-->

sosial media

Friday, 16 October 2020

Misiologi : Puncak Penginjilan Dalam Perjanjian Lama Melalui Deutero Yesaya ( Yesaya 40-55) dan Yunus

 





I.     Pendahuluan

"Deutero-Yesaya" ini berperan untuk menyampaikan sebuah kejadian yang sama sekali tak terbayangkan: sekelompok kecil orang, "sisa-sisa" dari suatu bangsa yang berjumlah tidak lebih dari 15,000 orang akan pergi melintasi padang gurun seperti layaknya kisah keluaran yang baru (43:16-21) dan kembali ke Yerusalem. Sungguh sangat mengejutkan mengetahui bahwa mereka yang telah mendengarnya sama sekali tak bergeming dan tidak percaya atas apa yang telah disampaikannya. Sebuah bangsa yang diasingkan sering digambarkan akan lenyap dan ditambah lagi dengan tujuh puluh tahun masa pembuangan pasti telah mengakibatkan keputusasaan yang mendalam: bangsa ini akan menganggap bahwa perjanjian yang Allah kehendaki dengan umat-Nya telah diingkari dan bahwa Allah sudah tidak berkenan lagi dengan mereka.Demikian pula yang terjadi dalam kitab yunus.

II.   Pembahasan

       2.1. Makna Penginjilan Dalam Deutro Yesaya dan Yunus[1]

       Menurut Stuhlmueller, salah satu contoh konkret perhatian Allah kepada dunia adalah kepeduliaannya terhadap bangsa-bangsa (Yes. 19:13; Yun. 4). Hal ini berarti bahwa perhatian Allah kepada umat manusia di dalam sejarah dunia, walaupun Israel tetap digambarkan sebagai bangsa pertama yang membuka mata dunia untuk menyadari perutusan Diri Allah yang benar demi penyelamatan manusia.

       Walaupun L. Legrand berusaha untuk melihat pengertian misi melalui Deutero Yesaya dan Yunus yakni (: Penyebaran Iman, Penyaksian, ziarah menuju Allah):

1.Usaha untuk mendekati orang kafir dan membawa mereka kepada iman yang sejati dan Allah yang benar.

2. Usaha untuk menjadikan diri “poros” sehingga bangsa-bangsa lain datang dan berkumpul bersama di Yerusalem

3. Ziarah dari bangsa yang telah ditebus menuju ketanah terjanji.

 

       2.2. Perutusan Diri Allah Yang Universal dalam Deutero Yesaya dan Yunus

Deutero Yesaya juga mempunyai gambaran yang sama, tetapi nabi Deutero Yesaya menghubungkan mebasser (utusan) itu dengan janji keselamatan (Yes 52:7). Ayat ini tidak hanya berhubungan dengan keluaran dari Babel (52:11), tetapi juga berhubungan dengan berita-berita dimulainya dominasi kerajaan Allah. Injil yang dimaksudkan Deutero Yesaya ialah pekerjaan penyelamatan Allah yang berwujud pembebasan bangsa Israel dari pembuangan di Babel. Termasuk juga di dalamnya pembaharuan dan penebusan Allah atas Israel. Untuk memahami dengan jelas apa yang dimaksudkan dengan injil menurut Deutero Yesaya, kita perlu mengikuti penjelasan berikut ini. Bagian kedua dari kitab Yesaya (40-55) merupakan karya seorang nabi yang hidup menjelang akhir pembuangan. Mengenai nama dan pribadi nabi ini tidak diketahui. Panggilan nabi ini berawal dari suara yang berkata ,”berserulah” (46:6-8). Kata ini bisa berarti panggilan untuk menyerukan atau mengabarkan injil yaitu segala firman Tuhan yang didengar nabi.

 

Firman yang disampaikan itu berhubungan erat dengan keadaan sejarah yang dialami nabi dengan orang-orang sezamannya.. Ketika Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan Nebukadnezar raja Babel pada tahun 587 sM, ketika itu pula kerajaan Yehuda sebagai negara yang berdaulat berakhir. Sebagian bangsa Yehuda dibuang ke Babel secara bertahap. Kejatuhan Yerusalem dan Bait Allah sangat mempengaruhi keyakinan umat akan peranan Tuhan dalam sejarah Israel. Keadaan sosial ekonomi mereka yang dibuang ke Babel sebenarnya tidak terlalu buruk. Namun dalam kehidupan keagamaan mereka sangat menderita dan kekalahan itu merupakan pukulan berat bagi keyakinan agamanya. Bahkan, sebagian umat melihat peristiwa itu sebagai kekalahan Tuhan terhadap dewa-dewa Babel. Mereka yang dibuang ke Babel  beranggapan bahwa mereka terpisah sangat jauh dari pemeliharaan Tuhan . Karena itu sebagian mereka berusaha mencari pertolongan lain yaitu para dewa/dewi Babel. Namun sebagian dari mereka tetap setia kepada Tuhan. Mereka yang setia ini menilai bahwa tragedi yang dialami bangsa Israel merupakan hukuman Tuhan atas dosa-dosa bangsa itu sesuai dengan berita-berita para nabi sebelumnya. Di pihak lain mereka juga sedang menantikan keselamatan yang akan datang setelah penghukuman berlaku atas mereka. Deutero Yesaya adalah nabi yang hidup di tengah-tengah situasi penantian itu. Ketika itulah nabi mendengarkan kabar baik (bsr) atau injil itu tidak lagi disertai embel-embel penghukuman. Pemberitaan nabi bertujuan meyakinkan umat bahwa Tuhan adalah satu-satunya Allah yang akan memberikan kelepasan kepada Israel. Ilah-ilah lain sama sekali tidak mempunyai kuasa untuk mengerjakan dan memberikan kelepasan itu. Injil itu juga  melibatkan bangsa-bangsa lain. Dalam nubuat-nubuat sebelumnya, bangsa-bangsa lain juga ditempatkan di bawah kekuasaan Allah dalam hubungan dengan kedudukan mereka sebagai alat untuk menghukum umat Allah. Walaupun pada akhirnya mereka juga menjadi sasaran penghukuman Allah. Dalam pemberitaan Deutero Yesaya, bangsa lain juga ditempatkan di bawah kekuasaan Allah. Namun kali ini bukan sebagai utusan Allah yang melaksanakan penghukuman Allah atas umat Allah, melainkan menjadi utusan Allah yang menjalankan tugas penyelamatan Allah atas umat di pihak lain, dan sebagai utusan yang menjalankan hukuman atas babel. Karena itu dalam Yesaya 41-48 banyak harapan yang ditujukan kepada Cyrus/Koresy dari Persia.[2]

 

Berita injil yangdimaksudkan Deutero Yesaya sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah saja. Tuhan menyelamatkan Israel, sebab Ia mengasihi umat-Nya. Berhubungan dengan tujuan penyelamatan itu, Deutero Yesaya menilai penghukuman Tuhan atas umat-Nya merupakan dimensi lain dari keselamatan itu sendiri. Karya penyelamatan Allah atas Israel itu mempunyai efek pengutusan bagi umat, yaitu, umat akan menjadi saksi dan alat yang menyatakan kemuliaan Allah. Tugas pengutusan itu tergambar dalam kedudukan umat sebagai hamba Tuhan (41:8,9; 42:19; 44:2,8,21; 48:6,20). Israel akan menjadi saksi yang akan menyatakan kepada bangsa-bangsa dan dunia bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang menyelamatkan Israel. Dengan kesaksian itu, semua bangsa akan mengenal dan menyembah Tuhan. Dengan demikian kabar baik yang berpusat pada Israel mempunyai tujuan yang universal dan mengandung pengakuan akan Tuhan sebagai satu-satunya Allah Israel dan bangsa-bangsa. Gambaran tentang injil keselamatan itu secara garis besar sudah dibentangkan pada awal Deutero Yesaya (40:3-5). Nabi diperkenankan untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa yang menggoncangkan dunia sesuai dengan berita nabi. Berita pertama yang terdengar ialah, kebebasan dan kelepasan Yerusalem. Hal ini ditandai dengan pembangunan jalan bagi Tuhan (40:3). Jalan yang dipersiapkan untuk Tuhan bertujuan pawai kemuliaan dan kehebatan Tuhan yang mengerjakan keselamatan bagi umat-Nya. Tindakan penyelamatan Tuhan yang diawali pada berita pasal 40 dilanjutkan dalam pasal-pasal berikutnya. Untuk menyatakan kehebatan karya penyelamatan Allah, nabi menggunakan pengakuan iman Israel yang tua, yaitu peristiwa keluaran, Sion, penciptaan, dll. Semua pengakuan iman itu mendapat penafsiran baru dalam konteks waktu itu. Misalnya, nabi menggunakan pengakuan iman keluaran (43:16,18-21; 48:20; 51:10; 52:12) bukan sekedar mengingatkan kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya, melainkan untuk meyakinkan umat akan datangnya tindakan penyelamatan Allah dalam peristiwa exodus (keluaran yang baru). Sebuah jalan raya akan dibangun mulai dari Babel menuju Sion. Dalam perjalanan itu, Tuhan akan menjadi pendahulu dan memimpin umat (52:12). Perjalanan pawai dan pesta keselamatan ini juga akan menjadi kesaksian tentang kemuliaan/keagungan Tuhan, sehingga semua bangsa akan mengenal dan menyembah Tuhan.

 

Bagi nabi karya penyelamatan Allah melalui peristiwa keluaran baru  mempunyai kaitan erat dengan pembangunan kembali kota Sion. Kota Sion akan dibangun kembali oleh Tuhan atas dasar kebenaran-Nya. Peristiwa ini akan merupakan pernyataan yang konkret dari pengampunan Allah atas Israel (49:14-16;50:1-3;51:17-23; 54:1-10;55:6,9). Dengan menggunakan tradisi Sion, nabi membayangkan suatu kerajaan merdeka; pembebasan dari pembuangan; dan kesejahteraanpun terjamin.. Semuanya itu hanya terjadi karena ada persekutuan yang mesra antara umat dengan Tuhannya. Dengan demikian Sion akan menjadi kota kebenaran yang kemuliaannya akan melebihi Sion yang lama (54:1-3). Di Sionlah Tuhan akan membaharui perjanjian-Nya (53:3). Hakikat pembaharuan ini ialah belas kasihan Allah yang nyata dalam pengampunan-Nya atas Israel. Nabi juga menekankan bahwa kebesaran perbuatan Allah atas Sion merupakan kebesaran seorang raja yang mengatasi raja-raja dunia. Gelar raja ini adalah wajar, karena kuasa Tuhan yang nyata dalam karya penyelamatan Allah melalui pembangunan kembali kota Sion. Gelar raja yang dikenakan kepada Tuhan bermaksud menentang agama Babel yang menganggap Marduk sebagai raja. Gelar ini sebenarnya berakar pada pemahaman Israel sendiri. Bagi bangsa Israel, Tuhan sebagai raja merupakan penguasa tunggal dalam persekutuan umat di Sion.

 

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Injil keselamatan Israel ini bersifat universal, hal yang sama tampak dalam keselamatan kota Sion. Di Sion bangsa-bangsa akan menyaksikan kemuliaan Allah (52:10). Dengan demikian Injil keselamatan yang dutujukan kepada Israel melibatkan umat manusia dari seluruh bangsa dalam karya penyelamatan allah.

Penegasan nabi terhadap injil keselamatan itu tampak pula melalui penafsirannya terhadap pokok pengakuan iman penciptaan. Nabi mengangkat riwayat penciptaan dalam konteks penciptaan Israel baru yang terjadi ketika Allah mengampuni dan menebus umat Allah dari pembuangan di Babel. Di samping itu, dengan mengangkat tradisi penciptaan, nabi juga bermaksud menegaskan tentang kedudukan Tuhan sebagai pemilik dunia dan segenap isinya termasuk bangsa-bangsa yang terlibat dalam kancah sejarah waktu itu, seperti Babel dan Persia. Dengan demikian Tuhan Israel tidak dapat dibandingkan dengan para ilah bangsa lain. Hanya Allah Israel yang mampu menciptakan sejarah baru dan menebus Israel (44:24;54:5). Dari penjelasan di atas dapat kita memahami bahwa Injil yang dimaksudkan nabi dalam Yes 52:7 ialah keselamatan Israel dan bangsa-bangsa melalui pengampunan dan penebusan Allah semata-mata. Keselamatan itu meliputi antara lain persekutuan mesra dengan Allah dan persekutuan antar bangsa, pembebasan dari penawanan di Babel.[3]

 

       2.3. Dinamika Penginjilan Yang Sentripetal Dalam Deutro Yesaya dan Yunus[4]

       Gerak ke arah pusat tertuju (sentripetal) sebenarnya sudah terjadi pada bangsa Israel sejak mereka-Kaum keturunan para bapa bangsa ( Abraham, Ishak, Yakub) mulai membentuk dirisebagai kounitas nasional yang baru.  Sadar atau tidak sadar proses eksodus ini ikut membuat bangsa Israel menjadi bangsa yang separatis dan eksklusif terhadap bangsa-bangsa lain.

       Dinanika penginjilan yang ada di dalam Perjanjian Lama lebih bercorak sentripetal dari pada sentrifugal. Walaupun bangsa Israel sesewaktu dihimbau untuk menjadi saksi-saksi yang mewartakan berkat dan amarah Yahwe kepada bangsa-bangsa ( Yes.42:12 ; 43:10 ; Yun. 4:1-11) namun ramalan dan harapan agar bangsa-bangsa  non-Israel  akan datang dan berkumpul ke Yerusalem sebagai kota keselamatan tetap menjadi  ide pokok dalam Perjanjian Lama.

 

III.  Kesimpulan

Citra Allah yang dimiliki oleh umat percaya telah dimurnikan melalui ujian berat di masa pembuangan, sebagaimana dapat dilihat saat membaca Kitab Ayub. Ketika "Deutero-Yesaya" berbicara tentang Allah, di sana tidak ada luapan amarah, ancaman ataupun penegasan-penegasan seorang penguasa. Allah mengasihi dan Allah melakukannya tidak lain adalah demi kasih-Nya (43:4,25). Dapat pula dikatakan bahwa mulai dari sekarang, Allah hanya dapat mengasihi (54:7-10). Jika Dia membawa umat-Nya kembali ke tanah dan kota mereka maka pemulihan tersebut akan membawa dampak bagi seluruh bangsa (45:22; 52:10), karena Allah adalah Allah dari seluruh dunia (51:4). Dalam kebebasan-Nya memilih satu bangsa serta dalam pengampunan yang ditunjukkan-Nya melalui keluaran dari pembuangan (dalam arti tertentu bahkan lebih tidak layak), Allah bertindak jauh melampaui perjanjian yang dibuat dengan umat-Nya. Raja orang-orang Persia hanya dapat menerima gelar "Yang Diurapi", Mesias (45:1) serta karya pelayanan yang diemban oleh Hamba hina dina untuk menjadi perantara antara Allah dan kemanusiaan.Demikian juga di dalam Yunus sesuatu hal yang dicerminkan Yunus zaman kini, bahwa begitu banyak pelayan-pelayan Tuhan yang mencari-cari alasan agar kabar gembira itu tidak sampai kepada orang-orang karena keirian hati kita sebagai manusia.

IV.  Daftar Pustaka

Anderson, W., Understanding The Old Testament, New Jersey: Prentice-hall, 1986

Collins J, John . Introduction to The Hebrew Bible,  Minneapolis: Fortner Press, 2004

Woga, Edmund, Dasar-Dasar Misiologi, Yogyakarta: Kanisius, 2002



[1] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 59

[2] W. Anderson, Understanding The Old Testament, (New Jersey: Prentice-hall, 1986), 97

[3]W. Anderson, Understanding The Old Testament, 109

[4] John J. Collins, Introduction to The Hebrew Bible,  (Minneapolis: Fortner Press, 2004), 67

Tags :

BPPPWG MENARA KRISTEN

KOMITMEN DALAM MELAYANI

PRO DEO ET EIUS CREATURAM

  • PRO DEO ET EIUS CREATURAM
  • COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
  • ORA ET LABORA

INFORMASI KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN
  • : Pdt Hendra C Manullang
  • : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
  • : crisvinh@gmail.com
  • : menarakristen@gmail.com
/UMUM

Post a Comment

Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim