-->

sosial media

Thursday, 15 October 2020

Roh Kudus ( Suatu Tinjauan Dogmatis Tentang Kehadiran dan Keberadaan Roh Kudus Pada Orang Percaya dan Implikasi Pemaknaannya pada Denominasi-Denominasi Gereja)



I.                   Pendahuluan

Dalam perkembangan gereja masa kini banyak hal yang terjadi dalam hubungan antar gereja dan antar orang percaya yang mengakibatkan timbulnya disharmonisasi dan yang kurang memuliakan nama Tuhan sang kepala Gereja. Salah satu sebab yang menonjol adalah perbedaan konsep tentang Roh Kudus, mengenai peran-Nya, siapa yang memiliki-Nya, dan cara kehadiran atau operasinya. Tudingan yang mengatakan bahwa ada gereja yang tidak memiliki Roh Kudus dan ada gereja yang dipenuhi oleh Roh kudus mengakibatkan adanya perasaan tidak sejahtera di dalam hubungan antar hamba-hamba Tuhan yang melayani di dalam gereja tersebut yang berbeda aliran dan denominasinya. Pernyataan akan ketidak samaan pendapat ini sering juga terlontar melalui mimbar  resmi di Gereja dan di tempat pelayanan yang lain. Yang lebih menyedihkan adalah kalau tuduhan dan tudingan ini dinyatakan dengan gencar lewat siaran radio yang juga dengan bebas dapat di dengar oleh mereka yang tidak satu iman atau satu agama.[1]

Pendapat dan konsep tentang Roh Kudus ini tidak selalu didasari oleh satu penelitian dan pemahaman tentang satu konsep yang alkitabiah.  Pernyataan di atas sering muncul berdasarkan pengetahuan yang kurang Alkitabiah dan didasari oleh prasangka rohani yang kurang baik. Sebagian hal ini terjadi karena adanya orang yang menjadikan pengalaman pribadi atau kelompok menjadi dasar teologis yang diharapakan menjadi kebenaran yang harus diikuti oleh orang lain. Memang sering terjadi bahwa seseorang mempunyai pengalaman yang berbeda dengan pengalaman orang lain tentang penyataan Roh Kudus. Tetapi walaupun benar bahwa peristiwa itu eksperiensial tetapi pengalaman itu tidak harus sama kepada semua orang percaya. Oleh karena itu semua pengalaman rohani harus diuji dengan kebenaran firman Tuhan. Harus juga diakui bahwa baik di pihak pelayan maupun anggota gereja suku yang sifatnya lebih konservatif atau tradisional ataupun dipihak pelayan dan anggota gereja non-suku yang sifatnya lebih kharismatis, disharmonis ini sering menghambat perkembangan kerjasama dalam bidang pelayanan Gereja-gereja suku di sumatera utara khususnya, dan di tempat-tempat lain pada umumnya masih sangat hati-hati terhadap datangnya hal-hal yang baru sehingga ada kesan kurang terbuka terhadap datangnya perubahan. Di pihak lain gereja-gereja non-suku yang sifatnya pentakostal dan karismatis sangat terbuka dengan perubahan, baik dalam tata ibadah, cara beribadah, dan cara mengekspresikan perasaan dalam ibadah tersebut. Di samping  hal-hal tersebut harus diakui juga adanya perbedaan-perbedaan teologis diantara kedua jenis gereja tersebut dan perbedaan-perbedaan tersebut  sering bermuara pada konsep dan peran Roh Kudus.[2]  Selain itu ada juga klaim-klaim yang mendasarkan bahwa kemampuan berbahasa Roh dan karunia penyembuhan sebagai wujud kehadiran kamahidiran Roh Kudus.

Permasalahan yang disebutkan di atas dapat diatasi salah  satunya dengan jalan menolong semua pihak untuk belajar Firman Tuhan dengan lebih baik dan intensif. Seseorang akan dengan mudah terombang-ambing di dalam pendirianya kalau secara teologis atau doktrinal kurang kokoh dalam pengertian akan firman Tuhan. Harus diakui bahwa mereka yang dengan mudah meninggalkan gerejanya dan berpindah ke gereja lain yang notabene belum mempunyai landasan teologis yang cukup alkitabiah adalah diakibatkan oleh kurangnya pengertian akan firman Tuhan terutama tentang makna gereja. Untuk tujuan menolong terciptanya hubungan yang lebih harmonis dan bersahabat sebagai saudara di dalam Tuhan dan yang telah dipersatukan oleh Roh Kudus ke dalam tubuh Kristus maka perlu pengkajian yang Alkitabiah tentang topik Roh Kudus. Ada banyak pertanyaan-pertanyaan jemaat dan juga sebagai pergumulan iman gereja yang sering mendasarkan  kepenuhan Roh Kudus, Baptisan Roh Kudus, karunia Roh Kudus terutama mengenai bahasa lidah atau bahasa Roh sebagai wujud seseorang atau kelompok orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Jadi bagaimana sebenarnya wujud kehadiran Roh Tuhan itu? menjadi pokok kajian yang akan dibahas dalam tulisan ini.    

II.                Pembahasan

2.1. Pengertian Roh Secara Umum

Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia kata roh (ruh) diartikan sebagai sesuatu yang hidup, yang tidak berbadan jasmani, yang berakal budi dan berperasaan (seperti malaikat, setan dan lain-lain). Roh juga dapat diartikan sebagai jiwa (badan halus) dan juga semangat[3].

2.2. Roh Tuhan? Kehadiran, Karya dan Keberadaan-Nya

2.2.1.      Dalam Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama Allah menyatakan diri-Nya sebagai Roh.  Kata Roh dalam bahasa Ibrani yaitu ruakh yang artinya nafas, angin. Kata Roh dapat diterjemahkan dengan bermacamm-macam kata. Dalam Mazmur 33:6 umpamanya Ruakh diterjemahkan dengan nafas dari mulut, sedangkan dalam Yeremia 10:14 diterjemahkan dengan nyawa dan lain sebagainya. Jika kara ruakh dikenakan kepada Tuhan Allah sendiri, maka Roh dipandang sebagai kekuatan atau kuasa menjadi alat Tuhan Allah bekerja. Roh Allah (Ruakh Elohim) adalah roh Ilahi, energi, nafas untuk kelangsungan manusia dan jiwa.[4] Ruakh Yahwe bukanlah kesatuan yang terpisah atau berbeda itu adalah kuasa Allah, tindakan pribadi dalam kehendak Allah untuk menjangkau objek moral dan agama. Ruakh adalah sumber dari semua yang hidup semua kehidupan jasmani (Kejadian 2:7). Ruakh Yahwe adalah suatu terminologi bagi tindakan kreatif historis dari Allah. Roh Allah sangat berperan dalam kehidupan  manusia,  dimana ada hubungan antara Roh Allah dengan Roh manusia, tetapi gagasan paling utama adalah bahwa hidup manusia itu diperuntukkan untuk Allah. Dalam hal lain dapat dilihat bahwa Roh Allah mengaruniakan kepada manusia keterampilan akal budi dan seni.[5]

Ruakh Yahwe termanifestasi bagi seseorang dalam tindakan sekejap dan juga bisa tinggal agak lama sehingga orang itu bisa menjadi pemimpin yang kharismatik atau menjadi nabi yang terpanggil. Misalnya dalam diri Musa, menurut penuturan Bilangan 11:24-27 Musa telah dihinggapi Roh Tuhan dalam waktu lama dan suatu waktu ketika Musa mengumpulkan tujuh puluh tua-tua bangsa Israel untuk berkumpul di sekeliling kemah, Allah mengambil sebagian dari Roh yang hinggap padanya dan ditaruh-Nya atas tujuh puluh tua-tua itu sehingga mereka mampu menolong atau membantu Musa memimpin bangsa Israel dalam perjalanan menuju tanah perjanjian. Roh Allah selalu hadir dalam melaksanakan maksud dan tujuan Allah. Hal itu nampak jelas dalam kehidupan nabi-nabi yang melaksanakan tugasnya dalam memberitakan firman Tuhan, menubuatkan pengharapan masa datang. Selain itu juga Ruakh Yahwe memampukan yang dihinggapi-Nya itu meningkatkan kekuatan fisik dan psikis, dimana seseorang itu sepertinya memiliki kekuatan raksasa dan luar biasa. Dalam keadaan perang Roh Allah memasuki laki-laki dan memberikan semangat hingga dapat melakukan  yang heroik dalam perang (Hakim-Hakim 14:5). Jadi kehadiran Roh Allah dalam Perjanjian Lama dapat dijelaskan dengan beberapa pemahaman bahwa Allah yang jauh membiarkan Roh-Nya di di dalam para nabi-Nya (Yesaya 61:1-3) atau di dalam bangsa-Nya (Hagai 2:5).[6]

2.2.2.      Dalam Perjanjian Baru

Ada beberapa istilah dalam Perjanjian Baru yang digunakan untuk menunjuk kepada Roh. Pertama Pneuma dari istilah ini kemudian muncul kata Pneumatology yang berat llmu tentang roh. Istilah ini secara langsung berbicara tentang Roh Kudus. Dalam Yohanes 3:8 istilah ini diterjemahkan dengan angin dan dalam 2 Tesalonika 2:8 istilah ini diterjemahkan dengan nafas. Jikalau digabung dengan istilah Yunani Sarx maka artinya adalah “keseluruhan kepribadian manusia” yaitu materi atau non materi sebagaimana dikatakan Paulus dalam 2 Korintus 7:1. Pegertian lain dari istilah Pneuma mempunyai penekanan yang sifatnya lebih mengarah kepada konotasi psikologis, yaitu tempat dimana persepsi, perasaan, kehendak dalam alam pikiran benda (Markus 2:8; Lukas 1:47).[7] Namun kalau istilah ini dipertautkan dengan Kristus atau Allah maka artinya menjadi Roh Kudus (Kisah Pararasul 16:7). Istilah lain yang dipakai dalam bahasa Yunani adalah Parakletos yang artinya dipanggil untuk bersama seseorang atau dipanggil untuk membantu seseorang.

Dalam istilah ini yang paling ditekankan adalah fungsi Roh yaitu Roh Kudus yang dipanggil seabagai pembimbing, penolong yang menguatkan, penopang, penasihat. Istilah ini memberi konotasi bahwa Roh itu bertindak sebagai pribadi. Ia mendengar, berbicara, meyakinkan, menyaksikan, memimpin, mengajar, berkehendak menolong (Yohanes 14:26; Roma 8:14; Galatia 5:17-18; Ibrani 3:7, Wahyu 2:7). Dalam bahasa latin yang merupakan salah satu bahasa paling tua istilah yang digunakan untuk Roh Kudus adalah Sanctos Spiritos dan biasanya kata ini juga dicantumkan dalam simbol Allah Tritunggal yang dipanjangkan dalam setiap gereja latin (Galatia 6:8).[8] Kehadiran dan keberadaan Roh Kudus sangat banyak di jelaskan dalam Perjanjian Baru, salah satu yang paling umum dipahami adalah kehadiran Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah Pararasul 2) dimana para murid dipenuhi Roh Kudus. Namun sejumlah bagian dalam Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Roh Kudus diberikan kepada setiap orang percaya bukan hanya kepada orang-orang tertentu secara selektif (Yohanes 7:37; Roma 5:5). Paulus menyatakan bahwa orang yang tidak memiliki Roh Kudus sama dengan bukan milik Kristus  (Roma 8:9). Yudas juga menjelaskan bahwa orang-orang yang mengingkari iman mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki Roh Kudus (Yudas 19).[9] Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya tentang keberadan Roh Kudus sebelum Dia disalib. Mereka memiliki banyak pertanyaan tentang pribadi yang istimewa itu. Sebelum Ia naik kembali ke sorga, Ia mengatakan kepada mereka untuk menanti dan berdoa bersama-sama sampai Roh Kudus turun ke atas mereka.

Pada hari pentakosta Tuhan memenuhi hati mereka dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:1-4). Kehadiran Roh Kudus dalam hati seorang percaya menanandakan lembaran baru dalam kehidupan persekutua-Nya dengan Tuhan. Ia memberikan hati dan Roh yang baru, ia berdiam di dalam kita seperti yang dijanjikan Yesus (Yohanes 14:16-17). Roh Kudus membawa kehadiran Tuhan dalam dunia kita sekarang. Ia bekerja terutama untuk memulihkan dan memelihara hubungan persekutuan kita dengan Allah Bapa. Ia mendatangkan rasa tertuduh dalam hati para pendosa, mendorong mereka untuk hidup dalam kebenaran dan mengingatkan mereka pada penghukumann yang akan datang (Yohanes 16:8). Ia memberikan kita kelahiran baru dalam iman di dalam Tuhan (Yohanes 3:3-5). Pada saat kita menerima Kristus, Ia akan tinggal dalam hati kita dan menerangkan pikiran kita mengenai perkara-perkara Tuhan (Yohanes 14:15-17). Ia akan memberikan ilham dalam pemikiran kita setiap kali kita membaca Alkitab dan membimbing kita dalam kebenaran-Nya (Yohanes 16:15-16). Ia berdoa bagi kita kepada Allah Bapa (Roma 8:26-27). Ia menguduskan hati kita melalui iman (Roma 8:1-17). Ia mengerjakan buah-buah Roh dalam hidup kita (Galatia 5:22-23). Ia memberikan kepada kita kemampun unutuk melayani dalam gereja-Nya  di dalam dunia (Roma 12; 1 Korintus 12; Efesus 4) [10]

 

2.3.  Sejarah Tentang Doktrin Roh Kudus, Akar Masalah dan Perkembanganya Dari Abad I  Sampai Kini

Doktrin tentang Roh Kudus tidak mendapat banyak perhatian pada abad-abad permulaan. Mengenai hal ini prinsip yang ditekankan pada abad sesudah para rasul adalah pada pengalaman Roh Kudus dan bukan pada doktrin. Hal utama yang diperdebatkan dikalangan gereja Kristen mula-mula adalah persoalan kesiapaan Yesus Kristus. Pada Konsili Nicea (325) dan Konstantinopel (381) dirumuskanlah dogma bahwa Anak Allah sehakikat dengan Bapa. Barulah dalam perkembangan selanjutnya, pembicaraan Roh Kudus sebagai suatu doktrin mulai dibicarakan. Anthanasiuslah yang pertama sekali membicarakan doktrin tentang Roh Kudus sebagai yang sehakikat dengan Bapa. Maksudnya ialah bahwa Roh Kudus itu bukanlah “sesuatu”, bukanlah salah satu “kekuatan” bukanlah salah satu “mahluk” melainkan bahwa Dia berpribadi artinya bertindak dengan cara berada yang ketiga di dalam hakekat Allah yang esa itu. Dalam perkembangan selanjutanya yaitu dalam konsili Chalcedon (451)  pemaknaan tentang Roh Kudus dipahami keluar dari Bapa dan dari Anak. Perumusan yang tegas barulah diberikan dalam pengakuan yang disebut Anthanasianum yang terjadi antara abad ke-6 dan abad ke-8. Dalam pengakuan ini dengan tegas dikatakan bahwa Roh Kudus adalah sehakikat dengan Allah Bapa dan Allah Anak, sebagaimana Bapa begitu jugalah Anak dan begitu jugalah Roh Kudus adalah Allah. Namun bukanlah tiga tuhan melainkan satu Tuhan.[11]

Sampai pada zaman reformasi perhatian Gereja hanya ditujukan pada pribadi Roh Kudus. Dalam reformasi perhatian diberikan kepada karya-Nya. Sejauh menyangkut Pribadi Roh Kudus semua pengakuan kaum reformasi mengatakan doktrin ortodoks tentang Roh Kudus dalam hubungan-Nya dengan Pribadi-pribadi lainya dari Trinitas. Sejauh menyangkut karya-Nya ada penekanan baru mengenai perlunya Roh Kudus untuk melahirkan kembali manusia karena adanya kembali penekanan Agustinian tentang kebejatan manusia secara total. Kontribusi penting lainya dari para reformator adalah penekanan mereka pada perlunya penerangan Roh Kudus. Hal ini mengandung arti bahwa semua orang percaya dapat diajar kebenaranya melalui pelayanan Roh Kudus untuk mengajar. Penekanan Luther pada pembenaran oleh Iman menyebakan dirinya berbicara banyak tentang Roh Kudus. Demikian juga Calvin selalu menekankan tentang aspek-aspek karya Roh Kudus yang dihubungkan dengan Trinitas dan pelayanan Roh Kudus dalam hati dan kehidupan orang percaya.

Selanjutnya pada abad ke-20 muncullah suatu gerakan yang didebut Neo-ortodoks yang dipelopori oleh Karl Barth (1886-1968). Gerakan neo-orrtodoks menyatakan dirinya sebagai reformasi baru yang memanggil manusia untuk kembali kepada Alkitab. Permasalahan tentang Roh Kudus juga menjadi bagian yang disenangi pada masa ini. Roh Kudus lebih dianggap sebagai suatu aktifitas dari Allah dari pada pribadi dalam keallahan. Sedangkan Barth menolak istilah pribadi untuk menyatakan pribadi yang terlalu banyak. Ia memahami bahwa Tinitas merupakan mode manifestasi atau dengan sebutan modalistis, jadi Roh Kudus sungguh-sungguh Allah. Selanjutnya muncullah pahan neo-liberalisme yang menyatakan bahwa Roh hanyalah merupakan suatu fungsi dari Allah tanpa memiliki kualitas kepribadian yang berbeda. Selanjutanya paham yang sangat berpengaruh saat ini adalah Pantekostalisme, aliran ini menekankan baptisan Roh Kudus sebagai karya karunia yang kedua untuk memperoleh kuasa dan mengutamakan kembalinya pengalaman semua karunia yang telah diberikan dan digunakan pada masa Perjanjian Baru. Doktrin ortodoks mengenai pribadi Roh Kudus di terima, hal itu merupakan kenyataan dari karya Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang Kristen.[12]

2.4. Berbagai Pemahaman Tentang Roh Kudus

2.4.1.      Pandangan Lutheran

Dalam Katekismus Martin Luther[13] sebagaimana yang tercantum dalam pengakuan iman “Aku percaya kepada Roh Kudus, akan Gereja Kristen yang kudus, akan keampunan dosa, akan kebangkitan tubuh, serta kehidupan yang kekal” amin. Butir pengakuan ini mengandung arti kita percaya  bahwa kita tidak akan mungkin untuk datang kepada-Nya. Akan tetapi Roh Kudus telah memanggil manusia melalui injil, mencerahkan pengertian manusia dengan kasih karunia-Nya, supaya manusia disucikan dan tetap berpegang teguh pada iman yang sejati. Dengan cara yang sama Ia telah memanggil, menghimpun, mencerahkan dan menyucikan seluruh Gereja Kristen di bumi dan mempersatukanya di dalam Yesus Kristus berdasarkan satu iman yang sejati. Dalam pemahaman Luther Roh Kudus adalah Allah (Kisah Para Rasul 2:1-21; Matius 28:19). Roh Kudus mendiami orang terpilih dan sudah beriman karena Ia berdiam di dalam bait-Nya dan bukan bermalas-malas, melainkan mendorong mereka untuk mematuhi perintah Allah, demikian juga orang percaya hendaknya tidak bermalas-malas dan tidak menetang dorongan-dorongan Roh Kudus, melainkan harus bergiat dalam kebajikan-kebajikan orang Kristen.

Roh Kudus menyaksikan kepada orang terpilih bahwa mereka adalah anak-anak Allah  (Roma 8:16). Roh itu diterima dengan iman sebagaimana dikatakan Paulus (Galatia 3:14) sehingga hati digerakkan untuk melakukan perbuatan baik.[14]

2.4.2.      Pandangan Calvinis

Roh Kudus itu adalah ikatan yang dipakai Kristus untuk mengikat kita dengan erat pada diri-Nya. Roh Kudus memperlengkapi Kristus dan datang ke dunia supaya kita dipisahkan-Nya dari dunia dan dikumpulkan-Nya untuk mengharapkan warisan yang kekal. Ada beberapa pemahaman Calvin tentang Roh Kudus: Dia dinamakan Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah (Rom. 8:15; Gal. 4:6). Dia dinamakan jaminan dan materai warisan kita (2 Kor. 1:22). Dia juga dinamakan kehidupan oleh karena kebenaran (Rom. 8:10). Dia digambarkan kepada kita sebagai mata air (Yoh. 4:14) yang memancarkan segala kekayaan sorga kepada kita atau sebagai tangan pelaksana kekuasaan Allah (Kis 11:21). Roh Kudus itulah sesungguhnya yang dinamakan kunci yang membukakan kita kepada harta kekayaan kerajaan Sorga, dan penerangan-Nya dinamakan pandangan akal kita yang memungkinkan kita melihat. Tanpa penerangan Roh Kudus firman tidak dapat berbuat apa-apa.[15]

2.4.3.      Pandangan  Kharismatik

Gerakan Karimastik tidak dapat dipisahkan dari masalah New Religion Movement (NRM)[16] Gerakan-gerakan keagamaan Baru yang muncul  dalam hidup keberagamaan di tengah-tengah Gereja. Gerakan Karismatik dicirikan oleh pujian yang bersemangat kuasa baru untuk melayani dan bersaksi, mendengar suara Tuhan pada masa kini membangun minat pada eskatologi dan adanya karunia-karunia termasuk bahasa Roh. Kita tentu sudah paham istilah karismatik berasal dari kata Yunani Charisma yang berarti karunia-karunia roh, diantaranya termasuk berbahasa lidah dan berkata-kata dalam bahasa asing, bernubuat,  melakukan mujizat dan menyembuhkan. Gerakan karismatik ini lebih menekankan pengalaman rohani dibandingkan dengan rumusan ajaran. Dalam beberapa pokok ajaranya yang disajikan dalam pernyataan iman Vineyard Christian Fellowship Pengakuan akan Kepercayaan terhadap Roh Kudus mendapat posisi yang sentral. Sebagaimana disebutkan “Aku percaya kepada Roh Kudus yang memancar keluar dari sang Bapa dan sang Putera untuk meyakinkan dunia tentang dosa kebenaran dan penghakiman, dan untuk melahir barukan, menyucikan dan memberi kuasa pelayanan kepada semua orang percaya kepada Kristus. Kami percaya bahwa Roh Kudus mendiamai setiap orang percaya kepada Kristus dan ia adalah penolong, pengajar dan penuntun yang tinggal tetap. Kami percaya akan pelayanan Roh Kudus pada masa kini dan akan pemberlakuan semua karunia roh yang disebut dalam Alkitab”. Jadi Roh Kudus mendapat posisi yang sentral dalam pemahaman karismatik mereka sangat menekankan kuasa Roh dalam karunia-karunia Roh  yang didaftarkan dalam 1 Korintus 12:8-10, dan karunia yang paling utama yang banyak dibicarakan adalah Glossolalia (bahasa lidah), nubuat dan penyembuhan.

Kuasa Roh merangkum seluruh aspek pandangan dan paraktek gerakan karismatik. Kuasa rohani dan baptisan Roh mewujud nyata dalam kemampuan memuji Allah, menginjili, mengusir dan mengalahkan si jahat serta mempraktekkan karunia-karunia Roh. Kuasa rohani ini didiami sebagai karunia dari Tuhan Yesus yang bangkit, mengalir dari kepatuhan terhadap firman Allah dan mewujud dalam setiap bentuk pelayanan Kristiani termasuk dalam pemberitaan firman dan pelayanan sakramen.[17] Kharismatik  memandang bahwa Roh Kudus bersikap Eksklusif bagi individu-individu dan gereja-gereja Karismatik. Mereka memahami bahwa Roh itu sebagian hadir diantara gereja-gereja tradisional karena keterbukaan yang terbatas namun secara penuh hadir dalam gereja-gereja karismatik.[18]

2.5.Roh Kudus dan Panggilan Atas Gereja

Secara  historis kitab kisah para rasul adalah sejarah tentang karya Roh Kudus dalam menciptakan, memilih dan memakai gereja untuk menjadikan Israel memberitakan injil keseluruh dunia. Gereja dipanggil dan diadakan oleh pekerjaan Roh Kudus. Gereja itu didirikan oleh tersurahnya Roh Kudus pada hari pentakosta. Pada hari pentakosta Tuhanlah yang bertindak.  Jadi gereja timbul sebagai hasil pekerjaan Roh Kudus yang membuat orang percaya kepada Kristus. Demikinalah Gereja secara resmi menjadi alat yang dipergunakan Tuhan untuk membuta manusia memperoleh keselamatan. Setelah Gereja Tuhan berdiri maka Roh Kudus mendiami Gereja sebagai bait Allah (2.Korintus 6:16). Setiap orang percaya adalah bait dan setelah seseorang percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamat orang tersebut dimateraikan oleh Roh Kudus (Epesus 1:13-14). Roh Kudus itu kemudian tinggal dalam dirinya (Yohanes 14:17). Bait Allah menunjuk pada sejumlah orang yang secara bersama terpanggil untuk berkumpul. Sebagaimana dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 3:16 menunjuk pada sekumpulan orang di Korintus dan bukan kepada pribadi tertentu. Gereja adalah satu sebab dia adalah tubu Kristus, dengan kata lain bahwa gereja tidak tergantung secara subjektif  kepada solidaritas kita, melainkan keesaan itu sudah diberikan kepada kita di dalam percaya kepada Yesus Kristus. Apabila kita bersama-sama mengaku bahwa oleh karena rahmat Allah dan pekerjaan Roh Kudus kita menjadi anggota-anggota gereja yang satu itu, maka kita dibebaskan dari gerejaisme yang picik, sehingga dalam gereja-gereja lainnya pastilah kita akan menemukan juga gereja Kristus.[19] Pasal tentang gereja dalam pengakuan iman mau mengajarkan kita untuk mengaku bahwa oleh karena rahmat Allah dan pekerjaan Roh Kudus kita dijadikan anggota-anggota gereja Kristus dan dengan demikian menjadi miliknya untuk selama-lamanya. Namun gereja akan tetap berada di tengah jalan keadaan sempurna tidak akan pernah dapat di dunia ini. Sejarah gereja menunjukkan bahwa mulai dari lahirnya gereja dan juga sepanjang pertumbuhanya sampai sekarang gereja selalu dipenuhi dengan tantangan.

Demikian pengalaman sejarah gereja pada abad-abad pemulaan abad petenghan sampai masa kini  gereja selalu mengalami pergolakan, apalagi dengan timbulnya denominasi-denominasi gereja yang begitu banyak. Dari hal itu jelaslah bahwa Roh Kudus adalah dinamika sentral yang menjadi pusat kekuatan utama yang menumbuhkan gereja. Jadi gereja yang mengaku sebagai Tubuh Kristus adalah gereja yang yang dipilih oleh Allah menajdi umat-Nya serta alatnya di dunia ini. Mereka yang dipilih, dipanggil, dibenarkan, dukuduskan dan dipermuliakan-Nya juga (Roma 8:30). Memang ada banyak denominasi Gereja yang memiliki kepelbagaian sudut pandang dan penghayatan tentang Roh Kudus dan karya-Nya. Sebagai persekutuan yang ada di dunia ini gereja tidaklah sama dengan kerajaan Allah. Tetapi kita harus pahami bahwa di dunia ini kita berbeda tetapi dalam Gereja sebagai persekutuan orang-orang kudus,  kita diikat dan didiami oleh Roh Kudus dalam gereja yang tidak kelihatan.[20]

 

2.6.Tinjauan Dogmatis Tentang Kehadiran dan Keberadaan  Roh Kudus Pada Orang Percaya dan Implikasi Pemaknaanya Pada Denominasi-Denominasi Gereja

Roh Kudus tidak membuat kita beragama akan tetapi menuntun kita kepada Yesus Kristus yang telah disalib dan yang telah bangkit.  Adapun Roh Kudus menyatakan kehadiranya bukan lantaran manusia mulai bertepuk-tepuk tangan dan berseru “haleluya” atau berkeluh kesah “o Tuhan” akan tetapi  pekerjaan Roh Kudus  membuat manusia percaya kepada Yesus Kristus selaku Kuryos yang berkuasa penuh atas hidupnya sehari-hari. Di dalam Alkitab jelas dikatakan bahwa Roh Kudus benar-benar masuk dalam hidup kita dan  kedalam diri kita sendiri, hal itu sangat tegas dikatakan hingga nampakanya Ia adalah satu dengan kita. Roh Kudus diam di dalam diri kita (Rom.8:9, 11; 1 Kor. 3:16; 6:19; 2  Kor. 6:16). Karena Ia adalah peraturan ataupun panjar yang kini diberikan kepada kita sebagai jaminan  tentang keselamatan yang di janjikan (2 Kor. 1:22; 5:5; Ef. 1:14), bersama-sama dengan Roh orang beriman (Rom. 1:9), Roh Kudus memberikan kesaksian kepada kita bahwa sungguh kita menjadi anak-anak Allah (Rm. 8:16). Segala sesuatu diselidikinya bagi kita dan di dalam Roh Kudus, kita menjadi orang-orang beriman (2 Kor. 4:13).

Dalam riwayat penciptaaan dalam Perjanjian Lama diceritakan bahwa Roh  itu melayang-layang dia atas muka air (Kej. 1:2). Dalam berbagai cerita Perjanjian Lama ada banyak dikatakan tentang Roh Allah yang membuat seseorang mampu melakukan tugas-tugas tertentu  (misalnya Kel. 31:3; Hak. 3:10). Dalam Maz. 139:7 ada tertulis bahwa manusia tidak dapat melarikan diri kesuatu tempat dimana Roh itu disangka tidak ada. Kedatangan Kristus ke dunia ini tidak terlepas dari Roh Kudus (Luk. 1:35). Roh Kudus membuat kata-kata manusia menjadi firman Allah.  (2 Tim. 3:16). Dimana Roh bekerja disitu Kristus diberitakan dan dimuliakan. Demikianlah orang-orang beriman dapat menguji segala roh dan membedakanya dengan Roh Kudus.

Roh Kudus datang dari Kristus dan mau memimpin kepada Kristus.[21]  Dalam hal ini secara jelas dapat dipahami bahwa Roh Kudus dimiliki oleh setiap orang. Pemahaman bahwa wujud kehadiran Roh Kudus terletak pada kemampuna berbahasa Roh atau berbahasa lidah, karunia bernubuat atau karunia penyembuhan bukan satu-satunya waujud kehadiran Roh itu. Bahkan itu semua perlu di uji secara Alkitabih karena Roh jahat juga dapat berwujud seperti itu. Bahasa lidah Sebagaimana yang dipersaksikan  dalam Kisah Pararasul dijelaskan bahwa para rasul semuanya berbahasa dengan bahasa manusia atau bahasa yang lain yang tadinya tidak mereka ketahui. Tetapi Roh Kudus mengaruniakan kemampuan itu kepada mereka agar bangsa-bangsa lain yang hadir pada waktu itu dapat mengerti apa yang sedang dikatakan Roh Kudus kepada mereka lewat para rasul. Dan dalam 1 Korintus 12:10 dikatakan harus ada yang menafsirkan bahasa Roh itu.  Demikian juga dengan karunia melakukan Mujizat (1 Korintus 12:10), karunia melakukan mujizat adalah karunia yang  diberikan kepada seseorang untuk melakukan perbuatan ajaib (Kis. 5:9-11). Karunia itu sudah berhenti dilakukan setelah zaman para rasul berakhir. Namun dalam perjalanan gereja tanda-tanda ajaib masih kadang-kadang terjadi dan hal ini merupakan  intervensi Kristus secara langsung dalam kejadian atau situasi yang dihadapi oleh gereja dan orang percaya dan bukan karunia khusus yang diberikan kepada orang tertentu. Karena kita mengimani bahwa dunia dan seisinya adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1). Karena segala kelangsungan ciptaan  masih tetap tergantung kepada Allah maka Ia memiliki kekuasaan untuk mengadakan interfensi dalam perjalanan segala ciptaan-Nya (Kolose 1:16-17).[22]

Paulus menegaskan karunia-karunia ini sebagai “rupa-rupa karunia tetapi satu Roh” dan dengan perumpamaan lain “banyak anggota tetapi satu tubuh” (1 Korintus 12). Jadi tidak ada alasan untuk menyombongkan diri atas karunia-karunia yang diberikan Allah kepada manusia melainkan hal itu seharusnya dijadikan sebagai sarana memuliakan Allah. Tidak ada karunia yang lebih istimewa, kita semua adalah satu di dalam tubuh Kristus.  Paulus dengan tegas mengatakan sebagai satu tubuh dalam Kristus kita semua adalah anggota tubuh Kristus. Paulus mengencam orang-orang yang menganggap dirinya lebih rohani dengan karunia-karunia Roh yang dimiliki baik kemampuan berbahasa lidah atau kemampuan untuk menyembuhkan.  Menurut Paulus setiap manusia memiliki Roh Allah. Kasih adalah wujud nyata dari keberadaan Roh Allah yang ada dalam diri manusia (1 Kor 13:1-13).[23] Kaum kharismatik harus membuktikan karunia-karunia rohani mereka melalui buah-buah rohani mereka. Antusiasme yang diekspresikan bagi penerimaan karunia-karnia rohani itu harus berkaitan dengan antusiasme untuk buah-buah Roh, ini akan mengabsahkan iman dan mengautentikkan klaim-klaim “kharismatik” itu. Sungguh sia-sia kalau kuasa Allah tidak dilengkapi dengan kebajikan-kebajikan Kristen seperti kasih sukacita, damai, kesabaran, keramahan, kebaikan, kesetiaan, ketulusan dan pengendalian diri (Gal. 5:22).[24]  Hai ini juga harus dipamhami oleh denominasi gereja-gereja yang lain.

Jadi  Paulus menyimpulkan bahwa karunia itu diberikan Allah kepada manusia adalah untuk mempermuliakan Allah lewat pelayanan.  Semua hal yang ada dalam diri manusia adalah karunia Allah yang harus di fungsikan untuk melayani Allah.[25] Persoalan utama bukan karunia siapa yang lebih hebat, tetapi bagaimana setiap orang dapat melayani Allah. Sehingga Paulus menyimpilkan bahwa Kasih jauh lebih utama dari karunia-karunia itu.

III.             Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa kehadiran Roh Allah dalam diri setiap orang percaya terwujud dalam tindakanya melakukan kasih. Semua orang percaya yang dihadiri oleh Roh Allah dapat diuji dengan seberapa banyak dia melakukan kasih. Jadi pemahaman selama ini yang memandang bahwa Roh Allah hanya hadir bagi orang-orang tetentu dan kelompok tertentu maupun denominasi gereja gereja tertentu adalah pandangan yang keliru tentang Alkitab. Mereka yang mendasarkan karunia penyembuhan dan kemampuan berbahasa lidah serta kemapuan melakukan mujizat sebagai satu-satunya wujud kehadiran Roh Kudus tidaklah sesuatu yang alkitabiah. Seharusnya Gereja-gereja semakin membuka diri terhadap keberagaman karunia yang ada pada manusia. Dengan demikian tidak akan terjadi klaim-klaim yang mengeksklusifkan Roh Kudus. Kita patut bersyukur atas karunia-karunia yang berbeda-beda itu.  Dan biarlah melalui karunia-karunia yang ada pada kita kita menjadi hal yang mempersatukan bukan menghakimi. Memang sebagai gereja yang hidup di dunia ini kita akan selalu memiliki berbagai pengalaman iman dan sudut pandang yang berbeda khususnya menyangkut Kehadiran Roh Allah. Tetapi dalam doktrin gereja yang tidak kelihatan kita dipersatukan oleh Roh Allah.

Paulus sangat menentang orang-orang yang sombong secara rohani, justru bagi Paulus kehadiran Roh Tuhan itu nampak sejauhmana manusia dapat melakukan tindakan kasih dalam kehidupanya. Dan bagaimana manusia dapat menjadikan apa yang ada padanya untuk melayani Allah demi kemuliaan Allah Semata. Itulah sebabnya dia berkatan bahwa wujud kehadiran Roh Kudus dalam diri orang percaya itu nampak dari buahnya (Galatia 2:22). Dan kasih adalah dasar dari perwujutan Roh itu. Sebagai penutup saya merasa perlu mendemonstrasikan kembali apa yang dikatakan dalam 1 Korintus 13:1-3 “ 1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. 2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. 3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku”

IV.             Daftar Pustaka

Aritonang,  Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan Disekitar Gereja, Jakarta:BPK-GM,2002

Arthur, George Buttrick, The Interpreter’s Bible Volume X, The First Epistel To The Corinthians, New York: Abingdon Pres Nashville, 1939

Calvin, Yohanes, Institutio, Pengajaran Agama Kristen, Jakarta:BPK-GM, 2011

Frankel, Elllen, Revolution Of Jewish Spirit How To Revive Ruakh In Your Spirit Life, USA: Jewish Lights Publishing, 2012

Guthire, Donal, Teologi Perjanjian Lama I, Jakarta: BPK-GM, 2011

Kretzman, Paul E., Popular Comentary Of The Bible,The New Testament Volume II, Concordia Publishing House,1978

Lumbantobing, Darwin, Teologi di Pasar Bebas, Pematang Siantar: L-SAPA, 2010

Luther, Martin, Katekismus, Jakarta: Yayasan Borbor, 2004

Moore, Frank, More Cofee Shop Theology, Menerjemahkan Teologi Dalam Kehidupan sehari-hari, Beacon: Arragment With Beacon Hill Press, 2005

Niftrik, G.C.van & B. J.Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta:BPK-GM,2008

Poerwadaeminta, W.J.S.,  Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998

Putman, W.G., The New Bible Dictionary, London:Interversity Press, 1962

Ryrie, Charles C., Teologi Dasar 2, Paduan Populer Memahami Isi Alkitab, Yokyakarta:ANDI,1991

Siahaan, S.M., Ruakh Dlam Perjanjian Lama, Tinjauan Historis Teologis Atas Pengertian Roh, Jakarta:BPK-GM,2012

Talumewo, Steven, Sejarah Gerakan Pentakosta, Yokyakarta:ANDI,2008

Tappert, Theodore G. (ed), Buku Konkord, Konfesi Gereja Lutheran, Jakarta:BPK-GM,2004

Tobing, Victor L, Roh Kudus, Medan: Yayasan Persekutuan Doa dan Penelaahan Alkitab, 2006

Wiesbe, Warree W., The Bible Eksposition Comentary New Testament Volume 1, Wheaton: Tyndale House Publishing, 1972   

Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, Refleksi Atas Berbagai Kecenderungan Pasca-Karismatik, Jakarta:BPK-GM, 2006

 



[1] Victor L. Tobing, Roh Kudus, (Medan: Yayasan Persekutuan Doa dan Penelaahan Alkitab, 2006), xiii

[2] Steven Talumewo, Sejarah Gerakan Pentakosta, (Yokyakarta:ANDI,2008), 17

[3] W.J.S. Poerwadaeminta,  Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), 830

[4] Elllen Frankel, Revolution Of Jewish Spirit How To Revive Ruakh In Your Spirit Life, (USA: Jewish Lights Publishing, 2012), 15

[5] Donal Guthire, Teologi Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 169

[6]S.M.Siahaan, Ruakh Dlam Perjanjian Lama, Tinjauan Historis Teologis Atas Pengertian Roh, (Jakarta:BPK-GM,2012), 168

[7] W.G. Putman, The New Bible Dictionary, (London:Interversity Press, 1962), 122

[8] Victor L. Tobing, Roh Kudus, 21-22

[9]Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, Paduan Populer Memahami Isi Alkitab, (Yokyakarta:ANDI,1991),128

[10]Frank Moore, More Cofee Shop Theology, Menerjemahkan Teologi Dalam Kehidupan sehari-hari, (Beacon: Arragment With Beacon Hill Press, 2005), 57-58

[11] G.C.van Niftrik & B. J.Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta:BPK-GM,2008), 345-346

[12] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, Paduan Populer Memahami Isi Alkitab, 178-179

[13]Martin Luther, Katekismus, (Jakarta: Yayasan Borbor, 2004), 254

[14] Theodore G. Tappert (ed), Buku Konkord, Konfesi Gereja Lutheran, (Jakarta:BPK-GM,2004), 49, 885

[15] Yohanes Calvin, Institutio, Pengajaran Agama Kristen, (Jakarta:BPK-GM, 2011), 131-132

[16] Sering dikenal dengan Gereakan Religi Baru (GRB) istilah ini adalah sebutan yang digunakan sebagai pengganti terhadap aliran-aliran keagaman yang dipandang negatif dengan menyebutnya sebagai sekte, bidad, ajaran sesat atau ajaran yang menyimpang dari ajaran resmi suatu agama. NRM ini adalah adalah agama baru yaitu agama taradisional rakyat setempat yang dipadukan dengan kepercayaan tradisional yang mengakomodasikan ajaran agama modern seperti Kristen, Islam dll. Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2010), 188-189

[17] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Disekitar Gereja, (Jakarta:BPK-GM,2002), 218-219

[18]  Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, Refleksi Atas Berbagai Kecenderungan Pasca-Karismatik, (Jakarta:BPK-GM, 2006),  51

[19] G.C.van Niftrik & B. J.Boland, Dogmatika Masa Kini, 370

[20] Victor L.Tobing, Roh Kudus,55

[21]  G.C.van Niftrik & B. J.Boland, Dogmatika Masa Kini, 342-343

[22] Paul E. Kretzman, Popular Comentary Of The Bible,The New Testament Volume II, (Concordia Publishing House,1978), p. 145

[23] George Arthur Buttrick, The Interpreter’s Bible Volume X, The First Epistel To The Corinthians, (New York: Abingdon Pres Nashville, 1939), p. 159

 

[24] Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, Refleksi Atas Berbagai Kecenderungan Pasca-Karismatik, 52

[25]Warree W. Wiesbe, The Bible Eksposition Comentary New Testament Volume 1, (Wheaton: Tyndale House Publishing, 1972), p. 609   

Tags :

BPPPWG MENARA KRISTEN

KOMITMEN DALAM MELAYANI

PRO DEO ET EIUS CREATURAM

  • PRO DEO ET EIUS CREATURAM
  • COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
  • ORA ET LABORA

INFORMASI KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN
  • : Pdt Hendra C Manullang
  • : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
  • : crisvinh@gmail.com
  • : menarakristen@gmail.com
/UMUM

Post a Comment

Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim