KHOTBAH EPISTEL 09 JUNI 2024; 2 KORINTUS 4 : 13 - 5 : 1 (Sukacitaku akan kasih Allah lebih besar dari Dukacitaku akan penderitaan hidupku)

I.
Pembukaan
Kita dapat melihat dengan jelas pelayanan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 4 : 13 – 5 : 1, meskipun dalam pelayanan Paulus dituntut nyawa sendiri namun Paulus menyakini bahwa Tuhan menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaan bagaikan penderitaan Kristus. Penderitaan yang berulang ulang di alaminya bukti dari kuasa kebangkitan Tuhan (2 Kor. 4:10-11; 2 Kor. 1:9-10). Kuasa itu dinyatakan saat Paulus putus asa menghadapi penderitaan dan perlawanan musuhnya. Iman akan kuasa Tuhan membuat Paulus tidak diam tetapi dia berkata-kata (memberitakan injil) atas keyakinannya (2 Kor. 4:13)[1].Pengalaman-pengalaman Paulus dapat menguatkan jemaat di Korintus, supaya kebangkitan Kristus yang telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus. Maka penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah (2 Kor. 4:14-15). Daud dalam tulisannya dalam Mazmur 116:10 Aku percaya, sekalipun aku berkata: "Aku ini sangat tertindas”, demikian Paulus mengemukakan alasan mengapa ia terus berjuang dalam Imannya, Ayat ini secara mutlak mengajarkan bahwa Roh Kudus merupakan sumber dari iman. Alkitab dan kesaksian[2].
II.
Penjelasan
Tujuan Paulus dalam mengabarkan Injil Untuk mengerahkan orang-orang yang
belum mengenal keselamatan dari Yesus sebagai penebus dosa. Meskipun Paulus
mengalami berbagai ancaman jiwa oleh karena seterus-seteru Injil yaitu
orang-orang yang tidak taat namun Ia tetap setia karena kerinduannya untuk
menolong orang-orang yang telah percaya. Paulus juga berkata sebagai seorang
pemimpin kepada yang dipimpin juga sebagai orang tua yang menasehati
orang-orang muda yang seiman. Hal ini dinyatakan bahwa nasihat yang keluar dari
hati merupakan suatu nasihat yang benar.[3]
Dalam Pasal 4 Ayat
13 – 15 (Iman Menuntun dan Menggerakkan Dunia Menuju
Keselamatan)
Paulus banyak menggunakan kata “kami” dengan
menggunakannya kata ”kami” bagian ini, Paulus membedakan dirinya
dari orang-orang Korintus. ”Kami” juga mungkin termasuk para rasul
lainnya umumnya atau setidaknya rasul Paulus dengan rekan kerja
(Timotius dan Titus), (2 Kor. 4:13) terjadi di tengah-tengah
pertahanan Paulus terhadap berbagai
kritik. Beberapa orang rupanya menuduh Paulus
sebagai seorang yang tidak tulus, dan hal ini banyak dilaluinya,
(2 Kor. 2:17), mereka berusaha menjatuhkannya (2
Kor. 3:1), bahwa ia tidak kompeten (2 Kor. 3: 5), ia tidak jelas
dalam ajarannya (2 Kor. 4: 3), dan tujuan semua kritik
untuk membatalkan Paulus
sebagai utusan yang dipilih Allah (2 Kor. 1: 3-11;
4:7-15; 6:4).
Paulus
tahu, tidak semua menerima kebenaran itu. Itu tidak berarti bahwa pesannya itu
tidak jelas. Bukan pula karena Paulus tidak dapat mengungkapkan dirinya
sederhana dan jelas (meskipun orang-orang pada zamannya kadang-kadang merasa
bahwa Paulus sulit di pahami (1 Pet. 3:16), atau karena ia tidak mempunyai
kemampuan dalam berbicara yang mudah di pahami dan penampilan fisik yang
mengesankan (2 Kor. 10:10; 11:6). Tidak, bila Injil Paulus tetap terselubung
atau tidak dipahami (2 Kor. 3:15), kesalahannya terletak pada diri para
pendengar yang akan binasa karena mereka tetap tidak mau percaya (2 Kor. 2:15;
1 Kor. 1:18).
Bandingkan dengan
:
Tuhan menuntun bangsa Israel dalam berbagai situasi selama 40 tahun perjalanan yang mereka lakukan melewati padang gurun. Mereka lapar dan haus, bertarung melawan bangsa-bangsa kafir. Dengan pengharapan yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel, yaitu membawa mereka ke tanah Kanaan yang dipenuhi dengan susu dan madu pada akhirnya, didalam perjalanan bangsa itu, Iman mereka diuji dan terungkap, bangsa Israel bersungut-sungut kapan pun mereka berada di dalam suatu situasi yang sulit; mereka memuji Tuhan hanya dalam situasi yang baik. Tuhan hanya mendengarkan apa pun yang mereka katakan. Dia menemukan apa yang ada di dalam hati mereka, pola pikir seperti apa yang mereka miliki terhadap-Nya. Ketika mereka dihadapkan pada lingkungan luar, iman mereka segera terungkap, apakah mereka telah membangun rumah imannya di atas batu atau pasir. Tuhan tidak mengakui mereka sebagai orang-orang yang memiliki iman. Karena itulah Alkitab mengatakan Angkatan-angkatan mereka yang hidup dalam tipu daya tidak dapat memasuki tanah Kanaan karena ketidakpercayaan mereka (Ibr 3:7-19).
Dalam Pasal 4 Ayat
16-18 (Kasih Kristus lebih besar dari pada Penderitaan yang kita alami)
Penderitaan
manusia lahiriah Rasul Paulus dan rekan-rekannya mendatangkan pembaruan manusia
batiniah dari hari ke hari. Manusia batiniah semakin disempurnakan dalam proses
pembaruan itu sementara manusia lahiriah sedang dimatikan atau dihancurkan. Di
dalam penderitaan ada pemurnian atau pertumbuhan manusia batiniah sebab ada
karya Kristus dan Roh Kudus yang sedang bekerja di dalamnya (Kol 1:24; 1 Tes
1:6). Pemurnian atau pertumbuhan itulah pembaruan manusia batiniah. Penderitaan
membuat kita semakin bergantung kepada Allah bukan pada kekuatan diri sendiri
seperti yang dialami Rasul Paulus dan rekan-rekannya (2 Kor
1:9-10). Seperti apa pembaruan manusia batiniah itu .Rasul Paulus
menuliskan, “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara
dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi,
yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah
makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum
dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara
kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu
manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” (1 Kor 3:1-3).
Teks di
atas mengindikasikan bahwa manusia batiniah atau jiwa dan roh kita setelah
dilahirkan ternyata mengalami pertumbuhan mulai dari bayi atau anak menuju
dewasa di dalam Kristus. Kedewasaan manusia batiniah harus sejalan
dengan mematikan atau menyalibkan manusia daging (sarkikos anthropos) kita (Kol
3:5; Gal 5:24). Manusia daging ini adalah segala keinginan tubuh atau
daging yang telah dikuasai oleh hukum dosa (Rom 7:23) sehingga merupakan hawa
nafsu yang jika dibuahi akan melahirkan dosa (Yak 1:15). Ketika Gereja di
Korintus masih hidup dikuasai manusia daging maka mereka masih bayi atau anak
secara manusia batiniah. Manusia daging yang semakin dimatikan merupakan
proses pertumbuhan manusia batiniah yang semakin dewasa. Pertumbuhan rohani
(roh dan jiwa) kita dari bayi menuju dewasa di dalam Kristus melalui pembaruan
manusia batiniah kita akan memimpin pada pembaruan manusia lahiriah yang
semakin dikuduskan. Pembaruan manusia lahiriah ini berarti mempersembahkan
tubuh kita kepada Allah yaitu menyerahkan segenap anggota tubuh kita kepada
Allah untuk melakukan kebenaran atau pekerjaan baik dan menyalibkan/ mematikan
daging dengan segala nafsu daging (Rom 12:1; 6:13; Gal 5:24; 1 Kor 9:27; Efe
2:10).
Rasul Paulus menasihati kita supaya tidak takut terhadap kematian karena ada janji Allah akan kebangkitan tubuh. Tidak takut terhadap kematian karena kematian kita tidak sia-sia melainkan untuk Kristus. Ini lah artinya kita senantiasa membawa kematian Kristus di dalam tubuh kita. Ini adalah kematian sehari-hari yang pada puncaknya kematian tubuh bagi Kristus. Rasul Paulus dan rekan-rekannya tidak kehilangan hati dalam menghadapi penderitaan pelayanan untuk Injil Kristus sebab mereka menyadari bahwa penderitaan mereka adalah kemuliaan bagi Gereja (Efe 3:13) dan kemuliaan kekal yang akan mereka terima kelak (2 Kor 4:17-18). Rasul Paulus tidak hanya kehilangan hati tetapi bahkan bersukacita dalam penderitaan karena jemaat dan menggenapkan dalam dagingnya apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu Gereja (Kol 1:24). Mereka berbagi bersama dalam penderitaan dan penghiburan oleh Kristus (2 Kor 1:5). Dan itu semua semata-mata demi Kristus dan Tubuh-Nya yaitu Gereja. Sebuah nasehat kuno mengatakan Suara Tawamu Harus lebih besar dari Suara Tangisanmu[4], sangatlah mungkin jika didalamnya kita hidupi Kasih Kristus.
Dalam Pasal 5 ayat
1 (Janji dan Pengharapan akan Perjuangan Iman)
Sekarang Paulus mengarahkan perhatiannya kepada hal
pemberian suatu bentuk baru dari tubuh yang cocok untuk hidup berikutnya. Kami tahu (eido atau oida) menurut Barclay adalah mengetahui,
tahu, mengerti, yang artinya bukan karena hasil dari pemikiran manusia,
melainkan karena pernyataan ilahi. Ini merupakan satu bentuk keyakinan Paulus akan kematian
orang-orang percaya dan pengharapan akan kepastian sorga yang
kekal, dimana bukan hasil pikiran Paulus tetapi dari Allah
yang didasarkan atas pengharapan di dalam Kristus.
Frase “Karena kami tahu” tidak memperlihatkan apa yang
kelihatan, yang bersifat sementara tetapi apa yang kelihatan yaitu kekal. Dalam
arti yaitu yang “sementara” adalah “tempat kediaman kita di bumi” yaitu tubuh
duniawi. Kaitannya dengan bagian sebelumnya dimana orang percaya
menganggap kesusahan-kesusahan yang dialami tidaklah berarti dibandingkan
dengan kemuliaan yang akan diterima kelak.
Dalam bagian ini kata “kemah” menurut Paulus menunjuk kepada tubuh. Jelas bahwa tubuh manusia dibentuk oleh Allah dan adalah ciptaan Allah. Sebagaimana Allah telah diam dan berkemah ditengah-tengah bangsa Israel, tubuh orang-orang percaya dipandang sebagai tempat kediaman Allah Dimana Allah berkemah didalam hati dan hidup orang yang percaya[5]. Tetapi yang dimaksudkan adalah bahwa Paulus sedang membandingkan tentang kemah tempat kediaman yang disediakan Allah dan kemah yang di buat oleh Paulus yaitu kemah sementara yang dapat dibongkar yaitu tubuh yang sementara yang tidak kekal. Pengharapan inilah yang membawa Paulus dengan setia dalam pelayanannya, karena hanya Yesus Kristus sendirilah yang mampu memberikan itu semua, lewat pemberitaan yang disampaikan Yesus Kristus sendiri.
III.
Penutup
Pelayanan kita sebagai orang percaya adalah pelayanan demi Kristus dan Tubuh-Nya (Gereja). Pelayanan ini bisa mendatangkan penderitaan manusia lahiriah kita. Manusia lahiriah bisa semakin merosot atau dihancurkan karena penderitaan yang dialami seperti yang dialami Rasul Paulus dan rekan-rekannya. Namun penderitaan yang dialami demi Kristus dan Gereja bisa membuat pertumbuhan atau pemurnian atau pembaruan manusia kita sebab Roh Kudus dan Kristus turut bekerja di dalam batin kita. Respons kita dari dalam batin adalah terus semakin percaya atau bergantung kepada Allah dalam setiap pelayanan kita bukan kepada kekuatan manusia. Karya Roh Kudus dan Kristus dalam penderitaan inilah yang membuat roh dan jiwa kita diperbarui dari hari ke hari. Inilah yang disebut dengan pengalaman pemurnian jiwa atau purification atau pembaruan manusia. Sehingga baik jasmani dan rohani mengalami pemurnian terus menerus sampai kita menerima keselamatan atau kemuliaan Kristus yang kekal yaitu pengilahian menjadi serupa Kristus kelak.
IV.
Aplikasi
Beberapa langkah kecil
dalam ketaatan yang bisa kita kerjakan adalah :
1. Jalankan pelayanan dengan fokus kepada
kemuliaan kekal yaitu kemuliaan Kristus
2. Jalankan pelayanan demi Kristus dan Gerejanya
3. Tetap setia dan percayalah, Tuhan Yesus tidak
pernah meninggalkan kita dalam setiap nafas hidup kita.
4. Sukacita kita akan kasih Yesus Kristus harus
lebih besar daripada Dukacita kita.
[1] V.C.Pfitzner, Ulasan
Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2011), 65
[2] Dante
Spender Mably, “Life In The New Creation: The Eschatological Character Of Paul
Ministry and Theolgy In Galatians,” (Thesis MA, Reformed Theology
Seminary, 2007), 100
[3] R. A. Jaffray, Tafsiran Surat Rasul Paulus Kepada
Jemaat Di Roma, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2007)157-265.
[4] Christopher, W, Morgan and Robert A. Peterson, dapat
menjelaskan bahwa dalam memproklamasikan Injil, Tuhan bekerja
melalui pengalaman penderitaan orang percaya. Allah membentang jiwa untuk
tumbuh menjadi sesuatu yang lebih kuat dan lebih baik. air mata penderitaan
tertentu membangun aspek baru untuk hidup lebih setia, Meskipun Allah dapat
membawa hal yang tidak menyenangkan dari pengalaman- pengalaman itu sendiri (Christopher,
W. Morgan & Robert A. Peterson, The Glory Of God (America: Crossway,
2010), 107.
[5] Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3 (Jakarta:
Gunung Mulia, 1992), 76.
Tags : BAHAN KHOTBAH
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment