Tafsiran Terhadap Yosua 24: 14-24 ( Dengan Menggunakan Metode Kanonikal)
I.
Pendahuluan
Alkitab merupakan firman Allah dan juga penyataan Allah yang
merupakan pedoman dan fondasi iman bagi orang Kristen. Namun alkitab tidak
dapat dipahami dengan hanya membaca saja untuk mereflesikannya dalam kehidupan
kita. Melainkan dilakukan suatu penafsiran atau adanya pendekatan terhadap alkitab
itu sendiri. Usaha pendekatan tersebut bukan bertujuan untuk mengurangi atau
tidak mempercayai alkitab, melainkan mencari makna yang tersembunyi dari alkitab.
Karena seperti yang kita ketahui bahwa sangat sulit bagi kita untuk mencerna
pesan apa yang hendak disampaikan alkitab bagi kita, dan bagaimana kita untuk
menjawab keadaan dalam situasi yang sekarang, sehingga bisa mereflesikannya
dalam kehidupan kita sekarang ini. Usaha pendekatan itu disebut dengan
Hermeneutika. Dalam melakukan pekerjaan Hermeneutika, ada beberapa metode
pendekatan yang hendak kita lakukan. Dan pada kesempatan kali ini, kami penyaji
akan mencoba menafsirkan kitab Yosua 24: 1-15 dengan menggunakan metode
Kanonikal. Semoga sajian kali ini dapat menambah wawasan kita tentang pemahaman
alkitab.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Kanonikal
Istilah Kanon dipakai oleh orang Yahudi dari orang Semit. Semula
artinya ialah buluh, sebab buluh dapat dipakai untuk mengukur sehingga kata
tersebut mendapat beberapa arti sehubungan dengan pengukuran, misalnya:
pengukur, norma hukum, daftar, dan indeks.[1]
Dalam mempelajari alkitab, kanon diartikan sebagai tulisan-tulisan
yang dikumpulkan, disahkan, dan diakui secara bersama-sama sebagai norma yang
berwibawa atau berotoritas dan berlaku di tengah-tengah masyarakat. Kanon
alkitab ini menunjukkan bahwa pada kumpulan kitab yang diterima umat sebagai
yang memiliki otoritas firman Allah pada dirinya sendiri dan karena itu menjadi
tolak ukur tertinggi bagi iman serta hidup dan hanya kitab-kitab itu yang
bersifat normative untuk umat.[2]
Kedudukan kanonik diberikan kepada tulisan-tulisan suci (alkitab). Dalam metode
kanonikal, alkitab diyakini sebagai tulisan-tulisan yang menyampaikan serta
menyaksikan kebenaran dan satu kali untuk selamanya. Kedudukan istimewa tulisan
kanonis menyebabkan tulisan tersebut dibaca oleh umat beriman yang memilikinya
dengan cara yang berbeda dari cara membaca dan memahami tulisannya.[3]
2.2. Latar Belakang Metode Kanonikal
Alkitab bukanlah berupa kumpulan-kumpulan teks-teks yang tidak
berhubungan satu sama lain. Alkitab adalah kumpulan kesaksian yang merupakan
satu kesatuan menyeluruh dari satu tradisi yang besar. Agar sungguh-sungguh
mempertahankan kebenaran ini. Hal inilah yang sebenarnya merupakan perspektif yang
digunakan oleh sejumlah pendekatan yang sedang dikembangkan saat ini. Salah
satunya yaitu dengan menggunakan pendekatan kanonik. Pendekatan kanonik berasal
dari Amerika Serikat sekitar 20 tahun yang lalu, berawal dari persepsi bahwa metode
historis kritis kadang-kadang mengalami kesulitan besar untuk sampai ke level
yang sungguh-sungguh teologis dalam kesimpulan yang dihasilkannya. Munculnya
metode ini dapat dikatakan sebagai kritikan bagi para pengkritik yang hanya
menekankan pada analisa alkitab saja sehingga lupa terhadap pesan teologis yang
terkandung di dalamnya (kanon).[4]
Pendekatan ini bertujuan untuk melaksanakan tugas teologis dari
penafsiran alkitab secara lebih baik dengan berpangkal dari dalam kerangka iman
eksplisit (alkitab sebagai suatu kesatuan yang utuh). untuk mencapai hal ini,
pendekatan ini menafsirkan masing-masing teks alkitabiah dalam terang kanon
kitab suci, yakni kanon alkitab seperti diterima sebagai norma iman oleh
komunitas orang percaya. Pendekatan kanonik mencoba meletakkan masing-masing
teks dalam rencana norma iman oleh komunitas orang percaya. Pendekatan kanonik
mencoba meletakkan masing-masing teks dalam rencana tunggal Allah, dengan
tujuan untuk sampai pada suatu pemaparan kitab suci yang sungguh-sungguh valid
untuk zaman kita.[5]
Kritik kanon ini juga mengajak seluruh lapisan Kristen untuk menerima kearifan
dari para pendahulunya dan menafsirkan pasal-pasal dalam kitab suci sebagaiman
kitab-kitab tersebut yang pada akhirnya dibentuk.[6]
Namun di sisi lain metode ini tidak mengklaim dirinya untuk menjadi pengganti
metode historis kritis, sebaiknya yang menjadi harapan adalah melengkapinya.[7]
2.3. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Metode Kanonikal
Di dalam
mempergunakan metode penafsiran kanonikal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1.
Pendekatan kanonik ini bersifat
sinkronis. Disebut sinkronis karena mengarahkan perhatiannya pada hungan teks
dengan pembaca. Pembaca disini dimengerti khususnya sebagai seorang pembaca
yang berada dalam paguyuban umat beriman yang memandang teks sebagai teks
kanonik. Dalam hal ini, penafsir tidak perlu terlalu memperdulikan hal-hal yang
menjadi perhatian khusus dari historis kritis, namun hal ini juga dapat
dipertimbangkan, tetapi bukan merupakan faktor-faktor yang menentukan pembacaan
dan pemahaman teks
2.
Pembacaan kanonik atas sebuah teks
akan berbeda-beda tergantung kepada pembaca (umat beriman) yang sedang membaca.
Dengan kata lain, di dalam metode kanonik ini si pembaca dapat memiliki
pemahaman yang berbeda-beda dengan pembaca yang lainnya tergantung kepada iman
seorang pembaca di dalam memahami makna suatu teks alkitab
3.
Teks dalam kanon tidak tergantung
lagi pada pemakaian kata yang semulanya atau sejarahnya. Dan dengan
pengkanonisasian tulisan-tulisan suci, umat-umat beriman beriman (orang-orang
percaya) yang memiliki kanon tersebut terbuka dan relevan untuk umum
4.
Pendekatan kanonik menolak untuk
membagi-bagikan teks ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, dan dengan
demikian menolak untuk menafsirkan teks secara sendiri-sendiri. Sebuah teks
harus dibaca sebagai bagian dari alkitab secara keseluruhan bukan sebagai
bagian yang terlepas dan berdiri sendiri. Karena metode ini melihat bahwa kanon
secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang memiliki kewibawaan kanonik
yang paling tinggi
5.
Pendekatan kritik kanonik jelas
bersifat teologis. Alkitab yang sebagai kitab suci dengan demikian alkitab
harus ditafsir sebagai kitab suci. Metode penafsiran kanonikal merupakan suatu
wahana ataupun gambaran dari kenyataan dalam memahami serta mengetahui kehendak
Allah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dalam menafsirkan sebuah
teks secara kanonik, penafsir memusatkan perhatiannya bukan pada maksud semula
penulisnya atau pada keadaan-keadaan dari situasi semula, tetapi pada bagian
teks itu dalam bentuk dan maksud yang sekarang menyampaikan kesaksian teologis
mengenai Iman dan Injil.[8]
2.4. Kekuatan dan Kelemahan Metode Kanonikal
Ø Kekuatan Metode Kanonikal
1.
Alkitab dihargai sebagai firman
Allah dan sejarah pembentukannya sebagai pekerjaan Allah yang berkarya dan
berkomunikasi di dalam, melalui daan kepada umat-Nya
2.
Dengan menafsirkan teks secara
kanonikal maka teks dapat dilihat secara keseluruhan dan utuh. itu dikarenakan
tidak adanya pemenggalan-pemenggalan teks dalam proses penafsiran sehingga
maksud atau makna yang ditimbulkan oleh penulis Alkitabiah dapat dimengerti.
Dengan kata lain, metode ini mengakui adanya kesatuan teologi dari semua kitab
dalam alkitab, sehingga membentuk penafsir menjadi pembaca yang holistik dan
teologis
3.
Berfokus pada penyampaian pesan
hasil penafsiran (arti teks) yang lebih tepat bagi situasi pembaca masa kini,
dari pada teks pada masa lampau
Ø Kelemahan Metode Kanonikal
1.
Metode kanonikal kurang bersifat
historis. Hal yang menjadi perhatian khusus seperti pendekataan terhadap nats
mula-mula menurut tradisi, maksud semula penulisnya, peristiwa, dan pengalaman
yang ada di balik teks atau konteks psikologis maupun sosiologis historis yang
melahirkan teks kurang diperhatikan
2.
Adanya perbedaan kanon antara umat
beriman pemelihara kitab (Yahudi, Ortodoks, Katolik, Protestan) membuat metode
ini mempunyai unsur subjektivitas dan relatifitas.[9]
2.5. Pembahasan Kitab Yosua
2.5.1.
Latar Belakang
Kitab
Yosua adalah salah seorang tokoh terkemuka di Perjanjian Lama, dia
merupakan pembantu Musa (Kel 24: 13, 32: 17, 33:11). Kitab ini merupakan
lanjutan dari kitab Ulangan, dan di dalam kitab ini akan nyata janji Allah dan
penyertaan Allah terhadap bangsa pilihan-Nya, yaitu bangsa Israel. Yosua adalah
seorang anak cucu Elisama kepala suku Efraim (1Taw 7: 27, Bil 1: 10). Yosua
adalah seorang yang berani dan saleh, serta melayani sebagai alat Allah untuk
membawa umat Israel masuk ke negeri Perjanjian. Di dalam kitab Yosua ditemukan
riwayat sejarah bangsa Israel, mulai dari kematian Musa sampai dengan kematian
Yosua. Yosua meninggal pada usia 110 tahun. Yosua mulai memimpin bangsa Isarel
menggantikan Musa diperkirakan pada umur 70 tahun. Yosua memimpin bangsa Israel
untuk menduduki tanah perjanjian yang telah Tuhan berikan.[10]
2.5.2.
Penulis, Tempat
dan Waktu Penulisan
Ada dua tradisi
yang berpendapat mengenai penulis kitab Yosua, yaitu:
1.
Tradisi yang memberitahukan bahwa
Yosua penulisnya, karena dalam kitab Yosua terdapat beberapa kali disaksikan
bahwa Yosualah penulis kitab ini, misalnya (Yos 18:6-9, 24:26), dan karena
Yosua adalah pengganti Musa.
2.
Menurut para ahli Yosua sangat
diragukan sebagai penulisnya, karena isi kitab Yosua hampir sama dengan isi
kitab Ulangan yaitu yang dipengaruhi dari symbol Deutronomi. Salah satu ciri
kitab Deutronomi adalah mengijinkan perang dan kekerasan dalam rangka menjaga
kekudusan Tuhan.
Namun kami para penyaji lebih setuju bahwa Yosua lah yang menulis
kitab ini. Penulisan kitab Yosua terjadi pada akhir abad ke 15 atau abad ke 13
sesudah pengungsian orang Hiksos dari mesir pada pertengahan abad ke 16.[11]
2.5.3.
Tujuan
Penulisan Kitab
Tujuan penulisan kitab ini adalah melanjutkan sejarah Israel yang
diawali dalam Pentateuk serta untuk menunjukkan kesetiaan Allah kepada
perjanjian-Nya dengan para leluhur dan bangsa Teokratis dengan menampakkan
setiap suku di wilayah masing-masing (11: 23, 21: 43-45). Selanjutnya kekudusan
Allah tampak di dalam hukuman-Nya terhadap orang-orang Kanaan yang jahat dan di
dalam desakan-Nya agar Israel, sewaktu ikut dalam perang suci harus membuang
segala kejahatan. Hubungan Allah dengan manusia yang dikemukakan dalam kitab
ini adalah keselamatan yang dari Allah. Nama Yosua sendiri artinya adalah
Yehova (keselamatan).[12]
2.5.4.
Sitz Im Leben
Ø Konteks Keagamaan
Pada zaman Yosua dan Hakim-hakim upacara religious Kanaan telah
merosot hingga tingkat kebebasan dan kekejaman yang paling menjijikan
sebagaimana dapat dipelajari dari lempengan-lempengan hasil galian di Ras
Syamra (Ugarit) serta peninggalan-peninggalan yang masih ada dari berbagai
praktik agama kesuburan yang berhasil digali di Bet-San, Megido, dan lain-lain.
Sifat dursila dari dewa-dewa Kanaan telah membuat para penganutnya terjerumus
ke dalam ritus-ritus yang paling rendah di seluruh wilayah itu seperti pelacuran
baik wanita maupun pria, penyembahan kepada dewa-dewa berhala dan persembahan
kurban bayi.[13]
Orang-orang Kanaan asli adalah penyembah banyak dewa-dewi. Dewa yang tertinggi
adalah El, yang dipercayai sebagai pencipta alam semesta dan sekaligus kepala
dari semua dewa. Dewa yang penting adalah dewa Baal, yaitu dewa angin badai dan
yang paling aktif di antara para dewa.[14]
Ø Konteks Politik
Pada saat bangsa Israel memasuki Kanaan, Firaun Amen-Hotep III
(1410-1372 sM) sedang tidak menaruh perhatian pada wilayah jajahan di Asia
sehingga sebagian besar raja kecil di Palestina dan Siria memberontak terhadap
Mesir atau tidak bersedia membayar upeti. Surat-surat yang ditulis di atas
lempengan tanah liat yang berhasil digali pada 1887 di Tel el-Amarna di Mesir, tempat
yang dahulu merupakan ibu kota putra Amen-Hotep, yaitu Akhenonton (1380-1363 sM),
merupakan arsip kerajaan dari kedua raja tersebut. Sebagian besar merupakan
surat dari para pangeran di Palestina dan Siria, wilayah jajahan Mesir,
sepanjang tahun 1400-1360 sM dimana mereka memohon bantuan Firaun untuk
mengatasi serangan dari kota kerajaan lain di sekitarnya misalnya dari kerajaan
suku Habiru (Apiru).[15]
Ø Konteks Ekonomi
Orang-rang Kanaan percaya kepada dewa yang memberi kesuburan untuk
tanaman dan keturunan untuk ternak mereka. Maka dapat dikatakan bahwa pada masa
itu masyarakat di tanah Kanaan sudah mengenal sistem pencarian berupa pertanian
dan peternakan.[16]
2.5.5.
Kedudukan Kitab
dalam Kanon
Setiap pandangan mengenai susunan kitab Yosua harus memperhatikan
kedudukan kitab ini dalam kanon Ibrani. Dari satu sudut kitab ini menoleh
kebelakang; yaitu janji yang telah diperbuat kepada Abraham yang mencapai
kegenapannya dalam penyerbuan kanaan, dan Yosua adalah klimaks dari seluruh
sejarah yang telah mendahuluinya. Sumber-sumber utama yang dipakai dalam kitab
Yosua adalah sumber D.[17]
Di dalam pengkanonan, kitab Yosua termasuk kepada kitab sejarah yang pertama.
Di mana kitab-kitab sejarah ini termasuk “ Nabi-nabi terdahulu” dalam kanon
Ibrani (Yosua, Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja).[18]
Atau dengan kata lain kitab Yosua dimasukkan ke dalam karya yang disebut
sejarah Deutronomis.[19]
2.5.6.
Analisa Struktur
Kitab
Pokok – pokok
utama isi kitab Yosua menurut buku Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan.[20]
I.
Persiapan untuk masuk dan menduduki
tanah kanaan (1:1-5:15)
a)
Yosua ditugaskan Allah (1:1-9)
b)
Persiapan untuk menyeberangi Yordan
(1:10-3:13)
c)
Menyeberangi sungai Yordan
(3:14-4:25)
d)
Sunat, paskah, dan perjumpaan di
Gilgal (5:1-15)
II.
Menaklukkan tanah yang dijanjiakan
(6:1-13:17)
a)
Menaklukkan Kanaan Tengah (6:1-8:35)
v Kemenangan di Yerikho (6:1-27)
v Kekalahan di Ai karena dosa Akhan (7:1-26)
v Kemenangan di Ai (8:1-29)
v Penyembahan dan pembangunan perjanjian di Sikhem (8:30-35)
b)
Menaklukkan Kanaan Selatan (9:1-10:43)
v Perjanjian dengan suku Gibeon (9:1-27)
v Pemusnahan persekutuan suku Amor (10:1-43)
c)
Menaklukkan Kanaan Utara (11:1-15)
d)
Rangkuman daerah-daerah yang
ditaklukkan (11:16-12:24)
e)
Rangkuman daerah-daerah yang belum
ditaklukkan (13:1-7)
III.
Membagi tanah sebagai milik pusaka
(13:28-22:34)
a)
Suku-suku dibagian Tengah sungai
Yordan (13:8-33)
b)
Suku-suku dibagian Barat sungai
Yordan (14:1-19:51)
c)
Jatah-jatah khusus (20:1-21:45)
·
Enam kota perlindungan (20:1-9)
·
Kota-kota suku Lewi (21:1-45)
d)
Kembalinya suku-suku timur (22:1-34)
IV.
Amanat-amanat perpisahan Yosua (23:1-24:28)
·
Kepada para pemimpin bangsa Israel
(23:1-16)
·
Kepada seluruh bangsa Israel,
pembaharuan perjanjian di sikhem (24:1-28)
V.
Penutup
·
Kematian dan penguburan Yosua (24:29-31)
·
Penguburan tulang – tulang Yusuf
(24:32)
·
Kematian dan penguburan Eleazar
(24:33)
Pokok-pokok
utama kitab Yosua dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini:[21]
1:1-9 Pengutusan Yosua
1:1, 2 Kelanjutan tugas
1:3-9 Janji dan Titah
1: 10-5:12 Masuk ke Kanan
1: 10-18 Mobilisasi
2: 1-24 Pengutusan Penelidik
3: 1-13 Persiapan untuk Perang
Suci
3: 14-4: 18 Penyeberangan Sungai Yordan
4: 19-5: 12 Perkemahan di Gilgal
5: 13-12: 24 Penaklukan Kanaan
5: 13-15 Panglima Bala Tentara
Tuhan
6: 1-8: 35 Tahap Pertama dalam
gerakan: Yerikho dan Ai
9: 1-10: 43 Tahap kedua: Gerakan di
Selatan
11: 1-23 Tahap ketiga: Gerakan di
Utara
12: 1-24 Daftar Raja-raja Kanaan
yang ditaklukan
13: 1-22: 34 Pembagian Kanaan
13: 1-19:51 Pembagian Wilayah Menurut Suku
20: 1-21: 45 Kota-kota Perlindungan dan
Kota-kota Orang Lewi
22: 1-34 Kembalinya Suku-suku di
Wilayah Timur dan
Pembangunan
Mezbah
23: 1-24: 33 Hari-hari Terakhir Yosua
23: 1-16 Pidato Pertama
24: 1-28 Pidato Kedua dan
Pembaharuan Perjanjian
24: 29-33 Kematian dan Pemakaman
Yosua
2.5.7.
Struktur Teks
yang ditafsir
Ayat 14-15 : Himbauan untuk Beribadah Kepada Tuhan
Ayat 16-18 : Setia Kepada Tuhan untuk beribadah
Kepada-Nya karena Kesabaran
Ayat 19-24 : Pilihan untuk Setia Beribadah Kepada
Tuhan
2.6. Analisa Teks
2.6.1.
Perbandingan
Bahasa
Dalam perbandingan bahasa, penafsir menggunakan beberapa terjemahan
yakni LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), Bibel bahasa Toba, NIV (New
International Version), yang akan diperbandingkan dengan teks Masorah.
Ayat 14
LAI :
Beribadah
NIV : Serve (melayani)
BT :
Marsihohot (berharap)
TM : צִבְדֹוּ (melayani)
Keputusan :
Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 15
LAI : Beribadah
NIV : Serving
(melayani)
BT :
Mangoloi (patuh, taat)
TM : לַצֲבֹ֣ר (beribadah)
Keputusan :
Yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 16 : Tidak ada
perbedaan yang signifikan
Ayat 17
LAI : Menuntun
NIV : Brought
(membawa)
BT :
Manogihon (mengajak)
TM : הַמַּעֲלֶה (menuntun)
Keputusan :
yang mendekati TM adalah LAI.
Ayat 18
LAI :
Menghalau
NIV : Drove
out (mengusir)
BT :
Mangonjar (mendorong)
TM : וַיְגָרֶש (mengusir)
Keputusan :
yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 19
LAI :
Beribadah
NIV : Serve (melayani)
BT :
Mangoloi (patuh, taat)
TM : לַעֲב֣ר (melayani)
Keputusan :
yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 20 : Tidak ada
perbedaan yang signifikan
Ayat 21
LAI : Tidak
NIV : No (Tidak)
BT :
Sitongka ma anggo I (tidak baik seperti itu)
TM : לֹא (tidak)
Keputusan :
yang mendekati TM adalah NIV dan LAI
Ayat 22 : Tidak ada
perbedaan yang signifikan
Ayat 23
LAI :
Condongkanlah hatimu
NIV :Yield
your hearts (serahkanlah hatimu)
BT : Paunduk
hamu rohamuna (rendahkanlah hatimu sekalian)
TM :וְהַטּוּ (mencondongkan)
Keputusan :
yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 24
LAI :
Firman-Nya
NIV : Obey Him
(mematuhi-Nya)
BT : Soarana
(suaranya)
TM : וּבְקוֹלוֹ (Firman)
Keputusan : yang mendekati TM adalah LAI
2.6.2.
Kritik Aparatus
Ayat 14a
Dalam TM terdapat kata חֹׅים
אַל yang artinya “ Allah”. Sementara
Kritik Aparatus dalam terjemahan Yunani Septuaginta mengusulkan penambahan kata
τευς yang artinya “ Itu”. Keputusan: Penafsir menolak usulan tersebut karena
membuat kalimat menjadi kurang jelas
Ayat 15a
Dalam TM terdapat kata תַיבָם
אְבוֹ אֲשֲר־צָדוּ הִים אַׅח־אֱלֹ yang artinya
“Allah yang dilayani oleh para bapa leluhur”. Semetara Kritik Aparatus dalam
terjemahan Yunani Septuaginta terdapat kata τοις θευις των πατερον ϋμων yang
artinya “ Allah yang dilayani oleh para bapamu itu”. Keputusan: penafsir
menerima usulan tersebut karena dapat memperjelas makna teks.
Ayat 15b
Dalam TM terdapat kata בֵּצֵבׇר.
Sementara Kritik Aparatus mengatakan bahwa dalam teks Yunani asli, terjemahan
Siria, dan terjemahan Targum ada penambahan kata בּֽ
yang artinya “di dalam”. Keputusan: penafsir menerima usulan tersebut karena
dapat memperjelas teks.
Ayat 16a
Dalam TM terdapat kata וְיַצַו
yang artinya “dan kemudian”. Sementara Kritik Aparatus dalam terjemahan Siria
mengusulkan kata כׇל yang artinya “semua”.
Keputusan: penafsir menerima usulan tersebut karena membuat teks semakin jelas.
Ayat 17a
Dalam TM terdapat kata וְאָת־אֲבוֹתֵנוּ
yang artinya “dan para bapa leluhur kami”. Sementara kritik Aparatus mengatakan
bahwa kata ini tidak terdapat dalam teks Yunani asli. Keputusan: penafsir tetap
menggunakan kata pada teks.
Ayat 19a
Dalam TM terdapat kata אׇל
yang artinya “kepada”. Sementara kritik Aparatus dalam beberapa naskah
mengusulkan penambahan kata בׇל yang artinya
“seluruh”. Jadi jika digabungkan menjadi “kepada seluruh”. Keputusan: penafsir
menerima usulan tersebut karena membuat teks semakin jelas.
Ayat 19b
Dalam TM terdapat kata אֵל
yang artinya “kepada”. Sementara kritik Aparatus mengatakan dalam teks Yunani
terdapat juga kata χαι yang artinya “dan”. Keputusan: penafsir menolak usulan
tersebut dan tetap menggunakan kata pada Teks Masorah.
Ayat 24a
Dalam TM terdapat kata וְיאמְרו yang artinya
“dan mereka berkata”. Sementara kritik Aparatus dalam beberapa naskah abad
pertengahan ditulis dengan יְאמֶרוּ. Keputusan: penafsir
menerima usulan tersebut karena tidak merubah makna kata
Ayat 24b
Dalam TM terdapat kata חֹׅים אַל yang artinya “Allah”. Sementara kritik
Aparatus mengatakan bahwa kata itu tidak terdapat dalam naskah Yunani asli.
Keputusan: penafsir tetap menggunakan kata tersebut.
2.6.3.
Terjemahan
Akhir
24:14 Oleh sebab itu,
takutlah akan TUHAN dan melayani kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan
setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di
seberang Sungai Efrat dan di Mesir, dan melayanilah kepada TUHAN.
24: 15 tetapi jika
kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini
kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu
beribadah di seberang Sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu
diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada
TUHAN!’’
24:16 Lalu bangsa itu
menjawab: “ Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada
allah lain!”
24:17 Sebab TUHAN,
Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah
Mesir, dari ruma perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mukzijat yang
besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang
jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui,
24:18 TUHAN
mengusir semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan
kita. Kami pun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita.
24:19 Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: “ Tidaklah kamu sanggup Melayani
kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia
tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu.
24:20 Apabila kamu
meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Allah asing, maka Ia akan berbalik dari
padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu,
setelah Ia melakukan yang baik kepada kamu dahulu”.
24:21 Tetapi bangsa
itu berkata kepada Yosua; “ Tidak,
hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah”.
24:22 Kemudian
berkatalah Yosua kepada bangsa itu; “ Kamulah saksi terhadap kamu sendiri,
bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk beribadah kepada-Nya. Jawab mereka: “
Kamilah daksi!”.
24:23 Ia berkata: “
Maka sekarang, jauhkanlah allah asing yang ada di tengah-tengah kamu dan condongkanlah
hatimu kepada TUHAN, Allah Israel”.
24:24 Lalu jawab
bangsa itu kepada Yosua: “ Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadaah dan Firman-Nya
akan kami dengarkan
2.6.4.
Tafsiran
Ayat 14-15
Dalam ayat 14 kalimat takut akan Tuhan berarti selalu dipasangkan dengan
kalimat beribadahlah kepada-Nya. Kalimat ini menjelaskan bahwa bangsa Israel
harus hidup sesuai dengan hukum-hukum Tuhan (Ul 10:12, I Sam 12: 14).[22]
Takut akan Tuhan berarti percaya dan bersandar kepada-Nya dan takut akan Tuhan
berarti permulaan pengetahuan (Yes 50: 10, Ams 1:7, Maz 111:10). Jadi jelaslah
bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat dan itulah yang akan membina
orang serta memimpin orang ke jalan yang baik dan memberi hidup dan pengertian
kepada orang muda yang belum berpengalaman.[23]
Memang umat pilihan Allah harus dibangun dan hidup takut akan Tuhan (Kis 9:31).
Kata beribadah berarti melayani Tuhan. Maka jelaslah kata beribadah menunjukkan
bahwa semua yang mereka hidupi dan kerjakan harus sesuai dengan kehendak Tuhan
(hukum-hukum-Nya). Perintah untuk beribadah kepada Tuhan sering kita temukan
dalam Perjanjian Lama yang berarti bangsa Israel harus menyembah dan melakukan
apa yang dikehendaki-Nya. Ketika mereka beribadah kepada Tuhan maka mereka akan
mendapat berkat. Kata beribadah kepada Tuhan juga harus dengan tulus dan ikhlas
dan setia artinya tidak ada unsur paksaan dan berpegang teguh pada satu Allah.
Yosua juga memerintahkan agar meninggalkan allah yang disembah oleh nenek
moyang di seberang sungai Efrat dan di Mesir. Larangan ini juga menunjukkan
bahwa Tuhan adalah Allah yang cemburu sehingga Yosua tidak mau melihat
bangsanya menyembah allah lain (Kel 20:23, 34:14). Dan Tuhan lebih besar dari
segala allah lain dan yang dapat menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan
(Kel 18:11).[24]
Dalam ayat 15 Yosua memberikan pilihan kepada bangsa itu kepada
siapakah mereka untuk beribadah namun Yosua tetap berpegang teguh untuk
beribadah kepada Tuhan karena Tuhan adalah Allah dari segala allah. Yosua
menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan dengan tetap beribadah kepada Allah bukan
kepada allah yang disembah oleh nenek moyang (Maz 81:10). Kata beribadah kepada
Tuhan selalu diulangi oleh Yosua sampai empat kali. Hal ini menunjukkan bahwa
pentingnya beribadah kepada Tuhan, yaitu melakukan apa yang baik menurut Tuhan.
Dalam ayat ini Yosua ingin memperkenalkan Allah yang sesungguhnya kepada mereka
yang tidak mengenal-Nya atau kepada
mereka yang menyembah allah lain (Gal 4:8).[25]
Dan Yosua ingin mengajak dan menuntun mereka untuk bertobat dan kembali kepada
Tuhan (I Sam 7:3).[26]
Ayat 16-18
Dalam bagian ini bangsa Israel juga menyatakan bahwa mereka tidak
akan meninggalkan Tuhan karena Tuhan telah membimbing dan menuntun mereka dari
tanah perbudakan (Kel 13:14, Ul 5:6) dari ancaman bangsa Amori. Dalam hal ini
mereka mengakui kebesaran Tuhan (Luk 9: 43). Orang Amori adalah penduduk Kanaan
(Kej 10:16). Orang Amori ini adalah lawan orang Israel (Kel 33:2). Bangsa
Israel adalah bangsa pilihan Allah sehingga mereka dilindungi oleh Tuhan dari
serangan bangsa-bangsa dan bahkan Tuhanlah yang melepaskan bangsa Israel dari
Tanah perbudakan di Mesir (Kel 6:5). Setelah menceritakan kebesaran Tuhan,
bangsa Israel memilih untuk tetap setia beribadah kepada Tuhan. Ternyata bangsa
Israel tidak melupakan sejarah kehidupan mereka. Dan bangsa Israel mengaku
bahwa Tuhanlah Allah mereka.[27]
Ayat 19-24
Dalam ayat ini Yosua mengatakan bahwa Tuhan bangsa Israel adalah
Allah yang cemburu (Kel 20:5, Ul 24:24). Kecemburuan Allah ini timbul dari tindakan-tindakan
bangsa Israel yang menyembah allah asing (Ul 32:16). Dalam hal ini, Yosua
lagi-lagi memberikan pilihan kepada bangsa Israel yaitu pilihan untuk tetap
beribadah kepada Tuhan, Allah yang kudus (Im 19:2; bnd I Ptr 1:16), Dialah
Allah yang cemburu. Dan Yosua juga memberi pilihan kepada allah lain, tetapi
bangsa Israel tetap beribadah kepada Tuhan. Karena bangsa Israel sadar bahwa
Tuhan adalah Allah dari segala Allah dan bangsa Israel mengatakan hanya kepada
Tuhan saja mereka beribadah dalam artian dalam hidup mereka harus setia kepada
Tuhan dan hidup kudus sebab Tuhan yang mereka sembah adalah Tuhan yang kudus.
Yosua juga ingin menekankan bahwa Tuhan tidak untuk disembah atau dilayani
dengan cara yang sepele. “Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu”,
perkataan ini tidaklah berbicara secara umum mengenai pengampunan (yang selalu
dijanjikan terhadap pendosa yang bertobat), melainkan menghunjuk kepada dosa
yang khusus tentang penyangkalan secara menyolok terhadap Allah, sebagaimana
yang ditunjukkan di ayat 20 “ Apabila kamu meninggalkan TUHAN dan beribadah
kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak
baik padamu serta membinasakanmu” (bnd Bil 15:30, yang juga menyatakan
bahwa tidak ada keampunan atas dosa yang dilakukan dengan sengaja). Dalam hal
ini terdapat persamaan dengan ajaran tentang dosa yang tak dapat diampuni dalam
(Matius 12:31-32), dimana tidak ada keampunan bagi mereka yang secara menyolok
melakukan kejahatan terhadap Tuhan, Allah. Bangsa Israel juga bersaksi untuk
dirinya sendiri atas pilihan mereka sendiri.[28]
Maka Yosua memerintahkan bangsa itu agar menjauhkan hidup mereka dari allah
asing dan mengarahkan hati mereka kepada Tuhan. Yosua juga memberikan
konsekuensi hukuman ketika bangsa Israel lari dari kesaksiannya itu maka Allah
akan menghukum mereka (Kel 20:5). Yosua ingin menjelaskan bahwa tidak akan
mungkin orang menjadi hamba atas dua Tuan. Karena jika demikian ada satu yang
dibenci dan ada yang disayangi (Mat 6:24). Dalam teks ini bangsa Israel
berkomitmen untuk beribadah kepada Tuhan dan mendengarkan firman Tuhan dalam
artian bangsa Israel hidup dalam ketetapan dan hukum-hukum Tuhan dan menaatinya
agar mereka mendapat keselamatan yang dari pada Tuhan (Yes 56:1).[29]
2.6.5.
Skopus
Wujud kepedulian Allah adalah membebaskan bangsa Israel dari tanah
perbudakan. Allah menginginkan agar bangsa Israel tetap setia kepada Tuhan yang
telah membebaskan mereka dan kesetiaan mereka kelihatan dari wujud
pelayanannya.
III.
Refleksi
Teologis
Beribadah kepada Tuhan Allah adalah suatu keputusan yang harus
dipegang teguh oleh setiap orang. Tetapi pada akhir-akhir ini banyak hal yang
terjadi yang menunjukkan ketidak-setiaan beribadah kepada Allah, banyak orang
yang lebih setia kepada hal-hal duniawi dan hawa nafsu sendiri. Bagi anak muda
lebih mementingkan pergaulan yang mereka rasa itu yang lebih penting sehingga
mereka melakukan apa saja yang mereka senang tanpa melihat itu benar atau salah
dibandingkan untuk beribadah kepada Tuhan Allah, waktu dan tenaganya habis
untuk kesenangan sesaat belaka itu. Bagi orang tua hal ini juga sering kita
perhatikan, yang dimana orang tua lebih banyak mengurus segala hal-hal
pekerjaan, arisan bagi ibu, lebih mementingkan urusan pekerjaan dibandingkan
mengurusi keluarga dan memberikan kasih sayang bagi keluarganya.
Secara khusus kita sebagai Mahasiswa Teologia, dan calon-calon
hamba Tuhan sering kali mementingkan kepentingan diri kita sendiri yang tidak
memiliki komitmen untuk setia beribadah kepada Tuhan Allah. Tugas seorang hamba
Tuhan adalah membawa orang untuk datang beribadah kepada-Nya. Jika kita tidak
memiliki komitmen untuk setia beribadah kepada-Nya, tentu pelayanan kita, apa
yang kita lakukan sekarang adalah hal yang sia-sia. Seperti Yosua yang memiliki
komitmen untuk tetap setia beribadah dan melayani- Nya.
IV.
Kesimpulan
Metode penafsiran Kanonikal adalah suatu metode penafsiran yang
memusatkan perhatiannya bukan pada maksud semula penulisnya atau keadaan semula
dari situasi penulisnya, tetapi bagaimana teks itu dalam bentuk dan maksudnya
sekarang menyampaikan kesaksian teologis mengenai iman dan injil. Kitab Yosua
secara keseluruhan adalah bagian dari pembebasan bangsa Israel. Kitab Yosua
adalah salah satu kitab sejarah. Dan tafsiran ini menjelaskan mengenai
bagaimana adanya sebuah perjanjian di Sikhem yakni antara bangsa Israel dengan
Allah melalui Yosua. Penafsiran ini yang paling utama adalah dianggap adanya
otoritas kesatuan di Alkitab itu sendiri sehingga dalam menafsir selalu
dipergunakan nats-nats di luar nats itu sendiri.
V.
Daftar Pustaka
. .
. . Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
(Malang: Gandum Mas, 2006)
Barker Kenneth
C. & Kolenberg John III, NIV Bible Commentary Vol I: Old Tastement,
(London: Zondervan Publishing House, 1994)
Barr James, Alkitab
di Dunia Modern, (Jakarta: BPK-GM 1997)
Blair Hugh J.,
Tafsiran Alkitab Masa Kini I, Kitab Yosua, (Jakarta: YKBK/OMF, 2001)
Browning W. R.
F., Kamus Alkitab; A Dictionary of The Bible, (Jakarta: BPK-GM, 2009)
E.Hill Andrew
& Walton John H., Survey perjanjian Lama, (Malang:Yayasan Gandum
Mas,2004)
Girsang Nova
Erlina, Menjadi Bijak; Suatu Tinjauan Exsegese Kanonikal tentang Menjadi
Bijak Menurut Amsal 6: 6-8 dan relevansinya dalam kehidupan Warga Masa Kini,
(Medan: STT Abdi Sabda, 2010)
Hayes John H.
& Holladay Carl R., Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM,
1996)
Hill Andrew E.
& Walton Jhon H., Survey Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004)
Karman Yonky, Bunga
Rampai Teologi Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM,2007)
Klein William
W., Introduction to Biblical Interpretation, (Dallas: Word Publihsing,
nd)
Komisi Kitab
Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, (Yogyakarta: Kanisius,
2011)
L David,
Mari mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK-GM,2007)
Lasor W. S., Pengantar
Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK-GM, 2008)
Lasor W. S.,
Pengantar Perjanjian Lama I; Taurat dan Sejarah, (Jakarta: BPK-GM, 2010)
Packer J.I., Tafsiran
Alkitab Masa Kini Kejadian- Ester, (Jakarta:YKBK, 1976)
Pfeiffer
Charles F. & Harrison Everett F., The Wycliffe Bible Commentary,
(Malang: Gandum Mas, 2007)
Simanjuntak A.,
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, (Jakarta: BPK-GM, 1980)
Wahono S.
Wismoady, Di sini Kutemukan, (Jakarta: BPK-GM, 2004)
Wiersen Warren
W., The Bible Exposition Comentary: Old Tastement, History, (Colorado:
Cook Communication Ministris, 2003)
[1] W. S. Lasor,
Pengantar Perjanjian Lama I; Taurat dan Sejarah, (Jakarta: BPK-GM, 2010),
45
[2] Yonky Karman, Bunga
Rampai Teologi Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM,2007), 5
[3] John H. Hayes
& Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM,
1996),149
[4] James Barr, Alkitab
di Dunia Modern, (Jakarta: BPK-GM 1997), 10
[5] Komisi Kitab
Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, (Yogyakarta: Kanisius,
2011), 65-66
[6] William W.
Klein, Introduction to Biblical Interpretation, (Dallas: Word
Publihsing, nd), 65-69
[7] Komisi Kitab
Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, 66
[8] John H. Hayes
& Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, 150-158
[9] Nova Erlina
Girsang, Menjadi Bijak; Suatu Tinjauan Exsegese Kanonikal tentang Menjadi
Bijak Menurut Amsal 6: 6-8 dan relevansinya dalam kehidupan Warga Masa Kini,
(Medan: STT Abdi Sabda, 2010), 168
[10] David L,Mari
mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK-GM,2007), 58
[11] Andrew E.Hill
& John H.Walton,survey perjanjian Lama, (Malang:Yayasan Gandum Mas,2004),
263
[12] Charles F.
Pfeiffer & Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary,
(Malang: Gandum Mas, 2007), 563-564
[13] Ibid,
564-565
[14] S. Wismoady
Wahono, Di sini Kutemukan, (Jakarta: BPK-GM, 2004),117
[15] Charles F.
Pfeiffer & Everett F. Harrison, The Wyclife Bible Commentary, 564
[16] S. Wismoady
Wahono, Di sini Kutemukan, 117-118
[17] J.I.Packer, M. A, Tafsiran Alkitab Masa
Kini Kejadian- Ester, (Jakarta:YKBK, 1976), 345
[18] W. S. Lasor, Pengantar
Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 45
[19] Andrew E. Hill
& Jhon H. Walton, Survey Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2004), 269
[20] . . . .
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2006), 332
[21] A.
Simanjuntak, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, (Jakarta: BPK-GM, 1980), 353
[22] Warren W.
Wiersen, The Bible Exposition Comentary: Old Tastement, History,
(Colorado: Cook Communication Ministris, 2003), 423-424
[23] Ibi
[24] Kenneth C.
Barker & John Kolenberg III, NIV Bible Commentary Vol I: Old Tastement,
(London: Zondervan Publishing House, 1994), 530
[25] Ibid,
531
[26] W. R. F.
Browning, Kamus Alkitab; A Dictionary of The Bible, (Jakarta: BPK-GM,
2009), 236
[27] Ibid,
237
[28] Hugh J. Blair,
Tafsiran Alkitab Masa Kini I, Kitab Yosua, (Jakarta: YKBK/OMF, 2001), 381
[29] Ibid,
380
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Tetap semangat pak.👍
ReplyDelete