Kitab Ayub
Kitab Ayub
I.
Pendahuluan
Kitab ayub
merupakan salah satu kitab hikmat yang menceritrakan tentang seorang hamba yang
saleh dan setia bernama Ayub, yang dalam kesetiannya Tuhan menguji kesetian
Ayub. Walaupun ayub kehilangan segala harta, istri, bahkan sahabat-sahabatnya
telah hilang, serta penyakit yang dia derita, ia tetap setia kepada Tuhan.
Karena kesetian dan kecintaannya kepada Tuhan bahkan tak ada kata yang dapat
mengungkapkannya, Tuhan pun memulihkannya dan menambahkan seluruh hartanya.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian
Kitab Ayub
Kitab Ayub merupakan kitab hikmat yang
terbesar di dalam Perjanjian Lama, yang ditulis sebagian besar dengan puisi.[1]
Kitab Ayub adalah sebuah cerita yang mengisahkan seseorang yang kehilangan ayah
sebagai pegangan hidup.[2]Nama
Ayub (Ibr. Iyyov), yang di tafsir
oleh Albright sebagai “Di mana Bapa(ku)?”, yang terdapat dalam surat Amarna
(kira-kira 1350 sM) dan dalam naskah-naskah kutukan dari Mesir (kira-kira 2000
sM)[3].
2.2.
Latar
Belakang Kitab Ayub
Walaupun memastikan latar belakang
sejarah tidaklah mungkin selain tidak relevan, adalah perlu untuk membicarakan
latar belakang sastra sebuah kitab seperti kitab ayub. Kitab ini berisi aneka
ragam gaya sastra, termasuk dialog (ps. 4-27); percakapan diri (lihat ps. 3),
wacana, (misalnya, ps. 29-41), narasi (ps. 1-2), dan nyanyian pujian (ps. 28).[4]
Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu
kitab hikmat dan syair dalam PL: “Hikmat” karena membahas secara mendalam
soal-soal universal yang penting dari umat manusia; “Syair” karena hampir
seluruh kitab ini berbentuk syair. Akan tetapi, semua syair ini berdasarkan
seorang tokoh sejarah yang nyata (lih. Yeh 14:14,20) dan suatu peristiwa
sejarah yang nyata (lih. Yak 5:11). Tempat terjadinya peristiwa dalam kitab ini
ialah “tanah Us” (1:1) yang kemudian menjadi wilayah Edom, terletak di bagian
tenggara Laut Mati atau di sebelah
utara Arabia (bd. Rat 4:21); jadi latar belakang sejarah Ayub bersifat Arab dan
bukan Ibrani.[5]
Kitab Ayub termasuk sastra Hokma
(Hikmat), karena itu kitab ini tidak mempunyai hubungan dengan sejarah-sejarah
Israel. Raja-raja Israel dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah Israel tidak
disebutkan di sini. Bahkan kitab Ayub pada mulanya bukanlah sebuah kitab dari
Israel, melainkan kitab ini berasal dari
Endom, seban bahasa yang dipakai di dalam kitab ini dipengaruhi oleh bahasa Semitis
selatan. Juga terasa pengaruh bahasa Arab dan Aram di dalamnya. Justru kitab
ini di pengaruhi pula oleh bahas Aram, jadi kitab ini berasal dari masa sesudah
masa pembuangan di Babylon.[6]
2.3.
Waktu
dan Penulisan Kitab Ayub
Baik para rabi dahulu maupun para ahli
modern tidak sepakat mengenai waktu penulisan kitab ayub. Ada tada-tanda bagian
pendahuluan (Ayb 1-2) dan bagian penutup (Ayb 42:7-17) berasal dari zaman kuno.
Pada umumnya para ahli menganggap
bagian-bagian puisi kitab Ayub (3:1-42:6) berasal dari waktu yang lebih
kemudian. Kemiripan kitab Ayub dengan kitab Yeremia (bnd. Ayb 3:3-26) dengan
(Yer 20:14-18), walupun biasanya kitab Ayub diduga di selesaikan pada masa
pembuangan atau sesudahnya, namun tidak ada alasan yang kuat untuk berpendapat
demikian. Kitab ini mempermasalahkan penderitaan pribadi, bukan penderitaan
suatu bangsa, yaitu mengenai kebebasan Allah mengizinkan orang tidak bersalah
mengalami penderitaan, dan kerelaan untuk menerimanya tanpa kehilangan iman.
Dalam kitab Ayub hikmat tradisional, tetapi itu tidak tentu berarti kitab
tersebut disusun setelah kitab Amsal, masalah-masalah yang di hadapi Ayub tentu
sudah biasa, lama sebelum penyusunan akhir kitab Amsal. Angaknya masuk akal
bahwa kitab Ayub diselesaikan antara tahun 700 dan 600 sM.[7]
Ada tiga pandangan utama mengenai
tanggal kitab ini ditulis. Kitab ini mungkin disusun (1) selama zaman para
leluhur (sekitar 2000 SM) tidak lama sesudah semua peristiwa ini terjadi dan
mungkin di tulis oleh Ayub sendiri; (2)selama zaman Salomo atau tidak lama
sesudah itu (sekitar 950-900 SM), karena bentuk sastra dan penulisannya mirip
dengan kitab-kitab sastra hikmat masa itu; atau (3) selama masa pembuangan
(sekitar 586-538 SM), penulisan yang tidak di kenal, jikalau bukan ayub, yang
dipakai di bawa dorongan dan ilham ilahi
untuk menulis kitab ini sebagai mana adanya sekarang.[8]
2.4.
Tujuan
Penulisan
Tujuan kitab Ayub adalah untuk
menyelidiki keadilan perilaku Allh terhadap orang benar. Penyelidikan ini
mengusut dua pokok utama. Pertama, iblis secara tidak langsung menyatakan dalam
pasal 1:9-11 bahwa keajaiban Allah dalam memberkati orang benar justru
menghalangi perkembangan kebenaran yang sejati. Berkat menyebabkan orang-orang
mau hidup benar karena keuntungan yang akan mereka peroleh. In]blis mengatakan
bahwa pernyataan dapat di buktikan dengan cara-cara menghentikan berkat-berkat
Ayub. Iblis beranggapan bahwa tidak ada orang yang mau hidup benar tanpa
pamrih, dan hal itu tidak mungkin ada dalm system yang di jalankan Allah. Dalam
kasus ini, kebijaksanaan Allah yang di uji, bukan Ayub. Kedua, Ayub
bertanya-tanya bagaimana mungkin Allah dapat membiarkan orang benar menderita.
Sekali lagi kebijaksanaan Allah di uji.
Pesan yang disampaikan kitab ini
sehubungan dengan masalah setan ialah bahwa kebiasaan Allah untuk memberkati
orang benar tidaklah menghalangi pengembangan kebenaran yang sejati. Berkenan
dengan situasi Ayub, pesannya adalah bahwa Allah tidak berkewajian untuk
memastikan bahwa orang benar menerima berkat dan hanya berkat. Dalam kedua hal
ini keadilan Allah tersimpul dalam hikmat-Nya.[9]
Perkataan lain yang dimaksud dengan
hikat adalah refleksi terhadap pengalaman hidup manusia yang berusaha
memberikan jawaban terhadap berbagai masalah kehidupan manusia yang
Eksistensial. Kitab Ayub adalah salah satu kitab yang memberikan pemahaman
tentang makna kehidupan berdasarkan kenyataan hidup manusia itu sendiri. Kitab
Ayub yang sangat menekankan transendensi Allah yang telah membuat manusia
menderita yang tidak tertahan. Manusia tersebut tidak dapat memahami maksud
dari hikamat Allah.[10]
2.5.
Struktur Kitab Ayub
Terdapat lima bagian tertentu di dalam
struktu kitab Ayub:
(1) Prolog
(ps. 1-2) yang melukiskan musibah Ayub dan penyebabnya
(2) Tiga
rangkaian dialog di antara Ayub dan ketiga orang temannya, ketika mereka
mencari jawaban-jawaban yang masuk akal untuk penderitaan Ayub (ps. 3-31)
(3) Empat
monolog oleh Elihu, seorang yang lebih mudah dari pada Ayub dan ketiga
temannya, yang berisi sekilas pengertian mengenai makna (sekalipun belum
mengenai penyebab) penderitaan Ayub (ps. 32-37)
(4) Allah
sendiri, yang menegur ketidaktahuan dan keluhan Ayub serta mendengar tanggapan
Ayub atas pernyataan-Nya (ps.38:1-42:6)
(5) Epilog
(42:7-17) yang mencatat pemulihan Ayub. Kitab Ayub seluruhnya ditulis dalam
bentuk syair, kecuali tiga bagian.[11]
2.6.
Tema-Tema
Teologis
a.
Kebebasan Allah
Seperti halnya dengan seluruh Alkitab,
pengarang kitab ayub menggambarkan Allah yang tidak terikat pada rancangan
manusia atau pada pengertian manusia tentang dirinya. Apa yang ia lakukan
muncul dengan bebas dari kehendak-Nya dan sifatnya sendiri, tanpa pedoman yang
harus disesuaikannya. Selain itu nyata pula, manusia hanya dapat menemukan
kebebasan jika mereka mengenal kebebasan Allah.
b.
Pencobaan oleh Iblis
Dari satu segi peranan iblis dalam kitab
Ayub mengulangi perannya dalam bagian lain dari Alkitab. Strategi iblis
bukanlah untuk menggoda ayub melakukan dosa-dosa tertentu. Seperti perzinahan,
kecurangan, kekejaman,atau sebagainya. Melainkan mencobainya ke arah dosa untuk
meninggalkan Allah.
c.
Kekuatan untuk
Menderita
Tidak setiap orang harus tahan terhadap
penderitaan seperti yang dialami Ayub, namun penderitaan yang terus berlangsung
merupakan beban setiap manusia. Tentu salah satu tujuan kitab Ayub adalah untuk
menolong kita agar dapat menahan penderitaan itu. Kitab Ayub juga mengajarkan
tentang pentingnya persahabatan dalam penderitaan.[12]
2.7.
Ciri-ciri
Kitab Ayub
Tujuh ciri-ciri utama kitab Ayub :
1. Ayub,
penduduk Arab utara, seorang bukan israel yang benar dan takut akan Allah,
mungkin telah hidup sebelum keluarga perjanjian israel ada.
2. Kitab
ini menyajikan pembahasan terdalam yang pernah ditulis mengenai rahasia
penderitaan. Sebagai puisi dramatik, drama dalam kitab ini berisi rasa
kesedihan yang mengharukan dan dialog intelektual yang menggugah perasaan.
3. Kitab
ini menyingkapkan suatu dinamika penting yang beroprasi dalam setiap ujian
berat yang di alami orang saleh.
4. Kitab
ini memberikan sumbangan tak ternilai kepada seluruh pernyataan alkitabiah
tentang pokok-pokok penting seperti Allah, umat manusia, penciptaan, iblis,
dosa, kebenaran, penderitaan, keadilan, pertobatan, dan iman.
5. Kitab
ini mencatat penilaian teologi yang salah tentang penderitaan Ayub oleh
teman-temannya.
6. Peranan
iblis sebagai penuduh orang benar ditunjukan dengan lebih jelas.
7. Secara
dramatis kitab Ayub mempertunjukkan prinsip alkitabiah bahwa orang percaya
diubah oleh pernyataan dan bukan informasi.[13]
2.8.
Refleksi
Teologis
Refleksi teologis yang kami kutip dari
Ayub 34 : 16-17 “ Jikalau engkau berakal budi, dengarkanlah ini, pasanglah
telinga kepada apa yang kuucapkan. Dapatkah pembenci keadilan memegang
kekuasaan, dan apakah engkau mau mempersalahkan Dia yang adil dan perkasa”.
Kerap sekali dalam hidup kita, saat cobaan dan masalah yang kita hadapi baik
dalam keluarga maupun perkuliahan kita langsung mempersalahkan Tuhan dengan
seenak hati kita, bahkan kita langsung menghakimi Tuhan sendiri dengan
perkataan-perkataan yang kasar atas apa yang telah Ia lakukan kepada kita, seketika
kita lupa bahwa sesungguhnya Ia Tuhan yesus kita adalah Maha Adil dan dia tidak
pernah berlaku curang terhadap kita anak-Nya.
III.
Kesimpulan
Dalam segala aspek, pesan mendasar dari kitab Ayub adalah hikmat yang berkaitan dengan pertanyaan seperti bagaimana keterlibatan Allah di dalam penderitaan yang dialami manusia. Di dalam setiap generasi, protes bermunculan dan menyatakan bahwa jika Allah itu baik, seharusnya tidak ada penderitaan, penyakit, maupun kematian di dunia ini. Bersama dengan protes yang menentang hal-hal buruk yang terjadi di dalam kehidupan orang baik, ada juga beberapa usaha untuk menciptakan rumusan dari penderitaan, dengan mengasumsikan bahwa porsi penderitaan seseorang terkait dengan rasa bersalah yang mereka miliki, juga dosa yang sudah mereka lakukan.Apa yang berharga dari pelajaran ini adalah bahwa Allah tidak pernah secara langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan Ayub. Allah tidak mengatakan, "Ayub, alasan kamu mengalami penderitaan adalah ini dan itu." Sebaliknya, apa yang Allah lakukan di tengah misteri penderitaan yang hebat itu adalah dengan menjawab Ayub dengan Diri-Nya sendiri. Ini adalah hikmat yang menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan penderitaan manusia bukan jawaban mengenai kenapa saya harus menderita dengan cara, situasi, dan waktu tertentu, namun di manakah (kepada Siapakah) pengharapan saya berlabuh di tengah penderitaan itu.
IV.
Daftar
Pustaka
David
L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama,
Jakarta : BPK GM,2008
Agus
Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar
Kitab-Kitab Perjanjian Lama, Medan : Bina Media Perintis,2016
W.S
lasor, Pengantar Perjanjian Lama II,Jakarta
: BPK GM,2012
Andrew E Hill & John H Walton, Survei Perjanjian Lama, Malang :
Penerbit Gandum Mas,2013
Tnp,
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
Malang : Gandum Mas dan LAI,2008
J.Blommendaal,
Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta
: Gunung Mulia,2005
Bamabas
Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2,
Bandung : Bina Media Informasi,2009
[1] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta
: BPK GM,2008), 91
[2] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-Kitab Perjanjian
Lama, (Medan : Bina Media Perintis,2016), 143
[3] W.S lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, (Jakarta :
BPK GM,2012), 107
[4] Andrew E Hill & John H Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang :
Penerbit Gandum Mas,2013), 427
[5] Tnp, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
(Malang : Gandum Mas dan LAI,2008),754
[6] J.Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama,
(Jakarta : Gunung Mulia,2005),150
[7] W.S Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, (Jakarta :
BPK GM,2012), 108-109
[8]T np, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
(Malang : Gandum Mas dan LAI,2008),755
[9] Andrew E Hill & John H Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang :
Penerbit Gandum Mas,2013), 433
[10] Bamabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2,
(Bandung : Bina Media Informasi,2009), 202
[11] Tnp, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
(Malang : Gandum Mas dan LAI,2008),755
[12] W.S lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama II, (Jakarta :
BPK GM,2012), 139-142
[13] Tnp, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang
: Gandum Mas dan LAI,2008),756
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment