KHOTBAH 07 APRIL 2024 ; 1 Yohanes 1:1 - 2:2 (Kita Hidup Didalam Terang)
I.
Pembukaan
Salam kasih Tuhan kita Yesus Kristus, bapak/ibu yang saya cintai, sungguh tentunya kita hari ini memiliki tanggung jawab masing-masing, juga beban yang sangat berat. Ada seorang bapak yang harus berkeringat darah demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya, ada seorang ibu yang harus turut banting tulang demi kasihnya kepada sang suami dan anak-anak, ada pula seorang anak yang mungkin harus menahan cita-citanya yang mulia atau mungkin putus sekolah, hanya karena kasihnya yang terlalu besar tidak mampu melihat orang tuanya kesulitan menanggung lebih banyak lagi derita. Terpujilah Kristus Yesus dengan beban yang bapak/ibu dan saudara pikul sampai detik ini, anda tidak berhenti untuk tetap memuliakan namaNya. Dan masih mau untuk menghadiri kegiatan/peribadahan sermon oikoumene ini. Nats kita hari ini diambil dari kitab 1 Yohanes 1 : 2 – 2 : 2 dengan tema “Kita Hidup Didalam Terang”.
II.
Penjelasan
Menurut
Carson Dan Moo, bahwa penulis 1 Yohanes berdasarkan dokument-dokumen setelah
abad pertama adalah menunjuk kepada Yohanes murid Yesus dan ia juga adalah
penulis Injil Yohanes. Misalnya Papias dan Irenius. Pada masa Irenius yaitu
pada sekitar 180 M yang menyatakan bahwa 1 & 2 Yohanes telah ditulis oleh
Yohanes murid Yesus. Dan dia juga penulis Injil Yohanes. Klemens dari
Aleksandria juga sependapat dengan mengatakan bahwa surat-surat ini berasal
dari Yohanes. Pandangan yang senada juga dinyatakan oleh Simanjutak, bahwa
menurut pandangan tradisional, surat ini adalah karya Rasul Yohanes dan tidak
ada penulis lain yang terpikirkan pada zaman itu. Bahkan Gronen penganut
kelompok historis kritis (merekonstruksi ulang) bahwa Rasul Yohanes adalah
penulis 1 Yohanes menunjukkan bahwa sejak abad kedua karangan ini sudah dikutip
sebagai berwibawa, dikatakan sebagai kitab suci oleh Polikarpus pada ± th. 150
- 155. Akan tetapi baru ditegaskan sejak sekitar th. 200 M. Kesamaan pikiran
dan bahasa antara Injil Yohanes dan 1 Yohanes. Oleh karena itu Injil Yohanes
dianggap sebagai tulisan Rasul Yohanes, maka 1 Yohanes pun dianggap tulisan
rasul itu. Atas dasar kemiripan tersebut banyak ahli tafsir tetap berpegang
pada tradisi kuno, penulis 1 Yohanes sama orangnya dengan penulis Injil Yohanes
(Yohanes 1 adalah tambahan tangan dari orang lain). Mereka yang mempertahankan
bahwa penulis Injil Yohanes adalah Rasul Yohanes (menganggap rasul itupun
penulis 1 Yohanes. Pendapat itupun didukung oleh 1 Yohanes 1:1-4. Sebab “kami”
angkat bicara di situ nampaknya “saksi mata” Yesus dahulu. Jadi, penulis yang
termasuk kelompok (kami) itu seorang rasul. Tidak ada alasan untuk menolak
tradisi kuno bahwa rasul itu tidak lain Yohanes bin Zebedeus. Bukti internal
”menurut Carson dan Moo bahwa surat-surat Yohanes tidak secara jelas
menunjukkan siapa persis penulisnya. Namun demikian bukti internal menunjukkan
bahwa banyak kesamaan antara surat 1 Yohanes dengan Injil Yohanes (tema,
kosa-kata dan sintaksis). Misalnya penekanan tentang adanya sifat-sifat
yang berlawanan: terang dan gelap, kehidupan dan kematian, kebenaran dan
kebohongan dan kasih dan kebencian. J. R.W Stott mengutarakan sebagaimana
dikutip oleh A. Simanjutak: kesamaan antara Injil dan surat jauh lebih besar
antara kesamaan Lukas dan Kisah Para Rasul yang dikenal sebagai tulisan yang
lahir dari pena yang satu. Penulis rupanya adalah saksi mata dari
setidak-tidaknya beberapa hal yang dilakukan oleh Yesus (1 Yohanes 1:1-3).
Tujuan
penulisan dari surat ini jelas bahwa pembacanya telah diperhadapkan dengan
suatu bentuk pengajaran sesat yang menyangkal inkarnasi. Yohanes sedang
menentang semacam ajaran ini. Apa yang ditentangnya rupanya merupakan kebidatan
pada tahap yang mula-mula yang kemudian berkembang menjadi docetisme. Mereka
menyangkal inkarnasi dan Yohanes menganggap itu adalah masalah yang sangat
serius. Pengaruhnya adalah sama seperti mencabut jantung Kekristenan, karena
apabila Kristus tidak sungguh-sungguh menjadi manusia dan tidak benar-benar
mati untuk manusia, maka tidak ada pendamaian bagi dosa-dosa manusia. Yohanes
menulis ini untuk menghilangkan kekhawatiran pembacanya disaat mereka tiba pada
kesadaran mengenai kedudukan mereka di depan Allah. Ia mengungkapakan arti
seseorang menjadi Kristen.
1 Yohanes 1 : 1 –
4
Secara harfiah kata “saksi” itu berarti melihat, mendengar, atau
mengetahui sendiri secara pribadi; bersaksi, berarti menyaksikan, memberikan
kesaksian, menunjukkan bukti. Ketika Yohanes menulis bahwa ia berbagi dengan
apa yang telah ia alami sendiri, ia berkata, “Saya penuh dengan sukacita karena
pengalaman mengenal Yesus, dan saya ingin mengundang Anda untuk berbagi
sukacita itu!” Ketika kita sedang jatuh cinta dengan seseorang, kita sangat
antusias tentang hubungan dan waktu yang dihabiskan bersama-sama. Demikian
juga, ketika kita sedang jatuh cinta dengan Yesus, kita tidak bisa membendung
sukacita yang berasal dari pengenalan akan Dia – hal mana mengalir begitu saja
menyaksikannya pada orang lain, dan menguatkan orang percaya lainnya. Bahkan,
ketika kita memberikan kesaksian tentang siapa Allah itu dan bagaimana Dia
bekerja dalam hidup kita, tidak ada bedanya apakah kita berbicara dengan pelan
atau dengan berapi-api: dalam roh orang-orang Kristen yang mendengarkan, akan
menangkap adanya sukacita sejati yang mendalam dalam hati kita yang melampaui
kebahagiaan alami. Dan orang-orang yang belum mengenal Tuhan akan menemukan
diri mereka mendambakan sukacita dari Tuhan yang ada dalam diri kita. Dengan
cara itu, mereka akan ditarik pada Tuhan oleh Roh-Nya. Bersaksi bukan masalah
kefasihan atau bakat. Ini adalah limpahan dari hubungan pribadi dengan Yesus
Kristus yang mereflesikan hidup-Nya dalam diri kita.
1 Yohanes 1 : 5 -
10
"Allah adalah terang," dapat kita jumpai dalam 1 Yohanes 1: 5 - 10 Terang adalah metafora yang cukup sering kita jumpai dalam Alkitab. Amsal 4:18 melambangkan kebenaran sebagai "cahaya fajar." Filipi 2:15 mengibaratkan anak-anak Allah yang "tiada beraib dan tiada bernoda" sebagai bintang-bintang di langit. Yesus menggunakan terang sebagai kiasan akan perbuatan baik: "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik" (Matius 5:16). Mazmur 76:4 dalam bercerita tentang Allah menulis, "Cemerlang Engkau." Kenyataan bahwa Allah adalah terang secara alami sangat kontras dengan kegelapan. Jika terang adalah metafora untuk kebenaran dan kebaikan, maka kegelapan melambangkan kejahatan dan dosa. Satu Yohanes 1:6 menulis "jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran." Dalam ayat 5 tertulis, "Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan." Perhatikan bahwa ditulis bahwa Allah adalah terang, bukan salah satu penerang. Terang adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri-Nya, sama halnya dengan kasih (1 Yohanes 4:8). Pesan yang disampaikan ialah bahwa Allah seutuhnya kudus, dengan tidak sedikitpun kejahatan, ketidakadilan, atau dosa. Jika kita tidak memiliki terang, maka kita tidak mengenal Allah. Mereka yang mengenal Allah, yang berjalan bersama-Nya, adalah terang dan jalan pula dalam terang. Mereka mengambil bagian dalam khodrat ilahi Allah, "dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia" (2 Petrus 1:4). Allah adalah terang, begitu pula dengan Anak-Nya. Yesus berkata, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12). Dalam bagian ini "berjalan" sama artinya dengan memperoleh kemajuan. Jadi, kita dapat menarik kesimpulan dari ayat ini bahwa orang Kristen dimaksud untuk bertumbuh semakin kudus dan semakin dewasa dalam mengikuti Yesus (baca 2 Petrus 3:18). Allah adalah terang, dan adalah rencana-Nya supaya umat-Nya mencerminkan terang-Nya, dengan menjadi semakin menyerupai Kristus tiap harinya. "Karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan" (1 Tesalonika 5:5). Allah adalah Pencipta cahay terang alami maupun Pemberi terang rohani yang olehnya kita dapat berjalan dalam kebenaran. Cahaya terang membongkar apa yang tersembunyi dalam kegelapan; ia menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Berjalan dalam terang berarti mengenal Allah, memahami kebenaran, dan hidup dalam kebenaran. Orang percaya dalam Kristus harus mengakui semua kegelapan dalam diri mereka - dosa dan kesalahan mereka - dan mengizinkan terang Allah bersinar melalui mereka. Orang Kristen tidak dapat duduk diam dan mengamati orang berlanjut dalam perjalanan gelap mereka dalam dosa, karena mereka tahu bahwa orang-orang di dalam kegelapan akan kelak mengalami keterpisahan kekal dari Allah. Terang Dunia ingin mengusir kegelapan dan menganugerahkan hikmat-Nya di segala tempat (Yesaya 9:2; Habakuk 2:14; Yohanes 1:9). Dalam membawa terang injil pada dunia, kita harus mengungkapkan hal-hal yang sebenarnya ingin disembunyikan oleh orang lain. Terang tidak nyaman bagi mereka yang terbiasa dengan kegelapan (Yohanes 3:20).
1 Yohanes 2 : 1 - 2
Seorang pembaca bertanya apakah doktrin kaum Arminian dan Amyraldian tentang keselamatan yang universal diajarkan di dalam 1 Yohanes 2:2: “Dan Ia adalah pendamaian (proposiasi) untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. Berikut adalah dua argumen sederhana dari konteks yang membuktikan bahwa rujukan 1 Yohanes 2:2 kepada “seluruh dunia” tidak mungkin merujuk kepada setiap orang satu persatu, termasuk kaum reprobat.
Pertama,
kata “pendamaian” (2:2, atau “propisiasi” dalam KJV) merujuk kepada
dialihkannya murka Allah dengan ditanggung oleh Kristus sebagai pengganti kita.
Jika Tuhan Yesus benar-benar menanggung murka bagi setiap orang, maka tidak
seorang pun yang mungkin masuk neraka, karena hukuman mereka telah ditanggung
bagi mereka oleh-Nya. Tetapi kaum fasik yang reprobat jelas-jelas binasa secara
kekal, maka Kristus bukan propisiasi bagi dosa-dosa setiap orang.
Kedua,
Kristus adalah “pengantara (pembela) pada Bapa” bagi kita (2:1, KJV =
“advocate”). Namun pastinya Ia adalah pembela yang sempurna yang memenangkan
semua kasus dan tidak pernah kalah dalam barang satu kasus pun! Permohonan-Nya
kepada Bapa sepenuhnya berhasil dan selalu mencapai tujuannya! Inilah tepatnya
yang diajarkan oleh Kitab Suci (Yoh. 11:41–42; Rm. 8:34;
Ibr. 7:25). Seperti Francis Turretin (1623–1687) nyatakan, “Dianggap lumrah
bahwa permohonan yang universal bisa dikabulkan. Karena Ia selalu didengarkan
oleh Bapa (Yoh. 11:42), jika Ia memohon untuk semua orang, semua orang akan
diselamatkan secara aktual” (Institutes of
Elenctic Theology, jld. 2, hlm. 464)!
Perhatikanlah bahwa 1 Yohanes 2:1–2 mengaitkan secara tidak terlepaskan pendamaian Kristus dan permohonan atau syafaat-Nya: “kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita.” Ketika Kristus datang ke hadirat Bapa untuk memohon bagi umat-Nya, Ia melakukan itu berdasarkan penebusan-Nya yang sudah digenapi (Rm. 8:34; Ibr. 7:25–28; 9:24–26). Kedua hal ini (pendamaian dan syafaat) adalah dua aspek dari jabatan-Nya sebagai Imam, karena seorang imam mempersembahkan korban kepada Allah dan berdoa kepada Dia berdasarkan korban itu. Tetapi Kristus tidak bersyafaat bagi setiap orang, karena Ia sendiri dengan tegas menyatakan, “Bukan untuk dunia Aku berdoa” (Yoh. 17:9). Ini juga jelas, karena jika Tuhan berdoa bagi dunia, semua orang akan diselamatkan, karena Allah selalu mengabulkan doa-doa-Nya, sebagaimana Kristus sendiri nyatakan, “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku” (Yoh. 11:41–42). Karena Kristus tidak berdoa bagi setiap orang, Ia bukan propisiasi bagi setiap orang. Perhatikan argumen dari John Owen (1616-1683): “Dua tindakan dari keimaman-Nya ini tidak terpisah; pengorbanan dan doa adalah sama-sama bagian dari sang mediator bagi dosa yang sama ini. Jaminan bagi kita bahwa Ia adalah pembela kita adalah berdasarkan pada diri-Nya sebagai propisiasi bagi dosa-dosa kita. Ia adalah ‘pembela’ dari setiap orang dosa-dosanya mendapatkan ‘propisiasi’ (1Yoh. 2:1, 2) oleh darah-Nya. Tetapi Kristus tidak bersyafaat dan berdoa bagi semua orang, seperti kesaksian yang Ia sendiri berikan (Yoh. 17); Ia ‘bersyafaat’ hanya bagi mereka yang ‘datang kepada Allah oleh Dia’ (Ibr. 7:25, KJV). Ia bukan pengantara bagi mereka yang binasa, sebagaimana Ia juga bukan pembela bagi mereka yang gagal di dalam kasus mereka” (A Display of Arminianism, hlm. 91). Juga, apa artinya bagi 1 Yohanes untuk memberi tahu para pembacanya bahwa Kristus menanggung murka Allah atas setiap manusia (2:2) dan adalah pembela yang bersyafaat bagi setiap orang (2:1), tetapi di beberapa pasal kemudian justru merujuk kepada dosa yang tidak terampuni (5:16–17). Jika kita tidak boleh berdoa bagi mereka yang telah melakukan dosa yang tidak terampuni, mengapa Kristus akan berdoa bagi mereka yang telah melakukan dosa itu? Ia sudah pasti mengetahui siapa mereka itu! Selain itu, seperti yang telah kita lihat, doa-doa Kristus selalu dikabulkan (Yoh. 11:41–42), maka jelaslah bahwa Ia tidak berdoa bagi mereka. Singkatnya, “seluruh dunia” di dalam 1 Yohanes 2:22 bukan merujuk kepada setiap orang atau setiap individu (bdk. Rm. 1:8; Kol. 1:6; 1Yoh. 5:19; Why. 12:9). Di sini, istilah ini merujuk kepada “seluruh dunia” khususnya dunia orang Yahudi dan orang bukan-Yahudi, namun juga kepada dunia dari setiap bangsa, suku, bahasa, dll., dunia dari kaum muda maupun tua, kaya maupun miskin, laki-laki maupun perempuan, dll.
III.
Penutup
Sebagian orang berpikir
bahwa Tuhan membiarkan (mengizinkan) dosa-dosa tertentu untuk tetap kita
pertahankan. Orang seperti itu beranggapan bahwa Tuhan pasti bersikap toleran
terhadap dosa-dosa tersebut. Ada orang yang berpikir, "yang penting saya tidak
membunuh, kalau hanya berbohong tidak apa-apa." Orang lain lagi berpikir,
"yang penting saya tidak merugikan orang lain, melanggar aturan lalu
lintas bukanlah masalah karena tidak ada orang yang dirugikan." Benarkah
sikap seperti itu? Tuhan tidak menghendaki kita hidup di dalam
kegelapan. Hidup di dalam "remang-remang" pun tidak Tuhan izinkan!
Tuhan menghendaki agar kita hidup di dalam terang tanpa berkompromi sedikit pun
dengan dosa (kegelapan, 1:7). Kita akan hidup dalam terang bila kita bersekutu
dengan Dia. Marilah kita meminta Roh Kudus menolong kita agar kita bisa
meninggalkan kegelapan (dosa) dan tetap hidup dalam kekudusan sesuai dengan
kehendak Tuhan. Marilah kita dengan setia menjalin persekutuan pribadi dengan
Tuhan setiap hari. Apakah Anda telah bertekad untuk meninggalkan dosa dan hidup
dalam persekutuan dengan Tuhan?
Tags : BAHAN KHOTBAH
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment