosa menurut Kej. 4:7, adalah musuh yang setiap saat telah mengintip di depan pintu hati manusia untuk memasukinya. Dosa itu membawa kekotoran permanen, Allah memutuskan bahwa seluruh manusia adalah orang berdosa di dalam Adam, sama halnya dengan Ia memutuskan bahwa semua orang percaya menjadi benar di dalam Yesus Kristus. “Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar (Rom 5: 18-19)”

 

2.              Kemurahan Allah bagi orang yang mencari pertolongan-Nya

Kisah ini menggambarkan cinta kasih yang teramat dari Tuhan bagiorang-orang yang layak di hadapan-Nya karena mereka telah berbuat yang jahat terhadap sang Pencipta. Prinsip yang ditunjukkan teks ini bahwa pengampunan itu terjadi atas dasar belas kasihan Yesus. Manusia tidak mampu melepaskan dari dari kejahatannya kecuali iamenerimanya dari Tuhan. Prinsip berikutnya adalah bahwa peragaan belas kasihan Allah mengoreksi pandangan sosiologis masyarakat. Bahwa pengampuan itu terjadi bukan karena seseorang mampu berbuat baik tetapi hanya melalui kemurahan Allah bagi orangyang mencari pertolongan-Nya. Perempuan itu berbuat kasih karena ia sudah beriman(percaya) dan menerima pengampunan. Sebenarnya ia datang dalam keadaan yang terampuni maka mengurapi kaki Yesus sebagai rasa syukur. Ia berbuat kasih sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan yang berkenan mengampuninya. Peragaan cinta kasih Tuhan ini mengingatkan tiap insan anak manusia bahwa apa pun persoalan yang dihadapi oleh mereka, tersedia pengampunan dari Tuhan bagi mereka yang beriman kepada-Nya.

 

3.              Bersyukur Atas Anugerah Tuhan

kita benar-benar diingatkan untuk merespons anugerah Tuhan ini dengan positif, artinya dengan baik dan benar menurut Tuhan. Walau kadang-kadang kita malah bisa meresponsnya dengan cara yang negatif atau tidak bereaksi sama sekali. Sehingga dampak yang kita rasakan juga berbanding lurus dengan respons kita itu. Kita bisa merasakan dampaknya dalam waktu dekat ataupun lama. Ada perasaan tidak enak, tidak sukacita, tidak damai sejahtera, atau bahkan mati rasa. Tetapi bila kita meresponsnya dengan positif maka akan terlihat buahnya dalam kehidupan kita. Juga akan berdampak baik pula dalam jangka waktu kedepannya. Seperti halnya prinsip tabur tuai. Apa yang kita tabur itu juga yang akan kita tuai.

Perjalanan hidup kita yang sudah dijalani puluhan tahun dengan situasi dan kondisi kehidupan yang turun naik seperti gelombang yg berubah-ubah, mengajarkan dan membentuk kita untuk terus-menerus melekat dan berserah kepada Tuhan. Selain itu, janganlah kita bosan dan lelah untuk merespons anugerah Tuhan setiap harinya dengan cara yang positif. Anugerah keselamatan yang telah diberikan-Nya secara cuma-cuma kepada kita serta penyertaan-Nya yang sempurna membuat kita teringat untuk merespons dan melakukan hal yang sama kepada-Nya. Karena respons itu sendiri akan ikut mempengaruhi sekeliling kita, yang tentunya akan menjadi berkat buat sesama. Seperti firman-Nya di Roma 12:3 “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing”.

 

III. KESIMPULAN

Atas anugerah dan belaskasihan-Nya, Yesus berkenan mengampuni orang berdosa yang beriman kepada-Nya. Selamat menikmati anugerah Tuhan dan meresponnya dengan positif


Thursday, 6 February 2025

MINGGU V SET. EPIPHANIAS; LUKAS 5 : 1-11 (DIPANGGIL MENJADI PENJALA MANUSIA)

MINGGU V SET. EPIPHANIAS; LUKAS 5 : 1-11 (DIPANGGIL MENJADI PENJALA MANUSIA)

 


KHOTBAH MINGGU V SET. EPIPHANIAS, 09 FEBRUARI 2025

LUKAS 5 : 1-11

“DIPANGGIL MENJADI PENJALA MANUSIA”

I. Pendahuluan

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, setiap kita yang telah ditebus oleh Kristus memiliki panggilan ilahi. Panggilan itu bukan sekadar untuk menikmati keselamatan, tetapi juga untuk menjadi alat Tuhan dalam menjangkau jiwa-jiwa bagi Kerajaan-Nya. Perikop khotbah ini, dari Lukas 5:1-11, mengisahkan bagaimana Yesus memanggil Simon Petrus dan teman-temannya untuk meninggalkan pekerjaan mereka sebagai nelayan dan mengikuti-Nya menjadi “penjala manusia.” Peristiwa ini bukan sekadar kisah sejarah, tetapi juga gambaran teologis yang mendalam tentang bagaimana Tuhan memanggil dan mempersiapkan seseorang untuk pekerjaan-Nya. Kita melihat bagaimana Yesus secara pribadi mendekati Simon, bagaimana pengalaman ilahi yang luar biasa terjadi melalui mujizat penangkapan ikan, dan bagaimana respons Simon yang penuh kerendahan hati membawa pada panggilan yang mengubahkan hidupnya selamanya. Tuhan memanggil kita bukan hanya untuk diselamatkan, tetapi juga untuk diutus menjadi saksi-Nya di dunia. Mari kita melihat tiga pelajaran penting dari peristiwa ini: 1. Yesus Mengambil Inisiatif dalam Panggilan, 2. Ketaatan Membawa Perjumpaan dengan Kemuliaan Allah, 3. Panggilan Mengubah Identitas dan Misi Hidup

II. Isi

1. Yesus Mengambil Inisiatif dalam Panggilan (1-3)

menceritakan bagaimana Yesus masuk ke perahu Simon dan mengajar orang banyak. Perhatikan bahwa Simon tidak memanggil Yesus, tetapi Yesus yang datang kepadanya. Ini menunjukkan bahwa panggilan ilahi bukan berdasarkan usaha manusia, tetapi inisiatif Tuhan sendiri. Secara teologis, ini mencerminkan anugerah Allah. Seperti dalam keselamatan, panggilan Tuhan tidak bergantung pada kesalehan atau kecakapan kita, tetapi pada kasih dan kehendak-Nya. Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa kita diselamatkan oleh anugerah, bukan karena perbuatan kita. Ini mengingatkan kita bahwa panggilan Tuhan selalu berawal dari inisiatif-Nya. Kita tidak memilih Tuhan lebih dahulu, tetapi Tuhan yang lebih dulu memilih kita (Yohanes 15:16). Tuhan tidak mencari orang yang sempurna, tetapi Dia memilih orang biasa untuk tujuan luar biasa. Simon dan teman-temannya hanyalah nelayan, bukan ahli Taurat atau pemimpin agama. Ini menunjukkan bahwa Tuhan dapat memakai siapa saja, untuk menjadi alat-Nya. Yesus memilih orang-orang biasa, seperti nelayan, untuk menjadi alat-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak mencari orang yang sempurna, tetapi Ia menyempurnakan orang yang dipilih-Nya.


2. Ketaatan Membawa Perjumpaan dengan Kemuliaan Allah (4-7)

Dalam ayat ini, Yesus memberi perintah kepada Simon untuk menebarkan jala, meskipun mereka telah gagal semalaman. Simon sempat ragu, tetapi akhirnya taat: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (Lukas 5:5). Keputusan Simon untuk taat membawanya pada pengalaman mujizat tangkapan ikan yang luar biasa. Secara teologis, ini menunjukkan bahwa iman yang diwujudkan dalam ketaatan membuka jalan bagi manifestasi kuasa Allah. Dari sini kita belajar bahwa ketaatan kepada Tuhan membawa berkat dan perubahan. Meskipun secara logika usaha mereka semalaman sia-sia, tetapi dengan Yesus, hasilnya luar biasa. Dalam kehidupan kita, Tuhan juga sering mengajak kita untuk melangkah dalam iman. Terkadang, apa yang Dia perintahkan tampak tidak masuk akal, tetapi ketika kita taat, kita akan melihat kuasa dan penyertaan-Nya. Kadang-kadang Tuhan meminta kita untuk melakukan sesuatu yang tampaknya tidak masuk akal secara manusiawi, tetapi ketika kita taat, kita akan melihat pekerjaan Allah yang luar biasa dalam hidup kita.


3. Panggilan Mengubah Identitas dan Misi Hidup (8-11)

Ayat ini, menunjukkan respons Simon setelah menyaksikan mujizat: Kesadaran akan dosa: Simon berkata, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." (ayat 8). Panggilan baru: Yesus berkata, "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." (ayat 10). Transformasi hidup: Simon dan teman-temannya meninggalkan segalanya dan mengikut Yesus (ayat 11). Panggilan Kristus bukan hanya tentang tugas, tetapi juga transformasi identitas. Dari nelayan biasa, Simon dipanggil menjadi rasul yang memenangkan jiwa bagi Kristus. Hal ini selaras dengan teologi panggilan dalam Perjanjian Baru, Allah tidak hanya menyelamatkan kita untuk masuk surga, tetapi juga mengutus kita untuk memberitakan Injil dan membawa orang lain kepada-Nya (Matius 28:19-20). Simon yang tadinya menangkap ikan kini dipanggil untuk menangkap manusia bagi Kerajaan Allah. Ini adalah panggilan untuk memberitakan Injil dan membawa orang lain kepada Kristus. Kita semua, sebagai pengikut Kristus, dipanggil untuk menjadi penjala manusia. Kita tidak perlu takut atau merasa tidak layak, karena Tuhan sendiri yang akan memampukan kita.


III. Aplikasi

1. Serahkan Hidup untuk Dipakai Tuhan

Seperti perahu Simon yang dipakai Yesus, hidup kita juga harus menjadi alat bagi pekerjaan Tuhan.

2. Taat kepada Firman-Nya

Kadang Tuhan meminta kita melakukan sesuatu yang di luar logika kita, tetapi ketaatan selalu membawa berkat dan perubahan.

3. Rendahkan Diri dan Andalkan Tuhan

Kesadaran akan kelemahan kita bukan alasan untuk mundur, tetapi kesempatan bagi Tuhan untuk bekerja lebih besar.


4. Mulai Menjala Manusia.

Kita bisa menjangkau orang lain melalui kesaksian hidup, kasih, dan keberanian membagikan Injil


Oleh. C.Pdt. Boima Hengki Banurea, S.Th

Sunday, 2 February 2025

KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN

KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN

 


Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim