-->

sosial media

Friday, 16 October 2020

KEPEMIMPINAN ( Pemimpin Alkitabiah, Pemimpin Gereja dan Pemimpin Nasional selaku hamba Tuhan)

 




I.                   LATAR BELAKANG

Ketika kita berbicara mengenai seorang pemimpin, pasti kita semua ingin menjadi seorang peimpin. Dimana kita tahu seorang pemimpin itu harus benar-benar memiliki jiwa kepemimpinan, serta rela melayani, bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan kepentingan orang lain. Dewasa ini, kita dapat melihat bagaimana kepemimpinan dalam kenegaraan bahkan kepemimpinan dalam gereja, apakah sudah menunjukkan sosok seorang pemimpin di dalam keperiodeannya? Banyak sekali kita melihat pemimpin hanya sibuk dengan kepentingan dirinya sendiri, salah satu contoh kecil yaitu Korupsi. Mungkin kita bukan membahas mengenai korupsi, tapi kita melihat bagaimana karakter pemimpin  di Negara ini. Mereka hanya banyak berbicara tanpa bekerja, menjanjikan janji palsu demi tercapainya apa yang mereka inginkan. Namun dalam pembahasan kita kali ini kita akan belajar dari sosok seorang pemimpin, bagaimana seharusnya sikap kita untuk dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin. Kiranya pembahasan kali ini dapat kita terima dan menambah wawasan bagi kita.

 

II.                PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

2.1.1.      Pengertian Kepeminpinan secara umum

Menurut KBBI, Pengertian Pemimpin adalah membimbing, mengetuai/mengepalai, memandu, memenangkan. Serta kepemimpinan adalah cara memimpin.[1] Kepemimpinan merupakan suatu istilah yang menyangkut prihal meminpin, tentu saja perihal memimpin ini mempunyai arti yang berbeda pada setiap orang, bisa saja kata ini bermakna memegang tangan seseorang sambil berjalan untuk menuntun, menunjuk jalan dan membimbing, mengetuai atau mengepalai, memandu, atau memenagkan paling banyak. Seorang yang meminpin disebut sebagai pemimpin atau pimpinan. Secara etimologi, kata kepemimpinan (Leadership) berasal dari kata pimpin yang artinya dalam keadaan dibimbing, dituntun dan dikepalai. Sehingga secara umum dapat kita katakan bahwa kepeminpinan adalah sebuah istilah tentang prihsl meminpin, menuntun, memberikan bimbingan dan pedoman, menunjukkan jalan ke arah tercapainya suatu tujuan orang-orang atau kelompok yang memberi mandat kepeminpinan itu. Kepeminpinan merupakan suatu sikap untuk meminpin dengan berbagai tindakan, ucapan, yang mendorong orang-orang yang dipimpin ke arah kehidupan yang lebih baik. Peminpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan watak, kemampuan keahlian, mempunyai cita-cita serta sanggup menggunakan watak  serta keahlian itu untuk mendorong atau memotivasi dan memimpin orang lain dalam tindakan atau pekerjaan yang dikehendakinya.[2]

Kepeminpinan  merupakan proses mempengaruhi yang memungkinkan manajer membuat orang-orangnya bersedia mengerjakan apa yang harus dikerjakan dan proses ini berjalan timbal balik antara peminpin dan yang dipimpin.[3] Pendapat lain mengatakan bhwa kepeminpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang atau peminpin untuk mempengaruhi perilaku orang lain menurut keinginan-keinginannya dalam keadaan tertentu.[4]

 

2.1.2.      Pengertian Kepeminpinan dalam PL

Sejak terbentuknya umat Allah di Gunung Sinai, umat dituntun oleh sederetan pemimpin. Khusussnya dalam kepemimpinan dapat dilihat suatu kombinasi unsur kharismatis dan unsur institusional. Unsur kharismatis amat kuat pada permulaan sejarah umat, tetapi sedikit demi sedikit diganti oleh unsur institusional.[5]

Dalam bahasa Ibrani kata yang diartikan sebagai “Pemimpin” adalah Nagid (בגד) [6] dan halak (הלכ)[7], dimana kedua kata ini mempunyai pengertian: menetapkan, menunjuk, melepaskan, menggembalakan, memberitahukan. Kata nagid ini dihubungkan dengan para pekerja atau gembala di padang gurun.[8] Kemudian kata ini mengalami perkembangan menjadi nahag (בהג), yaitu “memimpin di perjalanan, menggembalakan” (Kel. 3:1; Yes 11: 6; Maz 23:2).

Selain daripada itu, kata yang diartikan sebagai pemimpin adalah opereth (ץוףרת), yang berarti : “menutupi, melindungi, berperan penting, pemimpin” (Kel 15:10) dimana kata ini diartikan sebagai tugas atau peranan pemimpin bangsa Israel yang melindungi umatnya sehingga mampu menenggelamkan bangsa Mesir ke laut.[9]

Dalam konteks penciptaan, Allah memberikan suatu mandat kepada manusia untuk menaklukkan dan menguasai segala ciptaan yang ada (Kej 1:28), namun penguasaan itu bukan dalam arti bertindak sewenang-wenang. Tetapi penguasaan itu bertujuan untuk mengusahakan dan memeliharanya (Kej 2:15). Dengan tugas tersebut manusia tidak memerintah atas namanya dan kemauannya sendiri, melainkan hanya seorang hamba suruhan dan wakil Allah atas segala tugas-tugasnya itu. [10]

 

2.1.3.      Pengertian Kepeminpinan dalam PB

Di dalam PB, kata yang sering dipakai untuk menunjukkan untuk menunjukkan seorang pemimpin adalah hodegos (όδηγος) yang berarti “pemimpin, penuntun”. Kata kerjanya adalah hodegeo (όδηγεο)[11] yang berarti “memimpin, membimbing; pemimpin atas cara/ jalan, penuntun”. Jadi, hodegeo adalah seorang yang menunjukkan jalan atau sebagai pedoman/ petunjuk masuk dalam kebenaran oleh Roh Kudus (Yoh 16:13).[12]

 

2.2.Kepemimpinan dalam PL

2.2.1.      Kepeminpinan Musa

2.2.1.1. Biografi Musa

            Orang yang sedang kita bicarakan di sini beberapa kali disinggung hanya dengan sebutan “manusia Musa” (Kel. 32:1,23; Bil 12:3). Musa ialah seorang manusia, mahluk insani. Ia bukan orang suci, bukan petapa, seorang yang telah menanggalkan dari dirinya semua perasaan-perasaan kemanusiaan biasa; sama dengan itu, ia bukan seorang pahlawan dalam arti yang biasa diberikan kepada kata itu pada zaman kuno. Tidak ada yang bersifat ilahi mengenai musa.[13] Nama Musa itu  sendiri sangat mengena dengan keadaan kebiasaan di Mesir Kuno, memang dalam Alkitab kita temukan bahwa nama Musa dihubungkan dengan sebuah kata-kata bahasa Ibrani MASHA yang artinya “menarik” atau “Mengangkat” (Kel.2:10). Tetapi di mesir kuno nama “Musa” juga ada hubungannya dengan akar sebuah kata dalam bahasa Mesiryang berarti “lahir”.[14]  

            Musa adalah tokoh yang paling menonjol di bani Israel selama Perjanjian Lama. Ia seorang perempuan bernama Yokhebed, dari suku itu juga. Kemudian sebelum Musa lahir, jadi sebelum perintah Firaun untuk melemparkan semua anak laki-laki ke sungai Nil, mereka telah mempunyai dua orang anak yakni Miryam yang berumur 12 tahun, harun yang 3 tahun lebih tua dari Musa. Musa lahir setelah ada perintah Firaun untuk membunuh semua anak orang Israel. Sewaktu Musa lahir orang tuanya melihat sesuatu yang istimewa pada anak itu. Yokhebed dengan sengaja menaruh peti itu ketempat putrid raja Firaun biasanya mandi.[15]

Lalu diangkat sebagai anak oleh seorang putri firaun, melarikan diri ke Midian, tempat ia menikah dan diberitahu tentang Yahwe, Allah yang maha Kuasa. Yahwe menampakkan dirinya dikaki gunung Horeb (Sinai) dan memberinya tugas untuk membebaskan bangsanya dari perbudakan di Mesir dan dilindungi secara ajaib oleh Yahwe waktu menyebrang laut merah. Lalu mereka mengembara selama empat puluh tahun dipadang pasir. Musa memimpin Israel sampai keperbatasan tanah suci, tetapi ia sendiri tidak diizinkan masuk, ia wafat di gunung Nebo. Di agama Yahudi dipandang sebagai pemberi hukum taurat dan sebagai nabi besar.[16]

 

2.2.1.2. Pemilihan Musa

Pemilihan Musa sebagai pemimpin Israel bukanlah pemilihan secara tiba-tiba. Tuhan telah mempersiapkan Musa sejak dia masih bayi berumur tiga bulan (Kel.2:2). Di tengah-tengah ancaman pembunuhan para bayi (Kel.1:22), Musa diselamatkan Allah melalui putri Firaun. Musa diasuh putri Firaun sebagai anak angkatnya. Musa menikmati fasilitas kerajaan Mesir, termasuk segala pendidikan yang terkemuka yang ada di Mesir, selama 40 tahun. Namun pendidikan di istana Mesir selama 40 tahun itu belum cukup bagi musa untuk memimpin bangsa israel. musa harus belajar (praktek lapangan) lagi dilapangan kehidupan yang sebenarnya selama 40 tahun lagi. Musa tidak hanya belajar di lingkungan aman, tetapi juga harus belajar di lingkungan yang ganas dan buas. Di alam terbuka yang penuh kekerasan, perebutan , persaingan dan penindasan (Kel. 2:16-17). Baru setelah genap berusia 8 tahun, musa diunjuk dan diutus memimpin bangsa israel.[17]

Musa merupakan pemimpin dalam PL yang sangat dikagumi dimana ia meminpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Tuhan memberikan kepadanya kuasa untuk menjadikan tanda-tanda ajaib sehingga ia memiliki keyakinan untuk memimpin, dimana pada awalnya saat ia dipanggil oleh Allah, ia merasa tidak layak dan pantas dengan alasan tidak cakap berbicara. Bahkan Allah juga mnegutus Harun abangnya untuk menjadi juru bicara yang bertujuan untuk menutupi kelemahannya (tidak pandai berbicara).[18]

§  Musa berada di Midian

Berbicara mengenai pemanggilan Musa, tidak sesuatu yang luar biasa pada waktu sebelum Allah memanggil dia. Ia mendapat pendidikan yang mengagumkan di Mesir; akan tetapi penulis-penulis Alkitab tidak menggambarkan dia sebagai seorang yang memiliki kesalehan yang khusus, ia menjadi gembala seperti banyak gembala-gembala yang lain, satu-satunya yang membedakan dia dari mereka ialah bahwa ia harus lari ketanah Midian dan dengan begitu ia terpisah dari bangsanya sendiri. Memang benar bahwa tindakan kekerasannya yang kurang difikirkan itu yang memukul mati orang Mesir itu (Kel. 2:11) dengan secara aneh dicocikkan kepada maksud pemeliharaan Allah, karena adalah disana dalam perjalananya di tanah Midian bahwa panggilan Allah itu akan datang kepadanya.[19]

Musa harus menunggu selama 40 tahun di Midian sampai Allah memanggil dia. Ini adalah ujian yang paling berat baginya. Waktu ia masih dalam umur yang paling baik, ia tidak dipanggil oleh Allah. Empat puluh tahun ia harus menggembalakan domba, demikian ia disipakan untuk tugasnya yang kemudian, ia harus belajar sabar, dan menahan diri. Bukan Musa, tetapi Allah yang hendak membebaskan bangsa Israel.[20]

 

§  Musa di gunung Horeb

Pada suatu hari, Musa menggiring kambing-Dombanya ke gunung Horeb, tepat ketempat yang ditentukan Allah sebagai tempat di mana penyataanNya yang besar akan dilakukan. Di sanalah Allah menyatakan diriNya kepada Musa dalam nyala api semak duri yang bernyala-nyala (Kel 3:7-14).[21]

§  Musa kembali ke Mesir

Pada waktu yang tepat, Allah menyuruh Musa kembali ke Mesir (Kel. 4:19) untuk bersiap-siap membawa orang Israel keluar dari negeri tersebut. Musa keberatan ketika Allah mengangkat dia untuk mempimpin Bangsa Israel keluar dari Mesir (3:10). Ia menyatakan bahwa ia tidak dapat melaksanakan tugas tersebut karena orang Israel tidak akan mendengarkan dia dan dia tidak fasih bicaranya. Allah menjawab keberatan pertama dengan menunjukkan kepada Musa bahwa dia akan diberi kuasa untuk mengadakan Muzijat sehingga orang Israel akan mengakui dia, Allah menjawab keberatan kedua dengan menjadikan Harun, saudara Musa, sebagai juru bicaranya. Tuhan juga menyuruh Musa membawa tongkatnya, bukan karena ada kesaktian itu, tetapi sebagai tanda peringatan tentang apa yang telah terjadi disana dan untuk oeneguhan imannya, jika ia nanti mungkin bimbang lagi akan panggilannya dan jika dirasanya semua tadi muncul kembali.[22]

 

§  Musa dan Harun di hadapan Firaun

Setelah Musa dan Haru di Mesir, mereka berhubungan dengan para Tua-tua orang Israel, lalu memberitahukan kepada mereka, apa yang telah diperintahkan Allah kepada Musa. Lalu Musa dan Harun menghadap Firaun untuk menyampaikan tuntutan Allah, Firaun tidak pernah mendengar Tuhan. Firaun tidak ingin membebaskan orang-orang Israel. Musa telah mengatakan bahwa Allah dari orang-orang Israel yang diperbudak itulah yang murka karena itu Firaun harus segera membebaskan mereka. Rupa-rupanya kemampuan Musa untuk mengetahui lebih dahulu setiap bencana itu yang akan terjadi akhirnya membuat orang-orang Mesir yakin bahwa ia benar.[23]

Pengerasan hati Firaun sebanding dengan pengalaman raja Sihon dari Hesybon, yang menolak memberikan izin kepada orang Israel untuk berjalan melalui negerinya (Bil.21:21-23). Menurut Ulangan 2:30, Tuhan membuat dia keras kepala dan tegar hati untuk member kemenangan kepada Israel. Kata kerja membuat keras kepala (hiqsa) digunakan dalam hubungan dengan Firaun (Kel.7:3) walaupun diikuti oleh kata hati dan bukan kata kepala. Kata membuat tegar hati (‘immes) tidak terdapat dalam cerita Firaun tetapi merupakan sinonim dari Istilah lain yang digunakan.

 

 

 

§  Menyebrangi Laut Teberau

Firaun sangat menyesal, lalu dikejarlah orang-orang Israel. Orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat yang kering. Di laut itulah orang Mesir ditemuai mereka.[24] Musa mengulurkan tangannya ke laut dan membelah laut itu dan membuat jalan diantaranya sehingga bangsa Israel dapat melaluinya. Tetapi pasukan Mesir dengan menunggang kuda berlari kencang dibelakang mereka. Setelah bangsa Israel selamat Allah menyuruh Musa “Ulurkan kembali tanganmu kelaut itu”. Musa melakukannya, airpun menyatu kembali dan menutup jalan sehingga menenggelamkan pasukan, lalu mereka mati.[25] Suatu hari mereka dilanda kekeringan, karena persediaan air tidak ada lagi, lalu Allah berkata kepada Musa, berbicaralah pada batu itu maka akan keluarlah air yang segar dari sana. Tetapi Musa tidak melakukan apa yang disuruh Allah. Daripada berbicara pada batu, dia malah memukulkan tongkatnya ke batu itu, sehingga airpun memancar sangat deras, Allah marah kepada Musa. Dia berkata “karena kamu tidak percaya kepada Aku maka kamu tidak akan sampai ke Kanaan”. Ketika bangsa Isreal sudah dekat ke kanaan, Allah memerintah Musa untuk naik ke puncak gunung dimana dia bisa melihat tanah yang ijanjikan itu. Allah mengangkat pemimpin yang baru bagi bangsa Israel, namanya Yosua. Ia memimpin bangsa Israel memasuki Kanaan yaitu Tanah yang dijanjiakan Allah kepada mereka sejak dulu.[26]

 

2.2.1.3.Karakter Kepeminpinan Musa

Musa bukan hanya seorang yang memperjuangkan keadilan, tetapi juga seorang yang “menemukan” Allah. Semula Musa dan orang Ibrani sendiri tidak mempunyai gambaran yang jelas mengenai Allah mereka. Mereka hanya ingat bahwa nenek moyang mereka, Abraham, Ishak dan Yakub, menyembah Allah. mereka tinggal di Mesir dan tidak lagi mengenal Allah nenek moyang mereka itu.[27]

Sejak awal ia sudah diperlengkapi untuk menjadi peminpin yang handal, ketika ia masih tinggal di tempat Firaun. Ia mendapatkan pendidikan dasar dalam segala hikmat orang Mesir, antara lain handala dalam strategi perang yang terlihat ketika ia menaklukkan bangsa-bangsa di sekitar kanaan seperti orang Amalek (Kel. 17:8-15), lalu ahli dalam bidang arsitektur, yang dapat terlihat ketika ia mengkoordinir bangsa Isrel untuk membangun kumah suci (Kel. 36-40), dan kecakapannya yang lain. Dalam kepeminpinan Musa terlihat bahwa setiap tindakannya senantiasa berpedoman kepada kehendak Allah. Ted Engstrom berbicara mengenai 6 kualitas kepemimpinan Musa dalam surat Ibrani 11, yang menunjukkan integritas sebagai pemimpin[28]:

1.      Imannya kepada Tuhan, dimana setelah Dewasa Musa menolak disebut sebagai anak Firaun (Ibrani 11:24)

2.      Kejujurannya terhadap umat Tuhan, dimana Musa lebih memilih menderita dan sengsara bersama-sama  dengan umat Tuhan daripada menikmati kesenangan Dosa (Ibrani 11:26).

3.      Ketekunanya, dimana ia meninggalkan mesir sambil mengarahkan mukanya kepada Tuhan bangsa Israel yang tidak kelihatan (Ibrani 11:27).

4.      Visinya, dimana ia menganggap Allah merupakan kekayaan terbesar daripada harta Firaun(Ibrani 11:28).

5.      Penurutan mutlak, dimana ia memelihara paskah dan percikan darah agar jangan sampai pembinasa menyentuh anak-anak mereka (Ibrani 11:28).

6.      Rasa tanggung jawabnya, dimana musa meminpin bangsa Israel menyebrang Laut Merah seperti melintasi tanah kering (Ibrani 11:29).

Di dalam buku Roswita ndraha, Julianto Simanjuntak yang berjudul “Mencintai hingga terluka: kekuatan Cinta yang memulihkan hati dan memperkaya…”mengatakan bahwa mengapa kadang Tuhan mengizinkan kita menghadapi cobaan yang seolah tak berujung? Cinta Tuhan melatih kita agar lebih sabar. Musa adalah contoh klasik tentang bagaimana menjadi sabar. Musa dikenal sebagai orang yang lembut dan tersabar di zamannya. Tapi, kesabaran Musa tak muncul begitu saja. Musa adalah satu-satunya orang Ibrani pada masa itu yang dibesarkan di istana Firaun. Sebelum mendapat didikan Tuhan di padang Gurun Musa adalah seorang yang cepat naik darah, impulsive, dan sombong. Karakter Musa ditolong lewat pengalamannya di padang gurun selama 40 tahun. Kesulitan di padang penggembalaan membuat Musa jadi orang yang tabah, punya empati, dan perhatian.[29]

Sering pemimpin-pemimpin utama terjebak dalam kememinpinanya. Namun Musa dalam kepeminpinanya bukanlah kepemimpinan tunggal tetapi ia membutuhkan orang lain pada saat ia memimpin. Orang yang dibutuhkan adalah memiliki kualitas pemimpin, yang akan dipakai dalam membantu dia (Lih Kel.18:21). Ia harus dapat mencari orang-orang yang takut akan Tuhan, orang benar, dan memmbenci laba haram. Di samping hal itu Musa juga mempunyai komunikasi yang baik dengan penatua. Ketika Tuhan memilih dan mengutus Musa menjadi  pemimpin bangsa Isrel yang pertama sekali dikerjakannya adalah menjalin hubungan dengan para penatua yang mempunyai pengaruh dalam kelompoknya. Berdasarkan nasihat mertuanya Yitro, Musa mengangkat pembantunya dalam melaksanakan kepemimpinanya. Mereka bertugas menyelesaikan masalah yang timbul di kalangan bangsa Israel yang dianggap tidak perlu diselesaikan oleh Musa. Pengaturan kedudukan para pembantu ini diatur sedemikian rupa. Disamping itu ia memilih 70 orang sebagai dewan penasehat yang bertugas sebagai pendamping Musa dalam meminpin bangsa Israel. dengan demikian, dari kejadian diatas dapat dilihat bahwa musa membuktikan kwalitasnya sebagai pemimpin yang mantap dan mempunyai perangsang kuat, mematuhi secara mutlak semua perintah Allah [30]

2.3.Pemimpin Gereja sebagai Hamba Tuhan[31]

Pemimpin gereja itu harus memiliki karakter yang Allah bentuk maksudnya pemimpin gereja itu harus memiliki charisma dan karakter. Dalam hal ini kekudusan dan disiplin pribadi merupakan sesuatu yang krusial dalam kepemimpinan. Perjanjian Lama berbicara tentang Raja Daud yang memiliki keseimbangan kedua-duanya. Daud menggembalakan umat Israel dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya (Mzm 78:72). Para pemimpin gereja juga harus meneladani keseimbangan ini untuk orang-orang yang mereka pimpin. Petrus juga mengingatkan para pemimpin gereja perdana bahwa mereka harus menjadi teladan bagi kawanan domba mereka masing-masing, memperlihatkan baik hasrat melayani maupun mengikuti perkataan Yesus, tanpa keinginan untuk menjadi tuan atas orang-orang percaya lainnya (1 Ptr 5:1-4). Ketika para pemimpin gereja meneladani karakter kesalehan dengan kerendahan hati, orang-orang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang bagaimana mereka memperlakukan orang lain, dan bagaimana karakter yang menyerupai Kristus. Pemimpin gereja harus memiliki buah-buah Roh seperti yang tertulis dalam Galatia 5: 22-23 adalah kerinduan Paulus agar gereja menunjukkan kualitas karakter sebagai suatu persekutuan. 

Pemimpin gereja harus teguh akan mempertahankan keyakinan mereka, seorang pemimpin yang mempunyai keteguhan juga dibentuk dan memperlihatkan konsistensi dan reaksi yang tepat terutama dalam situasi yang krisis. Para pemimpin yang teguh akan menunjukkan komitmen mereka tanpa ada yang dapat menggoyahkan. Contohnya keteguhan seorang Yosua yang memimpin bangsa Israel atas dasar dorongan dari Allah.[32]

Penyeminar akan mengambil contoh seorang pemimpin gereja yang memperjuangkan seluruh orang-orang yang tertindas di Amerika Serikat ia adalah Pendeta Marthin Luther King Jr seorang Pendeta Baptis di Montgomery dan ia seorang pendiri Southern Christian Leadership Confrence = Konfrensi Kepemimpinan Kristen Selatan pada tahun 1957. Ia lahir di Atlanta, Amerika Serikat 15 Januari 1929 yang berjuang melawan diskriminasi rasial. Pada tahun 1963, King memimpin demonstrasi pemboikotan bus di Birmingham. Pemboikotan itu dilakukannya tanpa menggunakan kekerasan. Ia tidak hanya berjuang melawan diskriminasi orang-orang kulit hitam, tetapi juga menentang tanah milik dan Perang Vietnam. Kebesaran King terutama terletak pada impian tinggi dan gaya spektakulernya sebagai seorang pendeta. Pidatonya dengan judul "Saya Memiliki Impian" pada pawai berbarisnya ke Washington, DC (28 Agustus 1963) membuatnya semakin terkenal. Ia dipuja dengan banyak gelar terhormat. Pada 1963, ia menerima Penghargaan Nobel Perdamaian. Ia ditembak hingga meninggal dunia ketika ia melakukan aksi di Memphis pada 4 April 1968. Guncangan dari kematiannya menyebabkan banyak kerusuhan dan bentrokan di berbagai kota di seluruh Amerika Serikat.[33]

2.4.Pemimpin Nasional sebagai Hamba Tuhan

Dalam tradisi Kristiani dikenal ajaran Yesus Kristus, seperti yang tertulis dalam Yoh 10:11-15. Dari perikop tersebut menjadi jelas bahwa pemimpin yang baik menurut Yesus adalah orang yang rela berkorban demi kepentingan banyak orang, ia tidak lari ketika ada tantangan ataupun kesulitan. Sebaliknya, pemimpin yang lari ketika masyarakat dalam kesulitan dan membutuhkannya adalah pemimpin palsu. Orang semacam ini tidak layak menjadi pemimpin masyarakat. Dia hanya ada kalu menguntungkan dirinya, dia kurang peduli pada kebutuhan orang yang ada dibawahnya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengenal dan dikenal masyarakat, sehingga ia bisa mengetahui kebutuhan warganya dan dengan demikian bisa memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan warganya. Pemimpin yang baik dapat mengarahkan tindakannya juga berdasarkan kehendak Allah. karena dia mengenal Allah dan dikenal Allah, maka dia selalu pula berusaha untuk berkenan kepada Allah dalam tindakan-tidakannya, sehingga dia selalu berusaha melakukan yang menjadi kehendak Allah dan bukan keinginannya sendiri. Pemimpin yang mengenal Allah harus berani dan tidak ragu-ragu dalam tindakannya, karena yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Allah. Ia yakin akan perlindungan dan dukungan Allah dalam usahanya memenuhi harapan dan kebutuhan rakyatnya.[34]

2.5.Analisa Penyeminar

Kita telah membahas mengenai Kepemimpinan “Musa dan Mesianis”, dimana kita dapat melihat gambaran sosok seorang pemimpin. Dimana menjadi seorang pemimpin itu bukanlah suatu hal yang gampang/ mudah. Menjadi seorang pemimpin harus membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa. Tapi kenyataan yang ada, orang lain selalu menggunakan jalan pintas namun tak pantas untuk dapat memperoleh sebuah kedudukan/jabatan untuk menjadi seorang pemimpin. Ketika kita dipilih menjadi pemimpin kita memang harus benar-benar memenuhi panggilan itu. Bukan hanya sebatas jabatan/kedudukan, serta harus mempunyai visi di dalam kehidupannya. Kita lihat pemimpin sekarang ini, terkadang mereka lupa apa sebenarnya tugas dan tanggung jawabnya ketika mereka telah dipercayakan untuk menjadi seorang pemimpin. Sibuk dengan kepentingan pribadinya sendiri, dan menganggap dia berhak melakukan apa saja yang disukainya.

Seorang pemimpin hendaknya dapat memberi pengaruh yang positif serta memperhatikan apa sebenarnya yang menjadi pergumulan masyarakat/ jemaat. Seharusnya seorang pemimpin menyadari untuk apa mereka dipilih dan apa yang seharusnya mereka lakukan. Banyak hal memang yang harus dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin, salah satunya adalah hati. Ketika hati kita sudah benar-benar siap,maka yakinlah kita pasti mampu untuk menjadi seorang  pemimpin. Kita dapat belajar dari sosok Musa, dia benar-benar siap ketika ia dipilih oleh Tuhan. Ia rela meninggalkan kemewahannya, dan rela menderita. Ketika Musa dipilih Tuhan, ia sadar akan kekurangannya (tidak pandai berbicara) namun Tuhan memberi jalan keluar. Demikian juga kita, kita dipilih bukan karena kesempurnaan kita, namun di dalam kekurangan itu kita akan dimampukan untuk kita bisa dipakai olehNya. Namun hal demikian kita sering lupa diri, kita menganggap bahwa apa yang kita lakukan adalah hasil usaha kita sendiri, dan kita lupa bahwa Tuhanlah yang memapukan kita. Memang secara manusia kita tidak terlepas dari yang namanya kekuarangan dan kelebihan. Kita lihat Musa, ia juga gagal masuk ketanah perjanjian hanya karena kemarahannya ataupun tidak dapat menahan emosi terhadap bangsanya. Hal ini juga yang dapat kita renungkan bahwasanya apa pun yang kita lakukan harus memang benar-benar sesuai apa yang diperintahkan oleh Tuhan, yaitu hidup takut akan Tuhan.

Serta yang menjadi pergumulan srkarang ini, seperti karakter yang kita bahas sebelumnya, bahwa memang pemimpin itu harus dapat menjadi pembebas bagi yang dipimpinya. Seperti pada konteks sekarang ini, dimana di dalam kepemerintahan ataupun gereja, seharusnya itu pemimpin dapat membebaskan mereka dari keterbelengguan, ataupun dapat memberikan jalan keluar dari pergumulan mereka. Bukan menambah pergumulan mereka. Serta perempuan sebagai pemimpin, mungkin di berbagai kalangan, adat/istiadat masih sering kita lihat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Tapi dalam pembahasan kali ini, yang mau disampaikan bahwa tidak ada salahnya perempuan itu sebagai pemimpin, ketika karakter yang kita sebut sebelumya itu ada padanya. Dimana kita tahu Tuhan tidak pernah myampaikan kata larangan taupun pembedaan terkhusus dalam hal kepemimpinan. Ketika perempuan itu mampu, tentu tidak ada salahnya bukan.

 

2.6.Relevansi Kepada pemimpin yang berkarakter

Seperti yang kita bahas tadi seorang pemimpin itu harus hidup takut akan Tuhan, hal ini masih sangat relevan untuk kehidupan sekarang ini karena apabila seorang pemimpin  hidup takut akan Tuhan, ia pasti mampu untuk menjadi seorang pemimpin. Karena ia akan tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap apa pun yang ia lakukan. Tidak melakukan sesuai apa yang ia kehendaki, ataupun memaksakan kehendaknya.

Pemimpin itu harus rela berkorban, dan masih relevan untuk kehidupan sekarang ini. Karena kita tahu banyak pemimpin hanya mementingkan kehidupan pribadinya tanpa memikirkan orang lain. Seorang pemimpin harus mampu hidup bersosial, harus mempunyai rasa empati, sehingga ia dapat merasakan apa yang dirasakan rakyat/jemaatnya. Dalam hal berkorban, harus mampu berkorban bukan hanya dalam hal materi saja tetapi tenaga, dan waktu. Dan kehidupan kita untuk kepentingan orang lain.

Dan pemimpin itu harus mampu memiliki karakter yang mencakup kesembilan buah-buah roh (Gal 5: 22-23), hal ini harus menjadi dasar utama bagi seorang pemimpin. Ketika seorang pemimpin itu memiliki sikap-sikap yang demikian, maka ia sudah menjadi pemimpin yang ideal.

III.             KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas, dapat kita simpulkan bahwasanya untuk menjadi seorang pemimpin itu membutuhkan proses yang panjang dan kesiapan hati. Seperti  Musa, kita dapat melihat bagaimana kesabarannya untuk dapat membebaskan bangsanya dari Mesir. Ia memiliki visi untuk itu,  serta semangat yang luar biasa, meski begitu banyak rintangan namun ia tetap sabar dan yakin Tuhan akan memampukan. Dan pemimpin itu bekerja dan melayani sesama manusia serta Tuhan. Dan pemimpin yang baik menurut Yesus adalah orang yang rela berkorban demi kepentingan banyak orang.

IV.             DAFTAR PUSTAKA

Bakker F.L, Sejarah Kerajaan Allah I, Jakarta: BPK-GM,2011

Barth C, “Teologia PL-3”, Jakarta: BPK-GM, 1991

Bruce F.F, “Expository  Of  Old And New Testement Words”, New York: Fleming H. Revel Company, 1981

Cribbin James J, Kepeminpinan: Mengaktifkan Strategi Organisasi, Jakarta: Pustaka Binamann Pressindo, 1990

Darmaputra Eka, Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia, Jakarta: BOK-GM, 2001

Dyrness William, “Tema-tema Dalam Teologi PL”, Malang: Gandum Mas, 1993

Efendi Mochtar, Ensiklopedia Agama dan Filsafat (A-P), Jakarta: Widyata, 2001

Gibbs Eddie, Kepemimpinan Gereja Masa Datang, Jakarta: BPK-GM, 2010

Gross Athur W, A Child Garden of Bible Stories, Medan: CV,Tried Rogate,2008

Gruchy John W De, Agama Kristen dan Demokrasi, Jakarta: BPK-GM, 2006

Heuken A. SJ, Ensiklopedi Gereja Jilid III, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Cakara, 1993

Hinson David F, Sejarah Israel pada zaman Alkitab, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010

Hocking David, Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1991

Jacob Tom, (ed), “Gereja Menurut PB”, Yogyakarta: Kanisius, 1988

Konkel A.H, (ed) “New International Dictionary Of Old Testement & Exegesis-Vol. 3”, Cumbria United Kingdom: Paternoster Press,

Marsunu Y.M. Seto, Allah Leluhur Kami, Yogyakarta: Kanisius, 2008

Ndraha Roswita, Julianto Simanjuntak  ,Mencintai hingga terluka,Jakarta: PT.Gramedia,2009

Poerwodarminta, KBBI, Yogyakarta: YKBK-OMF, 1999

Situmorang Jontor, dalam Jurnal Teologi Tabernakel STT Abdi Sabda Medan edisi XXIII Januari-Juni 2010

Suhardiyanto,SJ. Persekutuan Murid-murid Yesus, Yogyakarta: Kanisius 2007

Ted Engstrom, The Making Of A Cristian Leader, Gran Rapids: Michian Zondervan,1976

Terry George G. & Leslie W. Rue, Dasar-dasar Management, Jakarta: Bumi Aksara, 2001

Von Rad Gerhard, Musa, Jakarta: BPK-GM, 2010

Wahono S.Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK-GM, 2011

 



[1] Poerwodarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: YKBK-OMF, 1999), 35

[2] Mochtar Efendi, Ensiklopedia Agama dan Filsafat (A-P),(Jakarta: Widyata, 2001), 374

[3] James J. Cribbin, Kepeminpinan: Mengaktifkan Strategi Organisasi, (Jakarta: Pustaka Binamann Pressindo, 1990),12

[4] George G. Terry & Leslie W. Rue, Dasar-dasar Management, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 192

[5] Tom Jacob, (ed), Gereja Menurut PB, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 20

[6] Kata nagid berasal dari kata dasar ngd yang berarti menceritakan, menyampaikan; menjadi bagian depan, pergi keluar. Lih. Teological Lexiocon of The Old Testement-Vol.2,  714

7Kata halak berasal dari kata dasar hlk yang berarti menjadikan keluar, memimpin, membawa. Lih. Teological Lexicon of The Old Testement-Vol. 1, 365

[8] C. Barth, Teologia PL-3, (Jakarta: BPK-GM, 1991), 90

[9] A.H.Konkel, (ed) New International Dictionary Of Old Testement & Exegesis-Vol. 3, Cumbria United Kingdom: Paternoster Press,

[10] William Dyrness, Tema-tema Dalam Teologi PL, (Malang: Gandum Mas, 2010), 67

[11] Kata hedogeo berasal dari kata hodos (οδος) yang berarti “suatu jalan atau cara”, dan hegeomai (έγεομαι) yang berarti “pemimpin”

[12] F.F. Bruce, Expository Of Old And New Testement Words, (New York: Fleming H. Revel Company, 1981), 184

[13] Gerhard von Rad, Musa, (Jakarta: BPK-GM), 8

[14] S.Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 102

[15] F.L.Bakker, Sejarah Kerajaan Allah I, (Jakarta: BPK-GM,2011),225

[16] A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja Jilid III, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Cakara, 1993), 195-196

[17] Jontor Situmorang, dalam Jurnal Teologi Tabernakel (STT Abdi Sabda Medan edisi XXIII Januari-Juni 2010), 4-5

[18] Eka Darmaputra, Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia, (Jakarta: BOK-GM, 2001),7-11

[19] Gerhard Von Rad, , Musa ,15

[20] F.L.Bakker, Sejarah Kerajaan Allah I, 259-260

[21] Gerhard Von Rad, Musa,  15

[22] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah I, 266

[23] David F.Hinson, Sejarah Israel pada zaman Alkitab, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010),68

[24] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah I, 284

[25] Athur W. Gross, A Child Garden of Bible Stories, (Medan: CV,Tried Rogate,2008), 47-48

[26] Ibid.,52

[27] Y.M. Seto Marsunu, Allah Leluhur Kami, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 54

[28] Ted Engstrom, The Making Of A Cristian Leader, (Gran Rapids: Michian Zondervan,1976), 29-30

[29] Roswita ndraha, Julianto Simanjuntak ,Mencintai hingga terluka,(Jakarta: PT.Gramedia,2009), 99-103

[30] David Hocking, Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1991), 4

[31] Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Datang, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 140-143

[32]  Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Datang, 150

[33]  John W De Gruchy, Agama Kristen dan Demokrasi, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 143-145

[34] Suhardiyanto,SJ. Persekutuan Murid-murid Yesus, (Yogyakarta: Kanisius 2007), 90

Tags :

BPPPWG MENARA KRISTEN

KOMITMEN DALAM MELAYANI

PRO DEO ET EIUS CREATURAM

  • PRO DEO ET EIUS CREATURAM
  • COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
  • ORA ET LABORA

INFORMASI KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN
  • : Pdt Hendra C Manullang
  • : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
  • : crisvinh@gmail.com
  • : menarakristen@gmail.com
/UMUM

Post a Comment

Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim