Kateketika: Kateketika Sekolah, Kateketika Keluarga, Kateketika Gereja
I. Pendahuluan
Pada pembahasan saya kali ini yaitu tentang berbagai jenis katekatika yang menceritakan bagaimana pengajaran di sekolah, keluarga dan gereja yang seharusnya diajarkan yang telah tertulis di perjanjian lama, tetapi banyak zaman sekarang banyak yang telah salah dalam pemberian pengajaran kateketika, jadi saya ingin membahas dan mecari apa alasan mengapa hal itu terjadi. Mudah – mudahan karya saya dapat bermanfaat dan tetap dalam naungan Tuhan, sekian dan terimakasih.
II. Pembahasan
2.1. Kateketika Sekolah
Pada permulaan abad pertama telah ada yang namanya sekolah – sekolah yang didirikan oleh Jemaat – jemaat Yahudi, yang di mana anak – anak kecil mendapat pengajaran dari guru – guru Torah. Tujuan pengajaran ini ialah untuk memberikan pengetahuan umum kepada anak – anak, tetapi pengetahuan tentang Torah. Pengetahuan yang terdiri dari pembacaan dan penghafalan nats Torah secara harafiah. Torah harus dipelajari secara harafiah, maksud pengajaran di sini ialah bukan saja untuk membaca dan menghafal nas Torah, tetapi juga untuk mengetahui arti dan maknanya. Pengajaran di atur menurut umur anak – anak. Pada umur enam atau tujuh tahun seperti yang telah kita dengar, mereka mulai dengan pengajaran elementari, yaitu belajar membaca nats Torah. Kira – kira pada umur sepuluh tahun mereka mulai dengan pengajaran yang sebenarnya. Umur duabelas atau tigabelas tahun mereka diwajibkan untuk menuruti seluruh syariat agama Yahudi.
2.1.1. Materi yang Di ajarkan
Bahan pengajaran terdiri dari beberapa bagian. Pertama: pengakuan iman, nats pengakuan iman ini terdiri dari ulangan 6:4-9, 13-21 dan bilangan 15:37-41. Kedua: doa utama didoakan oleh tiap – tiap orang Israel, yang tua dan yang muda, tiga kali sehari. Doa ini adalah suatu puji – pujian kepada Allah Abraham, Ishak, Yakob, suatu permohonan untuk pemulihan Yerusalem dan kerajaan Daud. Ketiga: pembacaan Torah, pembacaan ini mendapat tempat yang sentral. Seperti yang kita ketahui Torah adalah bagian yang fundamental dari perjanjian lama. Pembacaan Torah telah kita temui dalam Nehemia 8:9. Keempat: pengajaran tentang arti dari hari raya – hari raya Yahudi yaitu hari raya Paskah, hari raya Pentakosta, hari raya pendamaian, hari raya Pondok Daun, hari raya Purim.
2.1.2. Metode Pembelajaran
Metode merupakan suatu pelayanan, suatu pekerjaan yang aktif yang kita lakukan, metode senantiasa hanya jalan dan alat saja bukan tujuan. Jadi metode yang di lakukan yaitu dengan cara, guru harus mampu melibatkan murid dalam proses pembelajaran, metode ceramah, disini guru lah yang aktif dalam pembelajaran, murid hanya duduk mendengarkan, metode percakapan atau diskusi cara ini dapat menambah pengetehuan murid karena mampu mengeluarkan pendapat, dari sana murid belajar untuk berbicara di depan umum. Metode menghafal, metode bertanya, metode audio visual. Dari beberapa metode diatas dapat membantu proses pengajaran katekese, sehingga katekese dapat berjalan dengan baik.
2.1.3. Permasalahan yang Mengganggu Pembelajaran
Masalah yang sering terjadi dalam proses pengajaran katekese yaitu:
· Guru – guru tidak mampu berkelakuan baik, dan kurang mampu untuk mengajar.
· Guru tidak menguasai materi pembelajaran.
· Anak – anak tidak mengerti dengan apa yang di ajarkan.
· Gurunya tidak menarik.
· Tidak mampu beradaptasi dengan anak anak.
· Murid tidak fokus dalam menganalisa materi pembelajaran.
· Murid gampang tergoda akan hal – hal yang tidak baik, akibat latar belakang keluarga.
2.1.4. Dampak dari Kateketika Sekolah
Dapat saya ambil keputusan bahwa yang menjadi dampak dari pengajaran katekese sekolah yaitu, murid dapat berkembang melalui lingkungan dan teman – teman dengan baik, mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, analisa dari pemikiran seorang anak akan labih luas, murid mampu berkarya karena telah banyak mengetahui bagaimana kehidupan yang di sekitarnya.
2.2. Kateketika Keluarga
Menurut kesaksian Perjanjian Lama keluarga adalah tempat mula – mula, di mana pendidikan dan bimbingan diberikan. Disitu orang tua berfungsi sebagai pengaja – pengajar yang pertama. Pengajaran dalam keluarga ini adalah bentuk purba dari pelayanan katekese, pemberian tentang perbuatan – perbuatan Allah yang besar. Oleh pemberitaan ini umat Allah dibina menjadi umat yang baik, yang taat kepadanya dan yang melakukan hukum – hukumnya. Di Israel keluarga adalah tempat yang mula – mula, di mana anak – anak belajar mengenal Allah dan perbuatan – perbuatanNya yang besar. Di siru biasanya ibu yang mula – mula memainkan peranan dalam hidup kerohanian anak – anak. Peran ayah umumnya baru nampak kemudian, kalau anak – anak telah bertambah besar. Bersama – sama sebagai orang tua mereka menunaikan tugas, yang Tuhan percayakan kepada mereka, terhadap anak – anak mereka.
2.2.1. Cara Orang Tua Mendidik Anak
Kehidupan di dalam keluarga merupakan kelas – kelas katekese, kelas katekese seperti itu lebih menarik dan relevan, sebab pembelajaranya bukan diberikan dengan papan tulis, melainkan dengan contoh dan praktek hidup sehari – hari. Pada saat bayi dilahirkan ke dunia, dia hanya mengenal ayah dan ibunya, yang memberikan, membantu dalam keperluannya. Sebab itu sangat penting supaya orang tua mengelilingnya dengan roh cinta sejati. Orang tua yang menjadi guru pertama dan yang terbaik. Mereka harus menciptakan suasana keamanan, kesabaran,kejujuran, kegirangan dalam rumah mereka, yang sendirinya akan dihirup dan dicontoh oleh anak – anak mereka. Jika peristiwa itu terjalin dengan baik dalam keluarga antara suami dengan isteri, anak – anak akan secara tidak langsung mencerna apa yang di perbuat orang tua mereka sehingga terjalin hubungan yang baik, dan anak – anak belajar supaya jangan berdusta dan jangan bersikap munafik, dan memprktikkan dan menjunjung tinggi aturan aturan dalam rumah tangga mereka.
2.2.2. Dampak dari Kateketika Keluarga
Di zaman modern ini kita menghadapi masalah rumah tangga yang secara nama aja, jika ayah ibu anak – anak didikan kita sendiri tidak mengunjungi gereja lagi, sukar benar memimpin anak – anak dengan latar belakang sedemikian. Ada pulak orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan batin anak – anak mereka, banyak yang kurang mengacuhkan perhatian kepada anak – anaknya. Ada yang mengeluh karena anaknya mereka
2.3. Kateketika Gereja
Gereja merupakan suatu persekutuan yang berbeda dengan kelompok manapun, di mana orang di dalamnya bersaksi, bersekutu, dan melayani. Alkitab jelas menyaksikan bahwa orang kristen tidak di panggil menjadi orang kristen sendiri. Katekisasi gereja telah dikenal sejak zaman Gereja purba dalam pertemuan – pertemuan atau ibadah – ibadah mereka. Mula – mula isi pengajaran itu sangat sederhana. Katekisasi hanya terdiri dari, pengakuan iman yang pendek dan doa. Pengajaran katekese pada gereja purba terdiri dari dua bagian atau tingkat, yakni: katekumen – katekumen, dan bagian dari tingkat calon – calon baptisan. Dalam abad pertengahan, katekisasi gereja mengalami kemerosotan yang mencapai puncaknya pada abad kelima belas. Tapi dalam abad reformasi, katekisasi gereja mengalami perubahan dan perbaikan yang menggembirakan. Sebab pada waktu itu, oleh para reformator, katekisasi di terima sebagai lembaga pengajaran tersendiri untuk anak – anak muda.
2.3.1. Pengalaman Pengajar Kateketika
· Mereka harus anggota dari gereja Hervormd.
· Mereka harus rajin, mempunyai kelakuan yang baik dan mampu mengajar.
· Mereka harus menandatangani pengakuan iman gereja.
· Telah menjadi pengajar dalam katekese pada sebelumnya.
· Mengetahui perkembangan psikologi anak – anak.
· Telah diakui sebagai pengajar katekese. Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan.Dalam Katekese Umat itu kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, Pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan Pengantara kita menanggapi Sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja sepanjang tradisinya. Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman, yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus. Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pula pola kehidupan kelompok. Jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok-kelompok basis maupun di sekolah atau perguruan tinggi. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada Katekese sekarang. Penekanan peranan umat pada katekese ini sesuai dengan peranan umat pada pengertian Gereja itu sendiri. Dalam katekese yang menjemaat ini pemimpin katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang siap menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka. Katekese Umat menerima banyak jalur komunikasi dalam berkatekese. Tugas mengajar yang dipercayakan kepada hierarki menjamin agar seluruh kekayaan iman berkembang dengan lurus. Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Proses terencana ini berjalan terus menerus.
2.3.2. Masalah yang terjadi dalam katekese Gereja
Yang menjadi masalah adalah, seringkali, walaupun sudah dipersiapkan selama satu tahun, banyak dari antara mereka yang tidak benar-benar mengerti tentang iman yang benar, sehingga mudah sekali bagi mereka untuk berpindah agama. Sungguh suatu hal yang memprihatinkan. Kita bersama-sama dengan hirarki harus memikirkan bagaimana caranya agar Gereja melalui para katekis dan para guru membuat katekumen benar-benar tahu dan mengasihi iman yang kita miliki. Mungkin program yang dipakai sama, namun cara menyampaikannya yang berbeda, atau kalau memang diperlukan, programnya dapat diperbaiki. Dan semua ini tidak lepas dari pentingnya untuk melatih para katekis, sehingga mereka dapat menyampaikan kebenaran secara lebih efektif dan lebih baik. Semoga Tuhan memberikan kebijaksanaan kepada para guru dan para katekis, agar mereka dapat benar-benar memberikan pengajaran yang baik bagi para calon baptis. Kita tentu saja dapat belajar dari gereja-gereja lain, bagaimana agar para calon baptis benar-benar dapat mencintai Sabda Allah, dan agar Sabda Allah ini juga dapat mewarnai kehidupan mereka setelah dibaptis.
III. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu berbagai katekisasi yang mampu yang dapat memberikan pengajaran yang berarti kepada katekumen, yang mampu menambah ilmu para katekumen, tidak semua dapat diterima dengan baik, karena berbagai problema yang kerap kali terjadi sehingga penerapan katekese itu terganggu dan bahkan banyak orang salah menafsirkan pengajaran apa yang terdapat di dalam katese, berbagai dampak yang mampu mengubah setiap pola pikir dan cara pandang dari para katekumen, setelah mengetahui apa yang yang telah ada dalam katekese.
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment