Teologi Paulus Tentang Gereja Rumah Dalam Gereja Mula-Mula
I.
Pendahuluan
Sebelum Gereja berbentuk gedung dan
organisasi ternyata pada masa perkembangannya yaitu pada abad mula-mula
tidaklah memiliki konsep yang sama dengan gereja saat ini. Gereja saat ini hanya
berbentuk gedung dan organisasi sedangkan konsep
intimitas dan rasa saling memiliki serta perduli dengan sesama jemaat yang
ada pada konsep gereja mula-mula sudah tidak tampak lagi. Untuk itu kami penyaji akan
membahas mengenai gereja
rumah dalam gereja mula-mula yang dimana gereja ini merupakan cikal-bakal terbentuknya
gereja saat ini. Semoga sajian kita saat ini dapat menjawab dan menambah wawasan kita semua.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian
Gereja
Kata “Gereja” berasal dari kata
Portugis “igreya”, yang jika
mengingat akan cara pemakaiannya sekarang ini, adalah terjemahan dari bahasa
Yunani “kyriake”, yang berarti “yang
menjadi milik Tuhan”, kata kyriake ini juga dipakai sebagai sebutan bagi persekutuan
yang menjadi milik Tuhan, istilah baru dipakai pada zaman sesudah zaman para
Rasul, yaitu sebutan Gereja sebagai suatu lembaga dengan segala peraturannya.
Adapun yang dimaksud dengan “gereja adalah persekutuan para orang beriman.”[1]
Istilah Yunani ekklesia berarti pertemuan atau sidang. Kata ini umumnya dipakai
bagi sidang umum dari penduduk kota yang dikumpulkan secara resmi. Tidaklah
jelas apakah pemakaian ekklesia
secara Kristiani pada mulanya diambil dari pemakaian non-Yahudi atau dari
pemakaian Yahudi, tapi adalah pasti bahwa kata ini lebih mengandung arti
“pertemuan” daripada “organisasi” atau “masyarakat”.[2]
2.2. Pengertian
Rumah
Dalam arti umum, rumah adalah salah satu bangunan
yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu.
Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang
terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga,
hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain. Rumah dapat berfungsi sebagai: tempat untuk menikmati
kehidupan yang nyaman, tempat untuk beristirahat, tempat berkumpulnya keluarga
dan tempat untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat. Selebihnya, rumah berfungsi sebagai
tempat beraktivitas antara anggota keluarga atau teman, baik di dalam maupun di
luar rumah pekarangan.[3]
Jadi dapat disimpulkan bahwa rumah
adalah tempat tinggal atau tempat
berkumpulnya anggota keluarga. Dan secara Alkitabiah rumah itu digunakan untuk
pemberitaan Injil (Kis. 5:42; 20:20).
2.3. Pengertian
Gereja Rumah
Gereja rumah adalah
sebuah istilah tidak resmi untuk suatu kelompok kaum Kristen yang berkumpul
atau bersekutu bersama-sama baik reguler maupun spontan di sebuah rumah atau
tempat atau lapangan yang biasanya bukan untuk tempat ibadah resmi. Dalam
bahasa Inggris istilah ini adalah House
Church atau Home Church. Beberapa
gereja beribadah di rumah-rumah karena mereka belum atau tidak memiliki gedung
gereja konvensional; mereka ini biasanya tidak dianggap sebagai gereja rumah
karena pada akhirnya akan berpindah ke tempat yang tetap. Seringkali hal ini
dilakukan karena sulitnya mendapatkan izin membangun gedung gereja.
Beberapa
lainnya beribadah di rumah-rumah karena mereka lebih suka untuk lebih sering
melakukan ibadah secara informal, karena mereka percaya bahwa ini adalah sebuah
cara yang efektif untuk membentuk suatu komunitas dan bersekutu di tempat yang
belum terjangkau, atau kerena mereka percaya bahwa gereja-gereja yang lebih
kecil adalah sebuah pola gereja kerasulan pada abad pertama dan pola inilah
yang dimaksudkan oleh Kristus.[4]
2.3.1. Latar
belakang Gereja Rumah dalam Gereja Mula-mula
Tumbuhnya gereja pada tingkat
mula-mula dapat kita baca dalam Kisah Para Rasul yaitu sejarah gereja yang
pertama. Kitab ini berisikan tentang pekerjaan Tuhan yang dilakukan melalui
manusia yaitu rasul-rasul-Nya.[5]
Kisah Para Rasul sebenarnya tidak menceritakan kisah semua rasul hanya beberapa
dari mereka saja yang agak sering disebut, yakni Petrus dan Paulus serta
mengisahkan beberapa pemimpin Kristen mula-mula, seperti Filipus, Yohanes,
Yakobus saudara Yesus dan Stefanus.[6]
Pada abad mula-mula, tempat ibadah
gereja purba pada umumnya adalah rumah-rumah warga sendiri. Mereka belum sampai
pada pemikiran untuk mendirikan gedung khusus untuk ibadah. Orang Kristen asal Yahudi memang memakai sinagoge
untuk ibadah mereka. Tetapi orang non-Yahudi memakai rumah mereka untuk tempat
ibadah bersama. Jadi corak gereja dan peribadahan waktu itu lebih merupakan
gereja-rumah daripada gereja-jemaah yang bergedung khusus. Dan yang menjadi pusat ubadah saat itu adalah
jamuan makan bersama, yang membuat kedekatan semakin mantap ketika ibadah
diilakukan diruang makan keluarga.[7]
Gereja pada jaman para rasul
biasanya bertempat di rumah-rumah atau tempat-tempat tersendiri (privasi) di
lingkungan terbuka. Itu adalah sistem yang berlangsung sebelum dunia kemegahan
kekristenan mulai mendirikan gedung-gedung besar dengan alasan untuk lebih
mudah mengontrol umatnya, kemudian mendoktrinasi mereka dengan penyimpangan.
Gereja-gereja rumah didirikan berdekatan satu dengan yang lainnya, seperti
gereja yang dibentuk oleh Diakonis Febe dari Kengkrea di rumahnya, dimana dapat
dicapai dengan berjalan kaki dari Korintus, tempat gereja-gereja lain berada. Gereja Rumah yang pertama,
satu-satunya yang tetap ideal, adalah Gereja Rumah Adam dan Hawa. Mereka
menghadap Tuhan untuk beribadah setiap senja dan setiap Sabat. “Ketika mereka
mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada
waktu hari sejuk.” (Kej 3:8).
Berjalan dengan Tuhan adalah dasar
dari bentuk peribadatan. Selanjutnya diteruskan oleh Henokh (Kej.5:24) “Dan
Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah
diangkat oleh Allah.” Pertemuan keluarga harian ini dengan Allah untuk beribadah,
berjalan dengan Dia, adalah suatu persiapan untuk diangkat dari dunia ini pada
suatu hari dan bertemu dengan Tuhan di awan. Mereka yang hidup pada jaman
Henokh, yang meninggalkan bentuk peribadatan yang dimulai sejak Adam dan Hawa,
akhirnya musnah dalam banjir besar. Mereka yang selamat adalah mereka yang
tetap menjalankannya. (Kej.6:9) “Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang
benar dan tidak bercela diantara orang-orang sezamannya (inilah Gereja
Rumah/Gereja Keluarga), dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”[8]
2.3.2. Prinsip
gereja rumah
Gereja mula-mula berkumpul di rumah-rumah, inilah pola
Allah bagi gerejaNya. Ini merupakan pola penggembalaan dimana setiap anggota
saling memperhatikan, peduli, berkorban, melengkapi, terbuka, belajar dan
bertumbuh bersama. Bahkan strategi penginjilan Yesus adalah melalui rumah-rumah.
Dalam Matius 10:12-14,” Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam
kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya,
jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima
kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau
kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.”
Atau dalam Lukas 10:5-7,” Kalau kamu memasuki suatu
rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau
di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan
tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah
dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab
seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.”
Dasar yang
dipakai orang Kristen Mula-mula untuk melakukan ibadah dirumah ialah:
Kisah
Para Rasul 2:46 “Dengan bertekun dan dengan sehati
mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di
rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira
dan dengan tulus hati.”
Kisah
Para Rasul 5:42 Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran
mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil
tentang Yesus yang adalah Mesias.
Kisah
Para Rasul 8:3 Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan
ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke
luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
Kisah
Para Rasul 12:12 Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke
rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang
berkumpul dan berdoa.
Kisah
Para Rasul 16:40 Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke
rumah Lidia; dan setelah bertemu dengan saudara-saudara di situ dan
menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu.
Kisah
Para Rasul 20:20 Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa
yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di
muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu.
Roma
16:5 Salam juga kepada jemaat di rumah mereka. Salam
kepada Epenetus, saudara yang kukasihi, yang adalah buah pertama dari daerah
Asia untuk Kristus.
1
Korintus 16:19 Salam kepadamu dari Jemaat-jemaat di Asia Kecil.
Akwila, Priskila dan Jemaat di rumah mereka menyampaikan
berlimpah-limpah salam kepadamu.
Kolose
4:15 Sampaikan salam kami kepada saudara-saudara di Laodikia;
juga kepada Nimfa dan jemaat yang ada di rumahnya.
Filemon
1:1-2 Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan
dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami dan
kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan
kita dan kepada jemaat di rumahmu.
Pada dasarnya kata jemaat atau gereja selalu menunjuk
pada jemaat yang bertemu di rumah dan tidak menunjuk pada denominasi-denominasi
atau kelompok-kelompok gereja yang terorganisir ataupun pada bangunan-bangunan
gedung gereja. Kelihatannya Alkitab lebih banyak memberikan informasi tentang
gereja yang bertemu di rumah dari pada tentang gereja yang kita kenal sekarang
ini. Dalam Perjanjian Baru kita mengenal 3 ekspresi gereja yaitu Gereja
Universal-Tubuh Kristus (Mat 16:18), Gereja Lokal atau Kota (Wahyu 2:1,8,12, 18
; 3:1, 7, 14) dan Gereja yang bertemu di rumah-rumah ( Matius 18:15-20, Roma
16:5, dst).[9]
Adapun prinsip gereja rumah pada
gereja mula-mula ialah ada beberapa prinsip antara lain :[10]
- Gereja
didirikan atas dasar pengakuan rasul Petrus bahwa Yesus adalah anak Allah.
(Mat 16:16-18)
- Gereja
merupakan cermin yang dapat dipercaya dari kerajaan Allah di dunia. (Mat.
16:19)
- Gereja
menjaga kesederhanaan, bahkan pada beberapa waktu dirahasiakan, saat
sedang berperang dengan kerajaan setan di dunia ini. (Mat. 16:20)
- Gereja
berlandaskan pada rencana keselamatan dimana kematian dan kebangkitan
Yesus menjadi pokok utamanya. (Mat.16:21-23, 17:22-23).
- Gereja
menjadi sarana untuk berlatih penyangkalan diri yang diperlukan untuk
keselamatan. (Mat.16:24-26)
- Gereja
berlandaskan pada pengharapan akan kedatangan Yesus yang ke-2 kali.
(Mat.16:27-28)
- Gereja
merupakan pemikir dan pemberi pesan nubuatan, membawa kumpulan umatnya
terpapar dengan nubuatan wahyu dari surga. (Mat.17:1-9)
- Gereja
sebagai sarana yang digunakan oleh para anggotanya untuk berkomunikasi
dengan mereka yang telah diangkat ke surga seperti Henokh, Elia, dan
Kristus sendiri. (Mat.17:10-13)
- Gereja
sebagai sarana untuk curahan berkat surgawi kepada dunia melalui
pengajaran dan penyembuhan, ditunjang oleh doa dan puasa. (Mat.17:14-21)
- Gereja
bertindak secara bijaksana apa yang harus dilakukan untuk mencegah konflik
dengan Roma. (Mat.17:24-27)
- Prinsip
pokok dari suatu gereja adalah menjaga kerendahan hati, dan sikap yang
lembut terhadap mereka yang lebih rendah. (Mat.18:1-14)
- Gereja
sebagai sarana untuk mendamaikan perselisihan2, dan sudah menjadi
kewajiban untuk mengeluarkan mereka yang terlibat menyakiti saudara seiman
mereka.
- Gereja
dibentuk dari kegiatan 2 atau 3 orang yang berkumpul di dalam nama
Kristus. (Mat.18:18-20)
- Kristus
tidak nyata terlihat namun Ia secara personal akan hadir di tengah-tengah
kumpulan umat. (Mat.18:20)
- Gereja
sebagai sarana untuk pengampunan surgawi, dimana kesetaraannya tergantung
dari umatnya yang juga dapat saling mengampuni. (Mat.18:21-35)
Ke-15 prinsip Injil diatas adalah
penting bagi kerajaan Allah dimana Injil itu diberitakan. Jika salah satu
hilang, suatu institusi berkurang nilainya untuk menjadi gereja yang benar.
Gereja bukanlah suatu institusi turunan dari jaman para rasul, namun dibentuk
oleh Yesus Kristus sendiri, di mana
Ia hadir pada saat pembentukannya dan selalu hadir dalam setiap pertemuannya.
2.3.3. Apa
yang dilakukan di Gereja rumah?
Dari telah terhadap Perjanjian Baru
serta gereja mula-mula dan juga gereja-Gereja Rumah kontemporer, ada empat hal
yang menonjol. Keempat hal ini kelihatannya merupakan landasan bagi Gereja
Rumah sepanjang zaman.
1.
Meating
Perjanjian Baru mencatat hal ini
mengenai orang Kristen mula-mula: "Mereka memecahkan roti di rumah
masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan
tulus hati" (Kisah Para Rasul 2:46). Agaknya hal ini merupakan pengalaman
sehari-hari. Makan adalah tujuan utama dari pertemuan mereka. Paulus berkata,
"Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah
olehmu seorang akan yang lain" (1 Korintus 11:33). Makan merupakan hal
yang penting dalam perluasan Kerajaan Allah. Waktu Yesus mengutus
murid-murid-Nya berdua-dua (Lukas 10:1-8), Yesus menasihati mereka untuk
mencari orang yang cinta damai, serta "makan dan minumlah apa yang
diberikan orang kepadamu". Pada saat murid-murid itu mengakui kebutuhan
dasar mereka ialah makan semeja dengan tuan rumah mereka, mereka membagi hidup
dengan cara yang paling intim dan mendasar, dan secara profetis mengakui bahwa
mereka semua, sadar atau tidak, bergantung kepada Allah yang memberi makanan
setiap hari pada seluruh umat manusia. Sehingga, sebagai gantinya, mereka
menghidangkan roti hidup kepada sang tuan rumah.
2.
Saling mengajar untuk taat
Inti dari pengajaran adalah
"firman", kisah tentang Allah, Alkitab, apa yang telah Allah tentukan
untuk dinyatakan kepada kita tentang diri-Nya, tentang kita, tentang perjalanan
sejarah bumi, dan cara hidup (1 Tesalonika 4:1), sehingga kita dapat
menyesuaikan kisah kita ke dalam kisah-Nya yang adalah itu sendiri (His-story).
Inilah pengajaran sistematis terbaik, yang bukan sebuah paket pembelajaran yang
bertujuan menyampaikan dari A sampai Z-nya seperangkat doktrin kekristenan
versi sendiri kepada para murid. "Sistem" pengajaran yang asli
sifatnya relasional atau berdasarkan hubungan, yang dirancang sedemikian rupa
untuk menghasilkan seorang murid yang dewasa di dalam Kristus melalui roh yang
cepat taat serta suatu pelayanan yang membangun yang berorientasi pada karunia.
Gaya pengajaran ini dirancang untuk
menolong seseorang menjadi "pelaku Firman", mengajar mereka untuk
menaati segala sesuaatu yang telah diajarkan Yesus kepada kita (Matius 28:20).
Para ilmuwan mengakan bahwa kita dapat mengingat 10% dari yang kita baca, 20%
dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita dengar dan
lihat 70% dari apa yang kita katakan sendiri dan 90% dari apa yang kita
kerjakan sendiri. Hal ini merupakan latihan ilmiah sederhana yang baik, sama
baiknya dengan penatalayanan yang memiliki waktu dan tenaga pelaksana, untuk
menolong dan membangun orang lain mengekpresikan diri mereka, menjadikan mereka
terlibat, mengajar mereka untuk mengajar orang lain bagaimana secara praktis
menaati Kristus dalam kehidupan nyata, kehidupan sehari-sehari.
3.
Membagi berkat materi dan rohani
Orang Kristen Perjanjian Baru
membagikan kedua hal ini dalam Gereja Rumah-Gereja Rumah mereka: berkat-berkat
materi dan berkat rohani: "dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa
sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah
kepunyaan mereka bersama. Sebab
tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang
yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan
itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu
dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya" (Kis. 4:32-35).
Orang Kristen sadar bahwa mereka
bukan lagi milik mereka sendiri, melainkan milik Kristus, termasuk segala
kepunyaan mereka. Waktu orang Kristen berkumpul, mereka saling membagikan apa
pun yang mereka punyai, baik materi maupun rohani. Dalam prakteknya,
masing-masing Gereja Rumah memiliki dana umum, di mana setiap orang dari mereka
mendepositokan uang, pakaian dan barang-barang berharga. Setiap orang punya
sesuatu untuk dibagikan dan oleh karena itu setiap orang dapat melayani orang
lain. Hal ini membuat setiap orang sanggup menghargai dan menghormati saudara
seiman yang lain.
4.
Berdoa bersama
"Dan mereka selalu berkumpul
untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kisah Para Rasul 2:42). Doa merupakan
detak jantung hubungan antara anak-anak Allah dengan Bapa di sorga. Itu
sebabnya, setiap kali orang Kristen berkumpul, mereka akan saling mendoakan,
mendoakan pemerintahan, berdoa bagi perdamaian, datang ke hadapan Allah dengan
permohonan dan ucapan syukur, berdoa bagi orang-orang yang membenci mereka,
melakukan pengusiran setan dan berdoa untuk kesembuhan.
Dalam doa yang diajarkan Yesus
kepada kita, Ia mendorong kita untuk berdoa: "Ampunilah kami akan dosa
kami" (Lukas 11:4). Dalam sebuah keluarga yang saling membagi kehidupan,
tidak ada kesalahan yang disembunyikan dalam waktu lama. Sebuah keluarga
memiliki fasilitas untuk memantau dan mempertanggungjawabkan kehidupan
masing-masing secara sehat. Seperti itu pula, Gereja Rumah sebagai sebuah
keluarga rohani merupakan tempat ideal untuk saling mempertanggungjawabkan
tingkah laku, termasuk di dalamnya saling mengaku dosa. Dalam Yakobus 5:16
ditulis: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan,
supaya kamu sembuh." Pada saat orang saling mengaku dosa di hadapan orang
lain dan saling mengampuni (Kolose 3:13), dalam budaya mana pun, mereka
berhenti menjadi orang munafik, mematahkan kuasa dosa yang tersembunyi dalam
hidup mereka. Mereka mengakui kebutuhan mereka akan kasih karunia dan
pengampunan .... Mereka bertobat, bukan karena ingin menghindar dari
konsekuensi dosa, melainkan karena merasa malu atas apa yang telah
diperbuatnya. Hal ini juga akan menegakkan kembali sebuah disiplin gereja
(jemaat) yang sehat dan alamiah, seperti yang dikenal oleh gereja pada masa
Perjanjian Baru.[11]
2.4. Teologi
Paulus Tentang Gereja Rumah Pada Gereja Mula-Mula
Memang tidak ada ayat dari
surat-surat Paulus yang dengan jelas membahas atau menyinggung gereja rumah.
Dan Paulus tidak pernah memahami gereja sebagai gedung. Dimana gedung itu
dipakai sebagai tempat pertemuan jemaat untuk beribadah. Dan Paulus tidak
pernah menggunakan kata gereja. Dia selalu menggambarkan orang-orang yang
berkumpul itu sebagai jemaat. Dan istilaah gereja rumah yang digambarkan dalam
gereja mula-muka di pandang Paulus sebagai tempat ibadah yang digunakan orang
Kristen saat itu yang dimana Paulus juga tidak pernah memikirkan untuk mendirikan
bangunan sebagai tempat ibadah. Paulus dalam suratnya I Korintus ia menyatakan bahwa jemaat di
Korintus adalah bangunan Allah (IKor. 3:9), dan kemudian ia menyamakan dirinya
sebagai seorang ahli bangunan (I Kor. 3: 10), yang menarik perhatian pada satu-satunya dasar
yang diperbolehkan, yaitu Kristus sendiri. Hal
ini membawa Paulus untuk memikirkan. Gagasan mengenai rumah Allah (I Kor.
3:16). Keseluruhan orang-orang percaya pada suatu daerah dipandangnya sebagai
tempat kediaman Allah.[12]
Pewartaan Paulus di rumah-rumah
keluarga memperlihatkan bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan yang
pertama. Keluarga dilihat sebagai tempat pendidikan bagi anak-anak (Ef. 6:4).
Orang tua bertugas sebagai pem-bimbing utama di dalam mengarahkan, menuntun dan
memberikan pengertian dan pemahaman yang benar tentang sesuatu hal sesuai
kaidah-kaidah iman kristiani. Orang tua sebagai agen utama di dalam menumbuhkan
mengembangkan kehidupan anak-anaknya baik secara fisik, psikis, intelektual,
dan spiritual.
Strategi misi Paulus melanjutkan
babak baru yang dilakukan oleh Roh melalui Petrus, yakni membuka misi kepada
orang-orang bukan Yahudi. Orang-orang bukan Yahudi yang terdiri dari satu atau
beberapa keluarga itu dianggap sebagai sel yang penting bagi terbentuknya
Gereja. Maka, pantaslah kalau kita mencatat beberapa keluarga berikut: keluarga
usahawati Lidia, seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, dengan seisi
rumahnya dibaptis (Kis. 16:15); keluarga penjaga penjara di Filipi (Kis 16:15,
31-34); Stefanus, Krispus, Gayus di Korintus (1Kor 1:14-16; 16:15; Rom 16:23);
keluarga Priskila dan Aquila, keluarga Onesimus di Efesus (1Kor 16:19; 2Tim
1:16; 4:19); Filemon di Kolose (Flm 1 dstnya); keluarga Nimfa di Laodikia (Kol
4:15 dstnya); dan Aristobolus, Narsisus, dan orang-orang lain di Rom (Rom.
16:10 dstnya).
Dari teks-teks itu nampak bahwa
Gereja (ekklesia) bertumbuh dan berkembang dari perjumpaan di rumah (oikos)
umat itu sendiri. Itu berarti keluarga itu sendiri merupakan sebuah Gereja.
Keluarga merupakan sel yang dianggap sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan sebuah kelompok umat beriman yang lebih luas. [13]
III.
Refleksi Teologi
Bersekutu
merupakan salah satu dari beberapa tugas utama orang Kristen, yang untuk saat
ini kita lihat dilakukan dalam gedung gereja sebagai wadah atau tempat
persekutuannya. Namun perbedaan ini jelas terlihat antara gereja saat ini dan
gereja mula-mula, di mana pada masa gereja mula-mula kebiasaan persekutuan
dilakukan di rumah-rumah keluaraga bukanlah seperti saat ini yang lebih
menekankan bangunan yang besar dan megah. Dalam hal pemaknaan juga telah
terlihat berbeda, keintiman terjadi dalam gereja rumah lebih terlihat nilai
sosialnya dan pelayanannya seperti yang telah orang Yahudi lakukan berkumpul
bersama dan saling melayani satu dengan yang lain. Dalam hal persekutuan yang
benar bukanlah permasalahan gedung atau tempat peribadahan yang teduh, megah
dan menarik tetapi dasar dari persekutuan itulah yang utama yaitu Yesus Kristus
(1 Kor. 3:11). Dan persoalannya adalah bagaimana dalam satau persekutuan kita
dapat saling melayani dan melengkapi. Masihkah kita memiliki konsep bersama,
saling memiliki dan perduli terhadap sesama yang saling membutuhkan? Oleh sebab
itu sebagai jemaat Kristen masa kini kita harus menekankan konsep gereja
mula-mula yang lebih terlihat bentuk wujud kasih yaitu dalam hal saling berbagi. Sebab itu merupakan
dasar persekutuan
yang Alkitabiah yang seharusnya kita terapkan kini dan pada masa yang akan
datang, agar kosep persekutuan dan peribadahan kita tetap didasari Alkitabiah
seperti yang di inginkan oelh Yesus Kristus sebagai dasar iman dan persekutuan
yang benar. Dan tetaplah untuk melakukan persekutuan sebab Yesus pernah
mengajarkan pada murid-murid-Nya dalam Matius
18:20 “Sebab di mana dua atau tiga
orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
IV.
Kesimpulan
Pada abad mula-mula, tempat ibadah
gereja purba pada umumnya adalah rumah-rumah warga sendiri. Mereka belum sampai
pada pemikiran untuk mendirikan gedung khusus untuk ibadah. Orang Kristen asal Yahudi memang memakai sinagoge
untuk ibadah mereka. Tetapi orang non-Yahudi memakai rumah mereka untuk tempat
ibadah bersama. Jadi corak gereja dan peribadahan waktu itu lebih merupakan
gereja-rumah daripada gereja-jemaah yang bergedung khusus. Dan yang menjadi pusat ubadah saat itu adalah
jamuan makan bersama, yang membuat kedekatan semakin mantap ketika ibadah
diilakukan diruang makan keluarga.
Dan Paulus sendiri melakukan
Pewartaan Injil di rumah-rumah keluarga dimana menurut Paulus hal ini
memperlihatkan bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama. Dan istilah gereja rumah digunakan untuk
menunjukkan bahwa sebelum adanya gedung gereja sebagai tempat ibadah bagi
jemaat mula-mula mereka melakukan ibadah di rumah. Itulah sebabnya ada istilah
gerja rumah pada gereja mula-mula.
V.
Daftar Pustaka
Bolkestein,
Asas-asas Hukum Gereja, Jakarta:BPK-GM,
1956
Drane,
John, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK-GM,2001
Guthrie,
Donald, Teologi Perjanjian Baru 3: Ekklesiologi, Eskatologi, Etika, Jakarta:
BPK-GM, 2009
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2009
Hort,
F.J.A, “Gereja”dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L,
J. Douglas (ed.), Jakarta: YKBK/OMF, 2008
Wahono,
Wismoadi, Disini Ku Temukan, Jakarta:
BPK-GM, 2010
Sumber Internet
http://www.worldslastchance.com/practical-godliness/home-churches-bahassa.html,
diakses tanggal 07 November 2013
https://sites.google.com/site/simplechurchindonesia/apakah-gereja,
diakses tanggal 07 November 2013
http://misi.sabda.org/apakah-gereja-rumah-itu,
diakses tnggal 07 November 2013
http://biblikaindonesia.blogspot.com/2011/03/keluarga-dalam-perjanjian-baru-alfons.html,
diakses tanggal 07 Noember 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah,
diakses 7 November 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_rumah,
diakses tanggal 7 November 2013
[1] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2009),
362
[2] F.J.A Hort, “Gereja”dalam Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, J. Douglas (ed.), (Jakarta: YKBK/OMF, 2008),
334
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah,
diakses 7 November 2013
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_rumah,
diakses tanggal 7 November 2013
[5] Bolkestein, Asas-asas Hukum Gereja, (Jakarta:BPK-GM, 1956), 28
[6] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM,2001), 275
[7] Wismoadi Wahono, Disini Ku Temukan, (Jakarta: BPK-GM,
2010), 460
[8] http://www.worldslastchance.com/practical-godliness/home-churches-bahassa.html,
diakses tanggal 07 November 2013
[9] https://sites.google.com/site/simplechurchindonesia/apakah-gereja,
diakses tanggal 07 November 2013
[10] http://www.worldslastchance.com/practical-godliness/home-churches-bahassa.html,
diakses tanggal 07 November 2013
[11] http://misi.sabda.org/apakah-gereja-rumah-itu,
diakses tnggal 07 November 2013
[12] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Ekklesiologi,
Eskatologi, Etika, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 74
[13] http://biblikaindonesia.blogspot.com/2011/03/keluarga-dalam-perjanjian-baru-alfons.html,
diakses tanggal 07 Noember 2013
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment