-->

sosial media

Tuesday, 17 September 2024

KHOTBAH 22 SEPTEMBER 2024; YAKOBUS 4 : 1 - 10 (Mendekat Kepada Allah)

KHOTBAH 22 SEPTEMBER 2024; YAKOBUS 4 : 1 - 10 (Mendekat Kepada Allah)



Khotbah Minggu, 22 September 2024

Yakobus 4:1-10 “Mendekat Kepada Allah”

C.Pdt. Boima Hengki Banurea, S.Th 

Pengantar

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, pada hari ini kita akan merenungkan Firman Tuhan dari Yakobus 4:1-10. Dalam bagian ini, Yakobus mengajak kita untuk merenungkan konflik batin yang terjadi dalam hidup kita, dan bagaimana sering kali, sumber dari segala masalah kita adalah keinginan-keinginan duniawi yang merusak. Namun, Yakobus juga menunjukkan kepada kita jalan untuk mengatasi itu semua dan mendekat kepada Allah.

 

Penjelasan

1.     Pertengkaran dan Perselisihan: Akar dari Hawa Nafsu Duniawi (Ayat 1-3)

Yakobus memulai pasal ini dengan sebuah pertanyaan yang menggugah: “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu?” Yakobus dengan jelas menyatakan bahwa sumber utama dari perselisihan dan konflik di antara kita adalah keinginan-keinginan yang bertentangan di dalam hati kita sendiri. Keinginan ini tidak hanya merusak hubungan dengan sesama, tetapi juga hubungan kita dengan Tuhan.

Nafsu Daging : Kita sering kali terjebak dalam nafsu daging, yaitu hasrat untuk memperoleh apa yang kita inginkan demi memuaskan diri sendiri. Ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, kita menjadi marah, iri, dan bahkan bertengkar.

Motivasi yang Salah dalam Doa : Dalam ayat 3, Yakobus menyebutkan bahwa ketika kita berdoa dan tidak menerima apa yang kita minta, itu karena kita berdoa dengan motivasi yang salah. Kita sering kali meminta sesuatu bukan untuk kemuliaan Tuhan, tetapi untuk memuaskan hawa nafsu kita.

 

2.     Persahabatan dengan Dunia: Permusuhan dengan Allah (Ayat 4-5)

Yakobus kemudian memberikan peringatan keras: “Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?” Persahabatan dengan dunia berarti kita mencintai hal-hal duniawi lebih dari pada Tuhan. Dunia yang dimaksud di sini bukanlah dunia ciptaan, tetapi sistem nilai yang melawan kehendak Tuhan. Ketika kita memilih untuk mengejar kenikmatan duniawi dan meninggalkan jalan Tuhan, kita menjadikan diri kita musuh Allah.

Pengaruh Duniawi : Dalam hidup kita sehari-hari, ada banyak hal yang menarik hati kita untuk menjauh dari Tuhan. Media, gaya hidup modern, dan budaya materialisme bisa membuat kita lebih mencintai dunia ini daripada kehendak Allah.

Roh Kudus yang Cemburu : Ayat 5 menegaskan bahwa Roh Kudus yang ada di dalam diri kita cemburu ketika kita berpaling dari Tuhan dan mengejar dunia. Ini menggambarkan betapa Tuhan rindu agar kita tetap setia kepada-Nya.

 

3.      Kasih Karunia Allah yang Lebih Besar (Ayat 6)

Namun, meskipun kita sering jatuh dalam dosa dan berpaling dari Tuhan, Yakobus memberikan kabar baik: Allah memberikan kasih karunia yang lebih besar! Kasih karunia ini adalah anugerah yang mampu memulihkan kita, meskipun kita telah salah. Syaratnya, kita harus merendahkan diri di hadapan-Nya.

 

Kesombongan vs Kerendahan Hati: Allah menentang orang yang sombong, tetapi Ia mengasihi orang yang rendah hati. Kesombongan sering kali membuat kita menolak pertolongan Tuhan dan berpikir kita bisa hidup sendiri tanpa-Nya. Sebaliknya, kerendahan hati adalah sikap yang mengakui bahwa kita membutuhkan Tuhan setiap saat.

 

4.     Mendekat kepada Allah (Ayat 7-10)

Yakobus memberikan langkah-langkah yang jelas bagi kita untuk mendekat kepada Allah dan melawan godaan dunia: Tunduk kepada Allah dan Lawan Iblis: Tunduk kepada Allah berarti menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi untuk Allah. Ketika kita tunduk, Iblis akan lari dari kita karena dia tahu bahwa kita berada dalam perlindungan Allah.

Bersihkan Hati dan Jauhkan Dosa: Yakobus juga mengajak kita untuk membersihkan hati dan tangan kita, menjauhkan diri dari dosa. Ini adalah langkah penting dalam perjalanan iman kita. Kita tidak bisa mendekat kepada Allah jika kita masih terikat oleh dosa. Merendahkan Diri di Hadapan Tuhan: Pada akhirnya, Yakobus mengingatkan kita untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan. Ketika kita rendah hati, Tuhan akan meninggikan kita pada waktu-Nya.

Penutup

Saudara-saudari, dalam kehidupan ini, kita sering kali menghadapi godaan untuk mengejar hal-hal duniawi dan meninggalkan kehendak Tuhan. Namun, Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk menyadari bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Marilah kita mendekat kepada Tuhan, merendahkan diri di hadapan-Nya, dan memohon kasih karunia-Nya yang lebih besar agar kita dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Tuhan menginginkan kita untuk hidup dalam damai, bukan dalam perselisihan, dan itu hanya bisa terjadi jika kita memilih untuk tunduk kepada-Nya dan melawan godaan dunia ini. Amin.

Wednesday, 5 June 2024

KHOTBAH EPISTEL 09 JUNI 2024; 2 KORINTUS 4 : 13 - 5 : 1 (Sukacitaku akan kasih Allah lebih besar dari Dukacitaku akan penderitaan hidupku)

KHOTBAH EPISTEL 09 JUNI 2024; 2 KORINTUS 4 : 13 - 5 : 1 (Sukacitaku akan kasih Allah lebih besar dari Dukacitaku akan penderitaan hidupku)

 

      I.          Pembukaan

Kita dapat melihat dengan jelas pelayanan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 4 : 13 – 5 : 1, meskipun dalam pelayanan Paulus dituntut nyawa sendiri namun Paulus menyakini bahwa Tuhan menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaan bagaikan penderitaan Kristus. Penderitaan yang berulang ulang di alaminya bukti dari kuasa kebangkitan Tuhan (2 Kor. 4:10-11; 2 Kor. 1:9-10). Kuasa itu dinyatakan saat Paulus putus asa menghadapi penderitaan dan perlawanan musuhnya. Iman akan kuasa Tuhan membuat Paulus tidak diam tetapi dia berkata-kata (memberitakan injil) atas keyakinannya (2 Kor. 4:13)[1].Pengalaman-pengalaman Paulus dapat menguatkan jemaat di Korintus, supaya kebangkitan Kristus yang telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus. Maka penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah (2 Kor. 4:14-15). Daud dalam tulisannya dalam Mazmur 116:10 Aku percaya, sekalipun aku berkata: "Aku ini sangat tertindas”, demikian Paulus mengemukakan alasan mengapa ia terus berjuang dalam Imannya, Ayat ini secara mutlak mengajarkan bahwa Roh Kudus merupakan sumber dari iman. Alkitab dan kesaksian[2].

    II.          Penjelasan

Tujuan Paulus dalam mengabarkan Injil Untuk mengerahkan orang-orang yang belum mengenal keselamatan dari Yesus sebagai penebus dosa. Meskipun Paulus mengalami berbagai ancaman jiwa oleh karena seterus-seteru Injil yaitu orang-orang yang tidak taat namun Ia tetap setia karena kerinduannya untuk menolong orang-orang yang telah percaya. Paulus juga berkata sebagai seorang pemimpin kepada yang dipimpin juga sebagai orang tua yang menasehati orang-orang muda yang seiman. Hal ini dinyatakan bahwa nasihat yang keluar dari hati merupakan suatu nasihat yang benar.[3] 

Dalam Pasal 4 Ayat 13 – 15 (Iman Menuntun dan Menggerakkan Dunia Menuju Keselamatan)

Paulus banyak menggunakan kata “kami” dengan menggunakannya kata ”kami” bagian ini, Paulus membedakan dirinya dari orang-orang Korintus.  ”Kami” juga mungkin termasuk para rasul lainnya umumnya atau setidaknya rasul Paulus dengan rekan kerja (Timotius dan Titus), (2 Kor. 4:13) terjadi di tengah-tengah pertahanan Paulus terhadap berbagai kritik. Beberapa orang rupanya menuduh Paulus sebagai seorang yang tidak tulus, dan hal ini banyak dilaluinya, (2 Kor. 2:17),  mereka berusaha menjatuhkannya (2 Kor. 3:1), bahwa ia tidak kompeten (2 Kor. 3: 5), ia tidak jelas dalam ajarannya (2 Kor. 4: 3), dan tujuan semua kritik untuk membatalkan Paulus sebagai utusan yang dipilih Allah (2 Kor. 1: 3-11; 4:7-15; 6:4).

Paulus tahu, tidak semua menerima kebenaran itu. Itu tidak berarti bahwa pesannya itu tidak jelas. Bukan pula karena Paulus tidak dapat mengungkapkan dirinya sederhana dan jelas (meskipun orang-orang pada zamannya kadang-kadang merasa bahwa Paulus sulit di pahami (1 Pet. 3:16), atau karena ia tidak mempunyai kemampuan dalam berbicara yang mudah di pahami dan penampilan fisik yang mengesankan (2 Kor. 10:10; 11:6). Tidak, bila Injil Paulus tetap terselubung atau tidak dipahami (2 Kor. 3:15), kesalahannya terletak pada diri para pendengar yang akan binasa karena mereka tetap tidak mau percaya (2 Kor. 2:15; 1 Kor. 1:18).

Bandingkan dengan :

Tuhan menuntun bangsa Israel dalam berbagai situasi selama 40 tahun perjalanan yang mereka lakukan melewati padang gurun. Mereka lapar dan haus, bertarung melawan bangsa-bangsa kafir. Dengan pengharapan yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel, yaitu membawa mereka ke tanah Kanaan yang dipenuhi dengan susu dan madu pada akhirnya, didalam perjalanan bangsa itu, Iman mereka diuji dan terungkap, bangsa Israel bersungut-sungut kapan pun mereka berada di dalam suatu situasi yang sulit; mereka memuji Tuhan hanya dalam situasi yang baik. Tuhan hanya mendengarkan apa pun yang mereka katakan. Dia menemukan apa yang ada di dalam hati mereka, pola pikir seperti apa yang mereka miliki terhadap-Nya. Ketika mereka dihadapkan pada lingkungan luar, iman mereka segera terungkap, apakah mereka telah membangun rumah imannya di atas batu atau pasir. Tuhan tidak mengakui mereka sebagai orang-orang yang memiliki iman. Karena itulah Alkitab mengatakan Angkatan-angkatan mereka yang hidup dalam tipu daya tidak dapat memasuki tanah Kanaan karena ketidakpercayaan mereka (Ibr 3:7-19).

Dalam Pasal 4 Ayat 16-18 (Kasih Kristus lebih besar dari pada Penderitaan yang kita alami)

Penderitaan manusia lahiriah Rasul Paulus dan rekan-rekannya mendatangkan pembaruan manusia batiniah dari hari ke hari. Manusia batiniah semakin disempurnakan dalam proses pembaruan itu sementara manusia lahiriah sedang dimatikan atau dihancurkan. Di dalam penderitaan ada pemurnian atau pertumbuhan manusia batiniah sebab ada karya Kristus dan Roh Kudus yang sedang bekerja di dalamnya (Kol 1:24; 1 Tes 1:6). Pemurnian atau pertumbuhan itulah pembaruan manusia batiniah. Penderitaan membuat kita semakin bergantung kepada Allah bukan pada kekuatan diri sendiri seperti yang dialami Rasul Paulus dan rekan-rekannya (2 Kor 1:9-10). Seperti apa pembaruan manusia batiniah itu .Rasul Paulus menuliskan, “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” (1 Kor 3:1-3).

Teks di atas mengindikasikan bahwa manusia batiniah atau jiwa dan roh kita setelah dilahirkan ternyata mengalami pertumbuhan mulai dari bayi atau anak menuju dewasa di dalam Kristus. Kedewasaan manusia batiniah harus sejalan dengan mematikan atau menyalibkan manusia daging (sarkikos anthropos) kita (Kol 3:5; Gal 5:24). Manusia daging ini adalah segala keinginan tubuh atau daging yang telah dikuasai oleh hukum dosa (Rom 7:23) sehingga merupakan hawa nafsu yang jika dibuahi akan melahirkan dosa (Yak 1:15). Ketika Gereja di Korintus masih hidup dikuasai manusia daging maka mereka masih bayi atau anak secara manusia batiniah. Manusia daging yang semakin dimatikan merupakan proses pertumbuhan manusia batiniah yang semakin dewasa. Pertumbuhan rohani (roh dan jiwa) kita dari bayi menuju dewasa di dalam Kristus melalui pembaruan manusia batiniah kita akan memimpin pada pembaruan manusia lahiriah yang semakin dikuduskan. Pembaruan manusia lahiriah ini berarti mempersembahkan tubuh kita kepada Allah yaitu menyerahkan segenap anggota tubuh kita kepada Allah untuk melakukan kebenaran atau pekerjaan baik dan menyalibkan/ mematikan daging dengan segala nafsu daging (Rom 12:1; 6:13; Gal 5:24; 1 Kor 9:27; Efe 2:10).

            Rasul Paulus menasihati kita supaya tidak takut terhadap kematian karena ada janji Allah akan kebangkitan tubuh. Tidak takut terhadap kematian karena kematian kita tidak sia-sia melainkan untuk Kristus. Ini lah artinya kita senantiasa membawa kematian Kristus di dalam tubuh kita. Ini adalah kematian sehari-hari yang pada puncaknya kematian tubuh bagi Kristus. Rasul Paulus dan rekan-rekannya tidak kehilangan hati dalam menghadapi penderitaan pelayanan untuk Injil Kristus sebab mereka menyadari bahwa penderitaan mereka adalah kemuliaan bagi Gereja (Efe 3:13) dan kemuliaan kekal yang akan mereka terima kelak (2 Kor 4:17-18). Rasul Paulus tidak hanya kehilangan hati tetapi bahkan bersukacita dalam penderitaan karena jemaat dan menggenapkan dalam dagingnya apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu Gereja (Kol 1:24). Mereka berbagi bersama dalam penderitaan dan penghiburan oleh Kristus (2 Kor 1:5). Dan itu semua semata-mata demi Kristus dan Tubuh-Nya yaitu Gereja. Sebuah nasehat kuno mengatakan Suara Tawamu Harus lebih besar dari Suara Tangisanmu[4], sangatlah mungkin jika didalamnya kita hidupi Kasih Kristus.


Dalam Pasal 5 ayat 1 (Janji dan Pengharapan akan Perjuangan Iman)

Sekarang Paulus mengarahkan perhatiannya kepada hal pemberian suatu bentuk baru dari tubuh yang cocok untuk hidup berikutnya. Kami tahu (eido atau oida) menurut Barclay adalah mengetahui, tahu, mengerti, yang artinya bukan karena hasil dari pemikiran manusia, melainkan karena pernyataan ilahi. Ini merupakan satu bentuk keyakinan Paulus akan kematian orang-orang percaya dan pengharapan akan kepastian sorga yang

kekal, dimana bukan hasil pikiran Paulus tetapi dari Allah yang didasarkan atas pengharapan di dalam Kristus.

Frase “Karena kami tahu” tidak memperlihatkan apa yang kelihatan, yang bersifat sementara tetapi apa yang kelihatan yaitu kekal. Dalam arti yaitu yang “sementara” adalah “tempat kediaman kita di bumi” yaitu tubuh duniawi. Kaitannya dengan bagian sebelumnya dimana orang percaya menganggap kesusahan-kesusahan yang dialami tidaklah berarti dibandingkan dengan kemuliaan yang akan diterima kelak.

            Dalam bagian ini kata “kemah” menurut Paulus menunjuk kepada tubuh. Jelas bahwa tubuh manusia dibentuk oleh Allah dan adalah ciptaan Allah. Sebagaimana Allah telah diam dan berkemah ditengah-tengah bangsa Israel, tubuh orang-orang percaya dipandang sebagai tempat kediaman Allah Dimana Allah berkemah didalam hati dan hidup orang yang percaya[5]. Tetapi yang dimaksudkan adalah bahwa Paulus sedang membandingkan tentang kemah tempat kediaman yang disediakan Allah dan kemah yang di buat oleh Paulus yaitu kemah sementara yang dapat dibongkar yaitu tubuh yang sementara yang tidak kekal. Pengharapan inilah yang membawa Paulus dengan setia dalam pelayanannya, karena hanya Yesus Kristus sendirilah yang mampu memberikan itu semua, lewat pemberitaan yang disampaikan Yesus Kristus sendiri.

 III.          Penutup

Pelayanan kita sebagai orang percaya adalah pelayanan demi Kristus dan Tubuh-Nya (Gereja). Pelayanan ini bisa mendatangkan penderitaan manusia lahiriah kita. Manusia lahiriah bisa semakin merosot atau dihancurkan karena penderitaan yang dialami seperti yang dialami Rasul Paulus dan rekan-rekannya. Namun penderitaan yang dialami demi Kristus dan Gereja bisa membuat pertumbuhan atau pemurnian atau pembaruan manusia kita sebab Roh Kudus dan Kristus turut bekerja di dalam batin kita. Respons kita dari dalam batin adalah terus semakin percaya atau bergantung kepada Allah dalam setiap pelayanan kita bukan kepada kekuatan manusia. Karya Roh Kudus dan Kristus dalam penderitaan inilah yang membuat roh dan jiwa kita diperbarui dari hari ke hari. Inilah yang disebut dengan pengalaman pemurnian jiwa atau purification atau pembaruan manusiaSehingga baik jasmani dan rohani mengalami pemurnian terus menerus sampai kita menerima keselamatan atau kemuliaan Kristus yang kekal yaitu pengilahian menjadi serupa Kristus kelak.

 

 IV.          Aplikasi 

Beberapa langkah kecil dalam ketaatan yang bisa kita kerjakan adalah :

1.     Jalankan pelayanan dengan fokus kepada kemuliaan kekal yaitu kemuliaan Kristus

2.     Jalankan pelayanan demi Kristus dan Gerejanya

3.     Tetap setia dan percayalah, Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan kita dalam setiap nafas hidup kita.

4.     Sukacita kita akan kasih Yesus Kristus harus lebih besar daripada Dukacita kita.



[1] V.C.Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam Kelemahan  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 65

[2] Dante Spender Mably, “Life In The New Creation: The Eschatological Character Of Paul Ministry and Theolgy  In Galatians,” (Thesis MA, Reformed Theology Seminary, 2007), 100

[3] R. A. Jaffray, Tafsiran Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat Di Roma, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2007)157-265.

[4] Christopher, W, Morgan and Robert A. Peterson, dapat menjelaskan bahwa  dalam memproklamasikan Injil, Tuhan bekerja melalui pengalaman penderitaan orang percaya. Allah membentang jiwa untuk tumbuh menjadi sesuatu yang lebih kuat dan lebih baik. air mata penderitaan tertentu membangun aspek baru untuk hidup lebih setia, Meskipun Allah dapat membawa hal yang tidak menyenangkan dari pengalaman- pengalaman itu sendiri (Christopher, W. Morgan & Robert A. Peterson, The Glory Of God (America: Crossway, 2010), 107.

[5] Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3 (Jakarta: Gunung Mulia, 1992), 76.

Tuesday, 4 June 2024

PENDAFTARAN

Friday, 26 April 2024

KHOTBAH 28 APRIL 2024; MAZMUR 22 : 26 -32

KHOTBAH 28 APRIL 2024; MAZMUR 22 : 26 -32

 


I.                Pembukaan

Salam sejahtera sahabat BPPPWG MENARA KRISTEN, semoga dimanapun kita berada kita selalu dalam penyertaan Tuhan Yesus Kristus, dan kiranya tak henti-hentinya kita selalu berserah kepadaNYA. Ratapan Raja Daud membawa kepercayaan bahwa kemuliaan sang Ilahi menyertai dan memberi pengharapan pada setiap orang yang percaya pada-Nya. Hal ini berakhir pada pujian dan kemenangan umat.  Pertanyaan mengapa dengan nada kekecewaan dan kesedihan dalam penderitaan (ayat 2) dalam mazmur ini menyentuh perasaan terdalam seseorang yang ditinggalkan oleh Allah dalam menghadapi penderitaan dan penganiayaan bertubi-tubi oleh para musuh. Karena permohonan pada bagian pertama mazmur ini tidak diarahkan pada suatu keadaan tertentu, maka dapat menjadi kesaksian yang tidak dibatasi oleh waktu dan dapat diterapkan pada banyak situasi penganiayaan. Keluhan mengenai ketidakhadiran Allah berkali-kali disela dengan pujian (ayat 4), keyakinan diri (ayat 5-6, 10-11) dan permintaan-permintaan (ayat 20-22) Bagian kedua mazmur ini adalah ucapan syukur si pemohon karena keselamatan yang dialaminya (ayat 22) dalam konteks Israel (ayat 26-27) dan berlanjut dalam penyembahan kepada YHWH dari perspektif bangsa-bangsa di dunia yang akan terkesan pada tindakan kuasa Allah.

II.             Penjelasan

orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari Tuhan akan memuji Dia dan biarlah hatimu hidup untuk selamanya

Lantas, perhatikan dan cermatilah Firman Tuhan yang terekam dalam Kitab Mazmur 22:25-26. Kitab Suci mengatakan kepada kita: “(22-26) Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. (22-27) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!” Firman Tuhan mengatakan oleh sebab ia, maka dirinya memuji-muji dalam jemaah yang besar. Ia menyatakan bahwa dirinya akan membayar nazar di depan mereka yang takut akan Dia. Pemazmur juga mengungkapkan bahwa orang yang rendah hati akan makan dan kenyang. Lalu orang-orang yang mencari Tuhan akan memuji-muji Dia. Karenaya, ia menasihati, biarlah hatinya hidup untuk selamanya!

            semua kaum dari segala bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya

Dalam gubahan lirik mazmur pujian yang berikut ini, pemazmur menyatakan bahwa semua orang dari segala ujung bumi akan mengingatnya. Kemudian mereka akan berbalik kepada Tuhan. Ia juga mengungkapkan bahwa segala kaum dari bangsa-bangsa di dunia akan sujud menyembah di hadapan Tuhan. Sehubungan dengan itu, periksa dan selidikilah Firman Tuhan yang direkam dalam Kitab Mazmur 22:27, yang berbunyi: “(22-28) Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.” Kemudian daripada itu, Firman Tuhan yang tercatat dalam Kitab Mazmur 86:9, mengatakan: “Segala bangsa yang Kau jadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu.” Berdasarkan ayat Firman Tuhan ini kita mendapati bahwa segala bangsa yang dijadikan-Nya akan datang bersujud menyembah di hadapan Tuhan, dan akan memuliakan nama-Nya selama-lamanya. Bahwasanya, semua orang yang diciptakan-Nya dan takut akan Dia, akan datang beribadah kepada Allah Bapa yang kita sembah, kita puji, kita muliakan dalam nama Yesus Kristus, Tuhan kita.

Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa

Lantas marilah kita simak dan kita perhatikan Firman Tuhan yang dikutip dalam Kitab Mazmur 22:28-29. Kitab Suci mengatakan: “(22-29) Sebab TUHANlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. (22-30) Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.” Berdasarkan ayat Firman Tuhan ini, kita mendapati bahwa Tuhanlah yang memiliki kerajaan. Bahwa Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. Oleh karenanya, semua orang yang sombong di bumi akan datang bersujud menyembah di hadapan-Nya. Mereka, yaitu semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup akan berlutut di bawah kaki-Nya di hadapan-Nya Sungguh! Sebuah kondisi yang sangat membahagiakan apabila semua orang datang sujud menyembah kepada Tuhan. Apalagi, apabila semua orang yang congkak, angkuh dan sombong di bumi, datang berlutut kepada-Nya, sehingga seluruh bumi memuji dan memuliakan Dia.

mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya

Akhirnya, simak dan periksalah Firman Tuhan yang tercantum dalam Kitab Mazmur 22:30-31. Tuhan berfirman: “(22-31) Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang. (22-32) Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.” Di sini, melalui gubahan lirik lagu ini, pemazmur menyatakan bahwa para anak cucu akan beribadah kepada Tuhan. Bahwa mereka akan menceritakan tentang Tuhan kepada angkatan yang akan datang. Kemudian, mereka, para anak cucu kita, akan memberitakan keadilan Tuhan kepada bangsa yang akan lahir nanti. Sebab, Dia, Tuhan Allah kita, sudah melakukan segala sesuatunya dengan sangat sempurna bagi kita. 

Di dalam kehidupannya, manusia sering mengalami pergumulan hidup yang sangat berat dan cenderung mempersalahkan Tuhan di dalam batinnya. Mereka memohon pertolongan Tuhan untuk dibebaskan dari penderitaan berat tersebut, namun jeritan tersebut tidak mendapat jawaban seperti pemazmur. Iman pemazmur tetap kuat dan tetap yakin bahwa Ia adalah Allah yang kudus, Penolong dan Penyelamat yang akan membebaskan dari penderitaan seperti yang dialami nenek moyang Yakub. Sebagai wujud ketaatannya mereka tetap memuji dan memuliakan namaNya serta selalu mencari Tuhan setiap waktu tanpa putus asa. Dalam perjalanannya Tuhan mendengar doa dan jeritan pujian mereka. Sesuai pesan Kristus supaya kita meminta, mencari dan mengetuk, maka dengan tekun dalam doa maka Tuhan akan mengabulkan (Matius 7:7-11).

Pengalaman pemazmur tersebut mengajarkan kepada kita :

1.     Apabila kita mengalami penderitaan seberat apapun kita harus tetap bertahan dalam iman percaya kita bahwa Allah itu tempat perlindungan dan kekuatan, menjadi Penolong dalam kesesakan (Mazmur 46 : 2)

2.     Iman diuji dalam penderitaan dan pencobaan. Kita harus yakin dan percaya bahwa hanya Dia yang dapat menolong kita. Dengan keyakinan begitu, kita akan tetap dapat memuji Dia.

3.     Menyerahkan seluruh pergumulan kita ke dalam tangan Tuhan. Apakah kita harus menerima yang baik saja tapi tidak mau menerima yang buruk? menerima, pasrah dan pracaya adalah sikap yang menentramkan.

4.     Janganlah iman kita goyah dalam menghadapi pergumulan berat! Datanglah kepada Tuhan! Mohon kekuatan sesuai firman Tuhan “Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Amin.

III.           Penutup

Saudara yang terkasih sikap yang menarik ditunjukkan oleh Pemazmur. Ia mengatakan, “Orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia.” Pemazmur mencari Tuhan, tidak dengan memaksa atau menggerutu, tetapi dengan puji-pujian. Hal ini tentu dilandasi oleh sikap rendah hati, sikap pasrah dan percaya benar kepada janji Allah. Apakah Pemazmur tidak punya keinginan pribadi? Tentu punya! Namun, Pemazmur dengan rendah hati meyakini bahwa TUHAN akan memberikan yang terbaik kepadanya. Keyakinan itu yang membuat Pemazmur tidak merengek, melainkan memuji Tuhan. Permasalahan hidup terkadang memang berat. Akan tetapi, kita perlu terus memiliki sikap rendah hati di hadapan Tuhan. Sikap yang berasal dari pengakuan bahwa Tuhanlah yang punya rencana atas hidup kita. Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus adalah bukti cinta-Nya pada kita. Biarlah hati kita bersukacita dan senantiasa memuji Yesus, Tuhan kita!

Wednesday, 3 April 2024

KHOTBAH 07 APRIL 2024 ; 1 Yohanes 1:1 - 2:2 (Kita Hidup Didalam Terang)

KHOTBAH 07 APRIL 2024 ; 1 Yohanes 1:1 - 2:2 (Kita Hidup Didalam Terang)

 


                                  

I.                Pembukaan

Salam kasih Tuhan kita Yesus Kristus, bapak/ibu yang saya cintai, sungguh tentunya kita hari ini memiliki tanggung jawab masing-masing, juga beban yang sangat berat. Ada seorang bapak yang harus berkeringat darah demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya, ada seorang ibu yang harus turut banting tulang demi kasihnya kepada sang suami dan anak-anak, ada pula seorang anak yang mungkin harus menahan cita-citanya yang mulia atau mungkin putus sekolah, hanya karena kasihnya yang terlalu besar tidak mampu melihat orang tuanya kesulitan menanggung lebih banyak lagi derita. Terpujilah Kristus Yesus dengan beban yang bapak/ibu dan saudara pikul sampai detik ini, anda tidak berhenti untuk tetap memuliakan namaNya. Dan masih mau untuk menghadiri kegiatan/peribadahan sermon oikoumene ini. Nats kita hari ini diambil dari kitab 1 Yohanes 1 : 2 – 2 : 2 dengan tema “Kita Hidup Didalam Terang”.

II.             Penjelasan

Menurut Carson Dan Moo, bahwa penulis 1 Yohanes berdasarkan dokument-dokumen setelah abad pertama adalah menunjuk kepada Yohanes murid Yesus dan ia juga adalah penulis Injil Yohanes. Misalnya Papias dan Irenius. Pada masa Irenius yaitu pada sekitar 180 M yang menyatakan bahwa 1 & 2 Yohanes telah ditulis oleh Yohanes murid Yesus. Dan dia juga penulis Injil Yohanes. Klemens dari Aleksandria juga sependapat dengan mengatakan bahwa surat-surat ini berasal dari Yohanes. Pandangan yang senada juga dinyatakan oleh Simanjutak, bahwa menurut pandangan tradisional, surat ini adalah karya Rasul Yohanes dan tidak ada penulis lain yang terpikirkan pada zaman itu. Bahkan Gronen penganut kelompok historis kritis (merekonstruksi ulang) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis 1 Yohanes menunjukkan bahwa sejak abad kedua karangan ini sudah dikutip sebagai berwibawa, dikatakan sebagai kitab suci oleh Polikarpus pada ± th. 150 - 155. Akan tetapi baru ditegaskan sejak sekitar th. 200 M. Kesamaan pikiran dan bahasa antara Injil Yohanes dan 1 Yohanes. Oleh karena itu Injil Yohanes dianggap sebagai tulisan Rasul Yohanes, maka 1 Yohanes pun dianggap tulisan rasul itu. Atas dasar kemiripan tersebut banyak ahli tafsir tetap berpegang pada tradisi kuno, penulis 1 Yohanes sama orangnya dengan penulis Injil Yohanes (Yohanes 1 adalah tambahan tangan dari orang lain). Mereka yang mempertahankan bahwa penulis Injil Yohanes adalah Rasul Yohanes (menganggap rasul itupun penulis 1 Yohanes. Pendapat itupun didukung oleh 1 Yohanes 1:1-4. Sebab “kami” angkat bicara di situ nampaknya “saksi mata” Yesus dahulu. Jadi, penulis yang termasuk kelompok (kami) itu seorang rasul. Tidak ada alasan untuk menolak tradisi kuno bahwa rasul itu tidak lain Yohanes bin Zebedeus. Bukti internal ”menurut Carson dan Moo bahwa surat-surat Yohanes tidak secara jelas menunjukkan siapa persis penulisnya. Namun demikian bukti internal menunjukkan bahwa banyak kesamaan antara surat 1 Yohanes dengan Injil Yohanes (tema, kosa-kata dan sintaksis). Misalnya penekanan tentang adanya sifat-sifat yang berlawanan: terang dan gelap, kehidupan dan kematian, kebenaran dan kebohongan dan kasih dan kebencian. J. R.W Stott mengutarakan sebagaimana dikutip oleh A. Simanjutak: kesamaan antara Injil dan surat jauh lebih besar antara kesamaan Lukas dan Kisah Para Rasul yang dikenal sebagai tulisan yang lahir dari pena yang satu. Penulis rupanya adalah saksi mata dari setidak-tidaknya beberapa hal yang dilakukan oleh Yesus (1 Yohanes 1:1-3).

Tujuan penulisan dari surat ini jelas bahwa pembacanya telah diperhadapkan dengan suatu bentuk pengajaran sesat yang menyangkal inkarnasi. Yohanes sedang menentang semacam ajaran ini. Apa yang ditentangnya rupanya merupakan kebidatan pada tahap yang mula-mula yang kemudian berkembang menjadi docetisme. Mereka menyangkal inkarnasi dan Yohanes menganggap itu adalah masalah yang sangat serius. Pengaruhnya adalah sama seperti mencabut jantung Kekristenan, karena apabila Kristus tidak sungguh-sungguh menjadi manusia dan tidak benar-benar mati untuk manusia, maka tidak ada pendamaian bagi dosa-dosa manusia. Yohanes menulis ini untuk menghilangkan kekhawatiran pembacanya disaat mereka tiba pada kesadaran mengenai kedudukan mereka di depan Allah. Ia mengungkapakan arti seseorang menjadi Kristen.

 

1 Yohanes 1 : 1 – 4

Secara harfiah kata “saksi” itu berarti melihat, mendengar, atau mengetahui sendiri secara pribadi; bersaksi, berarti menyaksikan, memberikan kesaksian, menunjukkan bukti. Ketika Yohanes menulis bahwa ia berbagi dengan apa yang telah ia alami sendiri, ia berkata, “Saya penuh dengan sukacita karena pengalaman mengenal Yesus, dan saya ingin mengundang Anda untuk berbagi sukacita itu!” Ketika kita sedang jatuh cinta dengan seseorang, kita sangat antusias tentang hubungan dan waktu yang dihabiskan bersama-sama. Demikian juga, ketika kita sedang jatuh cinta dengan Yesus, kita tidak bisa membendung sukacita yang berasal dari pengenalan akan Dia – hal mana mengalir begitu saja menyaksikannya pada orang lain, dan menguatkan orang percaya lainnya. Bahkan, ketika kita memberikan kesaksian tentang siapa Allah itu dan bagaimana Dia bekerja dalam hidup kita, tidak ada bedanya apakah kita berbicara dengan pelan atau dengan berapi-api: dalam roh orang-orang Kristen yang mendengarkan, akan menangkap adanya sukacita sejati yang mendalam dalam hati kita yang melampaui kebahagiaan alami. Dan orang-orang yang belum mengenal Tuhan akan menemukan diri mereka mendambakan sukacita dari Tuhan yang ada dalam diri kita. Dengan cara itu, mereka akan ditarik pada Tuhan oleh Roh-Nya. Bersaksi bukan masalah kefasihan atau bakat. Ini adalah limpahan dari hubungan pribadi dengan Yesus Kristus yang mereflesikan hidup-Nya dalam diri kita.

1 Yohanes 1 : 5 - 10

"Allah adalah terang," dapat kita jumpai dalam 1 Yohanes 1: 5 - 10 Terang adalah metafora yang cukup sering kita jumpai dalam Alkitab. Amsal 4:18 melambangkan kebenaran sebagai "cahaya fajar." Filipi 2:15 mengibaratkan anak-anak Allah yang "tiada beraib dan tiada bernoda" sebagai bintang-bintang di langit. Yesus menggunakan terang sebagai kiasan akan perbuatan baik: "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik" (Matius 5:16). Mazmur 76:4 dalam bercerita tentang Allah menulis, "Cemerlang Engkau." Kenyataan bahwa Allah adalah terang secara alami sangat kontras dengan kegelapan. Jika terang adalah metafora untuk kebenaran dan kebaikan, maka kegelapan melambangkan kejahatan dan dosa. Satu Yohanes 1:6 menulis "jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran." Dalam ayat 5 tertulis, "Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan." Perhatikan bahwa ditulis bahwa Allah adalah terang, bukan salah satu penerang. Terang adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri-Nya, sama halnya dengan kasih (1 Yohanes 4:8). Pesan yang disampaikan ialah bahwa Allah seutuhnya kudus, dengan tidak sedikitpun kejahatan, ketidakadilan, atau dosa. Jika kita tidak memiliki terang, maka kita tidak mengenal Allah. Mereka yang mengenal Allah, yang berjalan bersama-Nya, adalah terang dan jalan pula dalam terang. Mereka mengambil bagian dalam khodrat ilahi Allah, "dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia" (2 Petrus 1:4). Allah adalah terang, begitu pula dengan Anak-Nya. Yesus berkata, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12). Dalam bagian ini "berjalan" sama artinya dengan memperoleh kemajuan. Jadi, kita dapat menarik kesimpulan dari ayat ini bahwa orang Kristen dimaksud untuk bertumbuh semakin kudus dan semakin dewasa dalam mengikuti Yesus (baca 2 Petrus 3:18). Allah adalah terang, dan adalah rencana-Nya supaya umat-Nya mencerminkan terang-Nya, dengan menjadi semakin menyerupai Kristus tiap harinya. "Karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan" (1 Tesalonika 5:5). Allah adalah Pencipta cahay terang alami maupun Pemberi terang rohani yang olehnya kita dapat berjalan dalam kebenaran. Cahaya terang membongkar apa yang tersembunyi dalam kegelapan; ia menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Berjalan dalam terang berarti mengenal Allah, memahami kebenaran, dan hidup dalam kebenaran. Orang percaya dalam Kristus harus mengakui semua kegelapan dalam diri mereka - dosa dan kesalahan mereka - dan mengizinkan terang Allah bersinar melalui mereka. Orang Kristen tidak dapat duduk diam dan mengamati orang berlanjut dalam perjalanan gelap mereka dalam dosa, karena mereka tahu bahwa orang-orang di dalam kegelapan akan kelak mengalami keterpisahan kekal dari Allah. Terang Dunia ingin mengusir kegelapan dan menganugerahkan hikmat-Nya di segala tempat (Yesaya 9:2; Habakuk 2:14; Yohanes 1:9). Dalam membawa terang injil pada dunia, kita harus mengungkapkan hal-hal yang sebenarnya ingin disembunyikan oleh orang lain. Terang tidak nyaman bagi mereka yang terbiasa dengan kegelapan (Yohanes 3:20).


1 Yohanes 2 : 1 - 2

Seorang pembaca bertanya apakah doktrin kaum Arminian dan Amyraldian tentang keselamatan yang universal diajarkan di dalam 1 Yohanes 2:2: “Dan Ia adalah pendamaian (proposiasi) untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. Berikut adalah dua argumen sederhana dari konteks yang membuktikan bahwa rujukan 1 Yohanes 2:2 kepada “seluruh dunia” tidak mungkin merujuk kepada setiap orang satu persatu, termasuk kaum reprobat.

Pertama, kata “pendamaian” (2:2, atau “propisiasi” dalam KJV) merujuk kepada dialihkannya murka Allah dengan ditanggung oleh Kristus sebagai pengganti kita. Jika Tuhan Yesus benar-benar menanggung murka bagi setiap orang, maka tidak seorang pun yang mungkin masuk neraka, karena hukuman mereka telah ditanggung bagi mereka oleh-Nya. Tetapi kaum fasik yang reprobat jelas-jelas binasa secara kekal, maka Kristus bukan propisiasi bagi dosa-dosa setiap orang.

Kedua, Kristus adalah “pengantara (pembela) pada Bapa” bagi kita (2:1, KJV = “advocate”). Namun pastinya Ia adalah pembela yang sempurna yang memenangkan semua kasus dan tidak pernah kalah dalam barang satu kasus pun! Permohonan-Nya kepada Bapa sepenuhnya berhasil dan selalu mencapai tujuannya! Inilah tepatnya yang diajarkan oleh Kitab Suci (Yoh. 11:41–42; Rm. 8:34; Ibr. 7:25). Seperti Francis Turretin (1623–1687) nyatakan, “Dianggap lumrah bahwa permohonan yang universal bisa dikabulkan. Karena Ia selalu didengarkan oleh Bapa (Yoh. 11:42), jika Ia memohon untuk semua orang, semua orang akan diselamatkan secara aktual” (Institutes of Elenctic Theology, jld. 2, hlm. 464)!

Perhatikanlah bahwa 1 Yohanes 2:1–2 mengaitkan secara tidak terlepaskan pendamaian Kristus dan permohonan atau syafaat-Nya: “kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita.” Ketika Kristus datang ke hadirat Bapa untuk memohon bagi umat-Nya, Ia melakukan itu berdasarkan penebusan-Nya yang sudah digenapi (Rm. 8:34; Ibr. 7:25–28; 9:24–26). Kedua hal ini (pendamaian dan syafaat) adalah dua aspek dari jabatan-Nya sebagai Imam, karena seorang imam mempersembahkan korban kepada Allah dan berdoa kepada Dia berdasarkan korban itu. Tetapi Kristus tidak bersyafaat bagi setiap orang, karena Ia sendiri dengan tegas menyatakan, “Bukan untuk dunia Aku berdoa” (Yoh. 17:9). Ini juga jelas, karena jika Tuhan berdoa bagi dunia, semua orang akan diselamatkan, karena Allah selalu mengabulkan doa-doa-Nya, sebagaimana Kristus sendiri nyatakan, “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku” (Yoh. 11:41–42). Karena Kristus tidak berdoa bagi setiap orang, Ia bukan propisiasi bagi setiap orang. Perhatikan argumen dari John Owen (1616-1683): “Dua tindakan dari keimaman-Nya ini tidak terpisah; pengorbanan dan doa adalah sama-sama bagian dari sang mediator bagi dosa yang sama ini. Jaminan bagi kita bahwa Ia adalah pembela kita adalah berdasarkan pada diri-Nya sebagai propisiasi bagi dosa-dosa kita. Ia adalah ‘pembela’ dari setiap orang dosa-dosanya mendapatkan ‘propisiasi’ (1Yoh. 2:1, 2) oleh darah-Nya. Tetapi Kristus tidak bersyafaat dan berdoa bagi semua orang, seperti kesaksian yang Ia sendiri berikan (Yoh. 17); Ia ‘bersyafaat’ hanya bagi mereka yang ‘datang kepada Allah oleh Dia’ (Ibr. 7:25, KJV). Ia bukan pengantara bagi mereka yang binasa, sebagaimana Ia juga bukan pembela bagi mereka yang gagal di dalam kasus mereka” (A Display of Arminianism, hlm. 91). Juga, apa artinya bagi 1 Yohanes untuk memberi tahu para pembacanya bahwa Kristus menanggung murka Allah atas setiap manusia (2:2) dan adalah pembela yang bersyafaat bagi setiap orang (2:1), tetapi di beberapa pasal kemudian justru merujuk kepada dosa yang tidak terampuni (5:16–17). Jika kita tidak boleh berdoa bagi mereka yang telah melakukan dosa yang tidak terampuni, mengapa Kristus akan berdoa bagi mereka yang telah melakukan dosa itu? Ia sudah pasti mengetahui siapa mereka itu! Selain itu, seperti yang telah kita lihat, doa-doa Kristus selalu dikabulkan (Yoh. 11:41–42), maka jelaslah bahwa Ia tidak berdoa bagi mereka. Singkatnya, “seluruh dunia” di dalam 1 Yohanes 2:22 bukan merujuk kepada setiap orang atau setiap individu (bdk. Rm. 1:8; Kol. 1:6; 1Yoh. 5:19; Why. 12:9). Di sini, istilah ini merujuk kepada “seluruh dunia” khususnya dunia orang Yahudi dan orang bukan-Yahudi, namun juga kepada dunia dari setiap bangsa, suku, bahasa, dll., dunia dari kaum muda maupun tua, kaya maupun miskin, laki-laki maupun perempuan, dll.

III.           Penutup

Sebagian orang berpikir bahwa Tuhan membiarkan (mengizinkan) dosa-dosa tertentu untuk tetap kita pertahankan. Orang seperti itu beranggapan bahwa Tuhan pasti bersikap toleran terhadap dosa-dosa tersebut. Ada orang yang berpikir, "yang penting saya tidak membunuh, kalau hanya berbohong tidak apa-apa." Orang lain lagi berpikir, "yang penting saya tidak merugikan orang lain, melanggar aturan lalu lintas bukanlah masalah karena tidak ada orang yang dirugikan." Benarkah sikap seperti itu? Tuhan tidak menghendaki kita hidup di dalam kegelapan. Hidup di dalam "remang-remang" pun tidak Tuhan izinkan! Tuhan menghendaki agar kita hidup di dalam terang tanpa berkompromi sedikit pun dengan dosa (kegelapan, 1:7). Kita akan hidup dalam terang bila kita bersekutu dengan Dia. Marilah kita meminta Roh Kudus menolong kita agar kita bisa meninggalkan kegelapan (dosa) dan tetap hidup dalam kekudusan sesuai dengan kehendak Tuhan. Marilah kita dengan setia menjalin persekutuan pribadi dengan Tuhan setiap hari. Apakah Anda telah bertekad untuk meninggalkan dosa dan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan?


Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim