-->

sosial media

Thursday, 15 October 2020

GEREJA SETAN/SATANIC CHURCH

 



 GEREJA SETAN

( Suatu Tinjauan Kritis-Historis terhadap Hubungan Lahir dan Berkembangnya Gereja Setan dengan UUD 1945 BAB XA Pasal 28E dan Refleksinya bagi Gereja Masa Kini ) 

I.                   Latar belakang masalah

Adanya zaman modern pada era baru yang memunculkan moralitas baru dengan standar pribadi, seperti Gereja Setan dan  Standar pribadi tersebut telah menjadi agama baru menggantikan kekristenan. Hal ini bertentangan dengan rancangan Tuhan dalam penciptaan Manusia (Kejadian 2:18).  Isu-isu radikalisme agama, seperti propaganda, pembunuhan dan berbagai gerakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tega bertindak ekstrim mengatasnamakan “Gereja”. Hal ini seolah-olah menyudutkan setiap gereja. Saat ini, banyak pemuda – pemudi Kristen mudah terjebak pada kesesatan informasi, provokasi, dan berita palsu yang menjadi viral di media sosial. Sehingga mereka dapat menjadi sasaran utama rekrutmen kelompok tertentu yang mengembangkan jaringan.

Zaman ini sangat marak berbagai ajaran sesat dan bidat yang memiliki aliran-aliran sesat. Hal ini bertentangan dengan peringatan Yesus terhadap murid-muridNya (Matius 24:3-14; 1 Timotius 1:3; Roma 16:17).  Manusia yang semakin pandai dan hidup merasa seakan-akan tidak lagi membutuhkan Tuhan. Hal ini bertentangan dengan kehendak Allah (Roma 12:16 “tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”). Kehampaan hidup seringkali terjadi, meski diisi dengan berbagai kecanggihan peradaban dunia. Contohnya adalah banyak gereja mencerminkan dunia dengan secara pragmatis menghalalkan segala cara, bahkan tindakan kehidupan Gereja Kristen saat ini kadang kalah menjadi pemicu lahirnya ajaran-ajaran baru.

 

II.                Pembahasan

2.1. Gereja Setan

           2.1.1. Latar Belakang Lahirnya Gereja Setan

Pemujaan terhadap Setan ataupun terhadap roh-roh (Spiritisme) sebenarnya sudah berlangsung sejak sangat lama, mungkin sejak manusia pertama (bnd. Kejadian 3). Di dalam Perjanjian Lama (PL) kita menemukan banyak contoh tentang pemujaan terhadap Setan, yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel, tetapi kadang-kadang juga menggoda orang Israel untuk ikut memujanya. Dalam Alkitab berbahasa Indonesia, istilah Ibrani s'tn diterjemahkan menjadi setan, Satan, Iblis, roh-roh jahat, si jahat, pendurhaka, penipu, tetapi juga menunjuk kepada malaikat (tertentu). Selain itu ada juga sejumlah istilah atau nama lain, misalnya Belial (2 Kor. 6:15), Lewiatan (Yes 27:1), Abadon atau Apolion (Why. 9:11), dan beraneka ular (si ular tua, ular yang meluncur, ular yang melingkar, naga, dan lain-lain: Kej 3; 2 Kor. 11:3; Why. 12:3-17; 20:2). Berkait dengan malaikat (tertentu) itu, di dalam Yesaya 14:12 di- katakan, "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar." Di dalam Alkitab berbahasa Latin (Vulgata) dan Inggris versi King James (= Authorized Version) Bintang Timur itu disebut Lucifer. Nama ini cukup dikenal di kalangan gereja; di dalam banyak ajaran gereja, bahkan juga di dalam berbagai bacaan rohani populer dan di dalam bahan pelajaran Sekolah Minggu dan Katekisasi, Lucifer ini dijelaskan sebagai malaikat Tuhan yang memberontak, lalu diusir atau dijatuhkan T'uhan dari surga, dan dialah yang kemu dian dikenal sebagai setan atau Iblis,[1] Karena itu di dalam ajaran Gereja Setan, Lucifer juga disebut sebagai 'tuhan' yang disembah dan dipuja, dan salah satu kitab di dalam The Satanic Bible adalah Book of Lucifer.[2]

Di kalangan berbagai agama dan bangsa di luar Israel dan sebelum kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis, pemujaan terhadap setan atau yang sejenisnya sudah lama dikenal. Di dalam agama Zarathustra (Zoroaster) di Persia, misalnya, setan sudah dikenal dengan nama Angramainyu (Ahriman), yang adalah saudara kembar dari Ahuramazda (nama untuk tuhan atau ilah yang disembah penganut agama ini). Zoroaster mengajarkan bahwa Ahuramazda dan Ahriman terus bertarung di sepanjang masa, sampai Ahriman, penghulu dari segala setan itu, kalah. Pemahaman ini berpengaruh juga di dalam PL dan PB. Yang tak kalah menarik, di dalam PL maupun PB termasuk pada masa perang, orang suka menuding lawan atau musuhnya dengan setan. Dengan kata lain, manusia sangat gemar dan mudah mendehumanisasikan musuhnya dan mengidentikkan mereka dengan setan (Pagels, 1997:35-37). Tuhan Yesus sendiri beserta murid-murid-Nya, walaupun sering digambarkan bertarung dengan Iblis, tetapi oleh musuh-musuhNya juga dicap sebagai yang berasal dari setan.[3]

 Di dalam gereja Kristen abad-abad pertama (I-IV) ada kesadaran yang kuat bahwa musuh Kristen adalah setan atau Iblis (penghulu setan) dengan segala bentuk dan cara penjelmaannya. Gereja Kristen berhadapan secara diametral dan konfrontatif dengan para pemuja setan. Karena itu dalam ajaran Kristen terdapat juga bab atau pasal tentang seluk beluk setan/Iblis (biasa disebut demonologi) dan dikenal juga praktik pengusiran setan (eksorsisme; pelakunya disebut eksorsis/exorcist). Sampai sekarang di gereja-gereja tertentu, misalnya di lingkungan gereja-gereja Pentakostal, praktik mengusir setan atau menengking roh jahat ini sering dilakukan dan menjadi salah satu daya tarik mereka.[4]

Pada Abad-abad Pertengahan (V-XV) terjadi perkembangan yang cukup kompleks dan rumit. Sementara di satu sisi gereja Kristen terus mengembangkan demonologi, di sisi lain ada juga tindakan mencampur-adukkan ajaran dan ibadah Kristen dengan pemujaan setan. Upacara pengusiran setan justru dilakukan dengan cara-cara yang mirip dengan pemujaan setan, dan cerita-cerita rakyat tentang setan (yang lucu-lucu ataupun yang menyeramkan) ditampung di dalam ajaran gereja. Sementara itu, ketika agama Islam muncul, walaupun disadari bahwa ada akar bersama dari kedua agama ini (Kristen dan Islam) yaitu agama Yahudi, termasuk juga istilah-istilah yang digunakan untuk setan, namun masing-masing pihak mencap pihak lain sebagai penjelmaan setan, dan karena itu patut dibasmi.[5]

Pada abad XV-XIX di Eropa terjadi perburuan yang intensif terhadap para penyihir. Di satu sisi mungkin hal ini patut dipuji sebagai tindakan yang sungguh-sungguh untuk membasmi para pemuja setan, tetapi di sisi lain justru memberi citra yang buruk bagi gereja Kristen sebagai lembaga ataupun kumpulan orang-orang yang menghalalkan kekejaman dan pembunuhan besar-besaran. Lagi pula tindakan ini dengan mudah dijadikan topeng atau pembenaran untan menyingkirkan lawan-lawan gereja resmi, yaitu dengan mencap mereka itu sebagai pemuja setan. Tindakan ini juga memakan banya korban dari antara perempuan, karena antara lain mengacu pada Kejadian 3, kaum perempuan dengan mudah dicap sebagai Iblis dan doyan sihir. Tindakan kejam dan keji ini, terutama Gereja Katolik dengan pasukan Inkuisisinya, kelak menjadi salah satu alasan bagi para pelopor Gereja Setan untuk mengecam gereja Kristen sebagai kekuatan yang keji.[6]

 

           2.1.2. Lahirnya Satanisme/Gereja Setan

Zaman sekarang fenomena keagamaan sangat banyak bermunculan. Di antara fenomena tersebut adalah bermunculannya aliran-aliran baru, Karena  transformasi global  tersebut mempengaruhi agama-agama pada zaman sekarang. Salah satu aliran itu ada pada Gereja Kristen yaitu dengan nama Gereja Setan.[7] Sejarah Satanisme (pemujaan terhadap setan) pada zaman modern (abad XX) dimulai dengan kiprah Aleister Crowley (1875-1947) di AS. la banyak menulis dan memberi pengajaran mengenai seluk- beluk sihir, walaupun ia menyangkal bila disebut sebagai seorang Sitanis, la selalu menentang ajaran gereja Kristen di mana ia semula menjadi anggota, termasuk vang disampaikan oleh orangtuanya, Sampai-sampai ibunya menyebut dia sebagai binatang buas 666', dan ternyata ia dengan senang hati menerima julukan itu. Sejak 1898 hingga akhir hidupnya ia banyak berkiprah di lingkungan perkumpulan Okultisme. Salah satu di antaranya, sejak 1912, adalah Ordo Templi Orientis (OTO) di Jerman. Perkumpulan ini banyak memberi tekanan pada sihir seks (menyihir pengikutnya untuk memperoleh kepuasan seksual sebagai tujuan hidup yang tertinggi). Nanti akan kita lihat, hal ini juga digemari di kalangan anggota Gereja Setan. [8]

Gereja  Setan pertama kalinya  didirikan  oleh Anton Szandor Lavey dia adalah seorang pemain musik organ pada sebuah karnaval. Anton Sandorz LaVey yang mendirikan Church of Satan  (Gereja  Setan)  pada  tanggal  30  April  1966  yang  dikenal  dengan  “Hari  Setan” (Walpurgisnacht). Untuk menanamkan keyakinan kepada para pengikutnya, LaVey mengarang beberapa buku di antaranya: The Satanic Bible (1969), The Satanic Ritual (1969).[9] la berasal dari keluarga berlatar belakang Transsylvania (Eropa Tengah) yang akrab dengan berbagai cerita rakyat mengenai sihir dan vampir. Ketika masih pemuda, LaVey adalah pemain musik/organ di sebuah pasar malam yang tergabung dengan sebuah pasar malam. Pada setiap Sabtu malam ia biasa melihat sejumlah pria menyaksikan pertunjukan striptease[10], lalu pada Minggu pagi mereka itu mengunjungi kebaktian di gereja yang tak jauh dari situ. Ketika beribadah, mereka itu juga gemar sujud di bangku tobat, mohon pengampunan, lalu pada malam Minggu berikutnya kembali menonton striptease. Berdasarkan itu LaVey kemudian menyimpulkan, "Saya tahu bahwa gereja Kristen hanya mengajarkan kemunafikan, dan bahwa nafsu duniawi manusia akan menang!" Kepercayaan LaVey akan kekuatan dan kemenangan nafsu kedagingan manusia semakin kuat ketika ia bekerja sebagai jurupotret bagi kepolisian San Francisco. Di situ ia melihat akibat yang mengerikan dari sifat manusia yang jahat, dan itu mendorongnya untuk mendirikan sebuah gereja untuk memuja setan. Tubuhnya tinggi besar, rambut dicukur plontos, janggut dirawat dengan baik, sorotan matanya tajam menusuk, dan la mengenakan jubah Romawi denggan rantal perak di leher. Di lingkungan orang-orang bermoral bejat justru kehadirannya disambut hangat, sehingga terbentuklah Gereja Setan pada 30 April 1966. LaVey mengklaim bahwa anggota gerejanya hanyalah orang orang kebanyakan yang percaya bahwa pemujaan kepada setan/lblis akan membuat mereka sukses dalam pekerjaan. Kalau gereja Kristen banyak mengajarkan atau mempraktikkan penyangkalan terhadap keinginan daging, Gereja Setan justru mengajarkan dan mempraktikkan yang sebaliknya. Selain Gereja Setan yang didirikan LaVey, masih banyak kelompok pemujaan setan yang lain. Di AS saja terdapat sekurang-kurangnya 450 kelompok, dengan berbagai variasi ajaran dan praktik (termasuk upacara pemujaan). Ada yang bersifat rahasia, tetapi ada juga yang cukup terbuka; ada yang berkelompok, tetapi ada juga yang bergerak secara pribadi.[11]

 

           2.1.3. Aturan dan Pokok Ajaran Gereja Setan

                       a. Aturan Gereja Setan

. Pada bagian ini kita akan melihatnya secara garis besar, sambil menyadari bahwa di antara kelompok Gereja Setan yang satu dengan yang lain bisa terdapat variasi di sana-sini.[12]

1. Kerahasiaan adalah hal yang pokok bagi seluruh pemuja setan. Mereka tidak boleh membocorkan lokasi gereja kepada orang luar ataupun hal-hal yang berlangsung di dalam gereja.

2. Semua harus mencintai, menghormati, dan mematuhi tanpa pertanyaan, pemimpin pemuja setan adalah perwakilan Lucifer di bumi. Para pemujaan setan harus mengikuti setan sepanjang kehidupan mereka dan tidak melayani siapa pun selain setan.

3. Pemuja setan tidak pernah boleh memasuki gereja Kristen kecuali bila dikirim oleh pemimpin untuk memata-matai. Semua gagasan baru dan kabar baru yang terjadi harus dilaporkan kembali secara penuh kepada pemimpin di gereja pemuja setan.

4. Pemuja setan tidak pernah boleh membaca Alkitab untuk manfaat kerohanian mereka.

5. Alkitab-Alkitab adalah untuk dihina dan dibakar di gereja pemuja setan, Juga buku-buku doa dan pujian semua literatur Kristen harus dihancurkan. (Perintah ini telah lama berlangsung. Sebaliknya, be- ragam tulisan kuno dari para pemimpin zaman dulu dengan hati-hati dipelihara, Ramalan-ramalan Hades, lblis, dan berhala sering dibacakan dalam ritual penyembahan di kuil pemu setan).

6. Tidak ada yang boleh datang terlambat ke gereja. Pemimpin pemuja setan akan memberikan hukuman dengan cemeti bila mereka datang terlambat di depan seluruh jemaat.

7. Lucifer harus dijunjung tinggi di segala situasi, bahkan saat bekerja, atau saat sendiri. Lucifer melihat, karena ia selalu bersama-sama para pemujanya senantiasa, dan ia harus dipatuhi.

8. Doa kepada Lucifer harus dinaikkan setiap hari.[13]

Ada banyak lagi peraturan, dan semua yang gagal untuk mematuhinya akan dihukum di depan seluruh pemuja setan di gereja, Hukuman  itu dilakukan oleh pemimpin pemuja setan sendiri.[14]

                       b. Pokok Ajaran Gereja Setan

1. Tuhan Allah            : Gereja Setan menolak untuk percaya pada keberadaan setiap realitas ilahi termasuk Tuhan Allah, meskipun di antara mereka ada yang percaya tentang adanya berbagai kekuatan di alam semesta, yang dalam hal tertentu dapat mereka man- faatkan.

2. Alkitab                                : Gereja Setan menolak isi Alkitab, lalu menyusun kitab sucinya sendiri, yaitu The Satanic Bible, yang banyak menyebut nama-nama atau memakai istilah-istilah di Alkitab, tetapi isinya pada umumnya berkebalikan dengan isi Alkitab. Misalnya mereka menolak bahwa Tuhan Allah lah yang menciptakan, memelihara dan menguasai seluruh alam semesta, dan karena itu harus disembah dan ditaati. Bagi mereka, Luciferlah penguasa alam semesta dan karena itu dialah yang harus dipuja. Tetapi pada akhirnya penjelmaan setan sebagai penguasa dunia ini adalah diri sendiri.

3. Yesus Kristus                      : Pada umumnya mereka tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah tokoh historis, apalagi sebagai inkarnasi Allah dan Juruselamat dunia. Bagi yang percaya bahwa Yesus adalah tokoh historis, Yesus justru dipandang sebagai tokoh yang lemah dan gagal.

4. Dosa dan keselamatan        : Gereja Setan menolak adanya dosa serta kebutuhan manusia akan pengampunan, penebusan, dan kesela- matan. Pada akhirnya manusia dapat mencapai pemenuhan diri sebagai penyelesaian terhadap semua kebutuhan dan masalah.

5. Manusia                               : Gereja Setan menolak gagasan bahwa manusia bertanggung jawab kepada Tuhan, masyarakat, ataupun pada suatu tatanan dan lembaga moral tertentu. Kalaupun pada awalnya manusia memuja setan, pada akhirnya manusia akan sepenuhnya mengungkapkan dan memiliki kuasa setan itu, sehingga dapat mencapai pemenuhan diri.[15]

Pada Pendahuluan dari The Satanic Bible kita menemukan The Nine Satanic Statements, yang juga mencerminkan pokok-pokok ajarannya:

1. Setan mewakili kesenangan, bukannya pantang! 

2. Setan mewakili keberadaan vital, bukan mimpi penghubung spiritual! 

3. Setan melambangkan hikmat yang tidak tercemar, bukannya munafik

4. Setan melambangkan kebaikan bagi mereka yang layak mendapatkannya, bukannya cinta yang disia-siakan untuk orang yang tidak tahu malu! 

5. Setan melambangkan balas dendam, bukannya memberikan pipi yang lain! 

6. Setan mewakili tanggung jawab untuk bertanggung jawab, bukan perhatian untuk vampir psikis! 

7. Setan menggambarkan manusia hanya sebagai hewan, terkadang lebih baik, lebih sering lebih buruk daripada mereka yang berjalan merangkak, yang, karena "perkembangan spiritual dan intelektual ilahi", telah menjadi hewan yang paling ganas dari semuanya! 

8. Setan mewakili semua yang disebut dosa, karena itu menuntun pada kepuasan fisik, mental, atau emosional! 

9. Setan telah menjadi sahabat terbaik yang pernah dimiliki gereja, karena ia mempertahankannya dalam bisnis selama ini!.[16]

 

           2.1.4. Simbol- Simbol Gereja Setan

Di berbagai media kita dapat mengetahui apa saja simbol Gerakan Satanisme. Biasanya simbol-simbol ini kegunaannya  ada  untuk ritual,  untuk  dijadikan  lambang  organisasinya,  dan  juga  untuk dipopulerkan dan dijadikan pertentanganbagi kaum agamawan khususnya Kristen.

 

1.                 




Pentagram/Sigil  of Baphomet,

 

Karena pentagram ini sudah menjadi ciri khas yang berhubungan dengan sesuatu hal yang erat kaitannya dengan ilmu gaib/okultis di dunia Barat. Dalam The Satanic Bible pentagram disebutkan: The album featured a cover graphic named by LaVey as the “Sigil of Baphomet”: the goat head in a pentagram, circled with the Hebrew word “Leviathan,” which has since become the ubiquitous symbol of Satanism. (Album ini menampilkan gambar penutup dinamai oleh LaVey sebagai “Sigil dari Baphomet”: kepala kambing di pentagram, dilingkari dengan kata Ibrani” Leviathan,” yang sejak itu menjadi simbol di mana-mana dari Satanism).[17]

 

2. Satanic  Cross



 


 

 

simbol  ini pada  dasarnya dijadikan  sebuah pertentangan  untuk salib  umat  kristiani. Simbol ini juga pelengkap dalam sebuah ritual pemujaan bagi kaum Gereja Setan ini.

 

3. 666, Simbol ini Lambang 666 diartikan DIC LVX dibaca menjadi “Dicit Lux” dan apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia bermakna “suara Cahaya” yang mana nama tersebut dikatakan adalah sama dengan nama Lucifer “Lux Ferre” yang bermakna sang pembawa cahaya. Dalam angka Romawi 666 = DCLXVI, sedangkan dalam bahasa Yunani 666 =Xs” (Chi, Xi, Sigma) atau bisa disebut XES dalam artian umum disamakan dengan SEX.[18]

 

4. Ular/serpent, simbol ini dalam Gereja Setan disebut juga dengan makna Leviathan (sang penguasa lautan). Oleh karena itu ular sering kali dijadikan ritual dalam gereja Setan. Dalam kitab Satanic  Bible di sebutkan  :”Leviathan”  the serpent of   the  watery  abyss, and identified  with Satan. (“Leviathan” adalah  ular  dalam jurang air yang  dalam,  dan diidentitaskan sebagai setan).[19]

 

5. Versace dalam bukunya Ferdi Godjali yang isinya tentang pengusiran setan, lambang Versace disamakan dengan wajah Lucifer


6. lightning bolt pentagram

Dalam situs resminya di sebutkan  bahwa simbol  ini sering  di pakai  oleh Anton  Szandor Lavey, dan  memang dirancang untuk dibuat liontin. Simbol ini juga menjadi lambang kantor imam besar Gereja Setan pada tahun1970. Pada saat ini simbol tersebut banyak digunakan sebagai merchandise dalam produk  yang dijual untuk kalangan penganut Gereja Setan tersebut.[20]

 

           2.1.5. Hirarki dalam Gereja Setan[21]

Anton LaVey merumuskan sistem gelar selama tahun-tahun awal Gereja Setan, seperti yang merupakan praktik umum di banyak organisasi sosial dan esoterik sebelumnya. Namun, kriteria untuk peningkatan di Gereja kita tidak didasarkan pada mistisisme atau okultisme, tetapi pada pengetahuan tentang subjek praktis di luar Setanisme, dan bahkan lebih dari itu, pada penerapan kebijaksanaan semacam itu untuk tujuan yang dapat diukur. Dr. LaVey bereksperimen dengan mengamanatkan warna-warna tertentu untuk medali yang dapat dikenakan oleh setiap anggota sesuai dengan tingkatannya. Dan, untuk sementara waktu, ujian tertulis diberikan untuk menilai kesiapan anggota untuk level tertentu.

Pada pertengahan tahun 1970-an, menjadi jelas bahwa banyak anggota menjadi terobsesi dengan "perebutan posisi" melebihi perhatian pada tempat mereka dalam organisasi daripada bekerja menuju kemajuan di dunia "luar". Ini bertentangan dengan penekanan filosofi duniawi kami pada kemajuan pribadi yang nyata dan karenanya, setelah titik itu, keberadaan gelar tidak ditekankan dalam literatur Gereja, dan metode formula untuk pengakuan dibuang.

Gelar Pertama yang menunjukkan Keanggotaan Aktif hanya untuk anggota yang ingin lebih terlibat dengan organisasi dan anggota lokal lainnya. Derajat yang tersisa (dari Tingkat Kedua hingga Kelima) tidak terbuka untuk aplikasi atau permintaan. Standar khusus kami untuk mereka tidak akan dipublikasikan. Administrasi mengawasi kemajuan anggota yang memenuhi syarat, dan dapat memilih untuk memberikan pengakuan kepada individu yang luar biasa berdasarkan keunggulan yang ditunjukkan dalam pemahaman dan komunikasi Teori Setan, ditambah dengan praktik kuat yang signifikan di arena dunia nyata yang telah menghasilkan prestasi yang unggul.

Setelah menjadi anggota aktif, anggota akan mendapatkan sebuah kartu anggota (ID card) dan kitab suci  The Satanic Bible dan The Satanic Ritual.

Untuk tingkatan selama menjadi anggota Gereja setan adalah sebagai berikut:

1. Registered  Member (No  Degree)                          (orang yang terdaftar)

2. Active Member - Satanist (First Degree)                (telah menjadi anggota)

3. Witch/Warlock (Second  Degree)                           (menjadi penyihir)

4. Priestess/Priest  (Third  Degree)                              (menjadi  pendeta)

5. Magistra/Magister  (Fourth  Degree)                      (menjadi  magister)

6. Maga/Magus  (Fifth  Degree)                                 (menjadi  magus)

 

           2.1.6. Praktik Gereja Setan

Ada berbagai variasi praktik di kalangan penganut satanisme, termasuk pada Gereja Setan.  Praktik ini terutama terlihat dalam berbagai upacara yang dipimpin oleh imam atau pendetanya, yang diangkat melalui persiapan dan memenuhi persyaratan.  Yang terlihat dalam berbagai upacara mereka (walaupui tidak pada semua), antara lain adalah:

1. Perjanjian Darah: Dilakukan dengan pernyataan menyerahkan diri kepada setan, pada sehelai kertas dengan menggunakan darah sendiri sebagai tintanya. 

2. Misa Hitam: Misa ini sedikit-banyak digunakan dalam Gereja Katolik, misalnya menggunakan hosti.  Tetapi banyak tindaka yang justru mencemarkan upacara Katolik itu;  misalnya untuk yang merupakan lambang pengurbanan Kristus justru diberaki, diinjak-injak, dan secara langsung menjijikkan. "Tujuannya harus jelas mencemarkan atau menghina Yesus Kristus. Misa ini sering diakhiri dengan hubungan seks antara imam yang tertinggi dengam altarnya, yaitu seorang perempuan telanjang.[22]

3. Penggunaan obat bius: Tidak semua pengikut Gereja Setan menyetujuinya; LaVey sendiri sangat mendukung penggunaan obat bius. Tetapi dalam selanjutnya semakin banyak dari mereka yang terlihat, seperti yang dilakukan oleh Aleister Crowley dalam rangka pengamanan upacara seksualnya tersebut di atas.  mereka obat bius atau narkoba (termasuk minuman keras) merupakan mediator untuk membawa manusia pada suatu keadaan trance dan ekstasi, yang kemudian membuat penggunanya bertindak lebih berani, yang mengatasi pertimbangan moral dan hati nurani.

4. Sadisme dan Kekerasan: Upacara Gereja Setan banyak yang ditandai oleh kekerasan dan sadisme, pen  elanjangan tubuh, dan penganiayaan.  Pada ibadah Jumat Agung, misalnya, tampak se- orang laki-laki diseret sampai ke atas panggung, diberi mahkota duri dan tubuhnya dipaku di kayu salib.  la disiksa secara brutal, dicambuk dengan cemeti berkepala logam, ditusuk, disetomoti dengan api sampai sekarat, sehingga bau bakaran dagingnya pun tercium.  Peserta lain bersorak-sorai, lalu dia dikencingi 'pendeta'nya.  Tak jarang upacara seperti ini berujung pada pem- pembunuhan. "

5. Penggunaan sejumlah perlengkapan atau perkakas ritual, antara lain: jubah hitam, altar batu (yang di atasnya nanti diba- ringkan 'altar' yang hidup), topeng, gambar Balphomet (setan), pentagram (bintang terbalik dengan kepala kambing di dalam-nya), lilin hitam, lonceng, piala (piala yang dipakai untuk misa suci), elixir (obat mujarab untuk segala  macam penyakit; berupa anggur atau minuman lain, sebuah model lingga (alat kelam laki-laki), pedang (yang sekaligus menjadi simbol salib terbalik), gong, dan kertas perkamen. 

6. Hari-hari besar: Hari-hari besar yang terpenting adalah hari ulang tahun mereka masing-masing.  Selain itu ada dua hari besar pening, yaitu Walpurgisnacht (malam sihir suci menjelang Mei).  30 April, dan Halloween.  Di samping itu masih ada delapan hari pesta: Imbolc (2 Februari), Spring Equinox (21 Maret), Beltane (1 Mei), Summer Solstice (21 Juni), dan seterusnya (Medwar 2001: 26).[23]

 

2.2. Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA Pasal 28E

Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia ada pada konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (“UUD 1945”):[24]

 

“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”

 

Pasal 28E ayat (2)  UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama.

Akan tetapi, hak asasi tersebut bukannya tanpa pembatasan. Dalam Pasal 28J ayat (1) UUD 1945 diatur bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain. Pasal 28J ayat (2) UUD 1945  selanjutnya mengatur bahwa pelaksanaan hak tersebut wajib tunduk pada pembatasan-pembatasan dalam undang-undang. Jadi, hak asasi manusia/beragama tersebut dalam pelaksanaannya tetap patuh pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam undang-undang.

 

2.3. Gereja Setan di Indonesia

Dari AS Gereja Setan yang dipimpin LaVey dan penerus-penerusnya, begitu juga kelompok-kelompok lainnya, menyebar ke seluruh dunia, baik orang-orangnya maupun ajaran (termasuk tulisan-tulisan) dan praktiknya, termasuk ke Indonesia. Sebelum Gereja Setan masuk ke Indonesia, sebenarnya sudah sangat banyak paguyuban ataupun pribadi-pribadi di negeri ini yang melakukan praktik pemujaan terhadap setan ataupun roh-roh, yang semuanya secara umum dapat disebut Spiritisme ataupun Okultisme. Sangat banyak beredar cerita, baik berupa cerita rakyat yang dituturkan secara lisan, maupun yang sudah dikemas dalam wujud tulisan, cerita di radio, serta pertunjukan film dan televisi. Hampir setiap suku mempunyai kekayaan cerita dan praktiknya. Agama-agama besar dan resmi yang kemudian datang ke Indonesia, terutama Islam dan Kristen, secara umum mengajarkan penolakan dan pembasmian terhadap ajaran dan praktik itu.[25]Tetapi kita juga tahu bahwa mereka yang mempraktilkkannya (termasuk pejabat tinggi) tetap mengaku sebagai orang-orang beragama, dan para pemimpin agama tidak berhasil membasminya.

Dengan nama Gereja Setan, di beberapa kota antara lain Bandung, Manado, dan Jakarta, kumpulan pemujaan ini sempat hadir di Indonesia, terutama pada tahun 1999, dengan berbagai variasi cerita dan praktiknya yang kurang lebih sama dengan Gereja Setan yang dibentuk LaVey dan kawan-kawan." Misalnya, dalam upacaranya seorang perempuan diletakkan di atas altar batu, kemudian seluruh busananya ditanggalkan, dan Iblis (yang menjelma dalam diri seseorang) berhubungan seks dengan perempuan itu, dalam rangka menetapkannya menjadi pendeta perempuan dalam kumpulan itu. Selanjutnya para peserta upacara juga ikut menjadi liar, meminum minuman keras, sebagian mengkonsumsi narkoba, dan melakukan hubungan seks bebas. Karena itu Rebecca Brown berkesimpulan bahwa Gereja Setan sebagai salah satu "agama manusia modern", akrab dengan materialisme dan hedonisme, termasuklah kebebasan seks serta penggunaan narkoba dan minuman keras (bahkan ada yang minum darah hewan ataupun manusia), perilaku dan gaya hidup yang secara diametral bertentangan dengan agama-agama yang diturunkan Tuhan Allah.[26]


III.             Refleksi lahir dan berkembangnya Gereja Setan terhadap Gereja Masa Kini

Melalui lahirnya Gereja Setan, oleh Anton Szandor Lavey yang melihat kehidupan orang Kristen hanya sebuah topeng saja, Dalam Yehezkiel 8 : 6- 12 kita akan melihat bagaimana Tua-tua Israel melakukan kekejian diluar Bait Allah, mereka masih menyembah berhala dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah Allah, demikian pula kita saat ini, menurut penyeminar ada krisis kepemimpinan dalam gereja masa kini .  Iblis tidak pernah terang-terangan.  Seperti ular diam-diam dan dengan sembunyi-sembunyi, roh agamawi dan penyesatan memasuki Bait Allah.  Dengan berpura-pura melayani gereja Allah, motivasi yang campur aduk dan najis telah menginfiltrasi pelayanan.  Sebagai pemimpin, kita telah menjadi pelayan setan, bukan pelayan Allah.  Kita menyembah gambaran palsu, gambaran sukses, kerohanian dan kekuasaan Kita lembut ke dalam gereja dan kota kita model dan formula muktahir untuk menjamin sukses.  Melihatnya dari jauh dari kota atau negara lain hal-hal itu nampaknya sangat menggiurkan, sangat menjanjikan.  Namun seperti fatamorgana, harapan akan pertumbuhan pertumbuhan gereja atau transformasi kota menguap pada saat kita bergerak maju. Mengapa? Karena kita menolak membayar harga dengan merendahkan diri kita, atau membiarkan kekuatan kita diremukkan, program dan rencana kita, kefasihan dan kecakapan berbicara kita, musik dan talenta kita dijadikan tidak dekat. 

Tanpa mengalami kehancuran hati, setiap model baru mengakibatkan kita lebih mengandalkan kemampuan kita dalam mengorganisasi, kecakapan komunikasi dan berjejaring, sumber daya finansial kita, atau kreativitas kita.  Kalau kita mengirimkan model sukses paling muktahir kita tanpa menjalani kerendahan hati salib, kita hanya akan menyembah pada gambaran yang hampa.  Seperti rasul-rasul hebat di Korintus itu, kita akan "bermegah karena hal-hal lahiraan dan bukan batiniak" (2 Kor. 5:12).

Sehingga penting bagi Gereja masa kini untuk membenahi diri, baik para pemimpin Gereja dan jemaat Gereja, sebab hidup orang Kristen harusnya menjadi teladan bagi banyak orang.

 

IV.             Analisa Penyeminar

 Dalam buku kajian sosiologi agama karangan Betty R Scharf yang mengambil dari teori Ernest Troeltsch mengatakan:

“Gereja adalah suatu  lembaga  yang terorganisir  besar (dengan struktur  yang jelas)  dan bersifat keterbukaan, pelayanan yang teratur dengan waktu telah di tentukan. Dan dia lahir dari hasil kerja penebusan dosa.” Sedangkan “sekte adalah kelompok yang terbentuk dari masyarakat  sukarela  yang  bentuknya  agak  sedikit dan agak  tertutup, dan antar sesame penganut masih dalam keterikatan hubungan yang kuat, dan sekte berasal dari masyarakat kelas bawah dan ia tidak punya teologi yang jelas, akan tetapi mempunyai mitos yang kuat dan harapan besar untuk menatap masa depan.”[27]

Dalam buku Elizabeth K. Notthingham menjelaskan tentang denominasi:

“Denominasi/ aliran keagamaan adalah suatu kelompok yang stabil dan letaknya diantara gereja  dan  sekte  dan  ia  sifatnya tidak  terlalu  keras  dan berat bisa  dikatakan ia adalah moderat. Sedangkan Cult/mistisisme hampir sama dengan sekte dan kelompok Cult sering berada  dalam  kawasan  metropolitan. Dan Cult  mempunyai  kepemimpinan  yang kharismatik(seorang tokoh yang  diagungkan)”[28]

 

Untuk kasus gerakan satanisme yang digerakan oleh Anton Szandor Lavey ini bisa dikatakan jenisnya adalah Sekte ideologi okultisme yang mempunyai organisasi terstruktur dengan anggota yang tidak terlalu besar dan pengikutnya sukarela. Serta mereka punya tokoh yang kharismatik yaitu Anton Szandor Lavey, namun kenyataannya mereka menyebutkan adalah Sebuah Gereja.  Dalam perkembangannya  dari dulu hingga sekarang mereka mempunyai ideologi yang bedasarkan seksual, itu bisa kita lihat dari tata cara ritual mereka tersebut. Seks yang menurut mereka adalah sebuah hal yang sakral bagi mereka. Dan itu merupakan penghormatan untuk tuhan yang disembah mereka yaitu Baphomet/Lucifer.

Undang-Undang Indonesia sangat jelas sesungguhnya menentang pemahaman seperti ini, sebab ajaran- ajarannya serta praktik-praktik keagamaan Gereja Setan sangat bertentangan dengan Undang-Undang , dan Pancasila. Perlu bagi Gereja di Indonesia memandang proses kelahiran Gereja Setan ini sebagai masalah serius, masalah kehidupan gereja yang seharusnya diperbaiki.

 

V.                Kesimpulan

1.      Pemujaan terhadap Setan ataupun terhadap roh-roh (Spiritisme) se- benarnya sudah berlangsung sejak sangat lama, mungkin sejak manusia pertama (bnd. Kejadian 3). Di dalam Perjanjian Lama (PL) kita menemukan banyak contoh tentang pemujaan terhadap Setan, yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel, tetapi kadang-kadang juga menggoda orang Israel untuk ikut memujanya.

2.      Gereja  Setan pertama kalinya  didirikan  oleh Anton Szandor Lavey dia adalah seorang pemain musik organ pada sebuah karnaval. Anton Sandorz LaVey yang mendirikan Church of Satan  (Gereja  Setan)  pada  tanggal  30  April  1966  yang  dikenal  dengan  “Hari  Setan” (Walpurgisnacht).  Untuk menanamkan keyakinan kepada para pengikutnya, LaVey mengarang beberapa buku di antaranya: The Satanic Bible (1969), The Satanic Ritual (1969).

3.      Bahwa di antara kelompok Gereja Setan yang satu dengan yang lain bisa terdapat variasi di sana-sini, dan Ada banyak peraturan, dan semua yang gagal untuk mematuhinya akan dihukum di depan seluruh pemuja setan di kuil, Hukuman  itu dilakukan oleh pemimpin pemuja setan sendiri.

4.      Pasal 28E ayat (2)  UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama. Akan tetapi, hak asasi tersebut bukannya tanpa pembatasan. Dalam Pasal 28J ayat (1) UUD 1945 diatur bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain. Pasal 28J ayat (2) UUD 1945  selanjutnya mengatur bahwa pelaksanaan hak tersebut wajib tunduk pada pembatasan-pembatasan dalam undang-undang. Jadi, hak asasi manusia/beragama tersebut dalam pelaksanaannya tetap patuh pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam undang-undang.

5.      Untuk kasus gerakan satanisme yang digerakan oleh Anton Szandor Lavey ini bisa dikatakan jenisnya adalah Sekte ideologi okultisme yang mempunyai organisasi terstruktur dengan anggota yang tidak terlalu besar dan pengikutnya sukarela. Serta mereka punya tokoh yang kharismatik yaitu Anton Szandor Lavey, namun kenyataannya mereka menyebutkan adalah Sebuah Gereja.  Dalam perkembangannya  dari dulu hingga sekarang mereka mempunyai ideologi yang bedasarkan seksual, itu bisa kita lihat dari tata cara ritual mereka tersebut. Seks yang menurut mereka adalah sebuah hal yang sakral bagi mereka. Dan itu merupakan penghormatan untuk tuhan yang disembah mereka yaitu Baphomet/Lucifer.

 

VI.             Daftar Pustaka

a.      Sumber Buku

Anton Szandor Lavey, The Satanic Bible Underground Version

Aritonang Jan S, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA,Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016

Berkhof Louis, Teologia Sistematika Vol. 5: Doktrin Gereja, Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999

Burung Willem & P.G. Katoppo, Εκκλησια, Jemaat, Gereja, dalam Forum Biblika 2, Jakarta: LAI, 2009

Betty R. Scharf, Kajian Sosiologi Agama, terj. Machnun Husein, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995

Diamond A. R., Pete “qahal”, dalam New International Dictionary Of The Old Testament Theology & Exegetis Volume 3, Willem A. Van Gemeren ed., Amerika: Paternoster Press, 1997

Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat, terj. Abdul Muis Naharong, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1994

Ferdi Godjali, Menghancurkan Kerajaan Iblis dalam Diri Kita, Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2011

Irvine Doreen, Kisah Pertobatan Seorang Pemuja Setan, Yogyakarta: ANDI, 2008

Jacobs Tom, Dinamika Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 1979

J.L. Ch. Abineno, Pokok-pokok Penting Dari Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998

Lingga Hanu, Sejarah Setan: Membongkar Sepak Terjang Setan dan Aliran-aliran Pemuja Setan, cet. 1,Yogyakarta: Navila Idea,2011

Mardiatmadja B.S., Ekklesiologi Makna Dan Sejarahnya, Yogyakarta: Kanisius, 1986

 

b.      Sumber Undang-Undang

…, Undang-Undang Dasar 1945 & Amandemennya

 

c.       Sumber Internet

http:/ / www.churchofsatan.com. Diakses pada tanggal 12 September 2020, Pukul 12.13 WIB di Jl.Sakinah, Medan-Sumatera Utara


[1] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA, ( Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 574

[2] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA, ( Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 575

[3] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA, 575

[4] Ibid, 575

[5] Ibid, 576

[6] Ibid, 576

[7] Hanu Lingga, Sejarah Setan: Membongkar Sepak Terjang Setan dan Aliran-aliran Pemuja Setan, cet. 1,(Yogyakarta: Navila Idea,2011), 75-77

[8] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA, 576

[9] Hanu Lingga, Sejarah Setan: Membongkar Sepak Terjang Setan dan Aliran-aliran Pemuja Setan, cet. 1, (Yogyakarta: Navila Idea,2011) 75-77

[10] Striptase berarti tari-tarian tanpa memakai baju. Arti lainnya dari striptease adalah berarti tari-tarian telanjang, sebagian peneliti juga mengungkapkan bahwasannya asal usul striptease modern berasal dari tarian Ghawazee yang merupakan hasil tiruan orang Perancis dari jajahannya, Afrika Utara dan Mesir.(…, KBBI Online, Diakses pada tanggal 12 September 2020, Pukul 22.50 WIB)

[11] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA, 577-578

[12] Ibid,579

[13] Doreen Irvine, Kisah Pertobatan Seorang Pemuja Setan, (Yogyakarta: ANDI, 2008), 117-118

[14] Ibid, 118

[15] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA, 580

[16] Ibid,581

[17] Anton Szandor Lavey, The Satanic Bible Underground Version, 28

[18] Hanu Lingga, Sejarah Setan: Membongkar Sepak Terjang Setan dan Aliran-aliran Pemuja Setan, cet. 1, 30-32

[19] Anton Szandor Lavey, The Satanic Bible Underground Version, 53

[20] Ferdi Godjali, Menghancurkan Kerajaan Iblis dalam Diri Kita, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2011), 215.

[21] http:/ / www.churchofsatan.com. Diakses pada tanggal 12 September 2020, Pukul 12.13 WIB di Jl.Sakinah, Medan-Sumatera Utara

[22] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA, 582

[23] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA, 583-584

[24] …, Undang-Undang Dasar 1945 & Amandemennya

[25] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA, 578

[26] Ibid, 578

[27] Betty R. Scharf, Kajian Sosiologi Agama, terj. Machnun Husein, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995),124

[28] Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat, terj. Abdul Muis Naharong, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1994), 165

Tags :

BPPPWG MENARA KRISTEN

KOMITMEN DALAM MELAYANI

PRO DEO ET EIUS CREATURAM

  • PRO DEO ET EIUS CREATURAM
  • COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
  • ORA ET LABORA

INFORMASI KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN
  • : Pdt Hendra C Manullang
  • : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
  • : crisvinh@gmail.com
  • : menarakristen@gmail.com
/UMUM

Post a Comment

Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim