Roh Kudus ( Suatu Tinjauan Dogmatis Tentang Kehadiran dan Keberadaan Roh Kudus Pada Orang Percaya dan Implikasi Pemaknaannya pada Denominasi-Denominasi Gereja)
I.
Pendahuluan
Dalam
perkembangan gereja masa kini banyak hal yang terjadi dalam hubungan antar
gereja dan antar orang percaya yang mengakibatkan timbulnya disharmonisasi dan
yang kurang memuliakan nama Tuhan sang kepala
Gereja. Salah satu sebab yang menonjol adalah perbedaan konsep tentang Roh
Kudus, mengenai peran-Nya, siapa yang memiliki-Nya, dan cara kehadiran atau
operasinya. Tudingan yang mengatakan bahwa ada gereja yang tidak memiliki Roh
Kudus dan ada gereja yang dipenuhi oleh Roh kudus mengakibatkan adanya perasaan
tidak sejahtera di dalam hubungan antar hamba-hamba Tuhan yang melayani di
dalam gereja tersebut yang berbeda aliran dan denominasinya. Pernyataan akan
ketidak samaan pendapat ini sering juga terlontar melalui mimbar resmi di Gereja dan di tempat pelayanan yang
lain. Yang lebih menyedihkan adalah kalau tuduhan dan tudingan ini dinyatakan
dengan gencar lewat siaran radio yang juga dengan bebas dapat di dengar oleh
mereka yang tidak satu iman atau satu agama.[1]
Pendapat
dan konsep tentang Roh Kudus ini tidak selalu didasari oleh satu penelitian dan
pemahaman tentang satu konsep yang alkitabiah.
Pernyataan di atas sering muncul berdasarkan pengetahuan yang kurang
Alkitabiah dan didasari oleh prasangka rohani yang kurang baik. Sebagian hal
ini terjadi karena adanya orang yang menjadikan pengalaman pribadi atau
kelompok menjadi dasar teologis yang diharapakan menjadi kebenaran yang harus
diikuti oleh orang lain. Memang sering terjadi bahwa seseorang mempunyai
pengalaman yang berbeda dengan pengalaman orang lain tentang penyataan Roh
Kudus. Tetapi walaupun benar bahwa peristiwa itu eksperiensial tetapi
pengalaman itu tidak harus sama kepada semua orang percaya. Oleh karena itu semua
pengalaman rohani harus diuji dengan kebenaran firman Tuhan. Harus juga diakui
bahwa baik di pihak pelayan maupun anggota gereja suku yang sifatnya lebih
konservatif atau tradisional ataupun dipihak pelayan dan anggota gereja
non-suku yang sifatnya lebih kharismatis, disharmonis ini sering menghambat
perkembangan kerjasama dalam bidang pelayanan Gereja-gereja suku di sumatera
utara khususnya, dan di tempat-tempat lain pada umumnya masih sangat hati-hati
terhadap datangnya hal-hal yang baru sehingga ada kesan kurang terbuka terhadap
datangnya perubahan. Di pihak lain gereja-gereja non-suku yang sifatnya
pentakostal dan karismatis sangat terbuka dengan perubahan, baik dalam tata
ibadah, cara beribadah, dan cara mengekspresikan perasaan dalam ibadah
tersebut. Di samping hal-hal tersebut
harus diakui juga adanya perbedaan-perbedaan teologis diantara kedua jenis
gereja tersebut dan perbedaan-perbedaan tersebut sering bermuara pada konsep dan peran Roh
Kudus.[2] Selain itu ada juga klaim-klaim yang
mendasarkan bahwa kemampuan berbahasa Roh dan karunia penyembuhan sebagai wujud
kehadiran kamahidiran Roh Kudus.
Permasalahan
yang disebutkan di atas dapat diatasi salah
satunya dengan jalan menolong semua pihak untuk belajar Firman Tuhan
dengan lebih baik dan intensif. Seseorang akan dengan mudah terombang-ambing di
dalam pendirianya kalau secara teologis atau doktrinal kurang kokoh dalam
pengertian akan firman Tuhan. Harus diakui bahwa mereka yang dengan mudah
meninggalkan gerejanya dan berpindah ke gereja lain yang notabene belum
mempunyai landasan teologis yang cukup alkitabiah adalah diakibatkan oleh
kurangnya pengertian akan firman Tuhan terutama tentang makna gereja. Untuk
tujuan menolong terciptanya hubungan yang lebih harmonis dan bersahabat sebagai
saudara di dalam Tuhan dan yang telah dipersatukan oleh Roh Kudus ke dalam
tubuh Kristus maka perlu pengkajian yang Alkitabiah tentang topik Roh Kudus.
Ada banyak pertanyaan-pertanyaan jemaat dan juga sebagai pergumulan iman gereja
yang sering mendasarkan kepenuhan Roh
Kudus, Baptisan Roh Kudus, karunia Roh Kudus terutama mengenai bahasa lidah
atau bahasa Roh sebagai wujud seseorang atau kelompok orang yang dipenuhi oleh
Roh Kudus. Jadi bagaimana sebenarnya wujud kehadiran Roh Tuhan itu? menjadi
pokok kajian yang akan dibahas dalam tulisan ini.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Roh Secara
Umum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata roh (ruh)
diartikan sebagai sesuatu yang hidup, yang tidak berbadan jasmani, yang berakal
budi dan berperasaan (seperti malaikat, setan dan lain-lain). Roh juga dapat
diartikan sebagai jiwa (badan halus) dan juga semangat[3].
2.2. Roh Tuhan? Kehadiran,
Karya dan Keberadaan-Nya
2.2.1.
Dalam
Perjanjian Lama
Dalam
Perjanjian Lama Allah menyatakan diri-Nya sebagai Roh. Kata Roh dalam bahasa Ibrani yaitu ruakh yang artinya nafas, angin. Kata
Roh dapat diterjemahkan dengan bermacamm-macam kata. Dalam Mazmur 33:6
umpamanya Ruakh diterjemahkan dengan nafas dari mulut, sedangkan dalam Yeremia
10:14 diterjemahkan dengan nyawa dan lain sebagainya. Jika kara ruakh dikenakan kepada Tuhan Allah
sendiri, maka Roh dipandang sebagai kekuatan atau kuasa menjadi alat Tuhan
Allah bekerja. Roh Allah (Ruakh Elohim)
adalah roh Ilahi, energi, nafas untuk kelangsungan manusia dan jiwa.[4]
Ruakh Yahwe bukanlah kesatuan yang
terpisah atau berbeda itu adalah kuasa Allah, tindakan pribadi dalam kehendak
Allah untuk menjangkau objek moral dan agama. Ruakh adalah sumber dari semua yang hidup semua kehidupan jasmani
(Kejadian 2:7). Ruakh Yahwe adalah
suatu terminologi bagi tindakan kreatif historis dari Allah. Roh Allah sangat
berperan dalam kehidupan manusia, dimana ada hubungan antara Roh Allah dengan
Roh manusia, tetapi gagasan paling utama adalah bahwa hidup manusia itu
diperuntukkan untuk Allah. Dalam hal lain dapat dilihat bahwa Roh Allah
mengaruniakan kepada manusia keterampilan akal budi dan seni.[5]
Ruakh Yahwe
termanifestasi bagi seseorang dalam tindakan sekejap dan juga bisa tinggal agak
lama sehingga orang itu bisa menjadi pemimpin yang kharismatik atau menjadi
nabi yang terpanggil. Misalnya dalam diri Musa, menurut penuturan Bilangan
11:24-27 Musa telah dihinggapi Roh Tuhan dalam waktu lama dan suatu waktu
ketika Musa mengumpulkan tujuh puluh tua-tua bangsa Israel untuk berkumpul di
sekeliling kemah, Allah mengambil sebagian dari Roh yang hinggap padanya dan
ditaruh-Nya atas tujuh puluh tua-tua itu sehingga mereka mampu menolong atau
membantu Musa memimpin bangsa Israel dalam perjalanan menuju tanah perjanjian.
Roh Allah selalu hadir dalam melaksanakan maksud dan tujuan Allah. Hal itu
nampak jelas dalam kehidupan nabi-nabi yang melaksanakan tugasnya dalam
memberitakan firman Tuhan, menubuatkan pengharapan masa datang. Selain itu juga
Ruakh Yahwe memampukan yang
dihinggapi-Nya itu meningkatkan kekuatan fisik dan psikis, dimana seseorang itu
sepertinya memiliki kekuatan raksasa dan luar biasa. Dalam keadaan perang Roh
Allah memasuki laki-laki dan memberikan semangat hingga dapat melakukan yang heroik dalam perang (Hakim-Hakim 14:5).
Jadi kehadiran Roh Allah dalam Perjanjian Lama dapat dijelaskan dengan beberapa
pemahaman bahwa Allah yang jauh membiarkan Roh-Nya di di dalam para nabi-Nya
(Yesaya 61:1-3) atau di dalam bangsa-Nya (Hagai 2:5).[6]
2.2.2.
Dalam
Perjanjian Baru
Ada
beberapa istilah dalam Perjanjian Baru yang digunakan untuk menunjuk kepada
Roh. Pertama Pneuma dari istilah ini
kemudian muncul kata Pneumatology yang
berat llmu tentang roh. Istilah ini secara langsung berbicara tentang Roh
Kudus. Dalam Yohanes 3:8 istilah ini diterjemahkan dengan angin dan dalam 2
Tesalonika 2:8 istilah ini diterjemahkan dengan nafas. Jikalau digabung dengan
istilah Yunani Sarx maka artinya
adalah “keseluruhan kepribadian manusia” yaitu materi atau non materi sebagaimana
dikatakan Paulus dalam 2 Korintus 7:1. Pegertian lain dari istilah Pneuma mempunyai penekanan yang sifatnya
lebih mengarah kepada konotasi psikologis, yaitu tempat dimana persepsi,
perasaan, kehendak dalam alam pikiran benda (Markus 2:8; Lukas 1:47).[7]
Namun kalau istilah ini dipertautkan dengan Kristus atau Allah maka artinya
menjadi Roh Kudus (Kisah Pararasul 16:7). Istilah lain yang dipakai dalam
bahasa Yunani adalah Parakletos yang
artinya dipanggil untuk bersama seseorang atau dipanggil untuk membantu
seseorang.
Dalam
istilah ini yang paling ditekankan adalah fungsi Roh yaitu Roh Kudus yang
dipanggil seabagai pembimbing, penolong yang menguatkan, penopang, penasihat.
Istilah ini memberi konotasi bahwa Roh itu bertindak sebagai pribadi. Ia
mendengar, berbicara, meyakinkan, menyaksikan, memimpin, mengajar, berkehendak
menolong (Yohanes 14:26; Roma 8:14; Galatia 5:17-18; Ibrani 3:7, Wahyu 2:7).
Dalam bahasa latin yang merupakan salah satu bahasa paling tua istilah yang
digunakan untuk Roh Kudus adalah Sanctos
Spiritos dan biasanya kata ini juga dicantumkan dalam simbol Allah
Tritunggal yang dipanjangkan dalam setiap gereja latin (Galatia 6:8).[8]
Kehadiran dan keberadaan Roh Kudus sangat banyak di jelaskan dalam Perjanjian
Baru, salah satu yang paling umum dipahami adalah kehadiran Roh Kudus pada hari
Pentakosta (Kisah Pararasul 2) dimana para murid dipenuhi Roh Kudus. Namun
sejumlah bagian dalam Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Roh Kudus diberikan
kepada setiap orang percaya bukan hanya kepada orang-orang tertentu secara
selektif (Yohanes 7:37; Roma 5:5). Paulus menyatakan bahwa orang yang tidak
memiliki Roh Kudus sama dengan bukan milik Kristus (Roma 8:9). Yudas juga menjelaskan bahwa
orang-orang yang mengingkari iman mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki
Roh Kudus (Yudas 19).[9]
Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya tentang keberadan Roh Kudus sebelum Dia
disalib. Mereka memiliki banyak pertanyaan tentang pribadi yang istimewa itu.
Sebelum Ia naik kembali ke sorga, Ia mengatakan kepada mereka untuk menanti dan
berdoa bersama-sama sampai Roh Kudus turun ke atas mereka.
Pada
hari pentakosta Tuhan memenuhi hati mereka dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul
2:1-4). Kehadiran Roh Kudus dalam hati seorang percaya menanandakan lembaran
baru dalam kehidupan persekutua-Nya dengan Tuhan. Ia memberikan hati dan Roh
yang baru, ia berdiam di dalam kita seperti yang dijanjikan Yesus (Yohanes
14:16-17). Roh Kudus membawa kehadiran Tuhan dalam dunia kita sekarang. Ia
bekerja terutama untuk memulihkan dan memelihara hubungan persekutuan kita
dengan Allah Bapa. Ia mendatangkan rasa tertuduh dalam hati para pendosa,
mendorong mereka untuk hidup dalam kebenaran dan mengingatkan mereka pada
penghukumann yang akan datang (Yohanes 16:8). Ia memberikan kita kelahiran baru
dalam iman di dalam Tuhan (Yohanes 3:3-5). Pada saat kita menerima Kristus, Ia
akan tinggal dalam hati kita dan menerangkan pikiran kita mengenai perkara-perkara
Tuhan (Yohanes 14:15-17). Ia akan memberikan ilham dalam pemikiran kita setiap
kali kita membaca Alkitab dan membimbing kita dalam kebenaran-Nya (Yohanes
16:15-16). Ia berdoa bagi kita kepada Allah Bapa (Roma 8:26-27). Ia menguduskan
hati kita melalui iman (Roma 8:1-17). Ia mengerjakan buah-buah Roh dalam hidup
kita (Galatia 5:22-23). Ia memberikan kepada kita kemampun unutuk melayani dalam
gereja-Nya di dalam dunia (Roma 12; 1
Korintus 12; Efesus 4) [10]
2.3. Sejarah Tentang Doktrin Roh Kudus, Akar
Masalah dan Perkembanganya Dari Abad I
Sampai Kini
Doktrin
tentang Roh Kudus tidak mendapat banyak perhatian pada abad-abad permulaan.
Mengenai hal ini prinsip yang ditekankan pada abad sesudah para rasul adalah
pada pengalaman Roh Kudus dan bukan pada doktrin. Hal utama yang diperdebatkan
dikalangan gereja Kristen mula-mula adalah persoalan kesiapaan Yesus Kristus.
Pada Konsili Nicea (325) dan Konstantinopel (381) dirumuskanlah dogma bahwa
Anak Allah sehakikat dengan Bapa. Barulah dalam perkembangan selanjutnya,
pembicaraan Roh Kudus sebagai suatu doktrin mulai dibicarakan. Anthanasiuslah
yang pertama sekali membicarakan doktrin tentang Roh Kudus sebagai yang
sehakikat dengan Bapa. Maksudnya ialah bahwa Roh Kudus itu bukanlah “sesuatu”,
bukanlah salah satu “kekuatan” bukanlah salah satu “mahluk” melainkan bahwa Dia
berpribadi artinya bertindak dengan cara berada yang ketiga di dalam hakekat
Allah yang esa itu. Dalam perkembangan selanjutanya yaitu dalam konsili
Chalcedon (451) pemaknaan tentang Roh
Kudus dipahami keluar dari Bapa dan dari Anak. Perumusan yang tegas barulah
diberikan dalam pengakuan yang disebut Anthanasianum yang terjadi antara abad
ke-6 dan abad ke-8. Dalam pengakuan ini dengan tegas dikatakan bahwa Roh Kudus
adalah sehakikat dengan Allah Bapa dan Allah Anak, sebagaimana Bapa begitu
jugalah Anak dan begitu jugalah Roh Kudus adalah Allah. Namun bukanlah tiga
tuhan melainkan satu Tuhan.[11]
Sampai
pada zaman reformasi perhatian Gereja hanya ditujukan pada pribadi Roh Kudus.
Dalam reformasi perhatian diberikan kepada karya-Nya. Sejauh menyangkut Pribadi
Roh Kudus semua pengakuan kaum reformasi mengatakan doktrin ortodoks tentang
Roh Kudus dalam hubungan-Nya dengan Pribadi-pribadi lainya dari Trinitas. Sejauh
menyangkut karya-Nya ada penekanan baru mengenai perlunya Roh Kudus untuk
melahirkan kembali manusia karena adanya kembali penekanan Agustinian tentang
kebejatan manusia secara total. Kontribusi penting lainya dari para reformator
adalah penekanan mereka pada perlunya penerangan Roh Kudus. Hal ini mengandung
arti bahwa semua orang percaya dapat diajar kebenaranya melalui pelayanan Roh
Kudus untuk mengajar. Penekanan Luther pada pembenaran oleh Iman menyebakan
dirinya berbicara banyak tentang Roh Kudus. Demikian juga Calvin selalu
menekankan tentang aspek-aspek karya Roh Kudus yang dihubungkan dengan Trinitas
dan pelayanan Roh Kudus dalam hati dan kehidupan orang percaya.
Selanjutnya
pada abad ke-20 muncullah suatu gerakan yang didebut Neo-ortodoks yang
dipelopori oleh Karl Barth (1886-1968). Gerakan neo-orrtodoks menyatakan
dirinya sebagai reformasi baru yang memanggil manusia untuk kembali kepada
Alkitab. Permasalahan tentang Roh Kudus juga menjadi bagian yang disenangi pada
masa ini. Roh Kudus lebih dianggap sebagai suatu aktifitas dari Allah dari pada
pribadi dalam keallahan. Sedangkan Barth menolak istilah pribadi untuk
menyatakan pribadi yang terlalu banyak. Ia memahami bahwa Tinitas merupakan mode
manifestasi atau dengan sebutan modalistis, jadi Roh Kudus sungguh-sungguh
Allah. Selanjutnya muncullah pahan neo-liberalisme yang menyatakan bahwa Roh
hanyalah merupakan suatu fungsi dari Allah tanpa memiliki kualitas kepribadian
yang berbeda. Selanjutanya paham yang sangat berpengaruh saat ini adalah Pantekostalisme,
aliran ini menekankan baptisan Roh Kudus sebagai karya karunia yang kedua untuk
memperoleh kuasa dan mengutamakan kembalinya pengalaman semua karunia yang
telah diberikan dan digunakan pada masa Perjanjian Baru. Doktrin ortodoks
mengenai pribadi Roh Kudus di terima, hal itu merupakan kenyataan dari karya
Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang Kristen.[12]
2.4. Berbagai Pemahaman
Tentang Roh Kudus
2.4.1.
Pandangan
Lutheran
Dalam
Katekismus Martin Luther[13]
sebagaimana yang tercantum dalam pengakuan iman “Aku percaya kepada Roh Kudus,
akan Gereja Kristen yang kudus, akan keampunan dosa, akan kebangkitan tubuh,
serta kehidupan yang kekal” amin. Butir pengakuan ini mengandung arti kita
percaya bahwa kita tidak akan mungkin
untuk datang kepada-Nya. Akan tetapi Roh Kudus telah memanggil manusia melalui
injil, mencerahkan pengertian manusia dengan kasih karunia-Nya, supaya manusia
disucikan dan tetap berpegang teguh pada iman yang sejati. Dengan cara yang
sama Ia telah memanggil, menghimpun, mencerahkan dan menyucikan seluruh Gereja
Kristen di bumi dan mempersatukanya di dalam Yesus Kristus berdasarkan satu
iman yang sejati. Dalam pemahaman Luther Roh Kudus adalah Allah (Kisah Para
Rasul 2:1-21; Matius 28:19). Roh Kudus mendiami orang terpilih dan sudah
beriman karena Ia berdiam di dalam bait-Nya dan bukan bermalas-malas, melainkan
mendorong mereka untuk mematuhi perintah Allah, demikian juga orang percaya
hendaknya tidak bermalas-malas dan tidak menetang dorongan-dorongan Roh Kudus,
melainkan harus bergiat dalam kebajikan-kebajikan orang Kristen.
Roh
Kudus menyaksikan kepada orang terpilih bahwa mereka adalah anak-anak
Allah (Roma 8:16). Roh itu diterima
dengan iman sebagaimana dikatakan Paulus (Galatia 3:14) sehingga hati
digerakkan untuk melakukan perbuatan baik.[14]
2.4.2.
Pandangan
Calvinis
Roh
Kudus itu adalah ikatan yang dipakai Kristus untuk mengikat kita dengan erat
pada diri-Nya. Roh Kudus memperlengkapi Kristus dan datang ke dunia supaya kita
dipisahkan-Nya dari dunia dan dikumpulkan-Nya untuk mengharapkan warisan yang
kekal. Ada beberapa pemahaman Calvin tentang Roh Kudus: Dia dinamakan Roh yang
menjadikan kita anak-anak Allah (Rom. 8:15; Gal. 4:6). Dia dinamakan jaminan
dan materai warisan kita (2 Kor. 1:22). Dia juga dinamakan kehidupan oleh
karena kebenaran (Rom. 8:10). Dia digambarkan kepada kita sebagai mata air
(Yoh. 4:14) yang memancarkan segala kekayaan sorga kepada kita atau sebagai
tangan pelaksana kekuasaan Allah (Kis 11:21). Roh Kudus itulah sesungguhnya
yang dinamakan kunci yang membukakan kita kepada harta kekayaan kerajaan Sorga,
dan penerangan-Nya dinamakan pandangan akal kita yang memungkinkan kita
melihat. Tanpa penerangan Roh Kudus firman tidak dapat berbuat apa-apa.[15]
2.4.3.
Pandangan
Kharismatik
Gerakan
Karimastik tidak dapat dipisahkan dari masalah New Religion Movement (NRM)[16]
Gerakan-gerakan keagamaan Baru yang muncul
dalam hidup keberagamaan di tengah-tengah Gereja. Gerakan Karismatik
dicirikan oleh pujian yang bersemangat kuasa baru untuk melayani dan bersaksi,
mendengar suara Tuhan pada masa kini membangun minat pada eskatologi dan adanya
karunia-karunia termasuk bahasa Roh. Kita tentu sudah paham istilah karismatik
berasal dari kata Yunani Charisma
yang berarti karunia-karunia roh, diantaranya termasuk berbahasa lidah dan
berkata-kata dalam bahasa asing, bernubuat,
melakukan mujizat dan menyembuhkan. Gerakan karismatik ini lebih
menekankan pengalaman rohani dibandingkan dengan rumusan ajaran. Dalam beberapa
pokok ajaranya yang disajikan dalam pernyataan iman Vineyard Christian
Fellowship Pengakuan akan Kepercayaan terhadap Roh Kudus mendapat posisi yang
sentral. Sebagaimana disebutkan “Aku percaya kepada Roh Kudus yang memancar
keluar dari sang Bapa dan sang Putera untuk meyakinkan dunia tentang dosa
kebenaran dan penghakiman, dan untuk melahir barukan, menyucikan dan memberi
kuasa pelayanan kepada semua orang percaya kepada Kristus. Kami percaya bahwa
Roh Kudus mendiamai setiap orang percaya kepada Kristus dan ia adalah penolong,
pengajar dan penuntun yang tinggal tetap. Kami percaya akan pelayanan Roh Kudus
pada masa kini dan akan pemberlakuan semua karunia roh yang disebut dalam
Alkitab”. Jadi Roh Kudus mendapat posisi yang sentral dalam pemahaman
karismatik mereka sangat menekankan kuasa Roh dalam karunia-karunia Roh yang didaftarkan dalam 1 Korintus 12:8-10,
dan karunia yang paling utama yang banyak dibicarakan adalah Glossolalia
(bahasa lidah), nubuat dan penyembuhan.
Kuasa
Roh merangkum seluruh aspek pandangan dan paraktek gerakan karismatik. Kuasa
rohani dan baptisan Roh mewujud nyata dalam kemampuan memuji Allah, menginjili,
mengusir dan mengalahkan si jahat serta mempraktekkan karunia-karunia Roh.
Kuasa rohani ini didiami sebagai karunia dari Tuhan Yesus yang bangkit,
mengalir dari kepatuhan terhadap firman Allah dan mewujud dalam setiap bentuk
pelayanan Kristiani termasuk dalam pemberitaan firman dan pelayanan sakramen.[17]
Kharismatik memandang bahwa Roh Kudus
bersikap Eksklusif bagi individu-individu dan gereja-gereja Karismatik. Mereka
memahami bahwa Roh itu sebagian hadir diantara gereja-gereja tradisional karena
keterbukaan yang terbatas namun secara penuh hadir dalam gereja-gereja
karismatik.[18]
2.5.Roh Kudus dan Panggilan
Atas Gereja
Secara historis kitab kisah para rasul adalah
sejarah tentang karya Roh Kudus dalam menciptakan, memilih dan memakai gereja
untuk menjadikan Israel memberitakan injil keseluruh dunia. Gereja dipanggil
dan diadakan oleh pekerjaan Roh Kudus. Gereja itu didirikan oleh tersurahnya
Roh Kudus pada hari pentakosta. Pada hari pentakosta Tuhanlah yang
bertindak. Jadi gereja timbul sebagai
hasil pekerjaan Roh Kudus yang membuat orang percaya kepada Kristus.
Demikinalah Gereja secara resmi menjadi alat yang dipergunakan Tuhan untuk
membuta manusia memperoleh keselamatan. Setelah Gereja Tuhan berdiri maka Roh
Kudus mendiami Gereja sebagai bait Allah (2.Korintus 6:16). Setiap orang
percaya adalah bait dan setelah seseorang percaya dan menerima Tuhan Yesus
sebagai juru selamat orang tersebut dimateraikan oleh Roh Kudus (Epesus
1:13-14). Roh Kudus itu kemudian tinggal dalam dirinya (Yohanes 14:17). Bait
Allah menunjuk pada sejumlah orang yang secara bersama terpanggil untuk
berkumpul. Sebagaimana dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 3:16 menunjuk pada
sekumpulan orang di Korintus dan bukan kepada pribadi tertentu. Gereja adalah
satu sebab dia adalah tubu Kristus, dengan kata lain bahwa gereja tidak
tergantung secara subjektif kepada
solidaritas kita, melainkan keesaan itu sudah diberikan kepada kita di dalam
percaya kepada Yesus Kristus. Apabila kita bersama-sama mengaku bahwa oleh
karena rahmat Allah dan pekerjaan Roh Kudus kita menjadi anggota-anggota gereja
yang satu itu, maka kita dibebaskan dari gerejaisme yang picik, sehingga dalam
gereja-gereja lainnya pastilah kita akan menemukan juga gereja Kristus.[19]
Pasal tentang gereja dalam pengakuan iman mau mengajarkan kita untuk mengaku
bahwa oleh karena rahmat Allah dan pekerjaan Roh Kudus kita dijadikan
anggota-anggota gereja Kristus dan dengan demikian menjadi miliknya untuk
selama-lamanya. Namun gereja akan tetap berada di tengah jalan keadaan sempurna
tidak akan pernah dapat di dunia ini. Sejarah gereja menunjukkan bahwa mulai
dari lahirnya gereja dan juga sepanjang pertumbuhanya sampai sekarang gereja
selalu dipenuhi dengan tantangan.
Demikian
pengalaman sejarah gereja pada abad-abad pemulaan abad petenghan sampai masa
kini gereja selalu mengalami pergolakan,
apalagi dengan timbulnya denominasi-denominasi gereja yang begitu banyak. Dari
hal itu jelaslah bahwa Roh Kudus adalah dinamika sentral yang menjadi pusat
kekuatan utama yang menumbuhkan gereja. Jadi gereja yang mengaku sebagai Tubuh
Kristus adalah gereja yang yang dipilih oleh Allah menajdi umat-Nya serta
alatnya di dunia ini. Mereka yang dipilih, dipanggil, dibenarkan, dukuduskan
dan dipermuliakan-Nya juga (Roma 8:30). Memang ada banyak denominasi Gereja
yang memiliki kepelbagaian sudut pandang dan penghayatan tentang Roh Kudus dan
karya-Nya. Sebagai persekutuan yang ada di dunia ini gereja tidaklah sama
dengan kerajaan Allah. Tetapi kita harus pahami bahwa di dunia ini kita berbeda
tetapi dalam Gereja sebagai persekutuan orang-orang kudus, kita diikat dan didiami oleh Roh Kudus dalam
gereja yang tidak kelihatan.[20]
2.6.Tinjauan Dogmatis Tentang
Kehadiran dan Keberadaan Roh
Kudus Pada Orang Percaya dan Implikasi Pemaknaanya Pada Denominasi-Denominasi
Gereja
Roh
Kudus tidak membuat kita beragama akan tetapi menuntun kita kepada Yesus
Kristus yang telah disalib dan yang telah bangkit. Adapun Roh Kudus menyatakan kehadiranya bukan
lantaran manusia mulai bertepuk-tepuk tangan dan berseru “haleluya” atau
berkeluh kesah “o Tuhan” akan tetapi
pekerjaan Roh Kudus membuat
manusia percaya kepada Yesus Kristus selaku Kuryos yang berkuasa penuh atas
hidupnya sehari-hari. Di dalam Alkitab jelas dikatakan bahwa Roh Kudus
benar-benar masuk dalam hidup kita dan
kedalam diri kita sendiri, hal itu sangat tegas dikatakan hingga
nampakanya Ia adalah satu dengan kita. Roh Kudus diam di dalam diri kita
(Rom.8:9, 11; 1 Kor. 3:16; 6:19; 2 Kor.
6:16). Karena Ia adalah peraturan ataupun panjar yang kini diberikan kepada
kita sebagai jaminan tentang keselamatan
yang di janjikan (2 Kor. 1:22; 5:5; Ef. 1:14), bersama-sama dengan Roh orang
beriman (Rom. 1:9), Roh Kudus memberikan kesaksian kepada kita bahwa sungguh
kita menjadi anak-anak Allah (Rm. 8:16). Segala sesuatu diselidikinya bagi kita
dan di dalam Roh Kudus, kita menjadi orang-orang beriman (2 Kor. 4:13).
Dalam riwayat penciptaaan
dalam Perjanjian Lama diceritakan bahwa Roh
itu melayang-layang dia atas muka air (Kej. 1:2). Dalam berbagai cerita
Perjanjian Lama ada banyak dikatakan tentang Roh Allah yang membuat seseorang
mampu melakukan tugas-tugas tertentu
(misalnya Kel. 31:3; Hak. 3:10). Dalam Maz. 139:7 ada tertulis bahwa
manusia tidak dapat melarikan diri kesuatu tempat dimana Roh itu disangka tidak
ada. Kedatangan Kristus ke dunia ini tidak terlepas dari Roh Kudus (Luk. 1:35).
Roh Kudus membuat kata-kata manusia menjadi firman Allah. (2 Tim. 3:16). Dimana Roh bekerja disitu
Kristus diberitakan dan dimuliakan. Demikianlah orang-orang beriman dapat
menguji segala roh dan membedakanya dengan Roh Kudus.
Roh Kudus datang dari
Kristus dan mau memimpin kepada Kristus.[21]
Dalam hal ini secara jelas dapat
dipahami bahwa Roh Kudus dimiliki oleh setiap orang. Pemahaman bahwa wujud
kehadiran Roh Kudus terletak pada kemampuna berbahasa Roh atau berbahasa lidah,
karunia bernubuat atau karunia penyembuhan bukan satu-satunya waujud kehadiran
Roh itu. Bahkan itu semua perlu di uji secara Alkitabih karena Roh jahat juga
dapat berwujud seperti itu. Bahasa lidah Sebagaimana yang dipersaksikan dalam Kisah Pararasul dijelaskan bahwa para
rasul semuanya berbahasa dengan bahasa manusia atau bahasa yang lain yang tadinya
tidak mereka ketahui. Tetapi Roh Kudus mengaruniakan kemampuan itu kepada
mereka agar bangsa-bangsa lain yang hadir pada waktu itu dapat mengerti apa
yang sedang dikatakan Roh Kudus kepada mereka lewat para rasul. Dan dalam 1
Korintus 12:10 dikatakan harus ada yang menafsirkan bahasa Roh itu. Demikian juga dengan karunia melakukan Mujizat
(1 Korintus 12:10), karunia melakukan mujizat adalah karunia yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan
perbuatan ajaib (Kis. 5:9-11). Karunia itu sudah berhenti dilakukan setelah
zaman para rasul berakhir. Namun dalam perjalanan gereja tanda-tanda ajaib
masih kadang-kadang terjadi dan hal ini merupakan intervensi Kristus secara langsung dalam
kejadian atau situasi yang dihadapi oleh gereja dan orang percaya dan bukan
karunia khusus yang diberikan kepada orang tertentu. Karena kita mengimani
bahwa dunia dan seisinya adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1). Karena segala
kelangsungan ciptaan masih tetap
tergantung kepada Allah maka Ia memiliki kekuasaan untuk mengadakan interfensi
dalam perjalanan segala ciptaan-Nya (Kolose 1:16-17).[22]
Paulus menegaskan
karunia-karunia ini sebagai “rupa-rupa karunia tetapi satu Roh” dan dengan
perumpamaan lain “banyak anggota tetapi satu tubuh” (1 Korintus 12). Jadi tidak
ada alasan untuk menyombongkan diri atas karunia-karunia yang diberikan Allah
kepada manusia melainkan hal itu seharusnya dijadikan sebagai sarana memuliakan
Allah. Tidak ada karunia yang lebih istimewa, kita semua adalah satu di dalam
tubuh Kristus. Paulus dengan tegas
mengatakan sebagai satu tubuh dalam Kristus kita semua adalah anggota tubuh
Kristus. Paulus mengencam orang-orang yang menganggap dirinya lebih rohani
dengan karunia-karunia Roh yang dimiliki baik kemampuan berbahasa lidah atau
kemampuan untuk menyembuhkan. Menurut
Paulus setiap manusia memiliki Roh Allah. Kasih adalah wujud nyata dari
keberadaan Roh Allah yang ada dalam diri manusia (1 Kor 13:1-13).[23]
Kaum kharismatik harus membuktikan karunia-karunia rohani mereka melalui
buah-buah rohani mereka. Antusiasme yang diekspresikan bagi penerimaan karunia-karnia
rohani itu harus berkaitan dengan antusiasme untuk buah-buah Roh, ini akan
mengabsahkan iman dan mengautentikkan klaim-klaim “kharismatik” itu. Sungguh
sia-sia kalau kuasa Allah tidak dilengkapi dengan kebajikan-kebajikan Kristen
seperti kasih sukacita, damai, kesabaran, keramahan, kebaikan, kesetiaan,
ketulusan dan pengendalian diri (Gal. 5:22).[24]
Hai ini juga harus dipamhami oleh
denominasi gereja-gereja yang lain.
Jadi Paulus menyimpulkan bahwa karunia itu
diberikan Allah kepada manusia adalah untuk mempermuliakan Allah lewat
pelayanan. Semua hal yang ada dalam diri
manusia adalah karunia Allah yang harus di fungsikan untuk melayani Allah.[25]
Persoalan utama bukan karunia siapa yang lebih hebat, tetapi bagaimana setiap
orang dapat melayani Allah. Sehingga Paulus menyimpilkan bahwa Kasih jauh lebih
utama dari karunia-karunia itu.
III.
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehadiran Roh
Allah dalam diri setiap orang percaya terwujud dalam tindakanya melakukan
kasih. Semua orang percaya yang dihadiri oleh Roh Allah dapat diuji dengan
seberapa banyak dia melakukan kasih. Jadi pemahaman selama ini yang memandang
bahwa Roh Allah hanya hadir bagi orang-orang tetentu dan kelompok tertentu
maupun denominasi gereja gereja tertentu adalah pandangan yang keliru tentang
Alkitab. Mereka yang mendasarkan karunia penyembuhan dan kemampuan berbahasa
lidah serta kemapuan melakukan mujizat sebagai satu-satunya wujud kehadiran Roh
Kudus tidaklah sesuatu yang alkitabiah. Seharusnya Gereja-gereja semakin
membuka diri terhadap keberagaman karunia yang ada pada manusia. Dengan
demikian tidak akan terjadi klaim-klaim yang mengeksklusifkan Roh Kudus. Kita
patut bersyukur atas karunia-karunia yang berbeda-beda itu. Dan biarlah melalui karunia-karunia yang ada
pada kita kita menjadi hal yang mempersatukan bukan menghakimi. Memang sebagai
gereja yang hidup di dunia ini kita akan selalu memiliki berbagai pengalaman
iman dan sudut pandang yang berbeda khususnya menyangkut Kehadiran Roh Allah.
Tetapi dalam doktrin gereja yang tidak kelihatan kita dipersatukan oleh Roh
Allah.
Paulus sangat menentang orang-orang yang
sombong secara rohani, justru bagi Paulus kehadiran Roh Tuhan itu nampak
sejauhmana manusia dapat melakukan tindakan kasih dalam kehidupanya. Dan
bagaimana manusia dapat menjadikan apa yang ada padanya untuk melayani Allah
demi kemuliaan Allah Semata. Itulah sebabnya dia berkatan bahwa wujud kehadiran
Roh Kudus dalam diri orang percaya itu nampak dari buahnya (Galatia 2:22). Dan
kasih adalah dasar dari perwujutan Roh itu. Sebagai penutup saya merasa perlu
mendemonstrasikan kembali apa yang dikatakan dalam 1 Korintus 13:1-3 “ 1) Sekalipun
aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi
jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan
canang yang gemerincing. 2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan
aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun
aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. 3) Dan sekalipun aku
membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku
untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada
faedahnya bagiku”
IV.
Daftar
Pustaka
Aritonang,
Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan Disekitar Gereja, Jakarta:BPK-GM,2002
Arthur,
George Buttrick, The Interpreter’s Bible
Volume X, The First Epistel To The
Corinthians, New York: Abingdon Pres Nashville, 1939
Calvin,
Yohanes, Institutio, Pengajaran Agama
Kristen, Jakarta:BPK-GM, 2011
Frankel,
Elllen, Revolution Of Jewish Spirit How
To Revive Ruakh In Your Spirit Life, USA: Jewish Lights Publishing, 2012
Guthire,
Donal, Teologi Perjanjian Lama I, Jakarta:
BPK-GM, 2011
Kretzman,
Paul E., Popular Comentary Of The
Bible,The New Testament Volume II, Concordia Publishing House,1978
Lumbantobing,
Darwin, Teologi di Pasar Bebas, Pematang
Siantar: L-SAPA, 2010
Luther,
Martin, Katekismus, Jakarta: Yayasan
Borbor, 2004
Moore,
Frank, More Cofee Shop Theology,
Menerjemahkan Teologi Dalam Kehidupan sehari-hari, Beacon: Arragment With
Beacon Hill Press, 2005
Niftrik,
G.C.van & B. J.Boland, Dogmatika Masa
Kini, Jakarta:BPK-GM,2008
Poerwadaeminta,
W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1998
Putman,
W.G., The New Bible Dictionary, London:Interversity
Press, 1962
Ryrie,
Charles C., Teologi Dasar 2, Paduan
Populer Memahami Isi Alkitab, Yokyakarta:ANDI,1991
Siahaan,
S.M., Ruakh Dlam Perjanjian Lama,
Tinjauan Historis Teologis Atas Pengertian Roh, Jakarta:BPK-GM,2012
Talumewo,
Steven, Sejarah Gerakan Pentakosta, Yokyakarta:ANDI,2008
Tappert,
Theodore G. (ed), Buku Konkord, Konfesi
Gereja Lutheran, Jakarta:BPK-GM,2004
Tobing,
Victor L, Roh Kudus, Medan: Yayasan
Persekutuan Doa dan Penelaahan Alkitab, 2006
Wiesbe,
Warree W., The Bible Eksposition
Comentary New Testament Volume 1, Wheaton: Tyndale House Publishing, 1972
Wilfred
J. Samuel, Kristen Kharismatik, Refleksi
Atas Berbagai Kecenderungan Pasca-Karismatik, Jakarta:BPK-GM, 2006
[1] Victor L. Tobing, Roh Kudus, (Medan:
Yayasan Persekutuan Doa dan Penelaahan Alkitab, 2006), xiii
[2] Steven Talumewo, Sejarah Gerakan
Pentakosta, (Yokyakarta:ANDI,2008), 17
[3] W.J.S. Poerwadaeminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), 830
[4] Elllen Frankel, Revolution Of
Jewish Spirit How To Revive Ruakh In Your Spirit Life, (USA: Jewish Lights
Publishing, 2012), 15
[5] Donal Guthire, Teologi
Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 169
[6]S.M.Siahaan, Ruakh Dlam
Perjanjian Lama, Tinjauan Historis Teologis Atas Pengertian Roh, (Jakarta:BPK-GM,2012),
168
[7] W.G. Putman, The New Bible
Dictionary, (London:Interversity Press, 1962), 122
[8] Victor L. Tobing, Roh Kudus, 21-22
[9]Charles C. Ryrie, Teologi Dasar
2, Paduan Populer Memahami Isi Alkitab, (Yokyakarta:ANDI,1991),128
[10]Frank Moore, More Cofee Shop
Theology, Menerjemahkan Teologi Dalam Kehidupan sehari-hari, (Beacon:
Arragment With Beacon Hill Press, 2005), 57-58
[11] G.C.van Niftrik & B. J.Boland, Dogmatika
Masa Kini, (Jakarta:BPK-GM,2008), 345-346
[12] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar
2, Paduan Populer Memahami Isi Alkitab, 178-179
[13]Martin Luther, Katekismus, (Jakarta:
Yayasan Borbor, 2004), 254
[14] Theodore G. Tappert (ed), Buku
Konkord, Konfesi Gereja Lutheran, (Jakarta:BPK-GM,2004), 49, 885
[15] Yohanes Calvin, Institutio,
Pengajaran Agama Kristen, (Jakarta:BPK-GM, 2011), 131-132
[16] Sering dikenal dengan Gereakan Religi Baru (GRB) istilah ini adalah
sebutan yang digunakan sebagai pengganti terhadap aliran-aliran keagaman yang
dipandang negatif dengan menyebutnya sebagai sekte, bidad, ajaran sesat atau
ajaran yang menyimpang dari ajaran resmi suatu agama. NRM ini adalah adalah
agama baru yaitu agama taradisional rakyat setempat yang dipadukan dengan
kepercayaan tradisional yang mengakomodasikan ajaran agama modern seperti
Kristen, Islam dll. Darwin Lumbantobing, Teologi
di Pasar Bebas, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2010), 188-189
[17] Jan S. Aritonang, Berbagai
Aliran di Dalam dan Disekitar Gereja, (Jakarta:BPK-GM,2002), 218-219
[18] Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, Refleksi Atas Berbagai
Kecenderungan Pasca-Karismatik, (Jakarta:BPK-GM, 2006), 51
[19] G.C.van Niftrik & B. J.Boland, Dogmatika
Masa Kini, 370
[20] Victor L.Tobing, Roh Kudus,55
[21] G.C.van Niftrik & B.
J.Boland, Dogmatika Masa Kini, 342-343
[22] Paul
E. Kretzman, Popular Comentary Of The
Bible,The New Testament Volume II, (Concordia Publishing House,1978), p.
145
[23] George
Arthur Buttrick, The Interpreter’s Bible
Volume X, The First Epistel To The
Corinthians, (New York: Abingdon Pres Nashville, 1939), p. 159
[24] Wilfred J. Samuel, Kristen
Kharismatik, Refleksi Atas Berbagai Kecenderungan Pasca-Karismatik, 52
[25]Warree W. Wiesbe, The Bible Eksposition Comentary New
Testament Volume 1, (Wheaton: Tyndale House Publishing, 1972), p. 609
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment