Penafsiran Kanonikal Terhadap Yeremia 1 :4-10 (Yeremia Dipanggil dan Diutus)
I.
Pendahuluan
Alkitab merupakan firman Allah dan juga penyataan Allah yang
merupakan pedoman dan fondasi iman bagi orang Kristen. Namun Alkitab tidak
dapat dipahami dengan hanya membaca saja untuk mereflesikannya dalam kehidupan
kita. Melainkan dilakukan suatu penafsiran atau adanya pendekatan terhadap
Alkitab itu sendiri. Usaha pendekatan tersebut bukan bertujuan untuk mengurangi
atau tidak mempercayai Alkitab, melainkan mencari makna yang tersembunyi dari
Alkitab itu sendiri. Karena seperti yang kita ketahui bahwa sangat sulit bagi
kita untuk mencerna pesan apa yang hendak disampaikan Alkitab bagi kita, dan
bagaimana kita untuk menjawab keadaan dalam situasi yang sekarang, sehingga
bisa merefleksikannya dalam kehidupan kita sekarang ini. Usaha pendekatan itu
disebut dengan Hermeneutika. Dalam melakukan pekerjaan Hermeneutika, ada
beberapa metode pendekatan yang hendak kita lakukan. Dan pada kesempatan kali
ini, saya akan mencoba menafsirkan kitab Yeremia 1: 4-10 dengan
menggunakan metode Kanonikal. Semoga sajian kali ini dapat menambah wawasan
kita tentang pemahaman alkitab.
II.
Pembahasan
2.1. Sekilas Tentang Penafsiran Metode Kanonikal
2.1.1.
Pengertian
Metode Kanonikal
Metode kanonikal merupakan metode yang muncul untuk mengkritisi
metode penafsiran historis kritis, yang dimana menafsirkan Alkitab dengan
proses yang panjang yang kurang memberikan sumbangan yang besar pada kehidupan
sekarang ini.[1]
Melalui metode ini maka kita dapat melihat hubungan nats yang ditafsirkan
dengan bagian yang lain, sehingga pembaca dapat diperhadapkan kepada kehidupan
pada waktu kitab itu dituliskan dengan kehidupan sekarang. Dengan metode
penafsiran ini maka pembaca lebih mudah untuk mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam metode kanonikal, alkitab diyakini sebagai tulisan-tulisan
yang menyampaikan serta menyaksikan kebenaran dan satu kali untuk selamanya.
Kedudukan istimewa tulisan kanonis menyebabkan tulisan tersebut dibaca oleh
umat beriman yang memilikinya dengan cara yang berbeda dari cara membaca dan
memahami tulisannya.[2]
2.1.2.
Latar Belakang
Penafsiran Metode Kanonikal
Alkitab bukanlah berupa kumpulan-kumpulan teks-teks yang tidak
berhubungan satu sama lain. Alkitab adalah kumpulan kesaksian yang merupakan
satu kesatuan menyeluruh dari satu tradisi yang besar. Agar sungguh-sungguh
mempertahankan kebenaran ini. Hal inilah yang sebenarnya merupakan perspektif
yang digunakan oleh sejumlah pendekatan yang sedang dikembangkan saat ini.
Salah satunya yaitu dengan menggunakan pendekatan kanonik. Pendekatan kanonik
berasal dari Amerika Serikat sekitar 20 tahun yang lalu, berawal dari persepsi
bahwa metode historis kritis kadang-kadang mengalami kesulitan besar untuk
sampai ke level yang sungguh-sungguh teologis dalam kesimpulan yang
dihasilkannya. Munculnya metode ini dapat dikatakan sebagai kritikan bagi para
pengkritik yang hanya menekankan pada analisa alkitab saja sehingga lupa
terhadap pesan teologis yang terkandung di dalamnya (kanon).[3]
Pendekatan ini bertujuan untuk melaksanakan tugas teologis dari
penafsiran alkitab secara lebih baik dengan berpangkal dari dalam kerangka iman
eksplisit (alkitab sebagai suatu kesatuan yang utuh). untuk mencapai hal ini,
pendekatan ini menafsirkan masing-masing teks alkitabiah dalam terang kanon
kitab suci, yakni kanon alkitab seperti diterima sebagai norma iman oleh
komunitas orang percaya. Pendekatan kanonik mencoba meletakkan masing-masing
teks dalam rencana norma iman oleh komunitas orang percaya. Pendekatan kanonik
mencoba meletakkan masing-masing teks dalam rencana tunggal Allah, dengan
tujuan untuk sampai pada suatu pemaparan kitab suci yang sungguh-sungguh valid
untuk zaman kita.[4]
Kritik kanon ini juga mengajak seluruh lapisan Kristen untuk menerima kearifan
dari para pendahulunya dan menafsirkan pasal-pasal dalam kitab suci sebagaiman
kitab-kitab tersebut yang pada akhirnya dibentuk.[5]
Namun di sisi lain metode ini tidak mengklaim dirinya untuk menjadi pengganti
metode historis kritis, sebaiknya yang menjadi harapan adalah melengkapinya.[6]
Penafsiran metode Kanonikal diartikan juga sebagai sebuah penafsiran dari suatu
komponen individu dari kanon dalam konteks kanon itu sebagai sesuatu yang
menyeluruh.[7]
2.1.3.
Tujuan
Penafsiran Metode Kanonikal
Tujuan penafsiran metode Kanonikal adalah bahwa dengan mengguankan
metode ini maka kita dapat melihat hubungan nats yang ditafsirkan dengan bagian
yang lain sehingga pembaca dapat diperhadapkan kepada kehidupan pada waktu
kitab itu dituliskan dengan kehidupan pada masa sekarang ini. Dengan hal ini
maka pembaca lebih mudah untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
2.2. Hal-hal Yang Perlu diPerhatikan dalam Penafsiran Alkitab dengan
Metode Kanoikal
Di dalam mempergunakan metode penafsiran kanonikal, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.
Pendekatan kanonik ini bersifat
sinkronis. Disebut sinkronis karena mengarahkan perhatiannya pada hungan teks
dengan pembaca. Pembaca disini dimengerti khususnya sebagai seorang pembaca
yang berada dalam paguyuban umat beriman yang memandang teks sebagai teks
kanonik. Dalam hal ini, penafsir tidak perlu terlalu memperdulikan hal-hal yang
menjadi perhatian khusus dari historis kritis, namun hal ini juga dapat
dipertimbangkan, tetapi bukan merupakan faktor-faktor yang menentukan pembacaan
dan pemahaman teks
2.
Pembacaan kanonik atas sebuah teks
akan berbeda-beda tergantung kepada pembaca (umat beriman) yang sedang membaca.
Dengan kata lain, di dalam metode kanonik ini si pembaca dapat memiliki
pemahaman yang berbeda-beda dengan pembaca yang lainnya tergantung kepada iman
seorang pembaca di dalam memahami makna suatu teks alkitab
3.
Teks dalam kanon tidak tergantung
lagi pada pemakaian kata yang semulanya atau sejarahnya. Dan dengan
pengkanonisasian tulisan-tulisan suci, umat-umat beriman beriman (orang-orang
percaya) yang memiliki kanon tersebut terbuka dan relevan untuk umum
4.
Pendekatan kanonik menolak untuk
membagi-bagikan teks ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, dan dengan
demikian menolak untuk menafsirkan teks secara sendiri-sendiri. Sebuah teks
harus dibaca sebagai bagian dari alkitab secara keseluruhan bukan sebagai
bagian yang terlepas dan berdiri sendiri. Karena metode ini melihat bahwa kanon
secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang memiliki kewibawaan kanonik
yang paling tinggi
5.
Pendekatan kritik kanonik jelas
bersifat teologis. Alkitab yang sebagai kitab suci dengan demikian alkitab
harus ditafsir sebagai kitab suci. Metode penafsiran kanonikal merupakan suatu
wahana ataupun gambaran dari kenyataan dalam memahami serta mengetahui kehendak
Allah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dalam menafsirkan sebuah
teks secara kanonik, penafsir memusatkan perhatiannya bukan pada maksud semula
penulisnya atau pada keadaan-keadaan dari situasi semula, tetapi pada bagian teks
itu dalam bentuk dan maksud yang sekarang menyampaikan kesaksian teologis
mengenai Iman dan Injil.[8]
2.3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kanonikal
2.3.1.
Kelebihan Metode Kanonikal
a.
Alkitab dihargai sebagai firman
Allah dan sejarah pembentukannya sebagai pekerjaan Allah yang berkarya dan
berkomunikasi di dalam, melalui daan kepada umat-Nya
b.
Dengan menafsirkan teks secara
kanonikal maka teks dapat dilihat secara keseluruhan dan utuh. itu dikarenakan
tidak adanya pemenggalan-pemenggalan teks dalam proses penafsiran sehingga
maksud atau makna yang ditimbulkan oleh penulis Alkitabiah dapat dimengerti.
Dengan kata lain, metode ini mengakui adanya kesatuan teologi dari semua kitab
dalam alkitab, sehingga membentuk penafsir menjadi pembaca yang holistik dan
teologis
c.
Berfokus pada penyampaian pesan
hasil penafsiran (arti teks) yang lebih tepat bagi situasi pembaca masa kini,
dari pada teks pada masa lampau
2.3.2.
Kekurangan
Metode Kanonikal
a.
Metode kanonikal kurang bersifat
historis. Hal yang menjadi perhatian khusus seperti pendekataan terhadap nats
mula-mula menurut tradisi, maksud semula penulisnya, peristiwa, dan pengalaman
yang ada di balik teks atau konteks psikologis maupun sosiologis historis yang
melahirkan teks kurang diperhatikan.
b.
Adanya perbedaan kanon antara umat
beriman pemelihara kitab (Yahudi, Ortodoks, Katolik, Protestan) membuat metode
ini mempunyai unsur subjektivitas dan relatifitas.[9]
2.4. Pengertian Kitab Yeremia
Nabi Yeremia adalah salah seorang tokoh sejarah yang paling berani,
lemah lembut seperti wanita dan gagah perkasa. Perasaannya tajam lagi bersih
dan sederhana, sehingga lekas menanggapi peristiwa yang terjadi di
sekelilingnya. Nabi Yeremia mampu menanggung sengsara karena kasih akan Tuhan
dan kasih akan sesama manusia, panjang sabar, sangat memperhatikan kepentingan
orang lain, kehendaknya yang tulus, yang tidak disertai tipu daya, sangat
merendahkan diri, sedia berkorban, serta sangat setia sangat setia kepada
firman Tuhan. Kitab Yeremia memberitakan kepada kita bagaimana jalan
penghukuman Tuhan atas kehidupan suatu bangsa. Kitab nubuat ini menunjukkan bahwa Yeremia sering kali disebut “nabi
peratap” yaitu merupakan seorang yang membawa amanat keras namun berhati
lemubut.[10]
2.5. Latar Belakang Kitab Yeremia
Panggilan Yeremia pada waktu yang sangat strategis. Nabi Yeremia
mulai melakukan pelayanannya kira-kira 80 atau 100 tahun sesudah Nabi Yesaya,
suatu pelayanan yang berlangsung kira-kira 40 tahun sampai sesudah tahun 586
sM, ketika Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar.[11]
Dan selama zaman pemerintahan 5 orang raja Yehuda yang terakhir (1: 1-3).
Yeremia hidup pada zaman yang bergolak. Ia dibesarkan pada waktu yang sangat
baik dan meninggal pada waktu yang sangat buruk. Ia meninggal sekitar tahun 580
SM. Yeremia dilahirkan di Anatot, beberapa mil sebelah utara Yerusalem. Ia
termasuk keluarga imam dan dipanggil dalam tugas kenabian pada waktu masih muda
(sekitar tahun 626 SM). Hanya sedikit orang yang sungguh terlibat dalam masalah
bangsanya yang demikian gawat seperti Yeremia. Ia mengkhotbahkan pembaharuan di
bawah pemerintahan raja Yosia pada tahun 621 SM.[12]
Yosia anak Amon, berumur delapan tahun ketika ia naik takhta. Selama itu
urusan-urusan kenegaraan berada dalam tangan para penasehat, dan raja Yosia
dapat membebaskan negeri itu dari pengaruh Asyur.[13]
2.6. Penulis
Yeremia merupakan salah satu dari beberapa kitab Perjanjian Lama
yang memberikan informasi mengenai penulisannya. Pada tahun 605 SM, sesudah
Yeremia bernubuat selama lebih daripada 20 tahun, Allah memerintahkan kepadanya
untuk mencatat perkataan nubuatnya (36: 1-3). Sehingga dapat di simpulkan bahwa
Kitab Yeremia ditulis oleh nabi Yeremia sendiri.
2.7. Waktu Penulisan
Sebagian kitab Yeremia ditulis pada tahun keempat pemerintahan
Yoyakim (kira-kira 605 sM). Tampaknya nubuat tidak biasa dituliskan pada zaman
itu, karena Allah secara khusus memerintah Yeremia untuk mencatat segala sesuatu
yang telah Ia katakan kepadanya sejak pemerintahan raja Yosia (Yer 36:1-3).
Waktu penulisan kitab Yeremia adalah sekitar tahun 585-580 SM.[14]
2.8. Tujuan Penulisan Kitab
Tujuan Yeremia sebagai seorang nabi adalah menyampaikan pesan yang
Tuhan berikan kepadanya. Waktu melakukan hal itu ia juga membawa kembali
orang-orang itu kepada Tuhan dan untuk memperingatkan mereka akan akibat-akibat
yang kelak mereka alami, kalau mereka meneruskan kelakuan mereka. Tujuan kitab
Yeremia ini adalah mencatat berbagai nubuat Yeremia, tetapi juga memberitahukan
sesuatu mengenai pribadi Yeremia, dan nasibnya sebagai nabi Allah, yang harus
bergumul dengan umat itu dan juga dengan Tuhan.[15]
Pesan nabi Yeremia terhadap bangsanya bernada optimis. Ketika ia memandang
Allah Israel yang begitu sabar, ia penuh dengan optimisme. Allahnya adalah
Allah pengharapan perjanjian, kekuatan, dan kehendak kuat untuk membuat bangsa
Israel menjadi bangsa yang kudus.[16]
Dan tujuan kitab ini juga untuk menyediakan suatu catatan abadi dari pelayanan
dan berita nubuat Yeremia, dan untuk menyatakan hukuman Allah yang pasti
terlaksana dan tidak terelakkan ketika umatnya melanggar perjanjian dan
bersikeras dalam pemberontakan terhadap Allah dan firman-Nya serta tujuan
penulisan kitab ini adalah untuk menunjukkan keaslian dan kekuasaan nubuat-nubuat
firman Allah.[17]
2.9.Sit Im Leben
2.9.1.
Konteks Politik
Penyaji melihat konteks politik terkhusus pada masa pemerintahan
raja Yoyakim, yaitu pada masa ini terjadi peristiwa yang mempunyai arti besar
dalam percaturan politik, yaitu pertempuran di Karkemis (Yer 46) tahun 605 sM.
Orang mesir di bawah pimpinan Nekho dihancurkan oleh orang Kasdim di bawah
pimpinan Nebukadnezar dalam pertempuran di Karkemis. Sejak tahun 605 Yoyakim
menjadi raja bawahan Babel. Pengaruh agama asing bertambah banyak selama pemerintahan
Yoyakim. Dan Yoyakim memberontak terhadap Babel dengan akibatnya bahwa kota
Yerusalem dikepung oleh Nebukadnezar pada permulaan pemerintahan anaknya yaitu
Yoyakin.[18]
2.9.2.
Konteks Agama
Sewaktu Yeremia dipanggil oleh Allah, pembaharuan hidup keagamaan
sudah dimulai oleh Yosia (638-608), yang telah menduduki takhta Yehuda selama
12 tahun (2 Taw 34: 4-7) tetapi barulah
tahun 612 sM, raja Yosia memulai pembaharuan sistematis dalam hidup keagamaan
dan kesusilaan Yehuda (2 Raj 23). Pada masa pemerintahan Yosia bahkan sampai
pada masa pemerintahan raja Zedekia konteks keagamaan Yehuda dan Yerusalem
terjadi kemerosotan moral dan spiritualitas. Dan bahkan nabi Yeremia dianggap
sebagai nabi palsu. [19] Dan
pada saat itu penduduk Yehuda masih beribadat kepada Baal,dewa kesuburan,serta
berhala-berhala.[20]
2.9.3.
Konteks Sosial
Sejarah sosial bangsa Israel dikisahkan melalui kehidupan raja-raja
Israel dan Yehuda sebagai wakil bangsa, dan pada saat itu juga terjadi ketidak
adilan sosial di antara penduduk Yehuda.[21]
2.9.4.
Konteks Ekonomi
Sesudah penyerangan oleh orang-orang Babel, negeri Yehuda berada
dalam keadaan yang sangat menyedihkan, hampir semua kota yang berkubu sudah
dibinasakan,dan peperangan-peperangan, pembuangan, hukuman mati, kelaparan dan
penyakit hanya meninggalkan sedikit sisa penduduk, yang kebanyakannya adalah
petani yang miskin. Gedalya yang berasal dari suatu keluarga bangsawan
Yehuda,di tetapkan sebagai gubernur dan negeri Yehuda menjadi sebagian sistim
propinsi dari kerajaan Babel. Dan Gedalya memilih mizpa sebagai markas
besarnya, mungkin karena Yerusalem tidak dapat didiami lagi.[22]
2.10.
Analisa
Struktur Kitab[23]
Adapun
struktur Kitab Yeremia adalah:
I. Nubuat Melawan Teokrasi (1: 1-25: 38)
a.
Panggilan bagi Sang Nabi (1:1-19)
b.
Teguran dan Peringatan-peringatan,
Sebagian Besar dari Zaman Yosia (2:1-20: 18)
c.
Nubuat-nubuat yang belakangan (21:1-25: 38)
II. Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yeremia
(26:1-45)
a)
Khotbah tentang bait suci dan
penahanan Yeremia (26:1-24)
b)
Kuk Babel (27: 1-29:32)
c)
Kitab Penghiburan (30:1-33: 26)
d)
Beberapa Pengalaman Yeremia sebelum
Yerusalem Jatuh (34:1-36: 32)
e)
Yeremia selama Pengepungan dan
penghancuran Yerusalem (37:1-39:18)
f)
Tahun-tahun Terakhir Yeremia
(40:1-45:5)
3.
Nubuat-nubuat Yeremia Tentang bangsa-bangsa Lain (46:1-51:64)
a)
Nubuat melawan Mesir Mesir (46:1-28)
b)
Nubuat melawan Filistin (47: 1-7)
c)
Nubuat melawan Moab (48: 1-17)
d)
Nubuat melawan Bani Amon (49:1-6)
e)
Nubuat melawan Edom (49:7-22)
f)
Nubuat melawan Damsyik (49:23-27)
g)
Nubuat melawan Kedar dan Hazor
(49:28-33)
h)
Nubuat melawan Elam (49:34-39)
i)
Nubuat melawan Babel (50:1-51)
4.
Jatuhnya Yerusalem dan Peristiwa-peristiwa yang berkaitan (52:1-34)
2.12. Analisa Teks
Analisa teks atau nats adalah ilmu yang berusaha menemukan teks asli
dokumen-dokumen kuno dengan cara menyaring semua bahan yang tersedia untuk
menentukan variant (bacaan) yang mengandung kesalahan dan variant yang paling
asli. Analisa nats atau teks ini juga adalah suatu cara ilmu pengetahuan yang
bekerja dengan pengawasan yang teliti dengan mempertimbangkan bukti
luar/eksternal dan bukti dalam atau internal.[24]
2.12.1. Perbandingan Bahasa
Kami para penyaji akan membandingkan empat versi terjemahan yaitu:
TM (Teks Masorah), BPH (Bible Pakon Haleluya), LAI (Lembaga Alkitab Indonesia),
KJV (King James Vertion).
Ayat 4
KJV : The Lord said (Firman Tuhan)
BPH : Roh do hatani Jahowa (Firman Tuhan datang)
LAI : Firman Tuhan
TM : ךְנד־יהוה (Firman Tuhan)
Keputusan: yang mendekati TM adalah KJV dan LAI
Ayat 5
KJV : Your Cicator (Menciptakan Engkau)
BPH : Paima hutompa ho (sebelum Ku ciptakan
engkau)
LAI : Sebelum aku membentuk
TM : אֵצׇּו֯ךְד
(kamu terlebih dahulu)
Keputusan: yang mendekati TM tidak ada
Ayat 6
KJV : I’m not a good speaker (Aku tidak
berbicara dengan baik)
BPH :
Seng hubotoh naha marsahap (Aku tidak tahu bagaiman berbicara dengan baik)
LAI : Aku tidak pandai berbicara
TM : לא־יׇרַעְהּיךַּנֵּד
(aku tidak pandai berbicara)
Keputusan: yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 7
KJV : The Lord answered (Tuhan Menjawab)
BPH : Tapi nini Jahowa dompak au (Tetapi firman
Tuhan kepadaku)
LAI : Tetapi Tuhan berfirman kepadaku
TM : וַיאֹמֶריְחדׇהאֵ
(tetapi firman Tuhan kepadaku)
Keputusan: yang mendekati TM adalah BPH
Ayat 8
KJV : I promise to be with you (Aku berjanji bersama
engkau)
BPH : Ai Ahu do Hasomanmu (Aku menyertai engkau)
LAI : Sebab Aku menyertai engkau
TM : כֳּיאׅחְהאֲנְיִ
(Aku menyertai engkau)
Keputusan: yang
mendekati TM adalah BPH dan LAI
Ayat 9
KJV : And Said (dan berkata)
BPH : Nini Jahowa (Tuhan Berfirman)
LAI : Tuhan Berfirman
TM : וַיאמֶדהוה
(dan Tuhan berfirman)
Keputusan: yang
mendekati TM tidak ada
Ayat 10
KJV : To the Nations (kepada bangsa-bangsa)
BPH : Mardiateihon Bangsa-bangsa (melalui
bangsa-bangsa)
LAI : Atas Bangsa-bangsa
TM : צַל־הַנּריִםֺ
(atas bangsa-bangsa)
Keputusan: yang
mendekati TM adalah LAI
2.12. Kritik Aparatus
Ayat 4a
Dalam Teks Masorah
ditemukan kata (אֵלַי)
yang artinya “kepadaku”(to me). Dan di dalam teks Yunani asli di sebut “ προϛαύτον
“ yang artinya datang kepadaKu”. Aparatus menyatakan bahwa kalimat “kepadaKu”
menunjukkan firman Tuhan kepadanya (Yeremia).
Keputusan: Penafsir menerima atau setuju dengan usulan Aparatus karena memperjelas makna dan memperjelas objek tersebut.
Ayat 5a
Dalam
Teks Masorah ditemukan kata אֶצׇר֯רְךּ
yang artinya “yang terlebih dahulu kepadamu”. Menurut komentar Aparatus, teks
ini harusnya ditulis (kutib) sebagai יצׇן
. bandingkan dengan terjemahan LXX dan Latin.
Keputusan: Penafsir menolak usulan Aparatus karena memperkabur makna
teks, penafsir melihat apa yang sudah tertulis dalam Teks Masorah sudah jelas
makna dan tujuannya. Maka penafsir tetap berpegang pada teks.
Ayat 5b
Dalam
Teks Masorah ditemukan kata לַנּו֯ים yang artinya “kepada
bangsa-bangsa”. Dan dalam terjemahan Yunani Septuaginta LXX disebut ειϛ έονη
yang sama dengan kata dasar dari לנּר֯ים
yaitu לנּוי dari kata Qal singular
Keputusan: Dengan demikian penafsir menerima usulan Aparatus
tersebut, yang menyatakan “kepada
bangsa-bangsa”, karena usulan Aparatus memperjelas makna teks
Ayat 7a
Dalam
Teks Masorah ditemukan kata אל־חּאמר yang artinya “jangan katakan”. Dan dalam
kodeks-kodeks tulisan tangan ditambahkan kataכּי.
Dan kata אלתּאמַך merupakan bentuk Qal
maskulin singular.
Keputusan: Kami penafsir menerima usulan Aparatus karena
memperjelas makna teks yaitu “jangan katakan”
Ayat 9a
Dalam
Teks Masorah ditemukan kata אֶתיָר֯ן֯
yang artinya “tangan-Nya”. Dan di dalam terjemahan Yunani Septuaginta LXX
dikatakan προϛ ϻε yang juga artinya “tangan-Nya”
Keputusan: Kami penafsir menerima usulan Aparatus karena memperjelas makna teks yaitu yang menunjukkan bahwa Tuhan mengulurkan “tangan-Nya”
Ayat 9b
Dalam
Teks Masorah terdapat kata רִיַנַּצ yang artinya “dan
menyentuh”. Di dalam terjemahan bahasa Yunani Septuaginta LXX juga dikatakan
ηψατο yang memiliki makna yang sama.
Keputusan: Kami para penafsir menolak usulan Aparatus karena
memperkabur makna teks. Dan apa yang terdapat dalam Teks Masorah sudah jelas
makna dan tujuannya.
2.13. Terjemahan Akhir
Ayat 4: Firman TUHAN
datang kepadaku, bunyinya:
Ayat 5: Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal kamu terlebih dahulu, dan
sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah
menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa
Ayat 6: Maka aku menjawab: Ah, Tuhan ALLAH! sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku
ini masih muda.
Ayat 7: Tetapi firman TUHAN kepadaku: janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun
engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapu yang Kuperintahkan kepadamu
haruslah kausampaikan
Ayat 8: Janganlah takut
kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah
firman TUHAN
Ayat 9: Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku;
dan TUHAN berfirman kepadaku:
sesungguhnya Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu
Ayat 10: Ketahuilah, pada hari ini aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam
2.14. Tafsiran
Ayat 4-5:
Bila seorang nabi dipanggil
Allah sebagai utusan Allah kepada bangsa yang terpilih, maka tidak ada alasan
bagi umat untuk tidak mendengarkan-Nya dan mematuhi-Nya. Untuk membangun
kepercayaan seorang nabi, Yeremia bersama Amos (Am 7: 14-15), Yesaya (Yes
6:1-13), dan Yehezkiel (Yeh 1: 4-3:15), mengingatkan para pembacanya bahwa ia
dipanggil langsung oleh Allah dan diutus menjadi utusan Allah kepada mereka,
umat perjanjian. Dan pada ayat 5 menjelaskan bahwa Allah mengenal, menguduskan,
dan menetapkan Yeremia menjadi nabi bagi bangsanya. Yeremia ditetapkan oleh
Allah untuk mengerjakan peranan khusus dalam rencana Tuhan, yaitu mengerjakan
tugas seorang nabi yang menerima Firman dari Tuhan dan menyampaikannya kepada
bangsa Israel, Bahkan sebelum kelahiran nabi Yeremia, Allah sudah memilihnya
hal ini secara simbolis untuk menjelaskan bahwa Allah memberi peranan kepadanya
tidak hanya dalam sejarah Israel, melainkan juga dalam sejarah bangsa-bangsa
kafir.[25]
Sebelum Yeremia lahir, Allah sudah menetapkan bahwa ia akan menjadi nabi.
Sebagaimana Allah memiliki rencana bagi hidup Yeremia, demikian pula Dia
mempunyai rencana bagi setiap orang. Sasaran-Nya ialah agar kita hidup sesuai
dengan kehendak-Nya. Seperti halnya Yeremia hidup sesuai dengan kehendak Allah
yang meliputi penderitaan. Sekalipun
demikan Allah senantiasa bekerja untuk mendatangkan yang terbaik bagi kita
(Roma 8:28).[26]
Panggilan Yeremia sebagai Nabi membuktikan bahwa ia adalah seorang nabi sejati.[27]
Ayat 6-8:
Pengakuan Yeremia “Sesungguhnya
aku tidak pandai berbicara, sebab aku masih muda” mengingatkan kita
bagaimana Musa juga pernah berusaha dengan berbagai alasan untuk menolak
panggilan Allah kepadanya untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah mesir,
dan Musa juga pernah berkata kepada Tuhan bahwa dia tidak pandai bicara (Kel 4:
10-13). Seperti Musa,Yeremiapun merasa tidak pantas menerima tugas tersebut, terutama
karena usianya yang masih muda akan menghalangi penyampaian Firman Allah kepada
semua orang yang akan mendengarkan. Namun alasan Yeremia tersebut tidak dapat
membuatnya menolak panggilan Allah, sebaliknya justru Allah memberikan
penguatan kepadanya, dan Allah juga berkata kepadanya bahwa kepada siapapun dia
diutus maka ia harus pergi dan apapun yang di perintahkan Allah kepadanya
haruslah ia sampaikan. Hal inilah yang membuat Yeremia untuk tidak dapat
menolak panggilan Allah, apalagi Allah berjanji akan menyertainya untuk
mengerjakan tugas yang di berikan Allah kepadanya “Janganlah takut kepada mereka sebab Aku menyertai engkau untuk
melepaskan engkau”. Janji penyertaan Allah ini juga dikatakan ketika Allah
memanggil Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju
tanah Perjanjian (Keluaran 4:12), Ketika Allah memanggil Yosua untuk meneruskan
tugas Musa yaitu memimpin bangsa Israel menuju tanah Perjanjian (Yosua 1:5,9),
Ketika Allah mengangkat Gideon menjadi Hakim (Hakim 6:16), Ketika Samuel di
panggil menjadi Nabi (I Samuel 3:19; 16:13), dan Janji penyertaan ini juga di katakan
oleh Yesus sebelum Ia terangkat ke surga, yaitu ketika Dia memberikan Amanat
Agung kepada Murid-murid-Nya “Ketahuilah
Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Matius 28:19-20).[28]
Ayat 9-10
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa sentuhan atau jamahan Allah pada
mulut Yeremia adalah cara kiasan nabi Yeremia untuk mengungkapkan bahwa apa
yang ia khotbahkan kepada umat benar-benar firman Allah dan bukan kata-kata
manusia (Yesaya 6: 6-7), Dan Yehezkiel ketika menjadi juru bicara Allah secara
simbolis memakan suatu gulungan Kitab (Yehezkiel 3:1-4,10-11). Ayat ini
menyatakan ruang lingkup tugas Yeremia, ia tidak hanya berhubungan dengan
Israel, tetapi juga dengan bangsa-bangsa lain. Dan dalam ayat ini juga
menjelaskan bahwa Allah meyakinkan Yeremia bahwa berita nubuatnya akan diilhami
Allah, kata-katanya akan merupakan kata-kata Allah (Roma 10:8), dan hal yang
sama juga terjadi kepada Musa, pada saat itu Allah berfirman “Oleh sebab itu pergilah,Aku akan menyertai
lidahmu dan mengajar engkau apa yang harus engkau katakan” (Kel.4:12).[29]
Dan hal ini juga sama seperti yang di katakan dalam Ulangan 18:8 yaitu bahwa
Allah akan membangkitkan seorang nabi dan Allah akan menaruh firman-Nya ke
dalam mulutnya, sehingga ia akan mengatakan segala yang di perintahkan Allah.[30] Dalam
ayat 10 dijelaskan bahwa berita Yeremia mengandung unsur-unsur hukuman dan
pemulihan, akan tetapi karena kedudukannya dalam sejarah Yehuda, berita itu
terutama berfokus pada hukuman dan malapetaka. Bangsa Israel yang rusak harus
dirobohkan sebelum Allah dapat menanam dan membangun kembali, hal ini sangat
jelas juga di katakan Allah bahwa Allah akan menjatuhkan hukuman atas mereka, karena
segala kejahatan mereka, sebab mereka telah meninggalkan Allah dengan membakar
korban kepada allah lain dan sujud menyembah kepada buatan tangannya sendiri
(Yeremia 1:16). Namun pada akhirnya Allah akan membangun mereka kembali bukan
meruntuhkan sebab mereka akan bertobat kepada Allah (Yeremia 24:6-7, Yeremia
30:4).
2.15. Refleksi Theologis
Ketika Yeremia di panggil dan diutus oleh Tuhan untuk menjadi
seorang nabi bagi bangsa-bangsa dan mengerjakan apa yang akan Allah perintahkan
kepadanya, pada awalnya Yeremia menolak dengan alasan bahwa ia masih muda dan
tidak pandai berbicara. Namun di balik itu semua sebenarnya Yeremia takut dan
tidak siap untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan alasan Yeremia
itupun tidaklah membuat dia dapat menolak panggilan Allah sebab Allah sudah memilihnya
dan menguduskannya bahkan sebelum Allah membentuk dia dalam rahim ibunya.
Melalui nats ini kita belajar bahwa ketika Allah memanggil kita maka tidak ada
alasan bagi kita untuk menolaknya, kita harus menjawab panggilan Allah di dalam hidup kita yaitu untuk
mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan usia yang masih muda bukanlah alasan
untuk menolak panggilan Allah tetapi penyerahan total kepada Allah itulah yang
utama. Dan walaupun pekerjaan itu mungkin berat bagi kita namun kita harus
percaya bahwa Allah akan menyertai dan memampukan kita untuk mengerjakannya,
Sebab Allah yang memanggil maka Allah akan menyertai kita untuk mengerjakan
panggilan-Nya bahkan sampai pada akhir zaman ( Matius 28:19-20).
III.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kitab Yeremia adalah
kitab yang menceritakan pemanggilan Yeremia untuk menjadi seorang nabi dan
bahkan sampai pada pelayanan dan tugas Yeremia sebagai nabi yang telah dipilih dan
di kuduskan oleh Allah, di tengah-tengah kemudaan Yeremia. Namun Allah
memanggilnya bahkan sudah menetapkannya untuk menjadi seorang nabi dan
mengerjakan tugas yang diberikan Allah. Kitab ini juga menceritakan bahwa Allah
bernubuat kepada bangsa Israel melalui nabi Yeremia.
IV.
Daftar Pustaka
. . . . .
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z, (Jakarta:
YKBK/OMF, 2007)
. . . . .
Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
1991)
. . . . .
Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
1991)
. . .. . Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan,(Malang: Gandum Mas, 1991)
Barr James, Alkitab di Dunia Modern, (Jakarta:
BPK-GM 1997)
Bergant
Dianne dan Karris, Robert J. Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama,
(Yogyakarta: Kanisius, 2002)
Hayes
John H. & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta:
BPK-GM, 2005) Hayes John H. & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran
Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 1996)
Hayes
John H. & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta:
BPK-GM, 2005)
Hill
Andrew E. & Walton John H., Survei
Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008)
Komisi
Kitab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, (Yogyakarta:
Kanisius, 2011)
Kramer,
A. Th. Singa Telah Mengaum, (Jakarta: BPK-GM, 1987)
Lasor, W.S. D. A. Hubbard, & F. W. Bush, Pengantar
Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-GM, 2012)
Nova Erlina Girsang, Menjadi Bijak; Suatu Tinjauan
Exsegese Kanonikal tentang Menjadi Bijak Menurut Amsal 6: 6-8 dan relevansinya
dalam kehidupan Warga Masa Kini, (Medan: STT Abdi Sabda, 2010)
Paterson Robert M., Tafsiran Alkitab, Kitab Yeremia,
(Jakarta: BPK-GM, 1983)
Peterson,
Robert M. Tafsiran Alkitab:Kitab Yeremia,
(Jakarta: BPK-GM,1983)
Pfeiffer
Charles F. & Harrison Everett F., The Wycliffe Bible Commentary,
(Malang: Gandum Mas, 2005)
Scheunemann,
Rainer Panduan Lengkap Penafsiran Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru, (Yogyakarta: Yayasan ANDI,2008)
[1] John H. Hayes
& Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM,
2005), 153
[2] John H. Hayes
& Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM,
1996),149
[3] James Barr, Alkitab
di Dunia Modern, (Jakarta: BPK-GM 1997), 10
[4] Komisi Kitab
Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, (Yogyakarta: Kanisius,
2011), 65-66
[5] William W.
Klein, Introduction to Biblical Interpretation, (Dallas: Word
Publihsing, nd), 65-69
[6] Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja,
Yogyakarta:
Kanisius, 2011),66
[7] F. F. Bruce, Canon
On Scripture, (Oxford-UK: Library Of Congres Catalogingingnin Publication,
1987), 281
[8] John H. Hayes
& Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, 150-158
[9] Nova Erlina
Girsang, Menjadi Bijak; Suatu Tinjauan Exsegese Kanonikal tentang Menjadi
Bijak Menurut Amsal 6: 6-8 dan relevansinya dalam kehidupan Warga Masa Kini,
(Medan: STT Abdi Sabda, 2010), 168
[10]
. . . . Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan,(Malang: Gandum Mas, 1991), 1152
[11] W.S. Lasor, D.
A. Hubbard, & F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta:
BPK-GM, 2012), 306
[12]
. . . . .
Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 1991), 551
[13] Robert M.
Paterson, Tafsiran Alkitab, Kitab Yeremia, (Jakarta: BPK-GM, 1983), 14
[14] . . . . Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,(Malang: Gandum
Mas, 1991), 1152
[15] Andrew E. Hill & John H.
Walton, Survei Perjanjian Lama,
(Malang: Gandum Mas, 2008), 540
[16]
. . . . .
Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 1991), 552
[17]
. . . . . Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1152
[18]
A. Th. Kramer, Singa
Telah Mengaum, (Jakarta: BPK-GM, 1987), 59-60
[19] . . . . .
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z, (Jakarta: YKBK/OMF, 2007),562
[20]Robert M.Peterson, Tafsiran Alkitab:Kitab Yeremia
,21
[21]
Robert M.Peterson, Tafsiran Alkitab:Kitab Yeremia
,21
[22]
Robert M.Peterson, Tafsiran Alkitab:Kitab Yeremia
,19
[23] Charles F.
Pfeiffer & Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary,
(Malang: Gandum Mas, 2005), 568-570
[24] Rainer Scheunemann, Panduan
Lengkap Penafsiran Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,
(Yogyakarta: Yayasan ANDI,2008),8-9
[25] Dianne Bergant
dan Robert J. Karris, Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), 556
[26]
. . . . Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, 1154
[27] W.S.Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta:BPK-GM, 2012,305
[28]
. . . . .
Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama , 556
[29]
. . .
. . . Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama,556
[30] Robert M.Peterson, Tafsiran Alkitab:Kitab Yeremia,
Jakarta: BPK-GM,1983,48
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment