-->

sosial media

Friday, 16 October 2020

Penafsiran Kanonikal Terhadap Yeremia 1 :4-10 (Yeremia Dipanggil dan Diutus)

 




I.       Pendahuluan

Alkitab merupakan firman Allah dan juga penyataan Allah yang merupakan pedoman dan fondasi iman bagi orang Kristen. Namun Alkitab tidak dapat dipahami dengan hanya membaca saja untuk mereflesikannya dalam kehidupan kita. Melainkan dilakukan suatu penafsiran atau adanya pendekatan terhadap Alkitab itu sendiri. Usaha pendekatan tersebut bukan bertujuan untuk mengurangi atau tidak mempercayai Alkitab, melainkan mencari makna yang tersembunyi dari Alkitab itu sendiri. Karena seperti yang kita ketahui bahwa sangat sulit bagi kita untuk mencerna pesan apa yang hendak disampaikan Alkitab bagi kita, dan bagaimana kita untuk menjawab keadaan dalam situasi yang sekarang, sehingga bisa merefleksikannya dalam kehidupan kita sekarang ini. Usaha pendekatan itu disebut dengan Hermeneutika. Dalam melakukan pekerjaan Hermeneutika, ada beberapa metode pendekatan yang hendak kita lakukan. Dan pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba menafsirkan kitab Yeremia 1: 4-10 dengan menggunakan metode Kanonikal. Semoga sajian kali ini dapat menambah wawasan kita tentang pemahaman alkitab.

II.    Pembahasan

2.1. Sekilas Tentang Penafsiran Metode Kanonikal

2.1.1.      Pengertian Metode Kanonikal

Metode kanonikal merupakan metode yang muncul untuk mengkritisi metode penafsiran historis kritis, yang dimana menafsirkan Alkitab dengan proses yang panjang yang kurang memberikan sumbangan yang besar pada kehidupan sekarang ini.[1] Melalui metode ini maka kita dapat melihat hubungan nats yang ditafsirkan dengan bagian yang lain, sehingga pembaca dapat diperhadapkan kepada kehidupan pada waktu kitab itu dituliskan dengan kehidupan sekarang. Dengan metode penafsiran ini maka pembaca lebih mudah untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam metode kanonikal, alkitab diyakini sebagai tulisan-tulisan yang menyampaikan serta menyaksikan kebenaran dan satu kali untuk selamanya. Kedudukan istimewa tulisan kanonis menyebabkan tulisan tersebut dibaca oleh umat beriman yang memilikinya dengan cara yang berbeda dari cara membaca dan memahami tulisannya.[2]  

2.1.2.      Latar Belakang Penafsiran Metode Kanonikal

Alkitab bukanlah berupa kumpulan-kumpulan teks-teks yang tidak berhubungan satu sama lain. Alkitab adalah kumpulan kesaksian yang merupakan satu kesatuan menyeluruh dari satu tradisi yang besar. Agar sungguh-sungguh mempertahankan kebenaran ini. Hal inilah yang sebenarnya merupakan perspektif yang digunakan oleh sejumlah pendekatan yang sedang dikembangkan saat ini. Salah satunya yaitu dengan menggunakan pendekatan kanonik. Pendekatan kanonik berasal dari Amerika Serikat sekitar 20 tahun yang lalu, berawal dari persepsi bahwa metode historis kritis kadang-kadang mengalami kesulitan besar untuk sampai ke level yang sungguh-sungguh teologis dalam kesimpulan yang dihasilkannya. Munculnya metode ini dapat dikatakan sebagai kritikan bagi para pengkritik yang hanya menekankan pada analisa alkitab saja sehingga lupa terhadap pesan teologis yang terkandung di dalamnya (kanon).[3]

Pendekatan ini bertujuan untuk melaksanakan tugas teologis dari penafsiran alkitab secara lebih baik dengan berpangkal dari dalam kerangka iman eksplisit (alkitab sebagai suatu kesatuan yang utuh). untuk mencapai hal ini, pendekatan ini menafsirkan masing-masing teks alkitabiah dalam terang kanon kitab suci, yakni kanon alkitab seperti diterima sebagai norma iman oleh komunitas orang percaya. Pendekatan kanonik mencoba meletakkan masing-masing teks dalam rencana norma iman oleh komunitas orang percaya. Pendekatan kanonik mencoba meletakkan masing-masing teks dalam rencana tunggal Allah, dengan tujuan untuk sampai pada suatu pemaparan kitab suci yang sungguh-sungguh valid untuk zaman kita.[4] Kritik kanon ini juga mengajak seluruh lapisan Kristen untuk menerima kearifan dari para pendahulunya dan menafsirkan pasal-pasal dalam kitab suci sebagaiman kitab-kitab tersebut yang pada akhirnya dibentuk.[5] Namun di sisi lain metode ini tidak mengklaim dirinya untuk menjadi pengganti metode historis kritis, sebaiknya yang menjadi harapan adalah melengkapinya.[6] Penafsiran metode Kanonikal diartikan juga sebagai sebuah penafsiran dari suatu komponen individu dari kanon dalam konteks kanon itu sebagai sesuatu yang menyeluruh.[7]

2.1.3.      Tujuan Penafsiran Metode Kanonikal

Tujuan penafsiran metode Kanonikal adalah bahwa dengan mengguankan metode ini maka kita dapat melihat hubungan nats yang ditafsirkan dengan bagian yang lain sehingga pembaca dapat diperhadapkan kepada kehidupan pada waktu kitab itu dituliskan dengan kehidupan pada masa sekarang ini. Dengan hal ini maka pembaca lebih mudah untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

2.2. Hal-hal Yang Perlu diPerhatikan dalam Penafsiran Alkitab dengan Metode Kanoikal

Di dalam mempergunakan metode penafsiran kanonikal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1.      Pendekatan kanonik ini bersifat sinkronis. Disebut sinkronis karena mengarahkan perhatiannya pada hungan teks dengan pembaca. Pembaca disini dimengerti khususnya sebagai seorang pembaca yang berada dalam paguyuban umat beriman yang memandang teks sebagai teks kanonik. Dalam hal ini, penafsir tidak perlu terlalu memperdulikan hal-hal yang menjadi perhatian khusus dari historis kritis, namun hal ini juga dapat dipertimbangkan, tetapi bukan merupakan faktor-faktor yang menentukan pembacaan dan pemahaman teks

2.      Pembacaan kanonik atas sebuah teks akan berbeda-beda tergantung kepada pembaca (umat beriman) yang sedang membaca. Dengan kata lain, di dalam metode kanonik ini si pembaca dapat memiliki pemahaman yang berbeda-beda dengan pembaca yang lainnya tergantung kepada iman seorang pembaca di dalam memahami makna suatu teks alkitab

3.      Teks dalam kanon tidak tergantung lagi pada pemakaian kata yang semulanya atau sejarahnya. Dan dengan pengkanonisasian tulisan-tulisan suci, umat-umat beriman beriman (orang-orang percaya) yang memiliki kanon tersebut terbuka dan relevan untuk umum

4.      Pendekatan kanonik menolak untuk membagi-bagikan teks ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, dan dengan demikian menolak untuk menafsirkan teks secara sendiri-sendiri. Sebuah teks harus dibaca sebagai bagian dari alkitab secara keseluruhan bukan sebagai bagian yang terlepas dan berdiri sendiri. Karena metode ini melihat bahwa kanon secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang memiliki kewibawaan kanonik yang paling tinggi

5.      Pendekatan kritik kanonik jelas bersifat teologis. Alkitab yang sebagai kitab suci dengan demikian alkitab harus ditafsir sebagai kitab suci. Metode penafsiran kanonikal merupakan suatu wahana ataupun gambaran dari kenyataan dalam memahami serta mengetahui kehendak Allah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dalam menafsirkan sebuah teks secara kanonik, penafsir memusatkan perhatiannya bukan pada maksud semula penulisnya atau pada keadaan-keadaan dari situasi semula, tetapi pada bagian teks itu dalam bentuk dan maksud yang sekarang menyampaikan kesaksian teologis mengenai Iman dan Injil.[8]

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kanonikal

2.3.1.       Kelebihan Metode Kanonikal

a.       Alkitab dihargai sebagai firman Allah dan sejarah pembentukannya sebagai pekerjaan Allah yang berkarya dan berkomunikasi di dalam, melalui daan kepada umat-Nya

b.      Dengan menafsirkan teks secara kanonikal maka teks dapat dilihat secara keseluruhan dan utuh. itu dikarenakan tidak adanya pemenggalan-pemenggalan teks dalam proses penafsiran sehingga maksud atau makna yang ditimbulkan oleh penulis Alkitabiah dapat dimengerti. Dengan kata lain, metode ini mengakui adanya kesatuan teologi dari semua kitab dalam alkitab, sehingga membentuk penafsir menjadi pembaca yang holistik dan teologis

c.       Berfokus pada penyampaian pesan hasil penafsiran (arti teks) yang lebih tepat bagi situasi pembaca masa kini, dari pada teks pada masa lampau

 

2.3.2.      Kekurangan Metode Kanonikal

a.       Metode kanonikal kurang bersifat historis. Hal yang menjadi perhatian khusus seperti pendekataan terhadap nats mula-mula menurut tradisi, maksud semula penulisnya, peristiwa, dan pengalaman yang ada di balik teks atau konteks psikologis maupun sosiologis historis yang melahirkan teks kurang diperhatikan.

b.      Adanya perbedaan kanon antara umat beriman pemelihara kitab (Yahudi, Ortodoks, Katolik, Protestan) membuat metode ini mempunyai unsur subjektivitas dan relatifitas.[9]

 

2.4. Pengertian Kitab Yeremia

Nabi Yeremia adalah salah seorang tokoh sejarah yang paling berani, lemah lembut seperti wanita dan gagah perkasa. Perasaannya tajam lagi bersih dan sederhana, sehingga lekas menanggapi peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Nabi Yeremia mampu menanggung sengsara karena kasih akan Tuhan dan kasih akan sesama manusia, panjang sabar, sangat memperhatikan kepentingan orang lain, kehendaknya yang tulus, yang tidak disertai tipu daya, sangat merendahkan diri, sedia berkorban, serta sangat setia sangat setia kepada firman Tuhan. Kitab Yeremia memberitakan kepada kita bagaimana jalan penghukuman Tuhan atas kehidupan suatu bangsa. Kitab nubuat ini menunjukkan bahwa Yeremia sering kali disebut “nabi peratap” yaitu merupakan seorang yang membawa amanat keras namun berhati lemubut.[10]

2.5. Latar Belakang Kitab Yeremia

Panggilan Yeremia pada waktu yang sangat strategis. Nabi Yeremia mulai melakukan pelayanannya kira-kira 80 atau 100 tahun sesudah Nabi Yesaya, suatu pelayanan yang berlangsung kira-kira 40 tahun sampai sesudah tahun 586 sM, ketika Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar.[11] Dan selama zaman pemerintahan 5 orang raja Yehuda yang terakhir (1: 1-3). Yeremia hidup pada zaman yang bergolak. Ia dibesarkan pada waktu yang sangat baik dan meninggal pada waktu yang sangat buruk. Ia meninggal sekitar tahun 580 SM. Yeremia dilahirkan di Anatot, beberapa mil sebelah utara Yerusalem. Ia termasuk keluarga imam dan dipanggil dalam tugas kenabian pada waktu masih muda (sekitar tahun 626 SM). Hanya sedikit orang yang sungguh terlibat dalam masalah bangsanya yang demikian gawat seperti Yeremia. Ia mengkhotbahkan pembaharuan di bawah pemerintahan raja Yosia pada tahun 621 SM.[12] Yosia anak Amon, berumur delapan tahun ketika ia naik takhta. Selama itu urusan-urusan kenegaraan berada dalam tangan para penasehat, dan raja Yosia dapat membebaskan negeri itu dari pengaruh Asyur.[13]

2.6. Penulis

Yeremia merupakan salah satu dari beberapa kitab Perjanjian Lama yang memberikan informasi mengenai penulisannya. Pada tahun 605 SM, sesudah Yeremia bernubuat selama lebih daripada 20 tahun, Allah memerintahkan kepadanya untuk mencatat perkataan nubuatnya (36: 1-3). Sehingga dapat di simpulkan bahwa Kitab Yeremia ditulis oleh nabi Yeremia sendiri.

2.7. Waktu Penulisan

Sebagian kitab Yeremia ditulis pada tahun keempat pemerintahan Yoyakim (kira-kira 605 sM). Tampaknya nubuat tidak biasa dituliskan pada zaman itu, karena Allah secara khusus memerintah Yeremia untuk mencatat segala sesuatu yang telah Ia katakan kepadanya sejak pemerintahan raja Yosia (Yer 36:1-3). Waktu penulisan kitab Yeremia adalah sekitar tahun 585-580 SM.[14]

2.8. Tujuan Penulisan Kitab

Tujuan Yeremia sebagai seorang nabi adalah menyampaikan pesan yang Tuhan berikan kepadanya. Waktu melakukan hal itu ia juga membawa kembali orang-orang itu kepada Tuhan dan untuk memperingatkan mereka akan akibat-akibat yang kelak mereka alami, kalau mereka meneruskan kelakuan mereka. Tujuan kitab Yeremia ini adalah mencatat berbagai nubuat Yeremia, tetapi juga memberitahukan sesuatu mengenai pribadi Yeremia, dan nasibnya sebagai nabi Allah, yang harus bergumul dengan umat itu dan juga dengan Tuhan.[15] Pesan nabi Yeremia terhadap bangsanya bernada optimis. Ketika ia memandang Allah Israel yang begitu sabar, ia penuh dengan optimisme. Allahnya adalah Allah pengharapan perjanjian, kekuatan, dan kehendak kuat untuk membuat bangsa Israel menjadi bangsa yang kudus.[16] Dan tujuan kitab ini juga untuk menyediakan suatu catatan abadi dari pelayanan dan berita nubuat Yeremia, dan untuk menyatakan hukuman Allah yang pasti terlaksana dan tidak terelakkan ketika umatnya melanggar perjanjian dan bersikeras dalam pemberontakan terhadap Allah dan firman-Nya serta tujuan penulisan kitab ini adalah untuk menunjukkan keaslian dan kekuasaan nubuat-nubuat firman Allah.[17] 

2.9.Sit Im Leben

2.9.1.      Konteks Politik

Penyaji melihat konteks politik terkhusus pada masa pemerintahan raja Yoyakim, yaitu pada masa ini terjadi peristiwa yang mempunyai arti besar dalam percaturan politik, yaitu pertempuran di Karkemis (Yer 46) tahun 605 sM. Orang mesir di bawah pimpinan Nekho dihancurkan oleh orang Kasdim di bawah pimpinan Nebukadnezar dalam pertempuran di Karkemis. Sejak tahun 605 Yoyakim menjadi raja bawahan Babel. Pengaruh agama asing bertambah banyak selama pemerintahan Yoyakim. Dan Yoyakim memberontak terhadap Babel dengan akibatnya bahwa kota Yerusalem dikepung oleh Nebukadnezar pada permulaan pemerintahan anaknya yaitu Yoyakin.[18]

2.9.2.      Konteks Agama

Sewaktu Yeremia dipanggil oleh Allah, pembaharuan hidup keagamaan sudah dimulai oleh Yosia (638-608), yang telah menduduki takhta Yehuda selama 12 tahun (2 Taw 34: 4-7)  tetapi barulah tahun 612 sM, raja Yosia memulai pembaharuan sistematis dalam hidup keagamaan dan kesusilaan Yehuda (2 Raj 23). Pada masa pemerintahan Yosia bahkan sampai pada masa pemerintahan raja Zedekia konteks keagamaan Yehuda dan Yerusalem terjadi kemerosotan moral dan spiritualitas. Dan bahkan nabi Yeremia dianggap sebagai nabi palsu. [19] Dan pada saat itu penduduk Yehuda masih beribadat kepada Baal,dewa kesuburan,serta berhala-berhala.[20]

2.9.3.      Konteks Sosial

Sejarah sosial bangsa Israel dikisahkan melalui kehidupan raja-raja Israel dan Yehuda sebagai wakil bangsa, dan pada saat itu juga terjadi ketidak adilan sosial di antara penduduk Yehuda.[21]

2.9.4.      Konteks Ekonomi

Sesudah penyerangan oleh orang-orang Babel, negeri Yehuda berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan, hampir semua kota yang berkubu sudah dibinasakan,dan peperangan-peperangan, pembuangan, hukuman mati, kelaparan dan penyakit hanya meninggalkan sedikit sisa penduduk, yang kebanyakannya adalah petani yang miskin. Gedalya yang berasal dari suatu keluarga bangsawan Yehuda,di tetapkan sebagai gubernur dan negeri Yehuda menjadi sebagian sistim propinsi dari kerajaan Babel. Dan Gedalya memilih mizpa sebagai markas besarnya, mungkin karena Yerusalem tidak dapat didiami lagi.[22]

2.10.                    Analisa Struktur Kitab[23]

Adapun struktur Kitab Yeremia adalah:

I.  Nubuat Melawan Teokrasi (1: 1-25: 38)

a.       Panggilan bagi Sang Nabi (1:1-19)

b.      Teguran dan Peringatan-peringatan, Sebagian Besar dari Zaman Yosia (2:1-20: 18)

c.        Nubuat-nubuat yang belakangan (21:1-25: 38)

II.   Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yeremia (26:1-45)

a)      Khotbah tentang bait suci dan penahanan Yeremia (26:1-24)

b)      Kuk Babel (27: 1-29:32)

c)      Kitab Penghiburan (30:1-33: 26)

d)     Beberapa Pengalaman Yeremia sebelum Yerusalem Jatuh (34:1-36: 32)

e)      Yeremia selama Pengepungan dan penghancuran Yerusalem (37:1-39:18)

f)       Tahun-tahun Terakhir Yeremia (40:1-45:5)

3.           Nubuat-nubuat Yeremia Tentang bangsa-bangsa Lain (46:1-51:64)

a)      Nubuat melawan Mesir Mesir (46:1-28)

b)      Nubuat melawan Filistin (47: 1-7)

c)      Nubuat melawan Moab (48: 1-17)

d)     Nubuat melawan Bani Amon (49:1-6)

e)      Nubuat melawan Edom (49:7-22)

f)       Nubuat melawan Damsyik (49:23-27)

g)      Nubuat melawan Kedar dan Hazor (49:28-33)

h)      Nubuat melawan Elam (49:34-39)

i)        Nubuat melawan Babel (50:1-51)

4.           Jatuhnya Yerusalem dan Peristiwa-peristiwa yang berkaitan (52:1-34)

2.12. Analisa Teks

Analisa teks atau nats adalah ilmu yang berusaha menemukan teks asli dokumen-dokumen kuno dengan cara menyaring semua bahan yang tersedia untuk menentukan variant (bacaan) yang mengandung kesalahan dan variant yang paling asli. Analisa nats atau teks ini juga adalah suatu cara ilmu pengetahuan yang bekerja dengan pengawasan yang teliti dengan mempertimbangkan bukti luar/eksternal dan bukti dalam atau internal.[24]

2.12.1. Perbandingan Bahasa

Kami para penyaji akan membandingkan empat versi terjemahan yaitu: TM (Teks Masorah), BPH (Bible Pakon Haleluya), LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), KJV (King James Vertion).

Ayat 4

            KJV     : The Lord said (Firman Tuhan)

            BPH    : Roh do hatani Jahowa (Firman Tuhan datang)

            LAI     : Firman Tuhan

            TM      : ךְנד־יהוה (Firman Tuhan)

Keputusan: yang mendekati TM adalah KJV dan LAI

Ayat 5

            KJV     : Your Cicator (Menciptakan Engkau)

            BPH    : Paima hutompa ho (sebelum Ku ciptakan engkau)

            LAI     : Sebelum aku membentuk

            TM      : אֵצׇּו֯ךְד (kamu terlebih dahulu)

Keputusan: yang mendekati TM tidak ada

Ayat 6

            KJV     : I’m not a good speaker (Aku tidak berbicara dengan baik)

BPH    : Seng hubotoh naha marsahap (Aku tidak tahu bagaiman berbicara dengan baik)

            LAI     : Aku tidak pandai berbicara

            TM      : לא־יׇרַעְהּיךַּנֵּד (aku tidak pandai berbicara)

Keputusan: yang mendekati TM adalah LAI

Ayat 7

            KJV     : The Lord answered (Tuhan Menjawab)

            BPH    : Tapi nini Jahowa dompak au (Tetapi firman Tuhan kepadaku)

            LAI     : Tetapi Tuhan berfirman kepadaku

            TM      : וַיאֹמֶריְחדׇהאֵ (tetapi firman Tuhan kepadaku)

Keputusan: yang mendekati TM adalah BPH

Ayat 8

            KJV     : I promise to be with you (Aku berjanji bersama engkau)

            BPH    : Ai Ahu do Hasomanmu (Aku menyertai engkau)

            LAI     : Sebab Aku menyertai engkau

            TM      :   כֳּיאׅחְהאֲנְיִ (Aku menyertai engkau)

            Keputusan: yang mendekati TM adalah BPH dan LAI

Ayat 9

            KJV     : And Said (dan berkata)

            BPH    : Nini Jahowa (Tuhan Berfirman)

            LAI     : Tuhan Berfirman

            TM      : וַיאמֶדהוה (dan Tuhan berfirman)

            Keputusan: yang mendekati TM tidak ada

Ayat 10

            KJV     : To the Nations (kepada bangsa-bangsa)

            BPH    : Mardiateihon Bangsa-bangsa (melalui bangsa-bangsa)

            LAI     : Atas Bangsa-bangsa

            TM      : צַל־הַנּריִםֺ (atas bangsa-bangsa)

            Keputusan: yang mendekati TM adalah LAI

2.12. Kritik Aparatus

Ayat 4a

            Dalam Teks Masorah ditemukan kata (אֵלַי) yang artinya “kepadaku”(to me). Dan di dalam teks Yunani asli di sebut “ προϛαύτον “ yang artinya datang kepadaKu”. Aparatus menyatakan bahwa kalimat “kepadaKu” menunjukkan firman Tuhan kepadanya (Yeremia).

Keputusan: Penafsir menerima atau setuju dengan usulan Aparatus karena memperjelas makna dan memperjelas objek tersebut.

Ayat 5a

            Dalam Teks Masorah ditemukan kata אֶצׇר֯רְךּ yang artinya “yang terlebih dahulu kepadamu”. Menurut komentar Aparatus, teks ini harusnya ditulis (kutib) sebagai יצׇן . bandingkan dengan terjemahan LXX dan Latin.

Keputusan: Penafsir menolak usulan Aparatus karena memperkabur makna teks, penafsir melihat apa yang sudah tertulis dalam Teks Masorah sudah jelas makna dan tujuannya. Maka penafsir tetap berpegang pada teks.

Ayat 5b

            Dalam Teks Masorah ditemukan kata לַנּו֯ים yang artinya “kepada bangsa-bangsa”. Dan dalam terjemahan Yunani Septuaginta LXX disebut ειϛ έονη yang sama dengan kata dasar dari לנּר֯ים yaitu לנּוי dari kata Qal singular

Keputusan: Dengan demikian penafsir menerima usulan Aparatus tersebut,  yang menyatakan “kepada bangsa-bangsa”, karena usulan Aparatus memperjelas makna teks

Ayat 7a

            Dalam Teks Masorah ditemukan kata  אל־חּאמר yang artinya “jangan katakan”. Dan dalam kodeks-kodeks tulisan tangan ditambahkan kataכּי. Dan kata אלתּאמַך merupakan bentuk Qal maskulin singular.

Keputusan: Kami penafsir menerima usulan Aparatus karena memperjelas makna teks yaitu “jangan katakan”

Ayat 9a

            Dalam Teks Masorah ditemukan kata אֶתיָר֯ן֯ yang artinya “tangan-Nya”. Dan di dalam terjemahan Yunani Septuaginta LXX dikatakan προϛ ϻε yang juga artinya “tangan-Nya”

Keputusan: Kami penafsir menerima usulan Aparatus karena memperjelas makna teks yaitu yang menunjukkan bahwa Tuhan mengulurkan “tangan-Nya”

Ayat 9b

            Dalam Teks Masorah terdapat kata רִיַנַּצ yang artinya “dan menyentuh”. Di dalam terjemahan bahasa Yunani Septuaginta LXX juga dikatakan ηψατο yang memiliki makna yang sama.

Keputusan: Kami para penafsir menolak usulan Aparatus karena memperkabur makna teks. Dan apa yang terdapat dalam Teks Masorah sudah jelas makna dan tujuannya.

2.13. Terjemahan Akhir

Ayat 4: Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya:

Ayat 5: Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal kamu terlebih dahulu, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa

Ayat 6: Maka aku menjawab: Ah, Tuhan ALLAH! sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.

Ayat 7: Tetapi firman TUHAN kepadaku: janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapu yang Kuperintahkan kepadamu haruslah kausampaikan

Ayat 8:  Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN

Ayat 9: Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; dan TUHAN berfirman kepadaku: sesungguhnya Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu

Ayat 10: Ketahuilah, pada hari ini aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam

2.14. Tafsiran

Ayat 4-5:

            Bila seorang nabi dipanggil Allah sebagai utusan Allah kepada bangsa yang terpilih, maka tidak ada alasan bagi umat untuk tidak mendengarkan-Nya dan mematuhi-Nya. Untuk membangun kepercayaan seorang nabi, Yeremia bersama Amos (Am 7: 14-15), Yesaya (Yes 6:1-13), dan Yehezkiel (Yeh 1: 4-3:15), mengingatkan para pembacanya bahwa ia dipanggil langsung oleh Allah dan diutus menjadi utusan Allah kepada mereka, umat perjanjian. Dan pada ayat 5 menjelaskan bahwa Allah mengenal, menguduskan, dan menetapkan Yeremia menjadi nabi bagi bangsanya. Yeremia ditetapkan oleh Allah untuk mengerjakan peranan khusus dalam rencana Tuhan, yaitu mengerjakan tugas seorang nabi yang menerima Firman dari Tuhan dan menyampaikannya kepada bangsa Israel, Bahkan sebelum kelahiran nabi Yeremia, Allah sudah memilihnya hal ini secara simbolis untuk menjelaskan bahwa Allah memberi peranan kepadanya tidak hanya dalam sejarah Israel, melainkan juga dalam sejarah bangsa-bangsa kafir.[25] Sebelum Yeremia lahir, Allah sudah menetapkan bahwa ia akan menjadi nabi. Sebagaimana Allah memiliki rencana bagi hidup Yeremia, demikian pula Dia mempunyai rencana bagi setiap orang. Sasaran-Nya ialah agar kita hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Seperti halnya Yeremia hidup sesuai dengan kehendak Allah yang meliputi penderitaan.  Sekalipun demikan Allah senantiasa bekerja untuk mendatangkan yang terbaik bagi kita (Roma 8:28).[26] Panggilan Yeremia sebagai Nabi membuktikan bahwa ia adalah seorang nabi sejati.[27]

Ayat 6-8:

Pengakuan Yeremia “Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku masih muda” mengingatkan kita bagaimana Musa juga pernah berusaha dengan berbagai alasan untuk menolak panggilan Allah kepadanya untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah mesir, dan Musa juga pernah berkata kepada Tuhan bahwa dia tidak pandai bicara (Kel 4: 10-13). Seperti Musa,Yeremiapun merasa tidak pantas menerima tugas tersebut, terutama karena usianya yang masih muda akan menghalangi penyampaian Firman Allah kepada semua orang yang akan mendengarkan. Namun alasan Yeremia tersebut tidak dapat membuatnya menolak panggilan Allah, sebaliknya justru Allah memberikan penguatan kepadanya, dan Allah juga berkata kepadanya bahwa kepada siapapun dia diutus maka ia harus pergi dan apapun yang di perintahkan Allah kepadanya haruslah ia sampaikan. Hal inilah yang membuat Yeremia untuk tidak dapat menolak panggilan Allah, apalagi Allah berjanji akan menyertainya untuk mengerjakan tugas yang di berikan Allah kepadanya “Janganlah takut kepada mereka sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau”. Janji penyertaan Allah ini juga dikatakan ketika Allah memanggil Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah Perjanjian (Keluaran 4:12), Ketika Allah memanggil Yosua untuk meneruskan tugas Musa yaitu memimpin bangsa Israel menuju tanah Perjanjian (Yosua 1:5,9), Ketika Allah mengangkat Gideon menjadi Hakim (Hakim 6:16), Ketika Samuel di panggil menjadi Nabi (I Samuel 3:19; 16:13), dan Janji penyertaan ini juga di katakan oleh Yesus sebelum Ia terangkat ke surga, yaitu ketika Dia memberikan Amanat Agung kepada Murid-murid-Nya “Ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Matius 28:19-20).[28]

Ayat 9-10

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa sentuhan atau jamahan Allah pada mulut Yeremia adalah cara kiasan nabi Yeremia untuk mengungkapkan bahwa apa yang ia khotbahkan kepada umat benar-benar firman Allah dan bukan kata-kata manusia (Yesaya 6: 6-7), Dan Yehezkiel ketika menjadi juru bicara Allah secara simbolis memakan suatu gulungan Kitab (Yehezkiel 3:1-4,10-11). Ayat ini menyatakan ruang lingkup tugas Yeremia, ia tidak hanya berhubungan dengan Israel, tetapi juga dengan bangsa-bangsa lain. Dan dalam ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah meyakinkan Yeremia bahwa berita nubuatnya akan diilhami Allah, kata-katanya akan merupakan kata-kata Allah (Roma 10:8), dan hal yang sama juga terjadi kepada Musa, pada saat itu Allah berfirman “Oleh sebab itu pergilah,Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau apa yang harus engkau katakan” (Kel.4:12).[29] Dan hal ini juga sama seperti yang di katakan dalam Ulangan 18:8 yaitu bahwa Allah akan membangkitkan seorang nabi dan Allah akan menaruh firman-Nya ke dalam mulutnya, sehingga ia akan mengatakan segala yang di perintahkan Allah.[30] Dalam ayat 10 dijelaskan bahwa berita Yeremia mengandung unsur-unsur hukuman dan pemulihan, akan tetapi karena kedudukannya dalam sejarah Yehuda, berita itu terutama berfokus pada hukuman dan malapetaka. Bangsa Israel yang rusak harus dirobohkan sebelum Allah dapat menanam dan membangun kembali, hal ini sangat jelas juga di katakan Allah bahwa Allah akan menjatuhkan hukuman atas mereka, karena segala kejahatan mereka, sebab mereka telah meninggalkan Allah dengan membakar korban kepada allah lain dan sujud menyembah kepada buatan tangannya sendiri (Yeremia 1:16). Namun pada akhirnya Allah akan membangun mereka kembali bukan meruntuhkan sebab mereka akan bertobat kepada Allah (Yeremia 24:6-7, Yeremia 30:4).

2.15. Refleksi Theologis

Ketika Yeremia di panggil dan diutus oleh Tuhan untuk menjadi seorang nabi bagi bangsa-bangsa dan mengerjakan apa yang akan Allah perintahkan kepadanya, pada awalnya Yeremia menolak dengan alasan bahwa ia masih muda dan tidak pandai berbicara. Namun di balik itu semua sebenarnya Yeremia takut dan tidak siap untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan alasan Yeremia itupun tidaklah membuat dia dapat menolak panggilan Allah sebab Allah sudah memilihnya dan menguduskannya bahkan sebelum Allah membentuk dia dalam rahim ibunya. Melalui nats ini kita belajar bahwa ketika Allah memanggil kita maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolaknya, kita harus menjawab panggilan  Allah di dalam hidup kita yaitu untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan usia yang masih muda bukanlah alasan untuk menolak panggilan Allah tetapi penyerahan total kepada Allah itulah yang utama. Dan walaupun pekerjaan itu mungkin berat bagi kita namun kita harus percaya bahwa Allah akan menyertai dan memampukan kita untuk mengerjakannya, Sebab Allah yang memanggil maka Allah akan menyertai kita untuk mengerjakan panggilan-Nya bahkan sampai pada akhir zaman ( Matius 28:19-20).

III.             Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kitab Yeremia adalah kitab yang menceritakan pemanggilan Yeremia untuk menjadi seorang nabi dan bahkan sampai pada pelayanan dan tugas Yeremia sebagai nabi yang telah dipilih dan di kuduskan oleh Allah, di tengah-tengah kemudaan Yeremia. Namun Allah memanggilnya bahkan sudah menetapkannya untuk menjadi seorang nabi dan mengerjakan tugas yang diberikan Allah. Kitab ini juga menceritakan bahwa Allah bernubuat kepada bangsa Israel melalui nabi Yeremia.  

IV.  Daftar Pustaka

 . . . . . Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z, (Jakarta: YKBK/OMF, 2007)

 . . . . . Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 1991)

 . . . . . Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 1991)

 . . .. . Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,(Malang: Gandum Mas, 1991)

Barr James, Alkitab di Dunia Modern, (Jakarta: BPK-GM 1997)

Bergant Dianne dan Karris, Robert J. Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2002)

Hayes John H. & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2005) Hayes John H. & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 1996)

Hayes John H. & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2005)

Hill Andrew E. & Walton John H., Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008)

Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 2011)

Kramer, A. Th. Singa Telah Mengaum, (Jakarta: BPK-GM, 1987)

Lasor, W.S. D. A. Hubbard, & F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-GM, 2012)

Nova Erlina Girsang, Menjadi Bijak; Suatu Tinjauan Exsegese Kanonikal tentang Menjadi Bijak Menurut Amsal 6: 6-8 dan relevansinya dalam kehidupan Warga Masa Kini, (Medan: STT Abdi Sabda, 2010)

Paterson Robert M., Tafsiran Alkitab, Kitab Yeremia, (Jakarta: BPK-GM, 1983)

Peterson, Robert M. Tafsiran Alkitab:Kitab Yeremia, (Jakarta: BPK-GM,1983)

Pfeiffer Charles F. & Harrison Everett F., The Wycliffe Bible Commentary, (Malang: Gandum Mas, 2005)

Scheunemann, Rainer Panduan Lengkap Penafsiran Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Yayasan ANDI,2008)



[1] John H. Hayes & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2005), 153

[2] John H. Hayes & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 1996),149

[3] James Barr, Alkitab di Dunia Modern, (Jakarta: BPK-GM 1997), 10

[4] Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 65-66

[5] William W. Klein, Introduction to Biblical Interpretation, (Dallas: Word Publihsing, nd), 65-69

[6] Komisi Kitab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab dalam Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2011),66

[7] F. F. Bruce, Canon On Scripture, (Oxford-UK: Library Of Congres Catalogingingnin Publication, 1987), 281

[8] John H. Hayes & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, 150-158

[9] Nova Erlina Girsang, Menjadi Bijak; Suatu Tinjauan Exsegese Kanonikal tentang Menjadi Bijak Menurut Amsal 6: 6-8 dan relevansinya dalam kehidupan Warga Masa Kini, (Medan: STT Abdi Sabda, 2010), 168

[10] . . . . Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,(Malang: Gandum Mas, 1991), 1152

[11] W.S. Lasor, D. A. Hubbard, & F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 306

[12] . . . . . Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 1991), 551

[13] Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab, Kitab Yeremia, (Jakarta: BPK-GM, 1983), 14

[14]  . . . . Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,(Malang: Gandum Mas, 1991), 1152

[15] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008), 540

[16] . . . . . Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 1991), 552

[17] . . . . . Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1152

[18] A. Th. Kramer, Singa Telah Mengaum, (Jakarta: BPK-GM, 1987), 59-60

[19] . . . . . Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z, (Jakarta: YKBK/OMF, 2007),562

[20]Robert M.Peterson, Tafsiran Alkitab:Kitab Yeremia ,21

[21] Robert M.Peterson, Tafsiran Alkitab:Kitab Yeremia ,21

[22] Robert M.Peterson, Tafsiran Alkitab:Kitab Yeremia ,19

[23] Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary, (Malang: Gandum Mas, 2005), 568-570

[24] Rainer Scheunemann, Panduan Lengkap Penafsiran Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Yayasan ANDI,2008),8-9 

[25] Dianne Bergant dan Robert J. Karris, Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 556

[26]  . . . . Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1154

[27] W.S.Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta:BPK-GM, 2012,305

[28] . . . . . Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama , 556

[29] . . . . . . Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama,556

[30] Robert M.Peterson, Tafsiran Alkitab:Kitab Yeremia, Jakarta: BPK-GM,1983,48

Tags :

BPPPWG MENARA KRISTEN

KOMITMEN DALAM MELAYANI

PRO DEO ET EIUS CREATURAM

  • PRO DEO ET EIUS CREATURAM
  • COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
  • ORA ET LABORA

INFORMASI KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN
  • : Pdt Hendra C Manullang
  • : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
  • : crisvinh@gmail.com
  • : menarakristen@gmail.com
/UMUM

Post a Comment

Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim