Misiologi : Puncak Penginjilan Dalam Perjanjian Lama Melalui Deutero Yesaya ( Yesaya 40-55) dan Yunus
I. Pendahuluan
"Deutero-Yesaya" ini berperan untuk
menyampaikan sebuah kejadian yang sama sekali tak terbayangkan: sekelompok
kecil orang, "sisa-sisa" dari suatu bangsa yang berjumlah tidak lebih
dari 15,000 orang akan pergi melintasi padang gurun seperti layaknya kisah keluaran
yang baru (43:16-21) dan kembali ke Yerusalem. Sungguh sangat mengejutkan mengetahui bahwa mereka
yang telah mendengarnya sama sekali tak bergeming dan tidak percaya atas apa
yang telah disampaikannya. Sebuah bangsa yang diasingkan sering digambarkan
akan lenyap dan ditambah lagi dengan tujuh puluh tahun masa pembuangan pasti
telah mengakibatkan keputusasaan yang mendalam: bangsa ini akan menganggap
bahwa perjanjian yang Allah kehendaki dengan umat-Nya telah diingkari dan bahwa
Allah sudah tidak berkenan lagi dengan mereka.Demikian pula yang terjadi dalam kitab yunus.
II. Pembahasan
2.1. Makna Penginjilan Dalam Deutro Yesaya dan Yunus[1]
Menurut Stuhlmueller, salah satu contoh
konkret perhatian Allah kepada dunia adalah kepeduliaannya terhadap bangsa-bangsa
(Yes. 19:13; Yun. 4). Hal ini berarti bahwa perhatian Allah kepada umat manusia
di dalam sejarah dunia, walaupun Israel tetap digambarkan sebagai bangsa
pertama yang membuka mata dunia untuk menyadari perutusan Diri Allah yang benar
demi penyelamatan manusia.
Walaupun L. Legrand berusaha untuk
melihat pengertian misi melalui Deutero Yesaya dan Yunus yakni (: Penyebaran
Iman, Penyaksian, ziarah menuju Allah):
1.Usaha untuk
mendekati orang kafir dan membawa mereka kepada iman yang sejati dan Allah yang
benar.
2. Usaha
untuk menjadikan diri “poros” sehingga bangsa-bangsa lain datang dan berkumpul
bersama di Yerusalem
3. Ziarah
dari bangsa yang telah ditebus menuju ketanah terjanji.
2.2. Perutusan Diri Allah Yang Universal dalam Deutero Yesaya dan
Yunus
Deutero Yesaya juga mempunyai gambaran
yang sama, tetapi nabi Deutero Yesaya menghubungkan mebasser (utusan) itu
dengan janji keselamatan (Yes 52:7). Ayat ini tidak hanya berhubungan dengan
keluaran dari Babel (52:11), tetapi juga berhubungan dengan berita-berita
dimulainya dominasi kerajaan Allah. Injil yang dimaksudkan Deutero Yesaya ialah
pekerjaan penyelamatan Allah yang berwujud pembebasan bangsa Israel dari
pembuangan di Babel. Termasuk juga di dalamnya pembaharuan dan penebusan Allah
atas Israel. Untuk memahami dengan jelas apa yang dimaksudkan dengan injil
menurut Deutero Yesaya, kita perlu mengikuti penjelasan berikut ini. Bagian
kedua dari kitab Yesaya (40-55) merupakan karya seorang nabi yang hidup
menjelang akhir pembuangan. Mengenai nama dan pribadi nabi ini tidak diketahui.
Panggilan nabi ini berawal dari suara yang berkata ,”berserulah” (46:6-8). Kata
ini bisa berarti panggilan untuk menyerukan atau mengabarkan injil yaitu segala
firman Tuhan yang didengar nabi.
Firman yang disampaikan itu berhubungan
erat dengan keadaan sejarah yang dialami nabi dengan orang-orang sezamannya..
Ketika Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan Nebukadnezar raja Babel pada tahun
587 sM, ketika itu pula kerajaan Yehuda sebagai negara yang berdaulat berakhir.
Sebagian bangsa Yehuda dibuang ke Babel secara bertahap. Kejatuhan Yerusalem
dan Bait Allah sangat mempengaruhi keyakinan umat akan peranan Tuhan dalam
sejarah Israel. Keadaan sosial ekonomi mereka yang dibuang ke Babel sebenarnya
tidak terlalu buruk. Namun dalam kehidupan keagamaan mereka sangat menderita
dan kekalahan itu merupakan pukulan berat bagi keyakinan agamanya. Bahkan,
sebagian umat melihat peristiwa itu sebagai kekalahan Tuhan terhadap dewa-dewa
Babel. Mereka yang dibuang ke Babel
beranggapan bahwa mereka terpisah sangat jauh dari pemeliharaan Tuhan .
Karena itu sebagian mereka berusaha mencari pertolongan lain yaitu para
dewa/dewi Babel. Namun sebagian dari mereka tetap setia kepada Tuhan. Mereka
yang setia ini menilai bahwa tragedi yang dialami bangsa Israel merupakan
hukuman Tuhan atas dosa-dosa bangsa itu sesuai dengan berita-berita para nabi
sebelumnya. Di pihak lain mereka juga sedang menantikan keselamatan yang akan
datang setelah penghukuman berlaku atas mereka. Deutero Yesaya adalah nabi yang
hidup di tengah-tengah situasi penantian itu. Ketika itulah nabi mendengarkan
kabar baik (bsr) atau injil itu tidak lagi disertai embel-embel penghukuman.
Pemberitaan nabi bertujuan meyakinkan umat bahwa Tuhan adalah satu-satunya
Allah yang akan memberikan kelepasan kepada Israel. Ilah-ilah lain sama sekali
tidak mempunyai kuasa untuk mengerjakan dan memberikan kelepasan itu. Injil itu
juga melibatkan bangsa-bangsa lain.
Dalam nubuat-nubuat sebelumnya, bangsa-bangsa lain juga ditempatkan di bawah
kekuasaan Allah dalam hubungan dengan kedudukan mereka sebagai alat untuk
menghukum umat Allah. Walaupun pada akhirnya mereka juga menjadi sasaran
penghukuman Allah. Dalam pemberitaan Deutero Yesaya, bangsa lain juga
ditempatkan di bawah kekuasaan Allah. Namun kali ini bukan sebagai utusan Allah
yang melaksanakan penghukuman Allah atas umat Allah, melainkan menjadi utusan
Allah yang menjalankan tugas penyelamatan Allah atas umat di pihak lain, dan
sebagai utusan yang menjalankan hukuman atas babel. Karena itu dalam Yesaya
41-48 banyak harapan yang ditujukan kepada Cyrus/Koresy dari Persia.[2]
Berita injil yangdimaksudkan Deutero
Yesaya sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah saja. Tuhan menyelamatkan
Israel, sebab Ia mengasihi umat-Nya. Berhubungan dengan tujuan penyelamatan
itu, Deutero Yesaya menilai penghukuman Tuhan atas umat-Nya merupakan dimensi
lain dari keselamatan itu sendiri. Karya penyelamatan Allah atas Israel itu
mempunyai efek pengutusan bagi umat, yaitu, umat akan menjadi saksi dan alat
yang menyatakan kemuliaan Allah. Tugas pengutusan itu tergambar dalam kedudukan
umat sebagai hamba Tuhan (41:8,9; 42:19; 44:2,8,21; 48:6,20). Israel akan
menjadi saksi yang akan menyatakan kepada bangsa-bangsa dan dunia bahwa hanya
Tuhan satu-satunya yang menyelamatkan Israel. Dengan kesaksian itu, semua
bangsa akan mengenal dan menyembah Tuhan. Dengan demikian kabar baik yang
berpusat pada Israel mempunyai tujuan yang universal dan mengandung pengakuan
akan Tuhan sebagai satu-satunya Allah Israel dan bangsa-bangsa. Gambaran
tentang injil keselamatan itu secara garis besar sudah dibentangkan pada awal
Deutero Yesaya (40:3-5). Nabi diperkenankan untuk menyaksikan
peristiwa-peristiwa yang menggoncangkan dunia sesuai dengan berita nabi. Berita
pertama yang terdengar ialah, kebebasan dan kelepasan Yerusalem. Hal ini
ditandai dengan pembangunan jalan bagi Tuhan (40:3). Jalan yang dipersiapkan
untuk Tuhan bertujuan pawai kemuliaan dan kehebatan Tuhan yang mengerjakan
keselamatan bagi umat-Nya. Tindakan penyelamatan Tuhan yang diawali pada berita
pasal 40 dilanjutkan dalam pasal-pasal berikutnya. Untuk menyatakan kehebatan
karya penyelamatan Allah, nabi menggunakan pengakuan iman Israel yang tua,
yaitu peristiwa keluaran, Sion, penciptaan, dll. Semua pengakuan iman itu
mendapat penafsiran baru dalam konteks waktu itu. Misalnya, nabi menggunakan
pengakuan iman keluaran (43:16,18-21; 48:20; 51:10; 52:12) bukan sekedar
mengingatkan kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya, melainkan
untuk meyakinkan umat akan datangnya tindakan penyelamatan Allah dalam
peristiwa exodus (keluaran yang baru). Sebuah jalan raya akan dibangun mulai
dari Babel menuju Sion. Dalam perjalanan itu, Tuhan akan menjadi pendahulu dan
memimpin umat (52:12). Perjalanan pawai dan pesta keselamatan ini juga akan
menjadi kesaksian tentang kemuliaan/keagungan Tuhan, sehingga semua bangsa akan
mengenal dan menyembah Tuhan.
Bagi nabi karya penyelamatan Allah melalui
peristiwa keluaran baru mempunyai kaitan
erat dengan pembangunan kembali kota Sion. Kota Sion akan dibangun kembali oleh
Tuhan atas dasar kebenaran-Nya. Peristiwa ini akan merupakan pernyataan yang
konkret dari pengampunan Allah atas Israel (49:14-16;50:1-3;51:17-23;
54:1-10;55:6,9). Dengan menggunakan tradisi Sion, nabi membayangkan suatu
kerajaan merdeka; pembebasan dari pembuangan; dan kesejahteraanpun terjamin..
Semuanya itu hanya terjadi karena ada persekutuan yang mesra antara umat dengan
Tuhannya. Dengan demikian Sion akan menjadi kota kebenaran yang kemuliaannya akan
melebihi Sion yang lama (54:1-3). Di Sionlah Tuhan akan membaharui
perjanjian-Nya (53:3). Hakikat pembaharuan ini ialah belas kasihan Allah yang
nyata dalam pengampunan-Nya atas Israel. Nabi juga menekankan bahwa kebesaran
perbuatan Allah atas Sion merupakan kebesaran seorang raja yang mengatasi
raja-raja dunia. Gelar raja ini adalah wajar, karena kuasa Tuhan yang nyata
dalam karya penyelamatan Allah melalui pembangunan kembali kota Sion. Gelar
raja yang dikenakan kepada Tuhan bermaksud menentang agama Babel yang
menganggap Marduk sebagai raja. Gelar ini sebenarnya berakar pada pemahaman
Israel sendiri. Bagi bangsa Israel, Tuhan sebagai raja merupakan penguasa
tunggal dalam persekutuan umat di Sion.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa
Injil keselamatan Israel ini bersifat universal, hal yang sama tampak dalam
keselamatan kota Sion. Di Sion bangsa-bangsa akan menyaksikan kemuliaan Allah
(52:10). Dengan demikian Injil keselamatan yang dutujukan kepada Israel
melibatkan umat manusia dari seluruh bangsa dalam karya penyelamatan allah.
Penegasan
nabi terhadap injil keselamatan itu tampak pula melalui penafsirannya terhadap
pokok pengakuan iman penciptaan. Nabi mengangkat riwayat penciptaan dalam
konteks penciptaan Israel baru yang terjadi ketika Allah mengampuni dan menebus
umat Allah dari pembuangan di Babel. Di samping itu, dengan mengangkat tradisi
penciptaan, nabi juga bermaksud menegaskan tentang kedudukan Tuhan sebagai
pemilik dunia dan segenap isinya termasuk bangsa-bangsa yang terlibat dalam
kancah sejarah waktu itu, seperti Babel dan Persia. Dengan demikian Tuhan
Israel tidak dapat dibandingkan dengan para ilah bangsa lain. Hanya Allah
Israel yang mampu menciptakan sejarah baru dan menebus Israel (44:24;54:5).
Dari penjelasan di atas dapat kita memahami bahwa Injil yang dimaksudkan nabi
dalam Yes 52:7 ialah keselamatan Israel dan bangsa-bangsa melalui pengampunan
dan penebusan Allah semata-mata. Keselamatan itu meliputi antara lain
persekutuan mesra dengan Allah dan persekutuan antar bangsa, pembebasan dari
penawanan di Babel.[3]
2.3. Dinamika Penginjilan Yang Sentripetal Dalam
Deutro Yesaya dan Yunus[4]
Gerak ke arah pusat tertuju (sentripetal)
sebenarnya sudah terjadi pada bangsa Israel sejak mereka-Kaum keturunan para
bapa bangsa ( Abraham, Ishak, Yakub) mulai membentuk dirisebagai kounitas
nasional yang baru. Sadar atau tidak
sadar proses eksodus ini ikut membuat bangsa Israel menjadi bangsa yang
separatis dan eksklusif terhadap bangsa-bangsa lain.
Dinanika penginjilan yang ada di dalam
Perjanjian Lama lebih bercorak sentripetal dari pada sentrifugal. Walaupun
bangsa Israel sesewaktu dihimbau untuk menjadi saksi-saksi yang mewartakan
berkat dan amarah Yahwe kepada bangsa-bangsa ( Yes.42:12 ; 43:10 ; Yun. 4:1-11)
namun ramalan dan harapan agar bangsa-bangsa
non-Israel akan datang dan
berkumpul ke Yerusalem sebagai kota keselamatan tetap menjadi ide pokok dalam Perjanjian Lama.
III. Kesimpulan
Citra Allah yang
dimiliki oleh umat percaya telah dimurnikan melalui ujian berat di masa
pembuangan, sebagaimana dapat dilihat saat membaca Kitab Ayub. Ketika
"Deutero-Yesaya" berbicara tentang Allah, di sana tidak ada luapan
amarah, ancaman ataupun penegasan-penegasan seorang penguasa. Allah mengasihi
dan Allah melakukannya tidak lain adalah demi kasih-Nya (43:4,25). Dapat pula
dikatakan bahwa mulai dari sekarang, Allah hanya dapat mengasihi (54:7-10).
Jika Dia membawa umat-Nya kembali ke tanah dan kota mereka maka pemulihan
tersebut akan membawa dampak bagi seluruh bangsa (45:22; 52:10), karena Allah adalah
Allah dari seluruh dunia (51:4). Dalam kebebasan-Nya memilih satu bangsa serta
dalam pengampunan yang ditunjukkan-Nya melalui keluaran dari pembuangan (dalam
arti tertentu bahkan lebih tidak layak), Allah bertindak jauh melampaui
perjanjian yang dibuat dengan umat-Nya. Raja orang-orang Persia hanya dapat
menerima gelar "Yang Diurapi", Mesias (45:1) serta karya pelayanan
yang diemban oleh Hamba hina dina untuk menjadi perantara antara Allah dan
kemanusiaan.Demikian juga di
dalam Yunus sesuatu hal yang dicerminkan Yunus zaman kini, bahwa begitu banyak
pelayan-pelayan Tuhan yang mencari-cari alasan agar kabar gembira itu tidak
sampai kepada orang-orang karena keirian hati kita sebagai manusia.
IV. Daftar Pustaka
Anderson, W., Understanding The Old Testament, New Jersey: Prentice-hall, 1986
Collins J, John
. Introduction to The Hebrew Bible,
Minneapolis: Fortner Press, 2004
Woga, Edmund, Dasar-Dasar Misiologi, Yogyakarta: Kanisius, 2002
[1] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi,
(Yogyakarta: Kanisius, 2002), 59
[2] W. Anderson, Understanding The Old
Testament, (New Jersey: Prentice-hall, 1986),
97
[3]W. Anderson, Understanding The Old
Testament, 109
[4] John
J. Collins, Introduction to The Hebrew Bible, (Minneapolis: Fortner Press, 2004), 67
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment