-->

sosial media

Friday, 16 October 2020

ILMU FILSAFAT ( Epistemologi: Logika, Deduktif dan Induktif - Membuktikan sesuatu yang tidak ada)

 




I.       Pendahuluan

Filsafat adalah suatu cara berpikir yang radial dan menyeluruh, dengan cara  mengupas pengetahuan sedalam-dalamnya Yuyun (1999) sedangkan ilmu dalam pembelajaran filsapat dapat di katakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh manusia dalam rangka menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan oleh dirinya.Filsafat  dapat juga di katakan upaya manusia mnegumpulkan pengetahuan  sebanyak mungkin dalam proses pengaturan kehidupan dalam bentuk sistematik. Filsafat diharapkan dapat membawa manusia kepada pemahaman dan pemahamanan itu tentunnya dapat membawa manusia ke tindakan yang lebih layak.

II.    Pembahasan

2.1. Pengertian Logika

            Nama logika untuk pertama kali muncul pada filusuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi) adalah orang  pertama yang mempergunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita, Selain itu kata logika diturunkan dari kata “logike” (bahasa yunani), yang berhubungan dengan kata benda logos, suatu yang menunjukkan kepada kita adanya hubungan yang erat dengan pikiran dan kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Jadi, secara etimologi, logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran melalui bahasa. Logika juga bisa dikatakan penarikan  kesimpulan dari apa yang dianggap benar dari suatu proses penalaran[1].

logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir manusia yang disusun berdasarkan pola tertentu. Berpikir adalah objek material logika. Berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir, manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan ‘mengolah’ dan ‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan, serta menghubungkan pengertian yang satu dengan penegertian yang lainnya[2].

Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir lurus dan tepat, merupakan objek formal logika. Di samping dua filusuf di atas (Cicero dan Alexander Aphrodisias) Aristoteles  pun telah berjasa besar dalam menemukan logika. Namun, Aristoteles belum memakai nama logika. Aristoteles memakai istilah ‘analika’ dan ‘dialektika’. Analika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak hipotsesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya

Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga golongan, yaitu ilmu pengetahuan praktis, produktif, dan teoritis. Ilmu pengetahuan produktif menyangkut pengtahuan yang sanggup menghasilkan suatu karya (teknik dan kesenian). Ilmu pengetahuan praktis meliputi etika dan politika. Akhirnya ilmu pengetahuan teoritis mencakup tiga bidang yaitu fisika, matematika, dan ‘filsafat pertama’. Logika tidak termasuk ilmu pengetahuan sendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk berfikir dengan cara ilmiah

Setelah Aristoteles meninggal, naskah-naskah ajarannya mengenai penalasaran, olah para pengikutnya telah dihimpun menjadi satu[3]. Himpunan tersebut mengenai ajaran Aristoteles mengenai penalaran termuat dalam eman naskah, yaitu sebagai berikut[4]:

1.      Ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian umum.

2.      On Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai komposisi dan hubungan dari keterangan sebagai satuan pikiran. Dalam hal ini Aristoteles membahas suatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar pertentangan.

3.      Prior Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori silogisme dalam ragam dan pola-polanya.

4.      Posterior Analyties (analika yang lebih dahulu). Membicarakan tentang pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogistik dalam pembuktian ilmiah sebagai materi dari silogisme.

5.      Topics (mengupas dialektika). Dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan berdasarkan permis-permis yang boleh jadi benar

6.      Sohistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas mengenai sifat dasar dan penggolongan sesat piker

Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, maka dilakukan penelaahan yang seksama hanya terhadap dua jenis penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika deduktif[5].

2.2. Pengertian Deduksi

            Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat umum.

Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuk saja[6].

Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogismus. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai permis mayor dan permis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua permis tersebut. Logika deduktif membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan bila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah ini di antara suatu kelompok barang sesuatu. Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu merupakan akibat yang bersifat keharusan dari pertnyaan-pertanyaan yang lebih dahulu diajukan. Pembahasan mengenai logika deduktif itu sangat luas dan meliputi salah satu di antara persoalan-persoalan yang menarik.

Guna memenuhi dan  membatasi maksud logika deduktif bagian terkenal sebagai logika Aristoteles[7].

2.3. Pengertian Induksi

            Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus. Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Kesimpulan yang bersifat  umum ini penting artinya sebab mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis[8].

Kehidupan yang beranekaragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyangga wujud fakta tersebut. pernyataan bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.

Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Melihat dari contoh bahwa semua binatang mempunyai mata dan semua manusia mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk mempunyai mata. Penalaran ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fudamental[9].

2.4. Hubungan Logika dengan deduksi

            Menurut Langeveld, logika itu adalah kepandaian untuk memutuskan secara jitu. Logika mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengambil kesimpulan secara benar; atau untuk menghasilkan pengetahuan yang bersifat ilmiah. Unsur utama logika adalah pemikiran dan keputusan.

Hubungan logika dan Deduktif sering disebut juga Logika Deduktif atau penalaran deduktif. Penalaran Deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif dan valid hanya jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekunsi logis dari premis – premisnya.

Contoh :

Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup  (premis mayor)

Anton adalah seorang makhluk hidup                                            (premis minor)

Jadi, Anton perlu makan untuk mempertahankan hidupnya.             (kesimpulan)

 

2.5. Hubungan Logika dengan Induktif[10]

Hubungan Logika dan Induktif ini sering disebut juga Logika Induktif atau penalaran induktif. Penalaran induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Dimulai dengan mengemukakan pernyataan – pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum

Pendapat Francis Bacon, sama dengan John S.Mill (1806-1873) yang merupakan filsuf yang juga memperkenalkan “proses generalisasi” dengan cara induksi. Dalam persoalan generalisasi ini, Mill sependapat dengan David Hume yang mempersoalkan secara radikal.

Mill melihat tugas utama logika lebih dari sekedar menentukan patokan deduksi silogistis yang tak pernah menyampaikan pengetahuan baru. Ia berharap bahwa jasa metodenya dalam logika induktif sama besarnya dengan jasa Aristoteles dalam logika induktif. Menurutnya, pemikiran silogistis selalu mencakup suatu lingkaran setan (petitio), dimana kesimpulan sudah terkandung di dalam premis, sedangkan premis itu sendiri akhirnya masih bertumpu juga pada induksi empiris. Tugas logika menurutnya cukup luas, termasuk meliputi ilmu-ilmu sosial dan psikologi yang memang pada masing-masing ilmu itu logika telah diletakkan dasar-dasarnya oleh Comte dan James Mill.

2.6. Perbedaan deduksi dan induksi

DEDUKSI

INDUKSI

Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar

Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.

Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.

Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

 

Dari table diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu, perbedaan antara berpikir induktif dan berpikir deduktif; berpikir induktif adalah menarik pernyataan yang didasarkan pada hasil-hasil pengamatan, sedangkan berpikir deduktif adalah penarikan pernyataan yang didasarkan pada hukum dan teori.

 

2.7. Hubungan Filsafat dalam Epistimologi:Logika deduktif dan induktif[11]

            Menurut Amsal Bahtiar, filsafat Ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar Ilmu.Dengan demikian filsafat Ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara spesifik mengkaji hakekat Ilmu untuk mencapai suatu kebenaran. Metodologi penelitian adalah berarti Ilmu tentang metode. Sedang penelitian adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan mengkaji data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif.Jadi metodologi penelitian Ilmu yang mempelajari, menyelusuri, mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis supaya diperoleh suatu kebenaran yang obyektif.Secara terminology, metodologi penelitian atau metodologi riset (science researct atau method), metodologi berasal dari kata methodology, maknanya Ilmu yang menerangkan metode-metode atau cara-cara. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris “research” yang terdiri dari kata “re” (mengulang) dan search (pencarian, pengajaran, penelusuran, penyelidikan atau penelitian) maka research berarti berulang melakukan pencarian.Metodologi penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisa, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.

2.7.1.Kedudukan Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian

Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya, jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat, sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat yaitu: teori pengetahuan, teori hakekat dan teori nilai.Isi filsafat ditentukan oleh obyek apa yang dipikirkan, obyek yang difikirkan oleh filosof ialah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi filsafat sebagai suatu proses berfikir bebas, sistematis, radkal dan mencapai dataran makna yang mempunyai cabang ontology, epistemologi dan aksiologi.Ontologi dinamakan sbagai teori hakekat, teori hakekat ini sangat luas, segala yang ada yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup penetahuan pengetahuan dan nilai (yang di carinya ialah hakekat penegetahuan dan hakekat nilai).Didalam ontology membahas dua bidang yaitu:
1.
Kosmologi membicarakan hakekat asal, hakekat susunan, hakekat berada, juga hakekat tujuan kosmos.

2. Metafisik atau antropologi secara etimologis berarti dibalik atau dibelakang fisika artinya ia ingin mengerti atau mengetahui apa yang ada dibalik dari alam ini atau suatu yang tidak nampak.

Jadi kosmologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakekat asal, susunan, tujuan alam besar, yang dibicarakan didalam cabang ini missal hakekat kosmos, bagaimana caranya ia menjadi (how daes it come to being) dan lain-lain. Mungkin ada orang yang beranggapan bahwa teori kosmologi itu merupakan teori astronomi, sebenarnya bukan, astronomi adalah sains sedangkan kosmologi adalah filsafat. Sedangkan metafisika adalah membicarakan hakekat manusia dari sgi filsafat, umpamanya apa manusia itu? dan dari mana asalnya, apa akhir atau tujuannya?. Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. atau suatu cabang filsafat yang membahas sumber, proses, syarat, batas dan validitas dan hakekat pengetahuan. Sistematika dan logika sangat berperan dalam epistemologi demikian pila metode-metode berfikir seperti deduktif dan induktif[12].

Epistemologi dari sini dapat disimpulkan bahwa bila ontology memahami sesuatu adalah tunggal maka cara memperoleh kebenarannya dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif, akan tetapi bila ontologynya memahami sesuatu secara jamak, maka digunakan jenis penelitian kualitatif. Aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai (value), tindakan moral melahirkan nilai etika, ekspresi keindahan yang melahirkan nilai esthetika dan kehidupan sosiolah yang menjelaskan apa yang di anggap baik dalam tingkah laku manusia, apa yang di maksud indah dalam seni. Demikian pula apakah yang benar dan diinginkan didalam organisasi sosial kemasyarakatan dan kenegaraan.

Dalam aksiologi ini di pengaruhi oleh ontology yang digunakan , ontology yang memahami sesuatu itu tunggal, penelitiannya jenis kuantitatif, maka Ilmu yang dibentuknya disebut nomotetik dan bebas nilai, sedangkan ontology yang memahami sesuatu itu jamak dan penelitiannya jenis kualitatif. Maka Ilmu yang di hasilkan disebut ideografik dan bermuatan nilai. Menurut Jujun S. Suria Sumantri filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat Ilmu dan pengetahuan ilmiah.Sedangkan menurut tim Dosen filsafat Ilmu UGM, filsafat imu secara sistematis merupakan cabang dari rumpun kajian epistemologi. Epistemologi sendiri mempunyai dua cabang yaitu filsafat pengetahuan (theory of knowledge) dan filsafat Ilmu (theori of science) objek material flsafat pengetahuan yaitu gejala pengetahuan, sedang objek material filsafat yaitu mempelajari gejala-gejala Ilmu menurut sebab secara pokok. Metodologi penelitian adalah seperangkat penegetahuan tentang langkah-langkag sistematis dan logis tentang pencarian data, pengolahan data, analisa data, pengambilan kesimpulan dan cara pemecahan.Didalam menjalankan fungsinya metodologi menggunakan cara dan di buktikan kebenarannya adalah metode ilmiah. Menurut JUjun S. Suria Sumantri: Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari pelaturan-pelaturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metode ini secara filsafati termasuk dalam apa yang di namakan epistemologi. Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapat pengetahuan, apakah sumber-sumber pengetahuan? apakah hakekat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? apakah manusia di mungkinkan untuk mendapat pengetahuan? sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk di tangkap manusia.Dari sini dapat kita ketahui bahwa metode ilmiah merupakan bagian dari metodologi ilmiah, bahwa filsafat Ilmu dan metodologi penelitian mempunyai kedudukan yang sama dalam cabang filsafat yaitu masuk dalam golongan epistemologi. Menurut Amsal Bahtiar tujuan filsafat Ilmu adalah:

1. Mendalami unsur-unsur pokok Ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber hakekat dan tujuan Ilmu

2. Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan kemajuan Ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses Ilmu kontemporer secara histories.
Metodologi bisa juga diartikan Ilmu yang membahas konsep berbagai metode, apa kelebihan dan kekurangan dari suatu, kemudian bagaimana seseorang memilih suatu metode. Sedangkan penelitian bertujuan menghimpun data yang akurat yang kemudian diproses sehingga menemukan kebenaran atau teori atau Ilmu dan mungkin pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau menguji kebenaran tersebut.
Jadi metode ilmiah untuk memperoleh Ilmu pengetahuan yang benar di perlukan cara-cara yang benar pula. Menurut para pakar , mencari kebenaran, cara-cara memperoleh kebenaran ilmiah diebut metode ilmiah, yang terdiri mencari masalah, menentukan hipotesis, menghimpun data, menguji hipotesis, prinsip ini berlaku untuk untuk semua sains oprasionalisasi, metode ilmiah itu dilakukan bidang studi metodologi penelitian. dari sini tampak dengan jelas hubugan antara filsafat Ilmu dengan metodologi penelitian
.[13]

III. Kesimpulan

1.      Pengertian Logika :

Logika adalah cabang filsafat yang membahas tentang asas-asas, aturan-aturan, dan prosedur dalam mencapai pengetahuan yang benar, yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. secara terminologis logika didefinisikan : Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.

2.      Pengertian Deduksi :

Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus

3.      Pengertian Induksi  :

Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Metode berpikir induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.

4.      Hubungan logika dan Deduktif sering disebut juga Logika Deduktif atau penalaran deduktif. Penalaran Deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif dan valid hanya jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekunsi logis dari premis – premisnya.

5.      Hubungan Logika dan Induktif ini sering disebut juga Logika Induktif atau penalaran induktif. Penalaran induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Dimulai dengan mengemukakan pernyataan – pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum

6.      Perbedaan antara berpikir induktif dan berpikir deduktif; berpikir induktif adalah menarik pernyataan yang didasarkan pada hasil-hasil pengamatan, sedangkan berpikir deduktif adalah penarikan pernyataan yang didasarkan pada hukum dan teori

 

IV. Daftar Pustaka

Asy-Syarata, Ismali, Ensilkopedia Filsafat ,Jakarta: Kahlifa, 2005

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Dewey, John How We Think ,Chicago: Henry regnery, 1933

Ihsan, Fuad, Filsafat Ilmu ,Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2010

Keraf, Sonny ,Ilmu Pengetahuan:Sebuah Tinjauan Filosofis,Yogyakarta: Kanisius,2001

Muslih,Mohammad, Filsafat Ilmu :Kajian atas dasar asumsi dasar paradigma dan kerangka Teori Ilmu pengetahuan, Yogyakarta : Belukar, 2006

Suriasumantri Jujun S., Filsafat Ilmu ,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996

Verhaak , Filsafat ilmu Pengertahuan: Seri Filsafat Driyarkara 1.,Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu. (Jakarta: Gramedia,2004



[1] Sonny Keraf ,Ilmu Pengetahuan:Sebuah Tinjauan Filosofis,(Yogyakarta: Kanisius,2001) ,62

[2] Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2010), 123

[3] Mohammad Muslih,Filsafat Ilmu [Kajian atas dasar asumsi dasar paradigma dan kerangka Teori Ilmu pengetahuan, (Yogyakarta : Belukar, 2006), 48

[4] Ibid, 57

[5] Sonny Keraf ,Ilmu Pengetahuan:Sebuah Tinjauan Filosofis ,67

[6] Ismali Asy-Syarata, Ensilkopedia Filsafat ,(Jakarta: Kahlifa, 2005), 43

[7] Verhaak , Filsafat ilmu Pengertahuan: Seri Filsafat Driyarkara 1.,Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu. (Jakarta: Gramedia,2004),81

[8] Ismali Asy-Syarata, Ensilkopedia Filsafat , 43

[9] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), 48-49

[10] John Dewey, How We Think (Chicago: Henry regnery, 1933),107

[11] Verhaak , Filsafat ilmu Pengertahuan: Seri Filsafat Driyarkara 1.,Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu. ,86

[12]  Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 212

[13] Verhaak , Filsafat ilmu Pengertahuan: Seri Filsafat Driyarkara 1.,Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu. ,88

Tags :

BPPPWG MENARA KRISTEN

KOMITMEN DALAM MELAYANI

PRO DEO ET EIUS CREATURAM

  • PRO DEO ET EIUS CREATURAM
  • COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
  • ORA ET LABORA

INFORMASI KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN
  • : Pdt Hendra C Manullang
  • : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
  • : crisvinh@gmail.com
  • : menarakristen@gmail.com
/UMUM

Post a Comment

Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim