KEPEMIMPINAN ( Pemimpin Alkitabiah, Pemimpin Gereja dan Pemimpin Nasional selaku hamba Tuhan)
I.
LATAR BELAKANG
Ketika kita berbicara mengenai seorang pemimpin, pasti
kita semua ingin menjadi seorang peimpin. Dimana kita tahu seorang pemimpin itu
harus benar-benar memiliki jiwa kepemimpinan, serta rela melayani, bukan hanya
untuk dirinya sendiri melainkan kepentingan orang lain. Dewasa ini, kita dapat
melihat bagaimana kepemimpinan dalam kenegaraan bahkan kepemimpinan dalam
gereja, apakah sudah menunjukkan sosok seorang pemimpin di dalam
keperiodeannya? Banyak sekali kita melihat pemimpin hanya sibuk dengan
kepentingan dirinya sendiri, salah satu contoh kecil yaitu Korupsi. Mungkin
kita bukan membahas mengenai korupsi, tapi kita melihat bagaimana karakter
pemimpin di Negara ini. Mereka hanya
banyak berbicara tanpa bekerja, menjanjikan janji palsu demi tercapainya apa
yang mereka inginkan. Namun dalam pembahasan kita kali ini kita akan belajar
dari sosok seorang pemimpin, bagaimana seharusnya sikap kita untuk dapat
dikatakan sebagai seorang pemimpin. Kiranya pembahasan kali ini dapat kita
terima dan menambah wawasan bagi kita.
II.
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
2.1.1. Pengertian
Kepeminpinan secara umum
Menurut KBBI, Pengertian Pemimpin adalah membimbing,
mengetuai/mengepalai, memandu, memenangkan. Serta kepemimpinan adalah cara
memimpin.[1]
Kepemimpinan merupakan suatu istilah yang menyangkut prihal meminpin, tentu
saja perihal memimpin ini mempunyai arti yang berbeda pada setiap orang, bisa
saja kata ini bermakna memegang tangan seseorang sambil berjalan untuk
menuntun, menunjuk jalan dan membimbing, mengetuai atau mengepalai, memandu,
atau memenagkan paling banyak. Seorang yang meminpin disebut sebagai pemimpin
atau pimpinan. Secara etimologi, kata kepemimpinan (Leadership) berasal dari
kata pimpin yang artinya dalam
keadaan dibimbing, dituntun dan dikepalai. Sehingga secara umum dapat kita
katakan bahwa kepeminpinan adalah sebuah istilah tentang prihsl meminpin,
menuntun, memberikan bimbingan dan pedoman, menunjukkan jalan ke arah
tercapainya suatu tujuan orang-orang atau kelompok yang memberi mandat
kepeminpinan itu. Kepeminpinan merupakan suatu sikap untuk meminpin dengan
berbagai tindakan, ucapan, yang mendorong orang-orang yang dipimpin ke arah
kehidupan yang lebih baik. Peminpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan
watak, kemampuan keahlian, mempunyai cita-cita serta sanggup menggunakan watak serta keahlian itu untuk mendorong atau
memotivasi dan memimpin orang lain dalam tindakan atau pekerjaan yang
dikehendakinya.[2]
Kepeminpinan
merupakan proses mempengaruhi yang memungkinkan manajer membuat
orang-orangnya bersedia mengerjakan apa yang harus dikerjakan dan proses ini
berjalan timbal balik antara peminpin dan yang dipimpin.[3]
Pendapat lain mengatakan bhwa kepeminpinan merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang atau peminpin untuk mempengaruhi perilaku orang lain menurut keinginan-keinginannya
dalam keadaan tertentu.[4]
2.1.2. Pengertian
Kepeminpinan dalam PL
Sejak terbentuknya umat Allah di Gunung Sinai, umat
dituntun oleh sederetan pemimpin. Khusussnya dalam kepemimpinan dapat dilihat
suatu kombinasi unsur kharismatis dan unsur institusional. Unsur kharismatis
amat kuat pada permulaan sejarah umat, tetapi sedikit demi sedikit diganti oleh
unsur institusional.[5]
Dalam bahasa Ibrani kata yang diartikan sebagai
“Pemimpin” adalah Nagid (בגד) [6]
dan halak (הלכ)[7],
dimana kedua kata ini mempunyai pengertian: menetapkan, menunjuk, melepaskan,
menggembalakan, memberitahukan. Kata nagid
ini dihubungkan dengan para pekerja atau gembala di padang gurun.[8]
Kemudian kata ini mengalami perkembangan menjadi nahag (בהג), yaitu
“memimpin di perjalanan, menggembalakan” (Kel. 3:1; Yes 11: 6; Maz 23:2).
Selain daripada itu, kata yang diartikan sebagai
pemimpin adalah opereth (ץוףרת), yang
berarti : “menutupi, melindungi, berperan penting, pemimpin” (Kel 15:10) dimana
kata ini diartikan sebagai tugas atau peranan pemimpin bangsa Israel yang
melindungi umatnya sehingga mampu menenggelamkan bangsa Mesir ke laut.[9]
Dalam konteks penciptaan, Allah memberikan suatu
mandat kepada manusia untuk menaklukkan dan menguasai segala ciptaan yang ada
(Kej 1:28), namun penguasaan itu bukan dalam arti bertindak sewenang-wenang.
Tetapi penguasaan itu bertujuan untuk mengusahakan dan memeliharanya (Kej
2:15). Dengan tugas tersebut manusia tidak memerintah atas namanya dan
kemauannya sendiri, melainkan hanya seorang hamba suruhan dan wakil Allah atas
segala tugas-tugasnya itu. [10]
2.1.3. Pengertian
Kepeminpinan dalam PB
Di dalam PB, kata yang sering dipakai untuk
menunjukkan untuk menunjukkan seorang pemimpin adalah hodegos (όδηγος) yang berarti “pemimpin, penuntun”. Kata kerjanya
adalah hodegeo (όδηγεο)[11]
yang berarti “memimpin, membimbing; pemimpin atas cara/ jalan, penuntun”. Jadi,
hodegeo adalah seorang yang
menunjukkan jalan atau sebagai pedoman/ petunjuk masuk dalam kebenaran oleh Roh
Kudus (Yoh 16:13).[12]
2.2.Kepemimpinan dalam PL
2.2.1. Kepeminpinan
Musa
2.2.1.1. Biografi
Musa
Orang
yang sedang kita bicarakan di sini beberapa kali disinggung hanya dengan
sebutan “manusia Musa” (Kel. 32:1,23; Bil 12:3). Musa ialah seorang manusia,
mahluk insani. Ia bukan orang suci, bukan petapa, seorang yang telah
menanggalkan dari dirinya semua perasaan-perasaan kemanusiaan biasa; sama
dengan itu, ia bukan seorang pahlawan dalam arti yang biasa diberikan kepada
kata itu pada zaman kuno. Tidak ada yang bersifat ilahi mengenai musa.[13]
Nama Musa itu sendiri sangat mengena
dengan keadaan kebiasaan di Mesir Kuno, memang dalam Alkitab kita temukan bahwa
nama Musa dihubungkan dengan sebuah kata-kata bahasa Ibrani MASHA yang artinya
“menarik” atau “Mengangkat” (Kel.2:10). Tetapi di mesir kuno nama “Musa” juga
ada hubungannya dengan akar sebuah kata dalam bahasa Mesiryang berarti “lahir”.[14]
Musa adalah tokoh yang paling
menonjol di bani Israel selama Perjanjian Lama. Ia seorang perempuan bernama
Yokhebed, dari suku itu juga. Kemudian sebelum Musa lahir, jadi sebelum
perintah Firaun untuk melemparkan semua anak laki-laki ke sungai Nil, mereka
telah mempunyai dua orang anak yakni Miryam yang berumur 12 tahun, harun yang 3
tahun lebih tua dari Musa. Musa lahir setelah ada perintah Firaun untuk
membunuh semua anak orang Israel. Sewaktu Musa lahir orang tuanya melihat
sesuatu yang istimewa pada anak itu. Yokhebed dengan sengaja menaruh peti itu
ketempat putrid raja Firaun biasanya mandi.[15]
Lalu
diangkat sebagai anak oleh seorang putri firaun, melarikan diri ke Midian,
tempat ia menikah dan diberitahu tentang Yahwe, Allah yang maha Kuasa. Yahwe
menampakkan dirinya dikaki gunung Horeb (Sinai) dan memberinya tugas untuk
membebaskan bangsanya dari perbudakan di Mesir dan dilindungi secara ajaib oleh
Yahwe waktu menyebrang laut merah. Lalu mereka mengembara selama empat puluh
tahun dipadang pasir. Musa memimpin Israel sampai keperbatasan tanah suci,
tetapi ia sendiri tidak diizinkan masuk, ia wafat di gunung Nebo. Di agama
Yahudi dipandang sebagai pemberi hukum taurat dan sebagai nabi besar.[16]
2.2.1.2. Pemilihan
Musa
Pemilihan Musa sebagai pemimpin Israel bukanlah
pemilihan secara tiba-tiba. Tuhan telah mempersiapkan Musa sejak dia masih bayi
berumur tiga bulan (Kel.2:2). Di tengah-tengah ancaman pembunuhan para bayi
(Kel.1:22), Musa diselamatkan Allah melalui putri Firaun. Musa diasuh putri
Firaun sebagai anak angkatnya. Musa menikmati fasilitas kerajaan Mesir,
termasuk segala pendidikan yang terkemuka yang ada di Mesir, selama 40 tahun.
Namun pendidikan di istana Mesir selama 40 tahun itu belum cukup bagi musa
untuk memimpin bangsa israel. musa harus belajar (praktek lapangan) lagi
dilapangan kehidupan yang sebenarnya selama 40 tahun lagi. Musa tidak hanya
belajar di lingkungan aman, tetapi juga harus belajar di lingkungan yang ganas
dan buas. Di alam terbuka yang penuh kekerasan, perebutan , persaingan dan
penindasan (Kel. 2:16-17). Baru setelah genap berusia 8 tahun, musa diunjuk dan
diutus memimpin bangsa israel.[17]
Musa merupakan pemimpin dalam PL yang sangat dikagumi
dimana ia meminpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Tuhan
memberikan kepadanya kuasa untuk menjadikan tanda-tanda ajaib sehingga ia
memiliki keyakinan untuk memimpin, dimana pada awalnya saat ia dipanggil oleh
Allah, ia merasa tidak layak dan pantas dengan alasan tidak cakap berbicara.
Bahkan Allah juga mnegutus Harun abangnya untuk menjadi juru bicara yang
bertujuan untuk menutupi kelemahannya (tidak pandai berbicara).[18]
§ Musa berada
di Midian
Berbicara mengenai pemanggilan Musa, tidak sesuatu
yang luar biasa pada waktu sebelum Allah memanggil dia. Ia mendapat pendidikan
yang mengagumkan di Mesir; akan tetapi penulis-penulis Alkitab tidak
menggambarkan dia sebagai seorang yang memiliki kesalehan yang khusus, ia
menjadi gembala seperti banyak gembala-gembala yang lain, satu-satunya yang
membedakan dia dari mereka ialah bahwa ia harus lari ketanah Midian dan dengan
begitu ia terpisah dari bangsanya sendiri. Memang benar bahwa tindakan
kekerasannya yang kurang difikirkan itu yang memukul mati orang Mesir itu (Kel.
2:11) dengan secara aneh dicocikkan kepada maksud pemeliharaan Allah, karena
adalah disana dalam perjalananya di tanah Midian bahwa panggilan Allah itu akan
datang kepadanya.[19]
Musa harus menunggu selama 40 tahun di Midian sampai
Allah memanggil dia. Ini adalah ujian yang paling berat baginya. Waktu ia masih
dalam umur yang paling baik, ia tidak dipanggil oleh Allah. Empat puluh tahun
ia harus menggembalakan domba, demikian ia disipakan untuk tugasnya yang
kemudian, ia harus belajar sabar, dan menahan diri. Bukan Musa, tetapi Allah
yang hendak membebaskan bangsa Israel.[20]
§ Musa di
gunung Horeb
Pada suatu hari, Musa menggiring kambing-Dombanya ke
gunung Horeb, tepat ketempat yang ditentukan Allah sebagai tempat di mana
penyataanNya yang besar akan dilakukan. Di sanalah Allah menyatakan diriNya
kepada Musa dalam nyala api semak duri yang bernyala-nyala (Kel 3:7-14).[21]
§ Musa kembali
ke Mesir
Pada waktu yang tepat, Allah menyuruh Musa kembali ke
Mesir (Kel. 4:19) untuk bersiap-siap membawa orang Israel keluar dari negeri
tersebut. Musa keberatan ketika Allah mengangkat dia untuk mempimpin Bangsa
Israel keluar dari Mesir (3:10). Ia menyatakan bahwa ia tidak dapat
melaksanakan tugas tersebut karena orang Israel tidak akan mendengarkan dia dan
dia tidak fasih bicaranya. Allah menjawab keberatan pertama dengan menunjukkan
kepada Musa bahwa dia akan diberi kuasa untuk mengadakan Muzijat sehingga orang
Israel akan mengakui dia, Allah menjawab keberatan kedua dengan menjadikan
Harun, saudara Musa, sebagai juru bicaranya. Tuhan juga menyuruh Musa membawa
tongkatnya, bukan karena ada kesaktian itu, tetapi sebagai tanda peringatan
tentang apa yang telah terjadi disana dan untuk oeneguhan imannya, jika ia
nanti mungkin bimbang lagi akan panggilannya dan jika dirasanya semua tadi
muncul kembali.[22]
§ Musa dan
Harun di hadapan Firaun
Setelah Musa dan Haru di Mesir, mereka berhubungan
dengan para Tua-tua orang Israel, lalu memberitahukan kepada mereka, apa yang
telah diperintahkan Allah kepada Musa. Lalu Musa dan Harun menghadap Firaun
untuk menyampaikan tuntutan Allah, Firaun tidak pernah mendengar Tuhan. Firaun
tidak ingin membebaskan orang-orang Israel. Musa telah mengatakan bahwa Allah
dari orang-orang Israel yang diperbudak itulah yang murka karena itu Firaun harus
segera membebaskan mereka. Rupa-rupanya kemampuan Musa untuk mengetahui lebih
dahulu setiap bencana itu yang akan terjadi akhirnya membuat orang-orang Mesir
yakin bahwa ia benar.[23]
Pengerasan hati Firaun sebanding dengan pengalaman
raja Sihon dari Hesybon, yang menolak memberikan izin kepada orang Israel untuk
berjalan melalui negerinya (Bil.21:21-23). Menurut Ulangan 2:30, Tuhan membuat
dia keras kepala dan tegar hati untuk member kemenangan kepada Israel. Kata
kerja membuat keras kepala (hiqsa)
digunakan dalam hubungan dengan Firaun (Kel.7:3) walaupun diikuti oleh kata
hati dan bukan kata kepala. Kata membuat tegar hati (‘immes) tidak terdapat dalam cerita Firaun tetapi merupakan sinonim
dari Istilah lain yang digunakan.
§ Menyebrangi
Laut Teberau
Firaun sangat menyesal, lalu dikejarlah orang-orang
Israel. Orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat yang kering. Di
laut itulah orang Mesir ditemuai mereka.[24]
Musa mengulurkan tangannya ke laut dan membelah laut itu dan membuat jalan
diantaranya sehingga bangsa Israel dapat melaluinya. Tetapi pasukan Mesir
dengan menunggang kuda berlari kencang dibelakang mereka. Setelah bangsa Israel
selamat Allah menyuruh Musa “Ulurkan kembali tanganmu kelaut itu”. Musa
melakukannya, airpun menyatu kembali dan menutup jalan sehingga menenggelamkan
pasukan, lalu mereka mati.[25]
Suatu hari mereka dilanda kekeringan, karena persediaan air tidak ada lagi,
lalu Allah berkata kepada Musa, berbicaralah pada batu itu maka akan keluarlah
air yang segar dari sana. Tetapi Musa tidak melakukan apa yang disuruh Allah.
Daripada berbicara pada batu, dia malah memukulkan tongkatnya ke batu itu,
sehingga airpun memancar sangat deras, Allah marah kepada Musa. Dia berkata
“karena kamu tidak percaya kepada Aku maka kamu tidak akan sampai ke Kanaan”.
Ketika bangsa Isreal sudah dekat ke kanaan, Allah memerintah Musa untuk naik ke
puncak gunung dimana dia bisa melihat tanah yang ijanjikan itu. Allah
mengangkat pemimpin yang baru bagi bangsa Israel, namanya Yosua. Ia memimpin
bangsa Israel memasuki Kanaan yaitu Tanah yang dijanjiakan Allah kepada mereka
sejak dulu.[26]
2.2.1.3.Karakter
Kepeminpinan Musa
Musa bukan hanya seorang yang memperjuangkan keadilan,
tetapi juga seorang yang “menemukan” Allah. Semula Musa dan orang Ibrani
sendiri tidak mempunyai gambaran yang jelas mengenai Allah mereka. Mereka hanya
ingat bahwa nenek moyang mereka, Abraham, Ishak dan Yakub, menyembah Allah.
mereka tinggal di Mesir dan tidak lagi mengenal Allah nenek moyang mereka itu.[27]
Sejak awal ia sudah diperlengkapi untuk menjadi
peminpin yang handal, ketika ia masih tinggal di tempat Firaun. Ia mendapatkan
pendidikan dasar dalam segala hikmat orang Mesir, antara lain handala dalam
strategi perang yang terlihat ketika ia menaklukkan bangsa-bangsa di sekitar
kanaan seperti orang Amalek (Kel. 17:8-15), lalu ahli dalam bidang arsitektur,
yang dapat terlihat ketika ia mengkoordinir bangsa Isrel untuk membangun kumah
suci (Kel. 36-40), dan kecakapannya yang lain. Dalam kepeminpinan Musa terlihat
bahwa setiap tindakannya senantiasa berpedoman kepada kehendak Allah. Ted
Engstrom berbicara mengenai 6 kualitas kepemimpinan Musa dalam surat Ibrani 11,
yang menunjukkan integritas sebagai pemimpin[28]:
1. Imannya kepada Tuhan, dimana setelah Dewasa Musa
menolak disebut sebagai anak Firaun (Ibrani 11:24)
2. Kejujurannya terhadap umat Tuhan, dimana Musa lebih
memilih menderita dan sengsara bersama-sama
dengan umat Tuhan daripada menikmati kesenangan Dosa (Ibrani 11:26).
3. Ketekunanya, dimana ia meninggalkan mesir sambil
mengarahkan mukanya kepada Tuhan bangsa Israel yang tidak kelihatan (Ibrani
11:27).
4. Visinya, dimana ia menganggap Allah merupakan kekayaan
terbesar daripada harta Firaun(Ibrani 11:28).
5. Penurutan mutlak, dimana ia memelihara paskah dan
percikan darah agar jangan sampai pembinasa menyentuh anak-anak mereka (Ibrani
11:28).
6. Rasa tanggung jawabnya, dimana musa meminpin bangsa
Israel menyebrang Laut Merah seperti melintasi tanah kering (Ibrani 11:29).
Di dalam buku Roswita ndraha, Julianto Simanjuntak
yang berjudul “Mencintai hingga terluka: kekuatan Cinta yang memulihkan hati
dan memperkaya…”mengatakan bahwa mengapa kadang Tuhan mengizinkan kita menghadapi
cobaan yang seolah tak berujung? Cinta Tuhan melatih kita agar lebih sabar.
Musa adalah contoh klasik tentang bagaimana menjadi sabar. Musa dikenal sebagai
orang yang lembut dan tersabar di zamannya. Tapi, kesabaran Musa tak muncul
begitu saja. Musa adalah satu-satunya orang Ibrani pada masa itu yang
dibesarkan di istana Firaun. Sebelum mendapat didikan Tuhan di padang Gurun
Musa adalah seorang yang cepat naik darah, impulsive, dan sombong. Karakter
Musa ditolong lewat pengalamannya di padang gurun selama 40 tahun. Kesulitan di
padang penggembalaan membuat Musa jadi orang yang tabah, punya empati, dan
perhatian.[29]
Sering pemimpin-pemimpin utama terjebak dalam
kememinpinanya. Namun Musa dalam kepeminpinanya bukanlah kepemimpinan tunggal
tetapi ia membutuhkan orang lain pada saat ia memimpin. Orang yang dibutuhkan
adalah memiliki kualitas pemimpin, yang akan dipakai dalam membantu dia (Lih
Kel.18:21). Ia harus dapat mencari orang-orang yang takut akan Tuhan, orang
benar, dan memmbenci laba haram. Di samping hal itu Musa juga mempunyai
komunikasi yang baik dengan penatua. Ketika Tuhan memilih dan mengutus Musa
menjadi pemimpin bangsa Isrel yang
pertama sekali dikerjakannya adalah menjalin hubungan dengan para penatua yang
mempunyai pengaruh dalam kelompoknya. Berdasarkan nasihat mertuanya Yitro, Musa
mengangkat pembantunya dalam melaksanakan kepemimpinanya. Mereka bertugas
menyelesaikan masalah yang timbul di kalangan bangsa Israel yang dianggap tidak
perlu diselesaikan oleh Musa. Pengaturan kedudukan para pembantu ini diatur
sedemikian rupa. Disamping itu ia memilih 70 orang sebagai dewan penasehat yang
bertugas sebagai pendamping Musa dalam meminpin bangsa Israel. dengan demikian,
dari kejadian diatas dapat dilihat bahwa musa membuktikan kwalitasnya sebagai
pemimpin yang mantap dan mempunyai perangsang kuat, mematuhi secara mutlak
semua perintah Allah [30]
2.3.Pemimpin Gereja sebagai Hamba Tuhan[31]
Pemimpin gereja itu harus memiliki karakter yang Allah
bentuk maksudnya pemimpin gereja itu harus memiliki charisma dan karakter.
Dalam hal ini kekudusan dan disiplin pribadi merupakan sesuatu yang krusial
dalam kepemimpinan. Perjanjian Lama berbicara tentang Raja Daud yang memiliki
keseimbangan kedua-duanya. Daud menggembalakan umat Israel dengan ketulusan
hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya (Mzm 78:72). Para
pemimpin gereja juga harus meneladani keseimbangan ini untuk orang-orang yang
mereka pimpin. Petrus juga mengingatkan para pemimpin gereja perdana bahwa
mereka harus menjadi teladan bagi kawanan domba mereka masing-masing,
memperlihatkan baik hasrat melayani maupun mengikuti perkataan Yesus, tanpa
keinginan untuk menjadi tuan atas orang-orang percaya lainnya (1 Ptr 5:1-4).
Ketika para pemimpin gereja meneladani karakter kesalehan dengan kerendahan
hati, orang-orang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang bagaimana
mereka memperlakukan orang lain, dan bagaimana karakter yang menyerupai
Kristus. Pemimpin gereja harus memiliki buah-buah Roh seperti yang tertulis
dalam Galatia 5: 22-23 adalah kerinduan Paulus agar gereja menunjukkan kualitas
karakter sebagai suatu persekutuan.
Pemimpin gereja harus teguh akan mempertahankan
keyakinan mereka, seorang pemimpin yang mempunyai keteguhan juga dibentuk dan
memperlihatkan konsistensi dan reaksi yang tepat terutama dalam situasi yang
krisis. Para pemimpin yang teguh akan menunjukkan komitmen mereka tanpa ada
yang dapat menggoyahkan. Contohnya keteguhan seorang Yosua yang memimpin bangsa
Israel atas dasar dorongan dari Allah.[32]
Penyeminar akan mengambil contoh seorang pemimpin
gereja yang memperjuangkan seluruh orang-orang yang tertindas di Amerika
Serikat ia adalah Pendeta Marthin Luther King Jr seorang Pendeta Baptis di
Montgomery dan ia seorang pendiri Southern
Christian Leadership Confrence = Konfrensi Kepemimpinan Kristen Selatan
pada tahun 1957. Ia lahir di Atlanta, Amerika Serikat 15 Januari 1929 yang berjuang melawan diskriminasi rasial. Pada tahun
1963, King memimpin demonstrasi pemboikotan bus di Birmingham. Pemboikotan itu
dilakukannya tanpa menggunakan kekerasan. Ia tidak hanya berjuang melawan diskriminasi orang-orang kulit
hitam, tetapi juga menentang tanah milik dan Perang
Vietnam. Kebesaran
King terutama terletak pada impian tinggi dan gaya spektakulernya sebagai
seorang pendeta. Pidatonya dengan judul "Saya
Memiliki Impian"
pada pawai berbarisnya ke Washington, DC (28 Agustus 1963) membuatnya semakin
terkenal. Ia dipuja dengan banyak gelar terhormat. Pada 1963, ia menerima Penghargaan
Nobel Perdamaian. Ia ditembak hingga meninggal dunia
ketika ia melakukan aksi di Memphis pada 4 April 1968. Guncangan dari
kematiannya menyebabkan banyak kerusuhan dan bentrokan di berbagai kota di
seluruh Amerika Serikat.[33]
2.4.Pemimpin Nasional sebagai Hamba Tuhan
Dalam tradisi Kristiani dikenal ajaran Yesus Kristus,
seperti yang tertulis dalam Yoh 10:11-15. Dari perikop tersebut menjadi jelas
bahwa pemimpin yang baik menurut Yesus adalah orang yang rela berkorban demi
kepentingan banyak orang, ia tidak lari ketika ada tantangan ataupun kesulitan.
Sebaliknya, pemimpin yang lari ketika masyarakat dalam kesulitan dan
membutuhkannya adalah pemimpin palsu. Orang semacam ini tidak layak menjadi
pemimpin masyarakat. Dia hanya ada kalu menguntungkan dirinya, dia kurang
peduli pada kebutuhan orang yang ada dibawahnya. Pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang mengenal dan dikenal masyarakat, sehingga ia bisa mengetahui
kebutuhan warganya dan dengan demikian bisa memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan warganya. Pemimpin yang baik dapat mengarahkan tindakannya juga
berdasarkan kehendak Allah. karena dia mengenal Allah dan dikenal Allah, maka
dia selalu pula berusaha untuk berkenan kepada Allah dalam tindakan-tidakannya,
sehingga dia selalu berusaha melakukan yang menjadi kehendak Allah dan bukan
keinginannya sendiri. Pemimpin yang mengenal Allah harus berani dan tidak
ragu-ragu dalam tindakannya, karena yang dilakukannya sesuai dengan kehendak
Allah. Ia yakin akan perlindungan dan dukungan Allah dalam usahanya memenuhi
harapan dan kebutuhan rakyatnya.[34]
2.5.Analisa Penyeminar
Kita telah membahas mengenai Kepemimpinan “Musa dan
Mesianis”, dimana kita dapat melihat gambaran sosok seorang pemimpin. Dimana
menjadi seorang pemimpin itu bukanlah suatu hal yang gampang/ mudah. Menjadi
seorang pemimpin harus membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa.
Tapi kenyataan yang ada, orang lain selalu menggunakan jalan pintas namun tak
pantas untuk dapat memperoleh sebuah kedudukan/jabatan untuk menjadi seorang
pemimpin. Ketika kita dipilih menjadi pemimpin kita memang harus benar-benar
memenuhi panggilan itu. Bukan hanya sebatas jabatan/kedudukan, serta harus
mempunyai visi di dalam kehidupannya. Kita lihat pemimpin sekarang ini,
terkadang mereka lupa apa sebenarnya tugas dan tanggung jawabnya ketika mereka
telah dipercayakan untuk menjadi seorang pemimpin. Sibuk dengan kepentingan
pribadinya sendiri, dan menganggap dia berhak melakukan apa saja yang
disukainya.
Seorang pemimpin hendaknya dapat memberi pengaruh yang
positif serta memperhatikan apa sebenarnya yang menjadi pergumulan masyarakat/
jemaat. Seharusnya seorang pemimpin menyadari untuk apa mereka dipilih dan apa
yang seharusnya mereka lakukan. Banyak hal memang yang harus dipersiapkan untuk
menjadi seorang pemimpin, salah satunya adalah hati. Ketika hati kita sudah
benar-benar siap,maka yakinlah kita pasti mampu untuk menjadi seorang pemimpin. Kita dapat belajar dari sosok Musa,
dia benar-benar siap ketika ia dipilih oleh Tuhan. Ia rela meninggalkan
kemewahannya, dan rela menderita. Ketika Musa dipilih Tuhan, ia sadar akan
kekurangannya (tidak pandai berbicara) namun Tuhan memberi jalan keluar.
Demikian juga kita, kita dipilih bukan karena kesempurnaan kita, namun di dalam
kekurangan itu kita akan dimampukan untuk kita bisa dipakai olehNya. Namun hal
demikian kita sering lupa diri, kita menganggap bahwa apa yang kita lakukan
adalah hasil usaha kita sendiri, dan kita lupa bahwa Tuhanlah yang memapukan
kita. Memang secara manusia kita tidak terlepas dari yang namanya kekuarangan
dan kelebihan. Kita lihat Musa, ia juga gagal masuk ketanah perjanjian hanya
karena kemarahannya ataupun tidak dapat menahan emosi terhadap bangsanya. Hal
ini juga yang dapat kita renungkan bahwasanya apa pun yang kita lakukan harus
memang benar-benar sesuai apa yang diperintahkan oleh Tuhan, yaitu hidup takut
akan Tuhan.
Serta yang menjadi pergumulan srkarang ini, seperti
karakter yang kita bahas sebelumnya, bahwa memang pemimpin itu harus dapat
menjadi pembebas bagi yang dipimpinya. Seperti pada konteks sekarang ini,
dimana di dalam kepemerintahan ataupun gereja, seharusnya itu pemimpin dapat
membebaskan mereka dari keterbelengguan, ataupun dapat memberikan jalan keluar
dari pergumulan mereka. Bukan menambah pergumulan mereka. Serta perempuan
sebagai pemimpin, mungkin di berbagai kalangan, adat/istiadat masih sering kita
lihat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Tapi dalam pembahasan kali ini,
yang mau disampaikan bahwa tidak ada salahnya perempuan itu sebagai pemimpin,
ketika karakter yang kita sebut sebelumya itu ada padanya. Dimana kita tahu
Tuhan tidak pernah myampaikan kata larangan taupun pembedaan terkhusus dalam
hal kepemimpinan. Ketika perempuan itu mampu, tentu tidak ada salahnya bukan.
2.6.Relevansi Kepada pemimpin yang berkarakter
Seperti yang kita bahas tadi seorang pemimpin itu
harus hidup takut akan Tuhan, hal ini masih sangat relevan untuk kehidupan
sekarang ini karena apabila seorang pemimpin
hidup takut akan Tuhan, ia pasti mampu untuk menjadi seorang pemimpin.
Karena ia akan tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap apa pun yang ia lakukan.
Tidak melakukan sesuai apa yang ia kehendaki, ataupun memaksakan kehendaknya.
Pemimpin itu harus rela berkorban, dan masih relevan
untuk kehidupan sekarang ini. Karena kita tahu banyak pemimpin hanya
mementingkan kehidupan pribadinya tanpa memikirkan orang lain. Seorang pemimpin
harus mampu hidup bersosial, harus mempunyai rasa empati, sehingga ia dapat
merasakan apa yang dirasakan rakyat/jemaatnya. Dalam hal berkorban, harus mampu
berkorban bukan hanya dalam hal materi saja tetapi tenaga, dan waktu. Dan
kehidupan kita untuk kepentingan orang lain.
Dan pemimpin itu harus mampu memiliki karakter yang
mencakup kesembilan buah-buah roh (Gal 5: 22-23), hal ini harus menjadi dasar
utama bagi seorang pemimpin. Ketika seorang pemimpin itu memiliki sikap-sikap
yang demikian, maka ia sudah menjadi pemimpin yang ideal.
III.
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas, dapat kita simpulkan bahwasanya
untuk menjadi seorang pemimpin itu membutuhkan proses yang panjang dan kesiapan
hati. Seperti Musa, kita dapat melihat
bagaimana kesabarannya untuk dapat membebaskan bangsanya dari Mesir. Ia memiliki
visi untuk itu, serta semangat yang luar
biasa, meski begitu banyak rintangan namun ia tetap sabar dan yakin Tuhan akan
memampukan. Dan pemimpin itu bekerja dan melayani sesama manusia serta Tuhan.
Dan pemimpin yang baik menurut Yesus adalah orang yang rela berkorban demi
kepentingan banyak orang.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Bakker
F.L, Sejarah Kerajaan Allah I, Jakarta: BPK-GM,2011
Barth
C, “Teologia PL-3”, Jakarta: BPK-GM, 1991
Bruce
F.F, “Expository Of Old And New Testement Words”, New York:
Fleming H. Revel Company, 1981
Cribbin
James J, Kepeminpinan: Mengaktifkan Strategi Organisasi, Jakarta: Pustaka
Binamann Pressindo, 1990
Darmaputra
Eka, Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia, Jakarta: BOK-GM, 2001
Dyrness
William, “Tema-tema Dalam Teologi PL”, Malang: Gandum Mas, 1993
Efendi
Mochtar, Ensiklopedia Agama dan Filsafat (A-P), Jakarta: Widyata, 2001
Gibbs
Eddie, Kepemimpinan Gereja Masa Datang, Jakarta:
BPK-GM, 2010
Gross
Athur W, A Child Garden of Bible Stories, Medan: CV,Tried Rogate,2008
Gruchy
John W De, Agama Kristen dan Demokrasi, Jakarta:
BPK-GM, 2006
Heuken
A. SJ, Ensiklopedi Gereja Jilid III, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Cakara, 1993
Hinson
David F, Sejarah Israel pada zaman Alkitab, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010
Hocking
David, Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1991
Jacob
Tom, (ed), “Gereja Menurut PB”, Yogyakarta: Kanisius, 1988
Konkel
A.H, (ed) “New International Dictionary Of Old Testement & Exegesis-Vol.
3”, Cumbria United Kingdom: Paternoster Press,
Marsunu
Y.M. Seto, Allah Leluhur Kami, Yogyakarta: Kanisius, 2008
Ndraha
Roswita, Julianto Simanjuntak ,Mencintai
hingga terluka,Jakarta: PT.Gramedia,2009
Poerwodarminta,
KBBI, Yogyakarta: YKBK-OMF, 1999
Situmorang
Jontor, dalam Jurnal Teologi Tabernakel STT Abdi Sabda Medan edisi XXIII
Januari-Juni 2010
Suhardiyanto,SJ.
Persekutuan Murid-murid Yesus, Yogyakarta:
Kanisius 2007
Ted
Engstrom, The Making Of A Cristian Leader, Gran Rapids: Michian Zondervan,1976
Terry
George G. & Leslie W. Rue, Dasar-dasar Management, Jakarta: Bumi Aksara,
2001
Von
Rad Gerhard, Musa, Jakarta: BPK-GM, 2010
Wahono
S.Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK-GM, 2011
[1] Poerwodarminta, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: YKBK-OMF, 1999), 35
[2] Mochtar Efendi, Ensiklopedia Agama dan Filsafat (A-P),(Jakarta: Widyata, 2001), 374
[3] James J. Cribbin, Kepeminpinan:
Mengaktifkan Strategi Organisasi, (Jakarta: Pustaka Binamann Pressindo,
1990),12
[4] George G. Terry & Leslie W. Rue, Dasar-dasar
Management, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 192
[5] Tom Jacob, (ed), Gereja Menurut PB,
(Yogyakarta: Kanisius, 1988), 20
[6] Kata nagid berasal dari kata
dasar ngd yang berarti menceritakan,
menyampaikan; menjadi bagian depan, pergi keluar. Lih. Teological Lexiocon of The Old Testement-Vol.2, 714
7Kata halak berasal dari kata
dasar hlk yang berarti menjadikan
keluar, memimpin, membawa. Lih. Teological
Lexicon of The Old Testement-Vol. 1, 365
[8] C. Barth, Teologia PL-3, (Jakarta: BPK-GM, 1991), 90
[9] A.H.Konkel, (ed) New International
Dictionary Of Old Testement & Exegesis-Vol. 3, Cumbria United Kingdom:
Paternoster Press,
[10] William Dyrness, Tema-tema Dalam
Teologi PL, (Malang: Gandum Mas, 2010), 67
[11] Kata hedogeo berasal dari kata
hodos (οδος) yang berarti “suatu
jalan atau cara”, dan hegeomai (έγεομαι)
yang berarti “pemimpin”
[12] F.F. Bruce, Expository Of Old And
New Testement Words, (New York: Fleming H. Revel Company, 1981), 184
[13] Gerhard von Rad, Musa,
(Jakarta: BPK-GM), 8
[14] S.Wismoady Wahono, Disini
Kutemukan, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 102
[15] F.L.Bakker, Sejarah Kerajaan Allah
I, (Jakarta: BPK-GM,2011),225
[16] A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja
Jilid III, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Cakara, 1993), 195-196
[17] Jontor Situmorang, dalam Jurnal Teologi Tabernakel (STT Abdi Sabda Medan
edisi XXIII Januari-Juni 2010), 4-5
[18] Eka Darmaputra, Pergulatan
Kehadiran Kristen di Indonesia, (Jakarta: BOK-GM, 2001),7-11
[19] Gerhard Von Rad, , Musa ,15
[20] F.L.Bakker, Sejarah Kerajaan Allah
I, 259-260
[21] Gerhard Von Rad, Musa, 15
[22] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan
Allah I, 266
[23] David F.Hinson, Sejarah Israel
pada zaman Alkitab, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2010),68
[24] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan
Allah I, 284
[25] Athur W. Gross, A Child Garden of
Bible Stories, (Medan: CV,Tried Rogate,2008), 47-48
[26] Ibid.,52
[27] Y.M. Seto Marsunu, Allah Leluhur
Kami, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 54
[28] Ted Engstrom, The Making Of A
Cristian Leader, (Gran Rapids: Michian Zondervan,1976), 29-30
[29] Roswita ndraha, Julianto Simanjuntak ,Mencintai hingga terluka,(Jakarta: PT.Gramedia,2009), 99-103
[30] David Hocking, Rahasia
Keberhasilan Seorang Pemimpin, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1991), 4
[31] Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja
Masa Datang, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 140-143
[32] Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Datang, 150
[33] John W De Gruchy, Agama Kristen dan Demokrasi, (Jakarta:
BPK-GM, 2006), 143-145
[34] Suhardiyanto,SJ. Persekutuan
Murid-murid Yesus, (Yogyakarta: Kanisius 2007), 90
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment