ETIKA DAN KULTUS AGAMA HINDU
ETIKA
DAN KULTUS AGAMA HINDU
I.
Pendahuluan
Dalam kehidupan
bermasyarakat seseorang tidak terlepas dari perbuatan yang baik maupun buruk.
Maka untuk menuntun agar seseorang berprilaku baik terhadap sesama diperlukan
adanya pedoman atau petunjuk, dalam hal ini yaitu Etika Agama. Etika merupakan
suatu hal yang sangat penting sebagai acuan dalam berprilaku. Baiknya suatu
masyarakat atau individu dapat dilihat dari bagaimana dia menempatkan suatu
pada tempatnya, dan bagaimana dia berprilaku. Etika merupakan rasa cinta kasih,
rasa kasih sayang, dimana seseorang yang menjalani dan melaksanakan etika itu
karena dia mencintai dirinya sendiri dan menghargai orang lain, untuk
mengetahui lebih lanjut kami para penyaji akan memaparkan tentang Etika dan
Kultus menurut ajaran Agama Hindu semoga dengan memaparkan sajian ini kita
dapat menabah wawasan dan pengetahuan
kita masing-masing tentang Agama Hindu.
II.
Pendalaman
2.1.Pengertian
Etika Secara Umum
Menurut KBBI Etika adalah ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan yang buruk, serta tentang hak dan
kewajiban moral, atau nilai yang benar dan yang salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Istilah “etika” pun berasal dari bahasa Yunani kuno
yaitu ethos, dalam bentuk tunggal
mempunyai arti; sikap, perasaan dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak artinya
adalah adat istiadat, dan dapat disimpulkan etika berarti; ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan. [1]
2.2.Pengertian Etika dalam Agama Hindu
Etika
dalam Agama Hindu adalah suatu kewajiban ataupun pedoman yang harus dilakukan
bagi penganut Agama Hindu untuk menentukan tingkah lakunya dan dijadikan
sebagai titik tolak berpikir dan bertindak, suatu pola kepercayaan yang
didasarkan dari sebuah kitab yang dimilikinya, yaitu Kitab Weda. Dalam ruang
lingkup kehidupan bersama, ini terjadi karena adanya moral yang bertindak dalam
hidup Agama Hindu. Sehingga dalam Agama Hindu terdapat dua tingkah laku, yaitu
tingkah laku yang baik dan tingkah laku yang buruk.[2]
Pada dasar nya Etika merupakan rasa cinta kasih, rasa kasih sayang, dimana
seseorang yang menjalani dan melaksanakan Etika itu karena dia mencintai
dirinya sendiri dan menghargai orang lain.[3] Dapat
diartikan juga, etika itu menurut ajaran Hindu adalah suatu peraturan hidup
ataupun dasar yang menentukan hal yang baik berdasarkan dari segala yang
diyakini oleh tradisi dan kebiasaan-kebiasaan.[4] Kebiasaan
tersebut ialah suatu kewajiban yang ditetapkan oleh susunan kasta bagi orang
Hindu supaya dilakukan. Konsep Etika dalam Agama Hindu berkaitan dengan tata tertib kosmis yaitu
sebuah tata tertib kebiasaan dalam kehidupan bermasyarakat. Etika dalam Agama
Hindu juga berkaitan dengan hal magis, seperti hal nya peresmian pemberian nama
kepada seorang anak, bisanya yang diumumkan kepada setiap orang ialah nama yang
biasa, sedangkan nama rahasianya tidak diumumkan, sebab apabila diketahui
setiap orang maka seorang musuh perseorangan dapat menyalah gunakannya dalam
perbuatan sihir. Contoh lainnya mengenai hal janji, dimana bagi mereka harus
menjaga kata-katanya ataupun yang dijanjikannya,maka kalau tidak demikian akan
terjadi kecelakaan-kecelakaan.[5]
2.2.1.
Etika
dalam Agama Hindu
Etika
dalam Agama Hindu pada dasarnya mengerjakan aturan tingkah laku yang baik dan
mulia. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan seluruh umat hidup dapat
menjalani serta memahami secara baik dan benar. Kerangka dasar Etika dalam
Agama Hindu antara lain:
A.
Tri
Kaya Parisuda
Tri
Kaya Parisuda berasal dari kata Tri
artinya tiga, Kaya berarti tingkah
laku dan Parisuda artinya mulia dan bersih. Tri Kaya Parisuda dengan demikian berarti tingkah laku yang
mulia(baik). Adapun tiga tingkah laku yang yang dimaksud adalah:
1. Manacika
(berpikir yang baik dan suci). Seseorang yang dapat dikatakan manicika apabila dia; tidak menginginkan
sesuatu yang tidak halal, tidak berpikir buruk terhadap sesama manusia atau
makhluk lainnya, yakin dan percaya terhadap hukum karma.
2. Wacika
(berkata yang baik dan benar). Seseorang dapat dikatakan sebagai wacika, apabila dia; tidak mencaci maki
orang lain, tidak berkata-kata yang kasar kepada orang lain, tidak memfitnah
atau mengadu domba, tidak ingkar janji.
3. Kayika
(berbuat yang baik dan jujur). Seseorang dapat dikatakan kayika, apabila dia; tidak menyiksa, menyakiti atau membunuh, tidak
berbuat curang, mencuri atau merampok, tidak berzinah[6]
B.
Kasta
Kasta adalah pengalaman universal
semua orang Hindu. Kasta merupakan nilai inti dalam cara pandang Hindu.
Kasta-kasta tersebut dikenal dengan Varna
yang berarti Warna. Jumlah Varna ada 4:
1.Brahmana,yaitu kasta
yang tertinggi terdiri dari Pendeta dan Ulama (warna putih).
2.Ksatria, terdiri dari
Perwira, Tentara dan Pegawai Negeri (warna merah).
3.Waisya, terdiri dari kaum
buruh,tani dan saudagar (warna kuning)
4.Sudra, yaitu hamba
sahaya dan orang-orang hina.
5.paria, yaitu golongan
gelandangan/ orang hina (warna tanah)[7]
Susunan kasta tersebut
didalamnya memuat hal-hal yang berkenan dengan:
a. Peraturan-peraturan
untuk perkawinan yang sah.
b. Peraturan-peraturan
untuk menjalankan pekerjaan atau jabatan.
c. Peraturan-peraturan
untuk hak mengadakan makan bersama.
d. Upacara
memberi penghormatan.
e. Peraturan
perhubungan untuk perniagaan barang-barang tertentu.
f. Peraturan
untuk para Hakim yang dipilih oleh tiap-tiap kasta[8]
C. Catur Paramitha
Catur
Paramitha dalam Agama Hindu yaitu pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran
yang benar akan menimbulkan perkataan yang benar sehingga mewujudkan perbuatan
yang benar juga. Dengan ungkapan lain adalah satunya pikiran, satunya
perkataan, dan satunya perbuatan dalam Catur
Paramitha. Hal ini adalah tuntutan susila yang membawa manusia kearah
kemuliaan.
Catur Paramitha adalah
empat bentuk budi luhur, yaitu:
1. Maitri
yang artinya lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur yang berusaha untuk
kebahagiaan segala makhluk.
2. Karuna
adalah belas kasihan atau kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur,
yang menghendaki terhapusnya penderitaan segala makhluk.
3. Mudita
artinya sifat dan sikap menyenangkan orang lain.
4. Upeksa
artinya sifat dan sikap suka menghargai orang lain[9]
2.3 Pengertian Kultus dalam Agama Hindu
Kultus adalah totalitas praktik dan
ketaatan keagamaan yang bersifat eksternal. Kultus merupakan pola adat ritual
yang berkaitan dengan benda tertentu, yang berada dalam suatu cakupan khusus.
Ritualnya biasanya meliputi doa, kurban, persembahan nazar, kompetisi,
monumen,dll.[10]
Ritual-ritual tersebut disebut sebagai ritual keagamaan Vedis dan Agamis. Ritual Vedis pada pokoknya meliputi
kurban-kurban untuk sebagai upacara persembahan kepada para dewa. Ritual Vedis bertujuan untuk mengangkat dan
memperkuat prosedur-prosedur sekular yang berkaitan. namun lebih dari itu,
ritual ini menetapkan suatu hubungan antara dunia ilahi dan dunia manusia.
Ritual Agamis memusatkan perhatian
kepada penyembahan pujaan-pujaan, pelaksanaan puasa serta pesta-pesta yang
termasuk bagian dalam Agama Hindu.[11]
Kultus Agama Hindu sering kali kita dikejutkan oleh upacara-upacara yang
menurut pendapat kita sangat cemar. Maka haruslah selalu kita ingat, bahwa
Agama Hindu adalah suatu Agama naturalistis, yakni Agama yang berdasarkan Alam,
dan oleh karena itu tidaklah mengherankan, jika segala kecondongan hati dan
nafsu manusia itu mencari jalan keluar di dalam kultus. Suatu contoh tentang
hal ini ialah umpamanya pemujaan Lingga atau
phallus, yakni Phallus Shiwa.[12]
Bentuk khas dari praktik keagamaan Hindu
adalah cara penyembahan yang disebut Puja.
Dalam suatu rangkaian ritual, modelnya sebagian didasarkan pada kitab Veda,
patung-patung diminyaki, diberi pakaian, dihiasi dan diberi wangi-wangian. Dari
antara semua upacara keagamaan Hindu,Puja
adalah satu-satunya yang paling sering dilakukan dalam segala perayaan. Setiap
Brahmana harus mempersembahkan sekurang-kurangnya sekali sehari untuk dewa
pilihan. Sebelum menghaturkan persembahan ini, para pemuja merecikkan sedikit
air ke atasnya dan meniarapkan diri dihadapan sang dewata[13]
2.4
kultus dalam Agama Hindu
2.4.1
Pembakaran Mayat
Pembakaran
mayat bagi golongan Brahmana dan Ksatria dilakukan secepat mungkin. akan tetapi
rakyat biasanya menunggu hingga ada orang dari golongan atas yang mengadakan
pembakaran, untuk menghemat biaya. Upacara pembakaran mayat terdiri dua bagian.
A.
Persiapan
Persiapan
terdiri dari pembuatan alat-alat pembakaran, sesajen yang
diperlukan,memasak,dan sebagainya.Alat-alat yang digunakan untuk pembakaran mayat terdiri dari:
1. Bade untuk
golongan Triuwangsa (kasta yang bukan
sudra) dan Wadah untuk para sudra,
yaitu tempat jenajah diangkut ketempat pembakaran. Bade terdiri dari 3 bagian, yaitu: Tumpang, kerancangan, dan dasar.
Yang dimaksud Tumpang adalah atap bade yang tersusun. Kerancang adalah bagian tengah bade,
tempat jenajah diletakkan dalam perjalanannya menuju tempat pembakaran, dan Dasar adalah alas tempat kerancangan
diletakkan, yang terbuat dari bambu.
2. Tangga Kehormatan,
dibuat dari bambu untuk menaikkan jenajah ke kerancangan serta untuk menurunkan lagi ketempat pembakaran.
3. Petulungan,
yaitu peti jenajah, tempat tulang-tulang jenajah yang dibakar.
B.
Pembakaran
Mayat dilakukan
Sebelum pembakaran dilakukan
diadakan perayaan pembakaran mayat dengan pawai mengelilingi desa, bersama-sama
seluruh keluarga dan orang banyak. Setelah menjelang tengah hari jenajah dibawa
ketempat pembakaran(sema). Setelah jenajah dinaikkan kebade lalu diberangkatkan,
di perjalanan jenajah tidak langsung ketempat pembakaran, tetapi membelok
berputar melalui jalan yang lebih jauh, maksudnya untuk membelokkan perhatian
roh-roh jahat. Ditempat pembakaran pun dilakukan juga pawai dengan cara mengelilingi
tempat pembakaran sebanyak tiga kali, wadah dan bade diturunkan, jenajah
dipindahkan ketempat pembakaran. Sesudah diperciki air suci, diucapkan
mantra-mantra, serta sesajen ditimbun disekitar pembakaran, lalu jenajah
dibakar, disertai dengan pengucapan mantra-mantra suci. Setelah selesai
pembakaran abu jenajah dikumpulkan dan ditaburkan di sungai atau
dilaut.demikianlah bentuk upacara pembakaran mayat bagi umat Hindu[14].
2.5 Etika dan Kultus
dalam Agama Hindu
Etika dan Kultus Agama Hindu merumuskan
tujuan-tujuan terakahir dari pada usaha manusia didalam pengertian-pengertian
berikut ini:
1. Artha:
guna;
2. Kama:
Kenikmatan
3. Dharma:
Jasa keagamaan, yang pada suatu waktu akan dialami orang sebagai kebahagiaan di
Surga.
4. Moksha:
Kelepasan dari setiap bentuk kejadian, pada bentuk segala yang ada di sepanjang
masa berlaku sebagai sumber kesengsaraan.
Pada perumusan semacam itu dari pada tujuan usaha segala manusia, tidak
dapat diharapkan adanya moral yang keras. Tetapi moral tetap bertindak
memerintah didalam hidup.yang disebut baik ialah segala yang diakui oleh
tradisi dan adat kebiasaan. Ada pun yang disebut amat baik ialah jalan yang
sempit, yakni kewajiban yang ditetapkan oleh susunan kasta bagi orang Hindu supaya
dilakukan. Seperti juga dibagian-bagian lain didunia, dimana orang memikirkan
tentang pertanyaan: Apakah yang baik dan yang buruk?, begitu pula lah dalam
ajaran Hindu terdapat larangan-larangan umum, yakni larangan membunuh, mencuri
dan bercerai dalam perkawinan. Tetapi yang sangat aneh ialah caranya orang
Hindu membagi-bagi pelanggaran tersebut menjadi pelanggaran besar dan
pelanggaran kurang besar. Sehingga pembunuhan atau pencurian, dimana seorang
Brahmana menjadi korban, dianggap sebagai pelanggaran yang lebih besar dari
pada jika seseorang warga dari kasta yang lebih rendah terbunuh atau kecurian[15]
III.
Kesimpulan
Etika
adalah sebuah norma agama yang dijadikan titik tolak berpikir dan bertindak.
dan menurut ajaran Hindu etika itu merupakan ajaran atau perbuatan yang baik
dan yang buruk, yang dimana menurut agama Hindu itu sendiri adalah segala yang
diakui oleh tradisi dan adat adat kebiasaan. Etika ini dilakukan agama Hindu
supaya mereka mencapai keselamatan atau moksha. Keselamatan itu dapat dicapai apabila
orang Hindu melakukan ritual-ritual yang ada pada ajaran mereka, seperti ritual
Vedis dan Agamis dan juga kultus-kultus lainnya yang wajib yang dilakukan
oleh umat Hindu. Etika yang bersamaan dengan Agama Hindu adalah semakin ingin
mendapatkan keselamatan maka dituntut untuk menolong orang lain. Dan apabila
semasa hidup melakukan perbuatan yang melanggar etika dalam ajaran Hindu maka
pada reinkarnasi selanjutnya mungkin akan menjadi berubah sesuai dengan karma
yang didapatkan, yaitu ketika melakukan perbuatan yang buruk semasa hidup, maka
akan direinkarnasi kembali sesuai pebuatan yang dilakukan.
IV.
Refleksi
Teologis
Etika dalam Agama Kristen adalah
tatanan kehidupan yang bersumber kepada Firman Tuhan (Alkitab), etika kristen
yang mengatur praktek hidup manusia yang berkaitan dengan kasihnya kepada
Allah, yang sebenarnya merupakan dasar bersusila terhadap sesama manusia. Etika
kristen bukan saja dibutuhkan oleh umat manusia untuk memperbaiki budi
pekertinya atau karakter dan tingkah lakunya ditengah-tengah sesamanya, tetapi
etika kristen sangat dikehendaki dan ditetapkan oleh Allah sendiri demi
keselamatan umat manusia. Oleh karena itu kita umat manusia harus
sungguh-sungguh ber etika kepada sesama terutama kepada Allah, supaya pedoman
hidup kita berjalan dengan baik. Seperti yang tertulis di Galatia 6:7b “karena
apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya”.
Didalam Agama kristen Kultus
dipandang sebagai sekumpulan agama yang menyangkal satu atau lebih kebenaran
Alkitabiah yang asas, hal ini dapat mengakibatkan seseorang belum diselamatkan.
[1]
K.Bertens, Etika, ( Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994), 4
[2]
Harun Hadiwijono, Agama Hindu-Budha,
( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989),22
[3]
Gede Puja, Agama Hindu, ( Jakarta:
Mayasari, 1984), 28
[4]
Honig.A.G. J.r. Ilmu Agama, (
jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 124
[5]
Honig.A.G. J.r. Ilmu Agama, 145-146
[6]
K.M.Suhardana Pengantar Etika dan
Moralitas Hindu, (Surabaya: Paramita, 2006), 28
[7]
David w. Sahenk, Ilah-ilah Global
(Jakarta: BPK Gunung Mulia), 97-98
[8]
Toni Tedjo, Mengenal Agama Hindu,Budha,Kong
Hu Cu, (Bandung: Pionir Jaya, 2011), 38
[11]
Mariasusai Dhavamony, Fenomenalogi Agama,
(Yokyakarta: Kanasius, 1995), 172
[12]
A.G.Honig Jr. Ilmu Agama, 147
[13]
Mariasusai Dhavamony, Fenomenalogi Agama,
173
[14]
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia), 164
[15]
A.G.Honig Jr. Ilmu Agama, 145-146.
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment