GEREJA SETAN/SATANIC CHURCH
GEREJA SETAN
I.
Latar
belakang masalah
Adanya
zaman modern pada era baru yang memunculkan moralitas
baru dengan standar pribadi, seperti Gereja Setan dan Standar pribadi tersebut telah menjadi agama
baru menggantikan kekristenan. Hal ini bertentangan dengan rancangan Tuhan
dalam penciptaan Manusia (Kejadian 2:18).
Isu-isu radikalisme agama, seperti propaganda, pembunuhan dan berbagai
gerakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tega bertindak ekstrim
mengatasnamakan “Gereja”. Hal ini seolah-olah menyudutkan setiap gereja. Saat
ini, banyak pemuda – pemudi Kristen mudah terjebak pada kesesatan informasi,
provokasi, dan berita palsu yang menjadi viral di media sosial. Sehingga mereka
dapat menjadi sasaran utama rekrutmen kelompok tertentu yang mengembangkan
jaringan.
Zaman ini
sangat marak berbagai ajaran sesat dan bidat yang memiliki aliran-aliran sesat.
Hal ini bertentangan dengan peringatan Yesus terhadap murid-muridNya (Matius
24:3-14; 1 Timotius 1:3; Roma 16:17). Manusia yang semakin pandai dan
hidup merasa seakan-akan tidak lagi membutuhkan Tuhan. Hal ini bertentangan
dengan kehendak Allah (Roma 12:16 “tetapi arahkanlah dirimu kepada
perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”). Kehampaan
hidup seringkali terjadi, meski diisi dengan berbagai kecanggihan peradaban
dunia. Contohnya adalah banyak gereja mencerminkan dunia dengan secara
pragmatis menghalalkan segala cara, bahkan tindakan kehidupan Gereja Kristen
saat ini kadang kalah menjadi pemicu lahirnya ajaran-ajaran baru.
II.
Pembahasan
2.1.
Gereja Setan
2.1.1. Latar Belakang Lahirnya Gereja
Setan
Pemujaan
terhadap Setan ataupun terhadap roh-roh (Spiritisme) sebenarnya sudah berlangsung
sejak sangat lama, mungkin sejak manusia pertama (bnd. Kejadian 3). Di dalam
Perjanjian Lama (PL) kita menemukan banyak contoh tentang pemujaan terhadap
Setan, yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel, tetapi
kadang-kadang juga menggoda orang Israel untuk ikut memujanya. Dalam Alkitab
berbahasa Indonesia, istilah Ibrani s'tn
diterjemahkan menjadi setan, Satan, Iblis, roh-roh jahat, si jahat, pendurhaka,
penipu, tetapi juga menunjuk kepada malaikat (tertentu). Selain itu ada juga
sejumlah istilah atau nama lain, misalnya Belial (2 Kor. 6:15), Lewiatan (Yes
27:1), Abadon atau Apolion (Why. 9:11), dan beraneka ular (si ular tua, ular
yang meluncur, ular yang melingkar, naga, dan lain-lain: Kej 3; 2 Kor. 11:3;
Why. 12:3-17; 20:2). Berkait dengan malaikat (tertentu) itu, di dalam Yesaya
14:12 di- katakan, "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang
Timur, putera Fajar." Di dalam Alkitab berbahasa Latin (Vulgata) dan
Inggris versi King James (= Authorized Version) Bintang Timur itu disebut
Lucifer. Nama ini cukup dikenal di kalangan gereja; di dalam banyak ajaran
gereja, bahkan juga di dalam berbagai bacaan rohani populer dan di dalam bahan
pelajaran Sekolah Minggu dan Katekisasi, Lucifer ini dijelaskan sebagai
malaikat Tuhan yang memberontak, lalu diusir atau dijatuhkan T'uhan dari surga,
dan dialah yang kemu dian dikenal sebagai setan atau Iblis,[1] Karena itu di dalam ajaran
Gereja Setan, Lucifer juga disebut sebagai 'tuhan' yang disembah dan dipuja,
dan salah satu kitab di dalam The Satanic
Bible adalah Book of Lucifer.[2]
Di
kalangan berbagai agama dan bangsa di luar Israel dan sebelum kitab-kitab
Perjanjian Lama ditulis, pemujaan terhadap setan atau yang sejenisnya sudah
lama dikenal. Di dalam agama Zarathustra (Zoroaster) di Persia, misalnya, setan
sudah dikenal dengan nama Angramainyu (Ahriman), yang adalah saudara kembar
dari Ahuramazda (nama untuk tuhan atau ilah yang disembah penganut agama ini).
Zoroaster mengajarkan bahwa Ahuramazda dan Ahriman terus bertarung di sepanjang
masa, sampai Ahriman, penghulu dari segala setan itu, kalah. Pemahaman ini
berpengaruh juga di dalam PL dan PB. Yang tak kalah menarik, di dalam PL maupun
PB termasuk pada masa perang, orang suka menuding lawan atau musuhnya dengan
setan. Dengan kata lain, manusia sangat gemar dan mudah mendehumanisasikan
musuhnya dan mengidentikkan mereka dengan setan (Pagels, 1997:35-37). Tuhan
Yesus sendiri beserta murid-murid-Nya, walaupun sering digambarkan bertarung
dengan Iblis, tetapi oleh musuh-musuhNya juga dicap sebagai yang berasal dari
setan.[3]
Di dalam gereja Kristen abad-abad pertama
(I-IV) ada kesadaran yang kuat bahwa musuh Kristen adalah setan atau Iblis
(penghulu setan) dengan segala bentuk dan cara penjelmaannya. Gereja Kristen
berhadapan secara diametral dan konfrontatif dengan para pemuja setan. Karena
itu dalam ajaran Kristen terdapat juga bab atau pasal tentang seluk beluk
setan/Iblis (biasa disebut demonologi) dan dikenal juga praktik pengusiran
setan (eksorsisme; pelakunya disebut eksorsis/exorcist). Sampai sekarang di gereja-gereja
tertentu, misalnya di lingkungan gereja-gereja Pentakostal, praktik mengusir
setan atau menengking roh jahat ini sering dilakukan dan menjadi salah satu
daya tarik mereka.[4]
Pada
Abad-abad Pertengahan (V-XV) terjadi perkembangan yang cukup kompleks dan
rumit. Sementara di satu sisi gereja Kristen terus mengembangkan demonologi, di
sisi lain ada juga tindakan mencampur-adukkan ajaran dan ibadah Kristen dengan
pemujaan setan. Upacara pengusiran setan justru dilakukan dengan cara-cara yang
mirip dengan pemujaan setan, dan cerita-cerita rakyat tentang setan (yang
lucu-lucu ataupun yang menyeramkan) ditampung di dalam ajaran gereja. Sementara
itu, ketika agama Islam muncul, walaupun disadari bahwa ada akar bersama dari
kedua agama ini (Kristen dan Islam) yaitu agama Yahudi, termasuk juga
istilah-istilah yang digunakan untuk setan, namun masing-masing pihak mencap
pihak lain sebagai penjelmaan setan, dan karena itu patut dibasmi.[5]
Pada
abad XV-XIX di Eropa terjadi perburuan yang intensif terhadap para penyihir. Di
satu sisi mungkin hal ini patut dipuji sebagai tindakan yang sungguh-sungguh
untuk membasmi para pemuja setan, tetapi di sisi lain justru memberi citra yang
buruk bagi gereja Kristen sebagai lembaga ataupun kumpulan orang-orang yang
menghalalkan kekejaman dan pembunuhan besar-besaran. Lagi pula tindakan ini
dengan mudah dijadikan topeng atau pembenaran untan menyingkirkan lawan-lawan
gereja resmi, yaitu dengan mencap mereka itu sebagai pemuja setan. Tindakan ini
juga memakan banya korban dari antara perempuan, karena antara lain mengacu
pada Kejadian 3, kaum perempuan dengan mudah dicap sebagai Iblis dan doyan
sihir. Tindakan kejam dan keji ini, terutama Gereja Katolik dengan pasukan
Inkuisisinya, kelak menjadi salah satu alasan bagi para pelopor Gereja Setan
untuk mengecam gereja Kristen sebagai kekuatan yang keji.[6]
2.1.2. Lahirnya Satanisme/Gereja
Setan
Zaman sekarang fenomena keagamaan sangat
banyak bermunculan. Di antara fenomena tersebut adalah bermunculannya
aliran-aliran baru, Karena transformasi
global tersebut mempengaruhi agama-agama
pada zaman sekarang. Salah satu aliran itu ada pada Gereja Kristen yaitu dengan
nama Gereja Setan.[7]
Sejarah Satanisme (pemujaan terhadap setan) pada zaman modern (abad XX) dimulai
dengan kiprah Aleister Crowley (1875-1947) di AS. la banyak menulis dan memberi
pengajaran mengenai seluk- beluk sihir, walaupun ia menyangkal bila disebut
sebagai seorang Sitanis,
la selalu menentang ajaran gereja Kristen di mana ia semula menjadi anggota,
termasuk vang disampaikan oleh orangtuanya, Sampai-sampai ibunya menyebut dia
sebagai binatang buas 666', dan ternyata ia dengan senang hati menerima julukan
itu. Sejak 1898 hingga akhir hidupnya ia banyak berkiprah di lingkungan perkumpulan
Okultisme. Salah satu di antaranya, sejak 1912, adalah Ordo Templi Orientis
(OTO) di Jerman. Perkumpulan ini banyak memberi tekanan pada sihir seks (menyihir
pengikutnya untuk memperoleh kepuasan seksual sebagai tujuan hidup yang
tertinggi). Nanti akan kita lihat, hal ini juga digemari di kalangan anggota
Gereja Setan. [8]
Gereja
Setan pertama kalinya
didirikan oleh Anton Szandor
Lavey dia adalah seorang pemain musik organ pada sebuah karnaval. Anton Sandorz
LaVey yang mendirikan Church of Satan
(Gereja Setan) pada
tanggal 30 April
1966 yang dikenal
dengan “Hari Setan” (Walpurgisnacht). Untuk menanamkan
keyakinan kepada para pengikutnya, LaVey mengarang beberapa buku di antaranya:
The Satanic Bible (1969), The Satanic
Ritual (1969).[9]
la berasal dari keluarga berlatar belakang Transsylvania (Eropa Tengah) yang
akrab dengan berbagai cerita rakyat mengenai sihir dan vampir. Ketika masih
pemuda, LaVey adalah pemain musik/organ di sebuah pasar malam yang tergabung
dengan sebuah pasar malam. Pada setiap Sabtu malam ia biasa melihat sejumlah
pria menyaksikan pertunjukan striptease[10],
lalu pada Minggu pagi mereka itu mengunjungi kebaktian di gereja yang tak jauh
dari situ. Ketika beribadah, mereka itu juga gemar sujud di bangku tobat, mohon
pengampunan, lalu pada malam Minggu berikutnya kembali menonton striptease. Berdasarkan itu LaVey
kemudian menyimpulkan, "Saya tahu bahwa gereja Kristen hanya mengajarkan
kemunafikan, dan bahwa nafsu duniawi manusia akan menang!" Kepercayaan
LaVey akan kekuatan dan kemenangan nafsu kedagingan manusia semakin kuat ketika
ia bekerja sebagai jurupotret bagi kepolisian San Francisco. Di situ ia melihat
akibat yang mengerikan dari sifat manusia yang jahat, dan itu mendorongnya
untuk mendirikan sebuah gereja untuk memuja setan. Tubuhnya tinggi besar,
rambut dicukur plontos, janggut dirawat dengan baik, sorotan matanya tajam
menusuk, dan la mengenakan jubah Romawi denggan rantal perak di leher. Di
lingkungan orang-orang bermoral bejat justru kehadirannya disambut hangat,
sehingga terbentuklah Gereja Setan pada 30 April 1966. LaVey mengklaim bahwa
anggota gerejanya hanyalah orang orang kebanyakan yang percaya bahwa pemujaan
kepada setan/lblis akan membuat mereka sukses dalam pekerjaan. Kalau gereja
Kristen banyak mengajarkan atau mempraktikkan penyangkalan terhadap keinginan
daging, Gereja Setan justru mengajarkan dan mempraktikkan yang sebaliknya.
Selain Gereja Setan yang didirikan LaVey, masih banyak kelompok pemujaan setan
yang lain. Di AS saja terdapat sekurang-kurangnya 450 kelompok, dengan berbagai
variasi ajaran dan praktik (termasuk upacara pemujaan). Ada yang bersifat
rahasia, tetapi ada juga yang cukup terbuka; ada yang berkelompok, tetapi ada
juga yang bergerak secara pribadi.[11]
2.1.3. Aturan dan Pokok Ajaran Gereja
Setan
a. Aturan Gereja Setan
. Pada bagian ini
kita akan melihatnya secara garis besar, sambil menyadari bahwa di antara kelompok
Gereja Setan yang satu dengan yang lain bisa terdapat variasi di sana-sini.[12]
1.
Kerahasiaan adalah hal yang pokok bagi seluruh pemuja setan. Mereka tidak boleh
membocorkan lokasi gereja kepada orang luar ataupun hal-hal yang berlangsung di
dalam gereja.
2.
Semua harus mencintai, menghormati, dan mematuhi tanpa pertanyaan, pemimpin
pemuja setan adalah perwakilan Lucifer di bumi. Para pemujaan setan harus
mengikuti setan sepanjang kehidupan mereka dan tidak melayani siapa pun selain
setan.
3.
Pemuja setan tidak pernah boleh memasuki gereja Kristen kecuali bila dikirim
oleh pemimpin untuk memata-matai. Semua gagasan baru dan kabar baru yang
terjadi harus dilaporkan kembali secara penuh kepada pemimpin di gereja pemuja
setan.
4.
Pemuja setan tidak pernah boleh membaca Alkitab untuk manfaat kerohanian
mereka.
5.
Alkitab-Alkitab adalah untuk dihina dan dibakar di gereja pemuja setan, Juga
buku-buku doa dan pujian semua literatur Kristen harus dihancurkan. (Perintah
ini telah lama berlangsung. Sebaliknya, be- ragam tulisan kuno dari para
pemimpin zaman dulu dengan hati-hati dipelihara, Ramalan-ramalan Hades, lblis,
dan berhala sering dibacakan dalam ritual penyembahan di kuil pemu setan).
6.
Tidak ada yang boleh datang terlambat ke gereja. Pemimpin pemuja setan akan
memberikan hukuman dengan cemeti bila mereka datang terlambat di depan seluruh
jemaat.
7.
Lucifer harus dijunjung tinggi di segala situasi, bahkan saat bekerja, atau
saat sendiri. Lucifer melihat, karena ia selalu bersama-sama para pemujanya senantiasa,
dan ia harus dipatuhi.
8.
Doa kepada Lucifer harus dinaikkan setiap hari.[13]
Ada banyak lagi peraturan, dan semua yang gagal untuk mematuhinya akan dihukum di depan seluruh pemuja setan di gereja, Hukuman itu dilakukan oleh pemimpin pemuja setan sendiri.[14]
b. Pokok Ajaran Gereja
Setan
1.
Tuhan Allah : Gereja Setan menolak
untuk percaya pada keberadaan setiap realitas ilahi termasuk Tuhan Allah,
meskipun di antara mereka ada yang percaya tentang adanya berbagai kekuatan di
alam semesta, yang dalam hal tertentu dapat mereka man- faatkan.
2.
Alkitab :
Gereja Setan menolak isi Alkitab, lalu menyusun kitab sucinya sendiri, yaitu
The Satanic Bible, yang banyak menyebut nama-nama atau memakai istilah-istilah
di Alkitab, tetapi isinya pada umumnya berkebalikan dengan isi Alkitab.
Misalnya mereka menolak bahwa Tuhan Allah lah yang menciptakan, memelihara dan
menguasai seluruh alam semesta, dan karena itu harus disembah dan ditaati. Bagi
mereka, Luciferlah penguasa alam semesta dan karena itu dialah yang harus
dipuja. Tetapi pada akhirnya penjelmaan setan sebagai penguasa dunia ini adalah
diri sendiri.
3.
Yesus Kristus : Pada
umumnya mereka tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah tokoh historis, apalagi
sebagai inkarnasi Allah dan Juruselamat dunia. Bagi yang percaya bahwa Yesus
adalah tokoh historis, Yesus justru dipandang sebagai tokoh yang lemah dan
gagal.
4.
Dosa dan keselamatan : Gereja Setan
menolak adanya dosa serta kebutuhan manusia akan pengampunan, penebusan, dan
kesela- matan. Pada akhirnya manusia dapat mencapai pemenuhan diri sebagai
penyelesaian terhadap semua kebutuhan dan masalah.
5.
Manusia :
Gereja Setan menolak gagasan bahwa manusia bertanggung jawab kepada Tuhan,
masyarakat, ataupun pada suatu tatanan dan lembaga moral tertentu. Kalaupun
pada awalnya manusia memuja setan, pada akhirnya manusia akan sepenuhnya
mengungkapkan dan memiliki kuasa setan itu, sehingga dapat mencapai pemenuhan
diri.[15]
Pada
Pendahuluan dari The Satanic Bible kita
menemukan The Nine Satanic Statements,
yang juga mencerminkan pokok-pokok ajarannya:
1.
Setan mewakili kesenangan, bukannya pantang!
2.
Setan mewakili keberadaan vital, bukan mimpi penghubung spiritual!
3.
Setan melambangkan hikmat yang tidak tercemar, bukannya munafik
4.
Setan melambangkan kebaikan bagi mereka yang layak mendapatkannya, bukannya
cinta yang disia-siakan untuk orang yang tidak tahu malu!
5.
Setan melambangkan balas dendam, bukannya memberikan pipi yang lain!
6.
Setan mewakili tanggung jawab untuk bertanggung jawab, bukan perhatian untuk
vampir psikis!
7.
Setan menggambarkan manusia hanya sebagai hewan, terkadang lebih baik, lebih
sering lebih buruk daripada mereka yang berjalan merangkak, yang, karena
"perkembangan spiritual dan intelektual ilahi", telah menjadi hewan
yang paling ganas dari semuanya!
8.
Setan mewakili semua yang disebut dosa, karena itu menuntun pada kepuasan
fisik, mental, atau emosional!
9.
Setan telah menjadi sahabat terbaik yang pernah dimiliki gereja, karena ia
mempertahankannya dalam bisnis selama ini!.[16]
2.1.4. Simbol- Simbol Gereja Setan
Di berbagai media kita dapat mengetahui
apa saja simbol Gerakan Satanisme. Biasanya simbol-simbol ini kegunaannya ada
untuk ritual, untuk dijadikan
lambang organisasinya, dan
juga untuk dipopulerkan dan
dijadikan pertentanganbagi kaum agamawan khususnya Kristen.
1.
Pentagram/Sigil of Baphomet,
Karena pentagram ini sudah menjadi ciri
khas yang berhubungan dengan sesuatu hal yang erat kaitannya dengan ilmu
gaib/okultis di dunia Barat. Dalam The Satanic Bible pentagram disebutkan: The
album featured a cover graphic named by LaVey as the “Sigil of Baphomet”: the
goat head in a pentagram, circled with the Hebrew word “Leviathan,” which has
since become the ubiquitous symbol of Satanism. (Album ini menampilkan gambar
penutup dinamai oleh LaVey sebagai “Sigil dari Baphomet”: kepala kambing di pentagram,
dilingkari dengan kata Ibrani” Leviathan,” yang sejak itu menjadi simbol di
mana-mana dari Satanism).[17]
2.
Satanic
Cross
simbol
ini pada dasarnya dijadikan sebuah pertentangan untuk salib
umat kristiani. Simbol ini juga
pelengkap dalam sebuah ritual pemujaan bagi kaum Gereja Setan ini.
3.
666, Simbol ini Lambang 666
diartikan DIC LVX dibaca menjadi “Dicit Lux” dan apabila diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia bermakna “suara Cahaya” yang mana nama tersebut dikatakan
adalah sama dengan nama Lucifer “Lux Ferre” yang bermakna sang pembawa cahaya.
Dalam angka Romawi 666 = DCLXVI, sedangkan dalam bahasa Yunani 666 =Xs” (Chi,
Xi, Sigma) atau bisa disebut XES dalam artian umum disamakan dengan SEX.[18]
4.
Ular/serpent, simbol ini dalam
Gereja Setan disebut juga dengan makna Leviathan (sang penguasa lautan). Oleh
karena itu ular sering kali dijadikan ritual dalam gereja Setan. Dalam kitab Satanic Bible di sebutkan :”Leviathan”
the serpent of the watery
abyss, and identified with Satan.
(“Leviathan” adalah ular dalam jurang air yang dalam,
dan diidentitaskan sebagai setan).[19]
5. Versace dalam bukunya Ferdi Godjali yang isinya tentang pengusiran setan, lambang Versace disamakan dengan wajah Lucifer
6.
lightning bolt pentagram
Dalam
situs resminya di sebutkan bahwa
simbol ini sering di pakai
oleh Anton Szandor Lavey,
dan memang dirancang untuk dibuat
liontin. Simbol ini juga menjadi lambang kantor imam besar Gereja Setan pada
tahun1970. Pada saat ini simbol tersebut banyak digunakan sebagai merchandise
dalam produk yang dijual untuk kalangan
penganut Gereja Setan tersebut.[20]
2.1.5. Hirarki dalam Gereja Setan[21]
Anton LaVey
merumuskan sistem gelar selama tahun-tahun awal Gereja Setan, seperti yang
merupakan praktik umum di banyak organisasi sosial dan esoterik sebelumnya.
Namun, kriteria untuk peningkatan di Gereja kita tidak didasarkan pada
mistisisme atau okultisme, tetapi pada pengetahuan tentang subjek praktis di
luar Setanisme, dan bahkan lebih dari itu, pada penerapan kebijaksanaan semacam
itu untuk tujuan yang dapat diukur. Dr. LaVey bereksperimen dengan
mengamanatkan warna-warna tertentu untuk medali yang dapat dikenakan oleh
setiap anggota sesuai dengan tingkatannya. Dan, untuk sementara waktu, ujian
tertulis diberikan untuk menilai kesiapan anggota untuk level tertentu.
Pada pertengahan
tahun 1970-an, menjadi jelas bahwa banyak anggota menjadi terobsesi dengan
"perebutan posisi" melebihi perhatian pada tempat mereka dalam
organisasi daripada bekerja menuju kemajuan di dunia "luar". Ini
bertentangan dengan penekanan filosofi duniawi kami pada kemajuan pribadi yang
nyata dan karenanya, setelah titik itu, keberadaan gelar tidak ditekankan dalam
literatur Gereja, dan metode formula untuk pengakuan dibuang.
Gelar Pertama yang
menunjukkan Keanggotaan Aktif hanya untuk anggota yang ingin lebih terlibat
dengan organisasi dan anggota lokal lainnya. Derajat yang tersisa (dari Tingkat
Kedua hingga Kelima) tidak terbuka untuk aplikasi atau permintaan. Standar khusus
kami untuk mereka tidak akan dipublikasikan. Administrasi mengawasi kemajuan
anggota yang memenuhi syarat, dan dapat memilih untuk memberikan pengakuan
kepada individu yang luar biasa berdasarkan keunggulan yang ditunjukkan dalam
pemahaman dan komunikasi Teori Setan, ditambah dengan praktik kuat yang
signifikan di arena dunia nyata yang telah menghasilkan prestasi yang unggul.
Setelah menjadi anggota aktif, anggota
akan mendapatkan sebuah kartu anggota (ID card) dan kitab suci The
Satanic Bible dan The Satanic Ritual.
Untuk tingkatan selama menjadi anggota
Gereja setan adalah sebagai berikut:
1.
Registered Member (No Degree) (orang
yang terdaftar)
2.
Active Member - Satanist (First Degree) (telah
menjadi anggota)
3.
Witch/Warlock (Second Degree) (menjadi penyihir)
4.
Priestess/Priest (Third Degree) (menjadi pendeta)
5.
Magistra/Magister (Fourth Degree) (menjadi magister)
6.
Maga/Magus (Fifth Degree) (menjadi magus)
2.1.6. Praktik Gereja Setan
Ada berbagai variasi praktik di kalangan
penganut satanisme, termasuk pada Gereja Setan.
Praktik ini terutama terlihat dalam berbagai upacara yang dipimpin oleh
imam atau pendetanya, yang diangkat melalui persiapan dan memenuhi persyaratan. Yang terlihat dalam berbagai upacara mereka
(walaupui tidak pada semua), antara lain adalah:
1. Perjanjian Darah: Dilakukan dengan
pernyataan menyerahkan diri kepada setan, pada sehelai kertas dengan
menggunakan darah sendiri sebagai tintanya.
2. Misa Hitam: Misa ini sedikit-banyak
digunakan dalam Gereja Katolik, misalnya menggunakan hosti. Tetapi banyak tindaka yang justru mencemarkan
upacara Katolik itu; misalnya untuk
yang
merupakan lambang pengurbanan Kristus justru diberaki, diinjak-injak, dan secara
langsung menjijikkan. "Tujuannya harus jelas mencemarkan atau menghina
Yesus Kristus. Misa ini sering diakhiri dengan hubungan seks antara imam yang
tertinggi dengam altarnya, yaitu seorang perempuan telanjang.[22]
3. Penggunaan obat bius: Tidak semua
pengikut Gereja Setan menyetujuinya; LaVey sendiri sangat mendukung penggunaan
obat bius. Tetapi dalam selanjutnya semakin banyak dari mereka yang terlihat,
seperti yang dilakukan oleh Aleister Crowley dalam rangka pengamanan upacara
seksualnya tersebut di atas. mereka obat
bius atau narkoba (termasuk minuman keras) merupakan mediator untuk membawa
manusia pada suatu keadaan trance dan ekstasi, yang kemudian membuat
penggunanya bertindak lebih berani, yang mengatasi pertimbangan moral dan hati
nurani.
4. Sadisme dan Kekerasan: Upacara Gereja
Setan banyak yang ditandai oleh kekerasan dan sadisme, pen elanjangan tubuh, dan penganiayaan. Pada ibadah Jumat Agung, misalnya, tampak se-
orang laki-laki diseret sampai ke atas panggung, diberi mahkota duri dan
tubuhnya dipaku di kayu salib. la
disiksa secara brutal, dicambuk dengan cemeti berkepala logam, ditusuk,
disetomoti dengan api sampai sekarat, sehingga bau bakaran dagingnya pun
tercium. Peserta lain bersorak-sorai,
lalu dia dikencingi 'pendeta'nya. Tak
jarang upacara seperti ini berujung pada pem- pembunuhan. "
5. Penggunaan sejumlah perlengkapan atau
perkakas ritual, antara lain: jubah hitam, altar batu (yang di atasnya nanti
diba- ringkan
'altar' yang hidup), topeng, gambar Balphomet (setan), pentagram (bintang
terbalik dengan kepala kambing di dalam-nya), lilin hitam, lonceng, piala
(piala yang dipakai untuk misa suci), elixir (obat mujarab untuk segala macam penyakit; berupa anggur atau minuman
lain, sebuah model lingga (alat kelam laki-laki), pedang (yang sekaligus
menjadi simbol salib terbalik), gong, dan kertas perkamen.
6. Hari-hari besar: Hari-hari besar yang
terpenting adalah hari ulang tahun mereka masing-masing. Selain itu ada dua hari besar pening, yaitu
Walpurgisnacht (malam sihir suci menjelang Mei). 30 April, dan Halloween. Di samping itu masih ada delapan hari pesta:
Imbolc (2 Februari), Spring Equinox (21 Maret), Beltane (1 Mei), Summer
Solstice (21 Juni), dan seterusnya (Medwar 2001: 26).[23]
2.2.
Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA Pasal 28E
Dasar hukum yang menjamin kebebasan
beragama di Indonesia ada pada konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun
1945 (“UUD 1945”):[24]
“Setiap
orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”
Pasal 28E ayat
(2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang
berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga
diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga
menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk
memeluk agama.
Akan tetapi, hak asasi tersebut bukannya
tanpa pembatasan. Dalam Pasal 28J ayat
(1) UUD 1945 diatur bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi
orang lain. Pasal 28J ayat (2) UUD
1945 selanjutnya mengatur bahwa pelaksanaan hak tersebut
wajib tunduk pada pembatasan-pembatasan dalam undang-undang. Jadi, hak asasi
manusia/beragama tersebut dalam pelaksanaannya tetap patuh pada
pembatasan-pembatasan yang diatur dalam undang-undang.
2.3.
Gereja Setan di Indonesia
Dari AS Gereja Setan yang dipimpin LaVey
dan penerus-penerusnya, begitu juga kelompok-kelompok lainnya, menyebar ke seluruh
dunia, baik orang-orangnya maupun ajaran (termasuk tulisan-tulisan) dan
praktiknya, termasuk ke Indonesia. Sebelum Gereja Setan masuk ke Indonesia,
sebenarnya sudah sangat banyak paguyuban ataupun pribadi-pribadi di negeri ini
yang melakukan praktik pemujaan terhadap setan ataupun roh-roh, yang semuanya
secara umum dapat disebut Spiritisme ataupun Okultisme. Sangat banyak beredar
cerita, baik berupa cerita rakyat yang dituturkan secara lisan, maupun yang sudah
dikemas dalam wujud tulisan, cerita di radio, serta pertunjukan film dan
televisi. Hampir setiap suku mempunyai kekayaan cerita dan praktiknya.
Agama-agama besar dan resmi yang kemudian datang ke Indonesia, terutama Islam
dan Kristen, secara umum mengajarkan penolakan dan pembasmian terhadap ajaran
dan praktik itu.[25]Tetapi
kita juga tahu bahwa mereka yang mempraktilkkannya (termasuk pejabat tinggi)
tetap mengaku sebagai orang-orang beragama, dan para pemimpin agama tidak
berhasil membasminya.
Dengan nama Gereja Setan, di beberapa kota
antara lain Bandung, Manado, dan Jakarta, kumpulan pemujaan ini sempat hadir di
Indonesia, terutama pada tahun 1999, dengan berbagai variasi cerita dan
praktiknya yang kurang lebih sama dengan Gereja Setan yang dibentuk LaVey dan
kawan-kawan." Misalnya, dalam upacaranya seorang perempuan diletakkan di
atas altar batu, kemudian seluruh busananya ditanggalkan, dan Iblis (yang
menjelma dalam diri seseorang) berhubungan seks dengan perempuan itu, dalam
rangka menetapkannya menjadi pendeta perempuan dalam kumpulan itu. Selanjutnya
para peserta upacara juga ikut menjadi liar, meminum minuman keras, sebagian
mengkonsumsi narkoba, dan melakukan hubungan seks bebas. Karena itu Rebecca
Brown berkesimpulan bahwa Gereja Setan sebagai salah satu "agama manusia
modern", akrab dengan materialisme dan hedonisme, termasuklah kebebasan
seks serta penggunaan narkoba dan minuman keras (bahkan ada yang minum darah
hewan ataupun manusia), perilaku dan gaya hidup yang secara diametral
bertentangan dengan agama-agama yang diturunkan Tuhan Allah.[26]
III.
Refleksi
lahir dan berkembangnya Gereja Setan terhadap Gereja Masa Kini
Melalui lahirnya Gereja Setan, oleh Anton
Szandor Lavey yang melihat kehidupan orang Kristen hanya sebuah topeng saja,
Dalam Yehezkiel 8 : 6- 12 kita akan melihat bagaimana Tua-tua Israel melakukan
kekejian diluar Bait Allah, mereka masih menyembah berhala dan melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan perintah Allah, demikian pula kita saat ini, menurut
penyeminar ada krisis kepemimpinan dalam gereja masa kini . Iblis tidak pernah terang-terangan. Seperti ular diam-diam dan dengan
sembunyi-sembunyi, roh agamawi dan penyesatan memasuki Bait Allah. Dengan berpura-pura melayani gereja Allah,
motivasi yang campur aduk dan najis telah menginfiltrasi pelayanan. Sebagai pemimpin, kita telah menjadi pelayan setan,
bukan pelayan Allah. Kita menyembah
gambaran palsu, gambaran sukses, kerohanian dan kekuasaan Kita lembut ke dalam
gereja dan kota kita model dan formula muktahir untuk menjamin sukses. Melihatnya dari jauh dari kota atau negara
lain hal-hal itu nampaknya sangat menggiurkan, sangat menjanjikan. Namun seperti fatamorgana, harapan akan
pertumbuhan pertumbuhan gereja atau transformasi kota menguap pada saat kita
bergerak maju. Mengapa? Karena kita menolak membayar harga dengan merendahkan
diri kita, atau membiarkan kekuatan kita diremukkan, program dan rencana kita,
kefasihan dan kecakapan berbicara kita, musik dan talenta kita dijadikan tidak
dekat.
Tanpa mengalami kehancuran hati, setiap
model baru mengakibatkan kita lebih mengandalkan kemampuan kita dalam
mengorganisasi, kecakapan komunikasi dan berjejaring, sumber daya finansial
kita, atau kreativitas kita. Kalau kita
mengirimkan model sukses paling muktahir kita tanpa menjalani kerendahan hati
salib, kita hanya akan menyembah pada gambaran yang hampa. Seperti rasul-rasul hebat di Korintus itu,
kita akan "bermegah karena hal-hal lahiraan dan bukan batiniak" (2
Kor. 5:12).
Sehingga penting bagi Gereja masa kini
untuk membenahi diri, baik para pemimpin Gereja dan jemaat Gereja, sebab hidup
orang Kristen harusnya menjadi teladan bagi banyak orang.
IV.
Analisa
Penyeminar
Dalam
buku kajian sosiologi agama karangan Betty R Scharf yang mengambil dari teori
Ernest Troeltsch mengatakan:
“Gereja adalah suatu lembaga
yang terorganisir besar (dengan
struktur yang jelas) dan bersifat keterbukaan, pelayanan yang
teratur dengan waktu telah di tentukan. Dan dia lahir dari hasil kerja
penebusan dosa.” Sedangkan “sekte adalah kelompok yang terbentuk dari
masyarakat sukarela yang
bentuknya agak sedikit dan agak tertutup, dan antar sesame penganut masih
dalam keterikatan hubungan yang kuat, dan sekte berasal dari masyarakat kelas
bawah dan ia tidak punya teologi yang jelas, akan tetapi mempunyai mitos yang
kuat dan harapan besar untuk menatap masa depan.”[27]
Dalam
buku Elizabeth K. Notthingham menjelaskan tentang denominasi:
“Denominasi/ aliran
keagamaan adalah suatu kelompok yang stabil dan letaknya diantara gereja dan
sekte dan ia
sifatnya tidak terlalu keras
dan berat bisa dikatakan ia
adalah moderat. Sedangkan Cult/mistisisme hampir sama dengan sekte dan kelompok
Cult sering berada dalam kawasan
metropolitan. Dan Cult
mempunyai kepemimpinan yang kharismatik(seorang tokoh yang diagungkan)”[28]
Untuk kasus gerakan satanisme yang
digerakan oleh Anton Szandor Lavey ini bisa dikatakan jenisnya adalah Sekte
ideologi okultisme yang mempunyai organisasi terstruktur dengan anggota yang
tidak terlalu besar dan pengikutnya sukarela. Serta mereka punya tokoh yang
kharismatik yaitu Anton Szandor Lavey, namun kenyataannya mereka menyebutkan
adalah Sebuah Gereja. Dalam perkembangannya dari dulu hingga sekarang mereka mempunyai
ideologi yang bedasarkan seksual, itu bisa kita lihat dari tata cara ritual
mereka tersebut. Seks yang menurut mereka adalah sebuah hal yang sakral bagi
mereka. Dan itu merupakan penghormatan untuk tuhan yang disembah mereka yaitu
Baphomet/Lucifer.
Undang-Undang Indonesia sangat jelas
sesungguhnya menentang pemahaman seperti ini, sebab ajaran- ajarannya serta
praktik-praktik keagamaan Gereja Setan sangat bertentangan dengan Undang-Undang
, dan Pancasila. Perlu bagi Gereja di Indonesia memandang proses kelahiran
Gereja Setan ini sebagai masalah serius, masalah kehidupan gereja yang
seharusnya diperbaiki.
V.
Kesimpulan
1. Pemujaan
terhadap Setan ataupun terhadap roh-roh (Spiritisme) se- benarnya sudah berlangsung
sejak sangat lama, mungkin sejak manusia pertama (bnd. Kejadian 3). Di dalam
Perjanjian Lama (PL) kita menemukan banyak contoh tentang pemujaan terhadap
Setan, yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel, tetapi
kadang-kadang juga menggoda orang Israel untuk ikut memujanya.
2. Gereja Setan pertama kalinya didirikan
oleh Anton Szandor Lavey dia adalah seorang pemain musik organ pada
sebuah karnaval. Anton Sandorz LaVey yang mendirikan Church of Satan (Gereja
Setan) pada tanggal
30 April 1966
yang dikenal dengan
“Hari Setan” (Walpurgisnacht). Untuk menanamkan keyakinan kepada para pengikutnya,
LaVey mengarang beberapa buku di antaranya: The Satanic Bible (1969), The Satanic Ritual (1969).
3. Bahwa
di antara kelompok Gereja Setan yang satu dengan yang lain bisa terdapat
variasi di sana-sini, dan Ada banyak peraturan, dan semua yang gagal untuk
mematuhinya akan dihukum di depan seluruh pemuja setan di kuil, Hukuman itu dilakukan oleh pemimpin pemuja setan
sendiri.
4. Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga
menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan.
Selain itu dalam Pasal 28I ayat
(1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak
asasi manusia. Selanjutnya Pasal
29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama. Akan tetapi, hak asasi
tersebut bukannya tanpa pembatasan. Dalam Pasal 28J ayat (1) UUD 1945 diatur bahwa setiap orang wajib
menghormati hak asasi orang lain. Pasal
28J ayat (2) UUD 1945 selanjutnya mengatur bahwa pelaksanaan
hak tersebut wajib tunduk pada pembatasan-pembatasan dalam undang-undang. Jadi,
hak asasi manusia/beragama tersebut dalam pelaksanaannya tetap patuh pada
pembatasan-pembatasan yang diatur dalam undang-undang.
5. Untuk
kasus gerakan satanisme yang digerakan oleh Anton Szandor Lavey ini bisa
dikatakan jenisnya adalah Sekte ideologi okultisme yang mempunyai organisasi
terstruktur dengan anggota yang tidak terlalu besar dan pengikutnya sukarela. Serta
mereka punya tokoh yang kharismatik yaitu Anton Szandor Lavey, namun
kenyataannya mereka menyebutkan adalah Sebuah Gereja. Dalam perkembangannya dari dulu hingga sekarang mereka mempunyai
ideologi yang bedasarkan seksual, itu bisa kita lihat dari tata cara ritual
mereka tersebut. Seks yang menurut mereka adalah sebuah hal yang sakral bagi
mereka. Dan itu merupakan penghormatan untuk tuhan yang disembah mereka yaitu
Baphomet/Lucifer.
VI.
Daftar
Pustaka
a.
Sumber
Buku
Anton Szandor Lavey, The Satanic Bible Underground Version
Aritonang Jan S, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR GEREJA,Jakarta: BPK-Gunung
Mulia, 2016
Berkhof Louis, Teologia Sistematika Vol. 5: Doktrin Gereja, Lembaga Reformed Injili
Indonesia, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999
Burung Willem & P.G. Katoppo, Εκκλησια, Jemaat, Gereja, dalam Forum
Biblika 2, Jakarta: LAI, 2009
Betty R. Scharf, Kajian Sosiologi Agama, terj. Machnun Husein, Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana Yogya, 1995
Diamond A. R., Pete “qahal”, dalam New International Dictionary Of The Old Testament
Theology & Exegetis Volume 3, Willem A. Van Gemeren ed., Amerika:
Paternoster Press, 1997
Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat, terj. Abdul Muis
Naharong, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1994
Ferdi Godjali, Menghancurkan Kerajaan Iblis dalam Diri Kita, Yogyakarta: Penerbit
ANDI, 2011
Irvine Doreen, Kisah Pertobatan Seorang Pemuja Setan, Yogyakarta: ANDI, 2008
Jacobs Tom, Dinamika Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 1979
J.L. Ch. Abineno, Pokok-pokok Penting Dari Iman Kristen, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1998
Lingga Hanu, Sejarah Setan: Membongkar Sepak Terjang Setan dan Aliran-aliran Pemuja
Setan, cet. 1,Yogyakarta: Navila Idea,2011
Mardiatmadja B.S., Ekklesiologi Makna Dan Sejarahnya, Yogyakarta:
Kanisius, 1986
b.
Sumber
Undang-Undang
…,
Undang-Undang Dasar 1945 &
Amandemennya
c.
Sumber
Internet
http:/ / www.churchofsatan.com. Diakses pada tanggal 12 September 2020, Pukul 12.13 WIB di Jl.Sakinah, Medan-Sumatera Utara
[1] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR
GEREJA, ( Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 574
[2] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR
GEREJA, ( Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 575
[3] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR
GEREJA, 575
[4] Ibid, 575
[5] Ibid, 576
[6] Ibid, 576
[7]
Hanu Lingga, Sejarah Setan: Membongkar Sepak Terjang
Setan dan Aliran-aliran Pemuja Setan, cet. 1,(Yogyakarta: Navila
Idea,2011), 75-77
[8] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR
GEREJA, 576
[9]
Hanu Lingga,
Sejarah Setan: Membongkar Sepak Terjang
Setan dan Aliran-aliran Pemuja Setan, cet. 1, (Yogyakarta: Navila
Idea,2011) 75-77
[10]
Striptase berarti tari-tarian tanpa memakai baju. Arti lainnya
dari striptease adalah berarti tari-tarian
telanjang, sebagian peneliti
juga mengungkapkan bahwasannya asal usul striptease modern berasal dari tarian
Ghawazee yang merupakan hasil tiruan orang Perancis dari jajahannya, Afrika
Utara dan Mesir.(…, KBBI Online, Diakses
pada tanggal 12 September 2020, Pukul 22.50 WIB)
[11] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR
GEREJA, 577-578
[12] Ibid,579
[13] Doreen Irvine, Kisah Pertobatan Seorang Pemuja Setan, (Yogyakarta: ANDI, 2008),
117-118
[14] Ibid, 118
[15] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR
GEREJA, 580
[16] Ibid,581
[17]
Anton
Szandor Lavey, The
Satanic Bible Underground Version, 28
[18] Hanu Lingga, Sejarah Setan: Membongkar Sepak Terjang Setan dan Aliran-aliran Pemuja
Setan, cet. 1, 30-32
[19] Anton Szandor Lavey, The Satanic Bible Underground
Version, 53
[20]
Ferdi
Godjali, Menghancurkan
Kerajaan Iblis dalam Diri Kita, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2011), 215.
[21] http:/
/ www.churchofsatan.com. Diakses pada tanggal 12 September
2020, Pukul 12.13 WIB di Jl.Sakinah, Medan-Sumatera Utara
[22] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR
GEREJA, 582
[23] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR
GEREJA, 583-584
[24] …, Undang-Undang Dasar 1945 & Amandemennya
[25] Jan S Aritonang, BERBAGAI ALIRAN DI DALAM DAN DI SEKITAR
GEREJA, 578
[26] Ibid, 578
[27]
Betty R.
Scharf, Kajian Sosiologi Agama, terj.
Machnun Husein, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995),124
[28]
Elizabeth K.
Nothingham, Agama dan Masyarakat, terj.
Abdul Muis Naharong, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1994), 165
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment