ILMU FILSAFAT ( Epistemologi: Logika, Deduktif dan Induktif - Membuktikan sesuatu yang tidak ada)
I. Pendahuluan
Filsafat adalah suatu cara berpikir yang radial dan menyeluruh, dengan cara mengupas pengetahuan sedalam-dalamnya Yuyun (1999) sedangkan ilmu dalam pembelajaran filsapat dapat di katakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh manusia dalam rangka menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan oleh dirinya.Filsafat dapat juga di katakan upaya manusia mnegumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin dalam proses pengaturan kehidupan dalam bentuk sistematik. Filsafat diharapkan dapat membawa manusia kepada pemahaman dan pemahamanan itu tentunnya dapat membawa manusia ke tindakan yang lebih layak.
II. Pembahasan
2.1.
Pengertian Logika
Nama logika untuk pertama kali muncul
pada filusuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti ‘seni
berdebat’. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi)
adalah orang pertama yang mempergunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu
yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita, Selain itu kata logika diturunkan dari
kata “logike” (bahasa yunani), yang berhubungan dengan kata benda logos, suatu
yang menunjukkan kepada kita adanya hubungan yang erat dengan pikiran dan kata
yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Jadi, secara etimologi, logika adalah
ilmu yang mempelajari pikiran melalui bahasa. Logika juga bisa dikatakan
penarikan kesimpulan dari apa yang dianggap benar dari suatu proses
penalaran[1].
logika adalah asas-asas
yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir
lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan
hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir manusia yang
disusun berdasarkan pola tertentu. Berpikir adalah objek material logika.
Berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir,
manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan
‘mengolah’ dan ‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan,
membandingkan, serta menghubungkan pengertian yang satu dengan penegertian yang
lainnya[2].
Dalam
logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena
berfikir lurus dan tepat, merupakan objek formal logika. Di samping dua filusuf
di atas (Cicero dan Alexander Aphrodisias) Aristoteles pun telah berjasa
besar dalam menemukan logika. Namun, Aristoteles belum memakai nama logika.
Aristoteles memakai istilah ‘analika’ dan ‘dialektika’. Analika untuk
penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang
benar sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang
bertitik tolak hipotsesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya
Aristoteles
membagi ilmu pengetahuan atas tiga golongan, yaitu ilmu pengetahuan praktis,
produktif, dan teoritis. Ilmu pengetahuan produktif menyangkut pengtahuan yang
sanggup menghasilkan suatu karya (teknik dan kesenian). Ilmu pengetahuan
praktis meliputi etika dan politika. Akhirnya ilmu pengetahuan teoritis
mencakup tiga bidang yaitu fisika, matematika, dan ‘filsafat pertama’. Logika
tidak termasuk ilmu pengetahuan sendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan
sebagai persiapan untuk berfikir dengan cara ilmiah
Setelah Aristoteles meninggal, naskah-naskah
ajarannya mengenai penalasaran, olah para pengikutnya telah dihimpun menjadi
satu[3].
Himpunan tersebut mengenai ajaran Aristoteles mengenai penalaran termuat dalam
eman naskah, yaitu sebagai berikut[4]:
1. Ini
membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian umum.
2. On
Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai
komposisi dan hubungan dari keterangan sebagai satuan pikiran. Dalam hal ini
Aristoteles membahas suatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur
sangkar pertentangan.
3. Prior
Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai
teori silogisme dalam ragam dan pola-polanya.
4. Posterior
Analyties (analika yang lebih dahulu). Membicarakan
tentang pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogistik dalam pembuktian ilmiah
sebagai materi dari silogisme.
5. Topics (mengupas
dialektika). Dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan berdasarkan
permis-permis yang boleh jadi benar
6. Sohistical
Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas
mengenai sifat dasar dan penggolongan sesat piker
Terdapat bermacam-macam cara penarikan
kesimpulan namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada
penalaran ilmiah, maka dilakukan penelaahan yang seksama hanya terhadap dua
jenis penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika deduktif[5].
2.2.
Pengertian Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana
dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus,
selain itu metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu
dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah suatu ragam logika
yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu
penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal
pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuk saja[6].
Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogismus.
Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat
dibedakan sebagai permis mayor dan permis minor. Kesimpulan merupakan
pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua permis
tersebut. Logika deduktif membicarakan cara-cara untuk mencapai
kesimpulan-kesimpulan bila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai semua atau sejumlah ini di antara suatu kelompok barang sesuatu.
Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu merupakan akibat yang
bersifat keharusan dari pertnyaan-pertanyaan yang lebih dahulu diajukan.
Pembahasan mengenai logika deduktif itu sangat luas dan meliputi salah satu di
antara persoalan-persoalan yang menarik.
Guna memenuhi dan membatasi maksud
logika deduktif bagian terkenal sebagai logika Aristoteles[7].
2.3.
Pengertian Induksi
Induksi merupakan cara berpikir di
mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus yang bersifat individual,
selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu
dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih umum
berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat
khusus. Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas
penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum
yang bersifat boleh jadi. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting
artinya sebab mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa
pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis[8].
Kehidupan yang beranekaragam dengan
berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi beberapa pernyataan.
Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi dari berbagai
fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam pernyataan
mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi
dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyangga
wujud fakta tersebut. pernyataan bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak bisa
mereproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina.
Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris
bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup
bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir
teoritis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan
yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara
induktif maupun deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang
bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi.
Melihat dari contoh bahwa semua binatang mempunyai mata dan semua manusia mata,
dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk mempunyai mata. Penalaran ini
memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada
pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fudamental[9].
2.4.
Hubungan Logika dengan deduksi
Menurut Langeveld, logika itu
adalah kepandaian untuk memutuskan secara jitu. Logika mempelajari
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengambil kesimpulan secara benar; atau
untuk menghasilkan pengetahuan yang bersifat ilmiah. Unsur utama logika adalah
pemikiran dan keputusan.
Hubungan logika dan Deduktif
sering disebut juga Logika Deduktif atau penalaran deduktif. Penalaran Deduktif
adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen
dinyatakan deduktif dan valid hanya jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau
merupakan konsekunsi logis dari premis – premisnya.
Contoh :
Semua makhluk hidup perlu makan
untuk mempertahankan hidup (premis mayor)
Anton adalah seorang makhluk
hidup (premis
minor)
Jadi, Anton perlu makan untuk
mempertahankan
hidupnya. (kesimpulan)
2.5. Hubungan Logika dengan Induktif[10]
Hubungan Logika dan Induktif ini
sering disebut juga Logika Induktif atau penalaran induktif. Penalaran induktif
adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk
mencapai kesimpulan umum. Dimulai dengan mengemukakan pernyataan – pernyataan
yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan
kemudian diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
Pendapat Francis Bacon, sama
dengan John S.Mill (1806-1873) yang merupakan filsuf yang juga memperkenalkan
“proses generalisasi” dengan cara induksi. Dalam persoalan generalisasi ini,
Mill sependapat dengan David Hume yang mempersoalkan secara radikal.
Mill melihat tugas utama logika lebih dari sekedar menentukan patokan deduksi silogistis yang tak pernah menyampaikan pengetahuan baru. Ia berharap bahwa jasa metodenya dalam logika induktif sama besarnya dengan jasa Aristoteles dalam logika induktif. Menurutnya, pemikiran silogistis selalu mencakup suatu lingkaran setan (petitio), dimana kesimpulan sudah terkandung di dalam premis, sedangkan premis itu sendiri akhirnya masih bertumpu juga pada induksi empiris. Tugas logika menurutnya cukup luas, termasuk meliputi ilmu-ilmu sosial dan psikologi yang memang pada masing-masing ilmu itu logika telah diletakkan dasar-dasarnya oleh Comte dan James Mill.
2.6.
Perbedaan deduksi dan
induksi
DEDUKSI |
INDUKSI |
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar |
Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar. |
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara
implisit, dalam premis. |
Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam
premis. |
Dari table diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu,
perbedaan antara berpikir induktif dan berpikir deduktif; berpikir induktif
adalah menarik pernyataan yang didasarkan pada hasil-hasil pengamatan,
sedangkan berpikir deduktif adalah penarikan pernyataan yang didasarkan pada
hukum dan teori.
2.7.
Hubungan Filsafat dalam
Epistimologi:Logika deduktif dan induktif[11]
Menurut Amsal Bahtiar,
filsafat Ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar Ilmu.Dengan
demikian filsafat Ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara spesifik
mengkaji hakekat Ilmu untuk mencapai suatu kebenaran. Metodologi penelitian adalah berarti Ilmu
tentang metode. Sedang penelitian adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data
kemudian mengolah, menganalisa dan mengkaji data yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif.Jadi metodologi penelitian Ilmu yang mempelajari,
menyelusuri, mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan
menyajikan data yang dilakukan secara sistematis supaya diperoleh suatu
kebenaran yang obyektif.Secara terminology, metodologi penelitian atau
metodologi riset (science researct atau method), metodologi berasal dari kata
methodology, maknanya Ilmu yang menerangkan metode-metode atau cara-cara.
Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris “research” yang terdiri dari
kata “re” (mengulang) dan search (pencarian, pengajaran, penelusuran, penyelidikan
atau penelitian) maka research berarti berulang melakukan pencarian.Metodologi
penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis
dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk
diolah, dianalisa, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara
pemecahannya.
2.7.1.Kedudukan Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian
Tujuan
berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya, jika kebenaran yang
sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat,
sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat
yaitu: teori pengetahuan, teori hakekat dan teori nilai.Isi filsafat ditentukan
oleh obyek apa yang dipikirkan, obyek yang difikirkan oleh filosof ialah segala
yang ada dan yang mungkin ada. Jadi filsafat sebagai suatu proses berfikir
bebas, sistematis, radkal dan mencapai dataran makna yang mempunyai cabang
ontology, epistemologi dan aksiologi.Ontologi dinamakan sbagai teori hakekat,
teori hakekat ini sangat luas, segala yang ada yang mungkin ada, yang boleh
juga mencakup penetahuan pengetahuan dan nilai (yang di carinya ialah hakekat
penegetahuan dan hakekat nilai).Didalam ontology membahas dua bidang yaitu:
1. Kosmologi membicarakan hakekat
asal, hakekat susunan, hakekat berada, juga hakekat tujuan kosmos.
2. Metafisik
atau antropologi secara etimologis berarti dibalik atau dibelakang fisika
artinya ia ingin mengerti atau mengetahui apa yang ada dibalik dari alam ini
atau suatu yang tidak nampak.
Jadi
kosmologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakekat asal, susunan, tujuan
alam besar, yang dibicarakan didalam cabang ini missal hakekat kosmos,
bagaimana caranya ia menjadi (how daes it come to being) dan lain-lain. Mungkin
ada orang yang beranggapan bahwa teori kosmologi itu merupakan teori astronomi,
sebenarnya bukan, astronomi adalah sains sedangkan kosmologi adalah filsafat.
Sedangkan metafisika adalah membicarakan hakekat manusia dari sgi filsafat,
umpamanya apa manusia itu? dan dari mana asalnya, apa akhir atau tujuannya?.
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh
pengetahuan. atau suatu cabang filsafat yang membahas sumber, proses, syarat,
batas dan validitas dan hakekat pengetahuan. Sistematika dan logika sangat berperan
dalam epistemologi demikian pila metode-metode berfikir seperti deduktif dan
induktif[12].
Epistemologi dari sini dapat disimpulkan bahwa bila
ontology memahami sesuatu adalah tunggal maka cara memperoleh kebenarannya
dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif, akan tetapi bila ontologynya
memahami sesuatu secara jamak, maka digunakan jenis penelitian kualitatif.
Aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai (value), tindakan
moral melahirkan nilai etika, ekspresi keindahan yang melahirkan nilai
esthetika dan kehidupan sosiolah yang menjelaskan apa yang di anggap baik dalam
tingkah laku manusia, apa yang di maksud indah dalam seni. Demikian pula apakah yang benar
dan diinginkan didalam organisasi sosial kemasyarakatan dan kenegaraan.
Dalam aksiologi ini di pengaruhi oleh ontology yang
digunakan , ontology yang memahami sesuatu itu tunggal, penelitiannya jenis
kuantitatif, maka Ilmu yang dibentuknya disebut nomotetik dan bebas nilai,
sedangkan ontology yang memahami sesuatu itu jamak dan penelitiannya jenis
kualitatif. Maka
Ilmu yang di hasilkan disebut ideografik dan bermuatan nilai. Menurut
Jujun S. Suria Sumantri filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistemologi
(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat Ilmu dan
pengetahuan ilmiah.Sedangkan menurut tim Dosen filsafat Ilmu UGM, filsafat imu
secara sistematis merupakan cabang dari rumpun kajian epistemologi. Epistemologi sendiri mempunyai dua
cabang yaitu filsafat pengetahuan (theory of knowledge) dan filsafat Ilmu
(theori of science) objek material flsafat pengetahuan yaitu gejala
pengetahuan, sedang objek material filsafat yaitu mempelajari gejala-gejala
Ilmu menurut sebab secara pokok. Metodologi penelitian adalah seperangkat
penegetahuan tentang langkah-langkag sistematis dan logis tentang pencarian
data, pengolahan data, analisa data, pengambilan kesimpulan dan cara
pemecahan.Didalam menjalankan fungsinya metodologi menggunakan cara dan di
buktikan kebenarannya adalah metode ilmiah. Menurut JUjun S. Suria Sumantri:
Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari pelaturan-pelaturan yang
terdapat dalam metode ilmiah. Metode ini secara filsafati termasuk dalam apa
yang di namakan epistemologi. Epistemologi merupakan pembahasan mengenai
bagaimana kita mendapat pengetahuan, apakah sumber-sumber pengetahuan? apakah
hakekat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? apakah manusia di mungkinkan
untuk mendapat pengetahuan? sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk di
tangkap manusia.Dari sini dapat kita ketahui bahwa metode ilmiah merupakan
bagian dari metodologi ilmiah, bahwa filsafat Ilmu dan metodologi penelitian
mempunyai kedudukan yang sama dalam cabang filsafat yaitu masuk dalam golongan
epistemologi. Menurut
Amsal Bahtiar tujuan filsafat Ilmu adalah:
1. Mendalami unsur-unsur pokok
Ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber hakekat dan tujuan
Ilmu
2. Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan
kemajuan Ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang
proses Ilmu kontemporer secara histories.
Metodologi bisa juga diartikan Ilmu yang membahas konsep berbagai metode, apa
kelebihan dan kekurangan dari suatu, kemudian bagaimana seseorang memilih suatu
metode. Sedangkan penelitian bertujuan menghimpun data yang akurat yang
kemudian diproses sehingga menemukan kebenaran atau teori atau Ilmu dan mungkin
pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau menguji kebenaran tersebut.
Jadi metode ilmiah untuk memperoleh Ilmu pengetahuan yang benar di perlukan
cara-cara yang benar pula. Menurut para pakar , mencari kebenaran, cara-cara
memperoleh kebenaran ilmiah diebut metode ilmiah, yang terdiri mencari masalah,
menentukan hipotesis, menghimpun data, menguji hipotesis, prinsip ini berlaku
untuk untuk semua sains oprasionalisasi, metode ilmiah itu dilakukan bidang
studi metodologi penelitian. dari sini tampak dengan jelas hubugan antara filsafat
Ilmu dengan metodologi penelitian.[13]
III. Kesimpulan
1.
Pengertian Logika :
Logika adalah cabang filsafat
yang membahas tentang asas-asas, aturan-aturan, dan prosedur dalam mencapai
pengetahuan yang benar, yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. secara
terminologis logika didefinisikan : Teori tentang penyimpulan yang sah.
Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu,
yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai
dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang
sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
2. Pengertian Deduksi :
Deduksi adalah cara berpikir
dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus
3. Pengertian Induksi :
Induksi adalah ilmu eksakta
mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu, dan atas dasar itu menyusun
suatu ucapan umum. Metode berpikir induktif dimana cara berpikir dilakukan
dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual.
4. Hubungan logika dan Deduktif
sering disebut juga Logika Deduktif atau penalaran deduktif. Penalaran Deduktif
adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen
dinyatakan deduktif dan valid hanya jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau
merupakan konsekunsi logis dari premis – premisnya.
5. Hubungan Logika dan Induktif ini
sering disebut juga Logika Induktif atau penalaran induktif. Penalaran induktif
adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk
mencapai kesimpulan umum. Dimulai dengan mengemukakan pernyataan – pernyataan
yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan
kemudian diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
6. Perbedaan antara berpikir
induktif dan berpikir deduktif; berpikir induktif adalah menarik pernyataan
yang didasarkan pada hasil-hasil pengamatan, sedangkan berpikir deduktif adalah
penarikan pernyataan yang didasarkan pada hukum dan teori
IV. Daftar
Pustaka
Asy-Syarata, Ismali, Ensilkopedia Filsafat ,Jakarta: Kahlifa, 2005
Bakhtiar, Amsal,
Filsafat Ilmu Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Dewey,
John How We Think ,Chicago: Henry regnery, 1933
Ihsan, Fuad,
Filsafat Ilmu ,Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2010
Keraf, Sonny ,Ilmu
Pengetahuan:Sebuah
Tinjauan Filosofis,Yogyakarta: Kanisius,2001
Muslih,Mohammad,
Filsafat Ilmu :Kajian atas dasar asumsi dasar paradigma dan kerangka Teori Ilmu
pengetahuan, Yogyakarta : Belukar, 2006
Suriasumantri Jujun S., Filsafat Ilmu ,Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1996
Verhaak , Filsafat ilmu Pengertahuan: Seri Filsafat Driyarkara 1.,Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu. (Jakarta: Gramedia,2004
[1] Sonny Keraf ,Ilmu Pengetahuan:Sebuah Tinjauan Filosofis,(Yogyakarta: Kanisius,2001) ,62
[2] Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2010), 123
[3] Mohammad
Muslih,Filsafat Ilmu [Kajian atas dasar asumsi dasar paradigma dan kerangka
Teori Ilmu pengetahuan, (Yogyakarta : Belukar, 2006), 48
[4] Ibid, 57
[5] Sonny Keraf ,Ilmu Pengetahuan:Sebuah Tinjauan Filosofis ,67
[6] Ismali Asy-Syarata, Ensilkopedia Filsafat ,(Jakarta: Kahlifa, 2005), 43
[7] Verhaak , Filsafat ilmu Pengertahuan: Seri Filsafat Driyarkara 1.,Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu. (Jakarta: Gramedia,2004),81
[8] Ismali Asy-Syarata, Ensilkopedia
Filsafat , 43
[9] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1996), 48-49
[10] John Dewey, How We Think (Chicago:
Henry regnery, 1933),107
[11] Verhaak
, Filsafat ilmu
Pengertahuan: Seri
Filsafat Driyarkara 1.,Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu. ,86
[12] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 212
[13] Verhaak
, Filsafat ilmu
Pengertahuan: Seri
Filsafat Driyarkara 1.,Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu. ,88
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment