PELITA HIDUP MINGGU MISERIKORDIAS DOMINI ; YOHANES 21 : 15 - 19 ( Mengasihi dan mengikut Yesus dengan setia )
I.
Pendahuluan
Kasih
adalah tanda krusial dalam ajaran dan perbuatan Yesus. Bagi Yesus, ekspressi
tertinggi dari kasih seseorang adalah “memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Ekspressi tertinggi ini merupakan sebuah
tuntutan dalam mengikuti Yesus. Hidup seperti Yesus berarti hidup bukan untuk
diri sendiri melainkan bagi orang lain, memelihara, menyelamatkan sampai mati.
Dari beberapa pengertian kasih yang tersebut dalam Injil Yohanes, tulisan ini
hendak menguraikan tuntutan kasih sebagaimana diwajibkan dalam Yoh 21: 15-19
mengenai pertanyaan tentang kasih, yang disampaikan oleh Yesus kepada Petrus
sampai tiga kali berturut-turut, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi
Aku lebih dari pada mereka ini?”. Pertanyaan tersebut membuat Petrus merasa
tidak nyaman. Apa sebenarnya definisi kasih dan mengasihi?
II. Penjelasan
Apakah engkau mengasihi Allah?
Mengapakah Tuhan Yesus
bertanya sampai dengan "tiga kali"? Bukankah sekali saja cukup? Toh
Dia adalah Allah yang Mahatahu. Mengapa harus diulang-ulang 3 kali?
Ada berbagai pembahasan/ penafsiran mengenai: Mengapakah Tuhan Yesus bertanya
kepada Petrus sampai dengan "tiga kali"? Banyak orang
melihatnya secara simple bahwa ini berkaitan dengan 3X peristiwa
penyangkalan Petrus kepada Tuhan Yesus sehingga ini membuat Yesus
bertanya sebanyak 3X pula, ini benar. Tapi apa hanya karena itu? Dan, salah
satu tafsir yang paling terkenal adalah dengan menelaah naskah bahasa
Yunaninya, yaitu perbedaan penggunaan kata "Kasih":
Tuhan Yesus bertanya dengan menggunakan kata αγαπαω - AGAPAÔ; dan Petrus menjawab kepada-Nya dengan kata φιλεω - PHILEÔ.
Para penafsir berpendapat bahwa makna kata αγαπαω - AGAPAÔ adalah lebih tinggi daripada φιλεω - PHILEÔ. Terbukti (menurut mereka) pada pertanyaan-Nya yang ketiga kepada Petrus, Tuhan Yesus tidak lagi menggunakan menggunakan kata αγαπαω - AGAPAÔ tetapi "menurunkan"-nya dengan penggunaan kata φιλεω - PHILEÔ. Sebab Petrus selalu menjawab-Nya dengan menggunakan kata φιλεω - PHILEÔ (bukan αγαπαω - AGAPAÔ seperti yang Yesus pakai)
Ayat : 15 - 17 “Apakah engkau mengasihi Aku ... Engkau tahu, bahwa aku
mengasihi Engkau... Gembalakanlah domba-dombaKu”. Dalam bahasa Yunani, ada dua
kata kerja untuk kata “mengasihi” yaitu agapan artinya kasih dan philein
artinya persahabatan. Menurut komentator bangsa Yunani yaitu John Chrysostom dan
Cyril dari Alexandria, serta para ahli dari zaman reformasi seperti
Erasmus, mereka belum melihat perbedaan arti dari variasi dua kosakata tersebut.
Sejumlah ahli zaman modern juga mengatakan bahwa variasi tersebut kurang
bermanfaat untuk memahamai teks menganalisis kata kerja “mengasihi” melalui
pertanyaan dan jawaban Pasal 21: 15-17, variasinya sebagai berikut: 15: Agapas me ... philo se 16: Agapas me ... philo se 17: Agapas me… philo se . Dari analisa
tersebut di atas, mucul sebuah pertanyaan: apakah Yesus menanyakan bentuk kasih
yang lebih agung (agapan) dari
Petrus, tetapi kemudian Petrus menjawab pertanyaan itu dalam bentuk kasih yang
lebih rendah yaitu persahabatan (philein)?
atau apakah Yesus meminta kasih yang khusus (agapan) tetapi kemudian Petrus
mengekspresikan afeksi personal (philein)?, atau sebaliknya. Adapun persoalan
yang mungkin, tidak ada perbedaan arti yang signifikan antara agapan dan
philein dalam Yoh 15-17. Jawaban “Ya” dari Petrus terhadap Yesus sama dengan
ekspresi kata kerja agapan. Walaupun Petrus mengekspresikannya dalam kata
philein, hal itu tidak memperlihatkan kesadaran bahwa Petrus menjawab
permintaan untuk bentuk kasih yang lebih tinggi atau lebih relasional dari
kasih agapan. Dalam Yoh 15: 13, Yesus mengajarkan bahwa hal yang paling besar
ialah kasih agape, dan rela memperlihatkan kasih itu dengan “memberikan
nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” philon. Dalam Yoh 21: 15- 19, hal yang
dijanjikan Petrus ialah memberikan nyawanya untuk Yesus banyak dari para ahli
yang berpendapat bahwa tiga kali pengulangan pertanyaan yang sama “apakah
engkau mengasihi Aku?” dari Yesus dan tiga kali pengulangan jawaban yang sama
dari Petrus, “Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau” adalah simbol dari tiga
kali penyangkalan Petrus. Petrus membaharui kemuridannya setelah ia gagal
sebagaimana tampak dalam jawabannya.
Ketika Tuhan Yesus meminta
Petrus untuk yang ketiga kalinya untuk mengasihi-Nya, Petrus teringat akan
kesalahan yang pernah dilakukannya, dan itu fatal, bukan hal biasa yang dapat
diabaikan begitu saja dalam mindset orang semit. Dan Petrus
begitu sedih mengingat kesalahannya itu. Dan Petrus menyambut ajakan sekaligus
pengampunan dari Guru-nya, Petrus-pun memberikan pernyataan "extremely"
untuk mengasihi-Nya, kita baca lagi ayatnya:
Kata Yesus kepadanya untuk
ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi ( הֲתֶאֱהַב - HATE'EHAV) Aku?" Maka
sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah
engkau mengasihi ( הֲתֶאֱהַב - HATE'EHAV) Aku?"
Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau
tahu, bahwa aku mengasihi Engkau ( אֲהַבְתִּיךָ - 'AHAV'TIKHA)."
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. (Yohanes
1:17)
Pada akhirnya Petrus dapat memenuhi permintaan Tuhan Yesus. Sebab Petrus membuktikan bahwa dia mengasihi Tuhan Yesus dengan
ekstrim. Ia menjadi pekabar Injil yang tangguh dan berani, bahkan berani mati
sebagai saksi bagi Kristus. Pada akhir hidupnya dalam menjalani hukuman mati
sebagai saksi-Kristus
Menjadi Gembala
Menggembalakan domba-domba kurang mendapat tekanan bila dibandingkan dengan misi yang diembankan kepada Petrus yakni sebagai gembala. Dia tidak menjadi superior terhadap domba-dombanya. Petrus diminta untuk menggembalakan, artinya akrab dengan mereka, berdedikasi juga bila nyawanya terancam dalam pelaksaan misi tersebut. Jadi, dia melaksanakan perintah tersebut sungguh karena dedikasi dan kasihnya kepada Yesus gurunya dan domba-domba. Yesus mengenal Petrus dengan baik. Petrus sombong, dia mengatakan bahwa dia mengasihi Yesus lebih dari siapapun dan dia bersedia memberikan hidupnya untuk Yesus tetapi akhirnya Petrus mengkhianati Yesus. Akan tetapi sesudah itu, Yesus membaharui Petrus. Perintah untuk menggembalakan domba-domba yang diikuti dengan pembaharuan diri Petrus memperlihatkan bahwa Petrus dijadikan gembala bukan karena Petrus layak, melainkan karena kesediannya. Oleh karena dedikasinya kepada kawanan domba, gurunya menyerahkan tugas itu padanya. Pilihan Petrus memperlihatkan karya Allah dalam kerapuhan ciptaan, sesuatu yang merupakan bagian dari dunia ini., Petrus sedih karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya, “apakah engkau mengasihi Aku?”. Hal ini membawa kita pada sebuah tafsiran, yang mengandaikan sebuah kesedihan dalam diri Yesus juga, seperti dia katakan kepada muridnya: “apakah kamu percaya kepadaku sekarang; lihatlah waktunya akan tiba... Kamu meninggalkan saya seorang diri” (Yoh 16:31-32). Ini adalah sebuah nubuat, ungkapan kenabian yang menunjuk keadaan para muridnya, khususnya Petrus. Yesus mengharapkan kasih Petrus. Petrus memahami dengan baik apa yang diminta oleh Yesus dari padanya. Pemahaman ini sungguh penting karena bimbingan atau permintaan itu berdasar pada relasi guru dan murid. Selanjutnya, Petrus memahami dengan lebih baik tentang tuntutan dari kasihnya kepada Yesus daripada sebelumnya. Itulah sebabnya Petrus bersedia memberikan dirinya untuk kawanan domba. Kematian Petrus akan menjadi seperti kematian Yesus, sebagaimana telah dikatakan Yesus. Dengan itu, Petrus memenuhi undangan Yesus “follow me” (Yoh 21:19)
III.
Kesimpulan
Kasih merupakan sebuah ungkapan fundamental
dari seseorang kepada orang yang dikasihi. Kasih merupakan pemberian diri
kepada orang yang dicintai sehingga ada relasi mendalam. Dalam relasi seperti
ini, ada kerinduan untuk mencintai yang lain, menerima dan mengampuni. Dalam
setiap relasi kadang-kadang terjadi kesalah pahaman karena keegoisan yang
menghalangi kita untuk melihat dan menjawab kebutuhan orang lain. Dalam situasi
seperti ini, pengampunan amat sangat dibutuhkan demi kasih seperti yang
dilakukan Yesus kepada Petrus.