-->

sosial media

Monday, 7 April 2025

LOMBA SENI KREATIVITAS PEMUDA KRISTEN (LSKPK) - INDONESIA

LOMBA SENI KREATIVITAS PEMUDA KRISTEN (LSKPK) - INDONESIA



TAHUN 2025

            1. LOMBA SENI KREATIVITAS PEMUDA KRISTEN (LSKPK) EDISI : JUNI 2025

                  TANGGAL EVENT 10 JUNI - 25 JUNI 2025

                  KLIK LINK PENDAFTARAN DAN PENGIRIMAN FILE DIBAWAH INI : 

                Lomba ---------

    • Persyaratan
      • -------------
      • -------------
      • -------------
      • Merupakan Anggota Persekutuan Pemuda/i (Tidak untuk yang telah menikah) Gereja yang diakui Pemerintah Indonesia
      • Peserta Wajib Follow/Subscribe Media Sosial BPPPWG - MENARA KRISTEN
            • Instagram  : menarakristen
            • You Tube   :  Menara Kristen
            • TikTok       :  menarakristen

                PENGUMUMAN PEMENANG TANGGAL 30 JUNI 2025 DI MEDIA SOSIAL :

                Instagram    : menarakristen



Saturday, 5 April 2025

PELITA HIDUP MINGGU JUDIKA ; LUKAS 7 : 41 - 50 ( DOSAMU TELAH DIAMPUNI )

PELITA HIDUP MINGGU JUDIKA ; LUKAS 7 : 41 - 50 ( DOSAMU TELAH DIAMPUNI )



DOSAMU TELAH DIAMPUNI

LUKAS 7 : 41 – 50

OLEH : PDT. HENDRA CRISVIN MANULLANG

 

I. PENDAHULUAN

Natsini membahas pentingnya belas kasih Yesus terhadap orang berdosa. Belas kasihan itu diwujudkan-Nya dengan mengampuni para pendosa agar mereka diperdamaikan kembali dengan Allah, sebagaimana yang dialami oleh perempuan berdosa dalam Lukas 7: 41-50. Kehadiran Yesus yang melimpah dengan belas kasih Allah terhadap orang berdosa guna memulihkan citra dirimereka. Hasilnya,menunjukkan bahwa Yesus digerakkan oleh belas kasihan Allah dalam mengampuni perempuan berdosa. Maka statusnya telah diubahkan; memiliki damai dalam hatinya dan memperolah harga diri yang baru sebagai anak-anak-Nya yang mewarisi Kerajaan Allah.

 

II. PENJELASAN

Di dalam Lukas 7, menggambarkan tentang persoalan kepedihan hati yang melanda hidupmanusia. Kepedihan hati itu tidak mengenal latar belakang seseorang. Orang terpandang atau pejabat negara atau kaum kecil pun mengalami kepedihan hati. Seorang janda karena kematian anak laki-laki yang menjadi sandaran hidupnya mengalami kesedihan yang mendalam. Demikian juga Yohanes Pembaptis sebagai nabi yang terpenjara dan mengalami kebimbangan yang menekan emosinya. Tak kalah pedihnya seorang perempuan yang tersingkir di mata masyarakatnya karena dipandang sebagai pendosa. permasalahan yang menimpa manusia membutuhkan solusi yang efektif. Hidup yang sarat dengan frustrasi dapat diselesaikan. Penderitaan atau tekanan hidup mereka dapat dipulihkan. Kecemasan emosional yang berkecamuk dalam batin manusia memerlukan pembenahan yang tuntas untuk melepaskan diri mereka beban yang menindihnya. Pandangan iman Kristen bahwa pertolongan Allah sering datang secara mengejutkan dan spektakuler seperti tergambar dalam kisah penuturan tabib Lukas dalam Injil Lukas 7:1-50. Dikatakannya tatkala datang ke Kapernaum, Yesus menunjukkan belas kasihan-Nya bagi orang-orang yang berbeban pelik.Oleh belas kasih-Nya, Ia menunjukkan penyelesaian atas persoalan yang dihadapi oleh seorang warga Rum; seorang janda yang ditinggal mati anaknya dan masalah perempuanberdosa yang datang mengurapi Yesus di rumah pesta Simon. Ketiganya menggambarkan persoalan pelik yang melanda hidup banyak orang di Galilea, secara khusus dalam Lukas 7 : 41-50 kita akan disuguhi dengan masalah perempuan berdosa yang datang mengurapi Yesus di rumah pesta Simon.

 

1.              Derita Akibat Dosa

Dalam Perjanjian Lama ada beberapa kata untuk dosa “Khatta” yang pokok artinya adalah “tidak kena”. Dalam Perjanjian Baru dosa adalah “a nomia” ( 1 Yoh. 3:4). Jadi dosa adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kata dosa sudah lazim dipergunakan dikalangan Kristen. Dosa tidaklah sama dengan kejahatan, dosa itu tidak boleh dijadikan istilah etika manusia yang berbicara tentang pelanggaran pelbagai aturan atau kebiasaan. Tetapi kata dosa adalah istilah teologia yang langsung ada sangkut pautnya dengan hubungan antara Allah dan manusia. Padahal dosa menurut Kej. 4:7, adalah musuh yang setiap saat telah mengintip di depan pintu hati manusia untuk memasukinya. Dosa itu membawa kekotoran permanen, Allah memutuskan bahwa seluruh manusia adalah orang berdosa di dalam Adam, sama halnya dengan Ia memutuskan bahwa semua orang percaya menjadi benar di dalam Yesus Kristus. “Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar (Rom 5: 18-19)”

 

2.              Kemurahan Allah bagi orang yang mencari pertolongan-Nya

Kisah ini menggambarkan cinta kasih yang teramat dari Tuhan bagiorang-orang yang layak di hadapan-Nya karena mereka telah berbuat yang jahat terhadap sang Pencipta. Prinsip yang ditunjukkan teks ini bahwa pengampunan itu terjadi atas dasar belas kasihan Yesus. Manusia tidak mampu melepaskan dari dari kejahatannya kecuali iamenerimanya dari Tuhan. Prinsip berikutnya adalah bahwa peragaan belas kasihan Allah mengoreksi pandangan sosiologis masyarakat. Bahwa pengampuan itu terjadi bukan karena seseorang mampu berbuat baik tetapi hanya melalui kemurahan Allah bagi orangyang mencari pertolongan-Nya. Perempuan itu berbuat kasih karena ia sudah beriman(percaya) dan menerima pengampunan. Sebenarnya ia datang dalam keadaan yang terampuni maka mengurapi kaki Yesus sebagai rasa syukur. Ia berbuat kasih sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan yang berkenan mengampuninya. Peragaan cinta kasih Tuhan ini mengingatkan tiap insan anak manusia bahwa apa pun persoalan yang dihadapi oleh mereka, tersedia pengampunan dari Tuhan bagi mereka yang beriman kepada-Nya.

 

3.              Bersyukur Atas Anugerah Tuhan

kita benar-benar diingatkan untuk merespons anugerah Tuhan ini dengan positif, artinya dengan baik dan benar menurut Tuhan. Walau kadang-kadang kita malah bisa meresponsnya dengan cara yang negatif atau tidak bereaksi sama sekali. Sehingga dampak yang kita rasakan juga berbanding lurus dengan respons kita itu. Kita bisa merasakan dampaknya dalam waktu dekat ataupun lama. Ada perasaan tidak enak, tidak sukacita, tidak damai sejahtera, atau bahkan mati rasa. Tetapi bila kita meresponsnya dengan positif maka akan terlihat buahnya dalam kehidupan kita. Juga akan berdampak baik pula dalam jangka waktu kedepannya. Seperti halnya prinsip tabur tuai. Apa yang kita tabur itu juga yang akan kita tuai.

Perjalanan hidup kita yang sudah dijalani puluhan tahun dengan situasi dan kondisi kehidupan yang turun naik seperti gelombang yg berubah-ubah, mengajarkan dan membentuk kita untuk terus-menerus melekat dan berserah kepada Tuhan. Selain itu, janganlah kita bosan dan lelah untuk merespons anugerah Tuhan setiap harinya dengan cara yang positif. Anugerah keselamatan yang telah diberikan-Nya secara cuma-cuma kepada kita serta penyertaan-Nya yang sempurna membuat kita teringat untuk merespons dan melakukan hal yang sama kepada-Nya. Karena respons itu sendiri akan ikut mempengaruhi sekeliling kita, yang tentunya akan menjadi berkat buat sesama. Seperti firman-Nya di Roma 12:3 “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing”.

 

III. KESIMPULAN

Atas anugerah dan belaskasihan-Nya, Yesus berkenan mengampuni orang berdosa yang beriman kepada-Nya. Selamat menikmati anugerah Tuhan dan meresponnya dengan positif


Thursday, 6 February 2025

MINGGU V SET. EPIPHANIAS; LUKAS 5 : 1-11 (DIPANGGIL MENJADI PENJALA MANUSIA)

MINGGU V SET. EPIPHANIAS; LUKAS 5 : 1-11 (DIPANGGIL MENJADI PENJALA MANUSIA)

 


KHOTBAH MINGGU V SET. EPIPHANIAS, 09 FEBRUARI 2025

LUKAS 5 : 1-11

“DIPANGGIL MENJADI PENJALA MANUSIA”

I. Pendahuluan

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, setiap kita yang telah ditebus oleh Kristus memiliki panggilan ilahi. Panggilan itu bukan sekadar untuk menikmati keselamatan, tetapi juga untuk menjadi alat Tuhan dalam menjangkau jiwa-jiwa bagi Kerajaan-Nya. Perikop khotbah ini, dari Lukas 5:1-11, mengisahkan bagaimana Yesus memanggil Simon Petrus dan teman-temannya untuk meninggalkan pekerjaan mereka sebagai nelayan dan mengikuti-Nya menjadi “penjala manusia.” Peristiwa ini bukan sekadar kisah sejarah, tetapi juga gambaran teologis yang mendalam tentang bagaimana Tuhan memanggil dan mempersiapkan seseorang untuk pekerjaan-Nya. Kita melihat bagaimana Yesus secara pribadi mendekati Simon, bagaimana pengalaman ilahi yang luar biasa terjadi melalui mujizat penangkapan ikan, dan bagaimana respons Simon yang penuh kerendahan hati membawa pada panggilan yang mengubahkan hidupnya selamanya. Tuhan memanggil kita bukan hanya untuk diselamatkan, tetapi juga untuk diutus menjadi saksi-Nya di dunia. Mari kita melihat tiga pelajaran penting dari peristiwa ini: 1. Yesus Mengambil Inisiatif dalam Panggilan, 2. Ketaatan Membawa Perjumpaan dengan Kemuliaan Allah, 3. Panggilan Mengubah Identitas dan Misi Hidup

II. Isi

1. Yesus Mengambil Inisiatif dalam Panggilan (1-3)

menceritakan bagaimana Yesus masuk ke perahu Simon dan mengajar orang banyak. Perhatikan bahwa Simon tidak memanggil Yesus, tetapi Yesus yang datang kepadanya. Ini menunjukkan bahwa panggilan ilahi bukan berdasarkan usaha manusia, tetapi inisiatif Tuhan sendiri. Secara teologis, ini mencerminkan anugerah Allah. Seperti dalam keselamatan, panggilan Tuhan tidak bergantung pada kesalehan atau kecakapan kita, tetapi pada kasih dan kehendak-Nya. Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa kita diselamatkan oleh anugerah, bukan karena perbuatan kita. Ini mengingatkan kita bahwa panggilan Tuhan selalu berawal dari inisiatif-Nya. Kita tidak memilih Tuhan lebih dahulu, tetapi Tuhan yang lebih dulu memilih kita (Yohanes 15:16). Tuhan tidak mencari orang yang sempurna, tetapi Dia memilih orang biasa untuk tujuan luar biasa. Simon dan teman-temannya hanyalah nelayan, bukan ahli Taurat atau pemimpin agama. Ini menunjukkan bahwa Tuhan dapat memakai siapa saja, untuk menjadi alat-Nya. Yesus memilih orang-orang biasa, seperti nelayan, untuk menjadi alat-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak mencari orang yang sempurna, tetapi Ia menyempurnakan orang yang dipilih-Nya.


2. Ketaatan Membawa Perjumpaan dengan Kemuliaan Allah (4-7)

Dalam ayat ini, Yesus memberi perintah kepada Simon untuk menebarkan jala, meskipun mereka telah gagal semalaman. Simon sempat ragu, tetapi akhirnya taat: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (Lukas 5:5). Keputusan Simon untuk taat membawanya pada pengalaman mujizat tangkapan ikan yang luar biasa. Secara teologis, ini menunjukkan bahwa iman yang diwujudkan dalam ketaatan membuka jalan bagi manifestasi kuasa Allah. Dari sini kita belajar bahwa ketaatan kepada Tuhan membawa berkat dan perubahan. Meskipun secara logika usaha mereka semalaman sia-sia, tetapi dengan Yesus, hasilnya luar biasa. Dalam kehidupan kita, Tuhan juga sering mengajak kita untuk melangkah dalam iman. Terkadang, apa yang Dia perintahkan tampak tidak masuk akal, tetapi ketika kita taat, kita akan melihat kuasa dan penyertaan-Nya. Kadang-kadang Tuhan meminta kita untuk melakukan sesuatu yang tampaknya tidak masuk akal secara manusiawi, tetapi ketika kita taat, kita akan melihat pekerjaan Allah yang luar biasa dalam hidup kita.


3. Panggilan Mengubah Identitas dan Misi Hidup (8-11)

Ayat ini, menunjukkan respons Simon setelah menyaksikan mujizat: Kesadaran akan dosa: Simon berkata, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." (ayat 8). Panggilan baru: Yesus berkata, "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." (ayat 10). Transformasi hidup: Simon dan teman-temannya meninggalkan segalanya dan mengikut Yesus (ayat 11). Panggilan Kristus bukan hanya tentang tugas, tetapi juga transformasi identitas. Dari nelayan biasa, Simon dipanggil menjadi rasul yang memenangkan jiwa bagi Kristus. Hal ini selaras dengan teologi panggilan dalam Perjanjian Baru, Allah tidak hanya menyelamatkan kita untuk masuk surga, tetapi juga mengutus kita untuk memberitakan Injil dan membawa orang lain kepada-Nya (Matius 28:19-20). Simon yang tadinya menangkap ikan kini dipanggil untuk menangkap manusia bagi Kerajaan Allah. Ini adalah panggilan untuk memberitakan Injil dan membawa orang lain kepada Kristus. Kita semua, sebagai pengikut Kristus, dipanggil untuk menjadi penjala manusia. Kita tidak perlu takut atau merasa tidak layak, karena Tuhan sendiri yang akan memampukan kita.


III. Aplikasi

1. Serahkan Hidup untuk Dipakai Tuhan

Seperti perahu Simon yang dipakai Yesus, hidup kita juga harus menjadi alat bagi pekerjaan Tuhan.

2. Taat kepada Firman-Nya

Kadang Tuhan meminta kita melakukan sesuatu yang di luar logika kita, tetapi ketaatan selalu membawa berkat dan perubahan.

3. Rendahkan Diri dan Andalkan Tuhan

Kesadaran akan kelemahan kita bukan alasan untuk mundur, tetapi kesempatan bagi Tuhan untuk bekerja lebih besar.


4. Mulai Menjala Manusia.

Kita bisa menjangkau orang lain melalui kesaksian hidup, kasih, dan keberanian membagikan Injil


Oleh. C.Pdt. Boima Hengki Banurea, S.Th

Sunday, 2 February 2025

KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN

KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN

 


Saturday, 1 February 2025

MINGGU IV SET EPIPHANIAS; MAZMUR 71 : 1 - 6 ( TUHAN ADALAH BUKIT BATU DAN PERTAHANAN KITA )

MINGGU IV SET EPIPHANIAS; MAZMUR 71 : 1 - 6 ( TUHAN ADALAH BUKIT BATU DAN PERTAHANAN KITA )


BAHAN SERMON RESORT MEDAN VII

MINGGU IV SET. EPIPHANIAS, 02 Februari 2025

 “TUHAN ADALAH BUKIT BATU DAN PERTAHANAN KITA”

EVANGELIUM : MAZMUR 71 :1-6,  EPISTEL : IBRANI 2 : 14-18      

I.               PENDAHULUAN

Dalam Kitab Mazmur 71 : 1-6 adalah bagian dari doa yang menggam barkan iman dan pengharapan pemazmur kepada Allah sebagai tempat perlindungan, terutama di tengah kesulitan dan ancaman. Pemazmur menuliskan mazmur ini di masatuanya, sebagaimana yang terlihat di beberapa perikop di dalamnya. Perikop-perikop ini membuat banyak orang beranggapan bahwa mazmur ini dituliskan pada masa pemberontakan Absalom, sebab itulah kesukaran besar yang melandanya di hari-harituanya. Mungkin juga mazmur ini ditulis karena perlawanan Syeba, atau kesukaran tertentu yang menimpanya selama bagian masa hidupnya saat itu. Akan tetapi, pemazmur tidak terlalu memperinci perkaranya sendiri dalam mazmur ini, sebab ia menuliskannya dengan maksud supaya mazmur ini dapat dipakai secara umum oleh umat Allah ketika mereka mengalami kesesakan, terutama kesesakan-kesesakan yang dialami di masa-masa kemunduran. Pemazmur memulai Mazmur ini dengan doa-doa yang penuh keyakinan, dengan doa-doa bahwa Allah akan melepaskan dan menyelamatkan dia, bahwa Allah tidak akan membuangnya, dan bahwa musuh-musuhnya akan mendapat malu. 

II.            KETERANGAN TEKS 

Ayat 1: "Kepadamu, ya TUHAN, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu."

Kalimat pembukaan ini adalah bentuk pengakuaniman pribadi. Secara historis, "berlindung" (chasah) adalah metafora umum dalam tradisi Yahudi untuk menggambarkan hubungan antara umat Allah dengan YHWH. Ini menunjukkan kepercayaan penuh pemazmur pada Allah sebagai pelindungnya. Kepercayaan penuh pemazmur kepada Allah sebagai satu-satunya tempat berlindung. Dalam konteks teologis, ini menggambarkan karakter Allah sebagai El Elyon (Allah Yang Mahatinggi) dan Jehovah Jireh (Allah yang menyediakan). Permintaan "jangan mendapat malu" mencerminkan budaya kehormatandan rasa malu yang sangat penting dalam masyarakat kuno Timur. Malu di sini tidak hanya berarti rasa gagal, tetapi juga kehilangan status di hadapan masyarakat dan Allah. Kepercayaan pemazmur menunjukkan ketergantungan total kepada Allah, di mana rasa malu menjadi simbolik kegagalan atau kekalahan di hadapan musuh. Dalam Perjanjian Baru, konsepini sejalan dengan keyakinan Paulus bahwa mereka yang percaya kepada Kristus tidak akan dipermalukan (Roma 10:11).

 

Ayat 2: "Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku."

Frasa "keadilan-Mu" (tsedaqah) menggambarkan keyakinan pemazmur pada sifat Allah yang setia kepada perjanjian-Nya. Dalam konteks historis, keadilan Allah sering dikaitkan dengan pembebasan umat Israel darimusuh atau penindasan, sebagaimana terlihat dalam tradisi Keluaran. Permohonan"sendengkanlah telinga-Mu" adalah ungkapan puitis yang mengilustrasikan Allah yang dekat dan siap menanggapi doa umat-Nya. Keadilan Allah sebagai dasar tindakan penyelamatan. Allah tidak hanya adil dalam menghukum dosa, tetapi juga dalam membela umat-Nya yang setia. Dalam pengertian teologis, keadilan Allah terpenuhi secara sempurna dalam karya penebusan Yesus Kristus. Keadilan dan kasih Allah bertemu di salib, di mana manusia berdosa memperoleh keselamatan melalui iman.

 

Ayat 3: "Jadilah bagiku gunung batu tempa tperlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku, sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku."

Metafora "gunungbatu" dan "kubupertahanan" mencerminkan gambaran geografis dan militer dari dunia kuno.Di wilayah Palestina, kota-kota yang kuat sering dibangun di atas bukit atau gunung untuk memberikan perlindungan dari musuh. Dengan menggunakan metafora ini, pemazmur menegaskan bahwa Allah adalah sumber perlindungan yang lebih kokoh dibandingkan benteng fisik mana pun. Dalam konteks ini, pemazmur melihat Allah sebagai tempat perlindungan yang kokoh di tengah badai kehidupan. Secara Kristologis, Yesus sering kali digambarkan sebagai BatuPenjuru (1 Petrus 2:6), fondasi yang kuat bagi iman Kristen.

Ayat 4: "Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang lalim dan kejam."

Permohonan ini menunjukkan adanya ancaman nyata yang dihadapi pemazmur. Secara historis, "orang fasik" bias merujuk pada individu atau bangsa yang melawan hukum Allah. Dalam konteks pasca-pembuangan, ini bias merujuk pada penjajah asing seperti Babel atau Persia, atau kelompok-kelompok internal yang dianggap mengkhianati iman. Orang fasik di sini juga bukan hanya sekadar musuh manusia, tetapi juga melambangkan kuasa dosa dan kejahatan. Ini memberikan pengajaran bahwa perlindungan sejati dari semua bentuk kejahatan hanya bias ditemukan dalam Allah. Hal ini mengingatkan kita pada doaYesus dalam Matius 6:13, "Jauhkanlah kami dari yang jahat." 

Ayat 5: "Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa mudaku, ya Allah."

Pemazmur menyoroti perjalanan iman yang panjang sejak masa mudanya. Dalam tradisi Israel, hubungan dengan Allah sering kali dimulai sejak dini melalui pendidikan keluarga dan komunitas (Ulangan 6:7). Ungkapan ini juga menggambarkan bahwa kepercayaan kepada Allah adalah pengalaman yang berakar dalam sejarah hidup umat-Nya.Perjalanan iman pemazmur yang telah dimulai sejak masa muda hingga usia lanjut, Allah menjadi harapan dan sandaran hidupnya sejak dia masih dalam kandungan. Ini mengajarkan bahwa relasi manusia dengan Allah adalah perjalanan yang panjang dan berkesinambungan. Dalam konteks Perjanjian Baru, ini menekankan panggilan untuk membangun hubungan pribadi dengan Allah sejak dini (2 Timotius 3:15).

Ayat 6: "Kepada-Mu aku bertopang sejak kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selaluku puji-puji."

Pemazmu rmenyatakan bahwa hidupnya sejak awal merupakan karya Allah. "Sejak kandungan" adalah pengakuan teologis bahwa hidup manusia sepenuhnya ada dalam tangan Allah. Pernyataan ini memperlihatkan kepercayaan pada penyelenggaraan ilahi sejak kelahiran. Dalam masyarakat Israel kuno, kehidupan dianggap sebagai anugerah Allah yang harus dihormati dan dihidupi dalam ketaatan kepada-Nya. Pemazmur menutup dengan pengakuan bahwa Allah layak dipuji karena karya-Nya dalam hidupnya. Pujian ini adalah respons teologis terhadap pengalaman keselamatan dan pemeliharaan Allah. Ini selaras dengan pemahaman bahwa kehidupan orang percaya harus dipenuhi dengan pujian dan pengucapan syukur kepada Allah (Efesus 5:20).


III.          APLIKASI TEOLOGIS 

1.     Percaya Sepenuhnya kepada Allah: Mazmur ini mengajarkan pentingnya bergantung kepada Allah dalam segala keadaan. Sebagai orang percaya, kita diajak untuk terus mengandalkan-Nya sebagai sumber pengharapan dan perlindungan.

2.     Keselamatan dalam Kristus: Dalam terang Perjanjian Baru, pemazmur berbicara tentang keadilan dan perlindungan Allah yang akhirnya diwujudkan secara penuh dalam Yesus Kristus. Kita diingatkan bahwa hanya melalui Kristus kita dapat mengalami keselamatan yang sejati.

3.     Pujian Sebagai Respons Iman: Pemazmur mengajarkan bahwa pujian kepada Allah adalah respons alami dari hati yang menyadari karya-Nya dalam hidup kita. Ini menjadi pola hidup yang harus terus dipelihara oleh setiap orang percaya.

4.     Iman yang Berkesinambungan: Doa ini menunjukkan pentingnya membangun iman sejak dini dan menjaganya hingga akhir hayat. Relasi dengan Allah adalah perjalanan seumur hidup yang penuh dengan kepercayaan dan pengharapan.


Oleh:C.Pdt. Boima Hengki Banurea, S.Th

 


Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim