Teologi Paulus tentang Laki-laki dan Perempuan
I.
Pendahuluan
Dalam perjalanan manusia, terkadang ada diskriminasi antara
laki-laki dan perempuan. Dimana anggapan bahwa laki-laki mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan. Tetapi pandangan tersebut sangat berbeda
dengan pandangan Paulus. Dimana dia menagatakan bahwa laki-laki dan perempuan
mempunyai hak dan kedudukan yang sama dihadapan Allah. Hal itulah yang akan saya coba untuk memaparkannya mengenai teologi Paulus tentang laki-laki dan
perempuan.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Gender
Istilah Gender dalam bahasa Inggris yang artinya Jenis kelamin.[1]
Gender adalah seperangkat peran yang seperti halnya kostum dan topeng di
teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminim dan maskulin.[2]
Kata-kata benda dalam bahasa Inggris digolongkan menurut gender maskulin,
feminim, dan netral. Dalam bahasa Indonesia tidak ada kosa kata yang
membedakan antara jenis kelamin. Dengan demikian untuk membedakan konsep gender
haruslah dibedakan antara gender dan sex. Pembagian dua jenis kelamin manusia
yang ditentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelamin tertentu.
Sementara konsep gender adalah cara memandang, menilai, dan menentukan sikap
baik pada laki-laki maupun pada perempuan yang dibentuk secara sosial maupun
budaya.[3]
2.2.Latar belakang
Gender
Perangkat perilaku khusus ini yang mencakup penampilan pakaian,
sikap, kepribadian, seksualitas, dan tanggung jawab dalam keluarga dan lain
sebagainya secara bersama memoles peran gender.[4]
Pengertian dari gender lainnya adalah laki-laki dan perempuan dalam hubungan
nya dengan peranan dan fungsi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
berabad-abad lamanya gender dipahami sebagai klasifikasi status sosial dan
identifikasi kelayakan atau kemampuan berdasarkan jenis kelamin.[5]
Dalam upaya meluruskan pemahaman bahwa harkat dan martabat manusia, laki-laki
dan perempuan adalah setara pada beberapa abad terakhir ini, diskusi kesetaraan
gender merupakan agenda bersama kaum laki-laki dan perempuan. Gerakan Feminisme
dimulai sejak abad- 15 melakukan berbagai koreksi, misalnya dengan
menghilangkan dominasi dan keutamaan laki-laki dan perempuan, bidang pekerjaan
yang sebelumnya khusus untuk laki-laki telah boleh diemban oleh kaum perempuan.
Gerakan ini disambut baik di kalangan gereja dan teolog, sehingga lahirlah
Teologi Feminisme yang merupakan bagian dari Teologi Pembebasan.[6]
Dalam pandangan Luther tentang perempuan, di satu pihak Ia memuji
perempuan namun di pihak lain Ia memandang perempuan rendah di
kaumnya. Luther sangat menentang hidup selibat, serta berusaha melepaskan
perempuan dari pelecehan dan kebencian yang berlaku pada zaman Skolastik.
Menurutnya perempuan adalah teman terbaik untuk hidup. Mereka memiliki kisah
karena diciptakan untuk melahirkan, menyenangkan suami dan berbelas kasihan.[7]
2.3.Pengertian
Laki-laki dan Perempuan
2.3.1.
Pengertian Laki-laki
Dalam KBBI,
laki-laki adalah orang atau manusia yang mempunyai zakar, kalau dewasa
mempunyai jakun dan ada kalanya kumis. Kata laki-laki disejajarkan atau
disamakan dengan kata pribadi (laki-laki dewasa). Kata atau sebutan laki-laki
dalam kehidupan kita sehari-hari dipergunakan untuk membedakan jenis kelamin
manusia, atau dapat dikatakan membedakan antara laki-laki dan perempuan secara
seksualitas. Pemaknaan kata laki-laki sering juga diidentikkan dengan sifat
pemberani di dalam dirinya. Dan juga tanggung jawab seorang laki-laki dalam
kehidupannya yaitu sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk
memenuhi dan memperhatikan kebutuhan anggota keluarganya.[8]
2.3.2.
Pengertian perempuan
Pengertian perempuan secara umum adalah orang atau manusia yang
dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Wanita sering juga
disamakan dengan perempuan, yang dimana wanita adalah perempuan dewasa. Istilah
perempuan berasal dari bahasa melayu “
Empu” yang artinya Ibu dan “ Puan”
bentuk feminisme dari kata Tuan, yang berarti dalam “ yang diempukan,
dituankan, yang dihormati”, sedangkan istilah wanita berasal dari bahasa
Sansekerta yang berarti: “Elok dan
Cantik”. Citera perempuan pada umumnya adalah seorang yang berperangai
halus, tabah, sabar, penyayang, bersifat keibuan, patuh, dan suka mengalah,
dll.[9]
2.4.Status
Laki-laki dan Perempuan
2.4.1.
Dalam Persfektif Yunani
Bagi orang Yunani status dan kedudukan Perempuan sangat direndahkan.
Perempuan dianggap sebagai kelas yang lebih rendah dibanding dengan kaum
laki-laki. Dan bahkan pernah terjadi kira-kira 475-425 sM seorang wanita Yunani
tidak boleh menampakkan wajahnya keluar rumah dari jendela atau pintu rumah
mereka.[10]
Karena itu wanita Yunani cenderung menjadi yang paling terpencil, mereka hanya
bisa menampakkan diri dan meninggalkan rumah hanya untuk menimba air dan
berdagang di pasar.[11]
Ada juga sebuah puisi yang merendahkan status perempuan yaitu: Kita
sebagai wanita tidak boleh keluar rumah sesuka hati, tetapi kita harus menunggu
laki-laki kita. Istri tidak boleh menceraikan suaminya, sedangkan suami dapat
menceraikan istrinya kapan saja. Jadi sejak dini perlakuan terhadap anak
perempuan Yunani sangat diskriminatif. Misalnya laki-laki diawasi dan dijaga
dengan ketat, disekolahkan, diajari untuk membaca dan menulis, dibekali
pendidikan: puisi, musik, dan juga gymnastik. Sedangkan anak perempuan tidak
disekolahkan, dan hanya tinggal di rumah saja. Contoh lain yang merendahkan perempuan
yaitu pikiran perempuan adalah jahat, pikirannya penuh dengan tipu muslihat,
hatinya tidak murni. Wanita dicela sebagai pembawa dosa kedunia ini, perempuan
tidak dapat dipercaya. Oleh sebab itu perempuan tidak punya status sosial
apa-apa. Bila seorang ibu melahirkan anak laki-laki sangat disambut dengan suka
cita, maka dia dibiarkan hidup, tetapi sebaliknya bila perempuan yang lahir
maka terkadang akan dibunuh. Jadi perlakuan sejak dini hingga dewasa terhadap
wanita sangat direndahkan. Bahkan perempuan tidak punya sosial apa-apa. Semua
ini menunjukkan bahwa perempuan dimata orang Yunani sangat diskriminatif.[12]
2.4.2.
Dalam Persfektif Yahudi
Dalam masyarakat Yahudi, perempuan berbeda dengan laki-laki dalam
hak dan peran. Perbedaan dalam kehidupan sehari-hari antara laki-laki dan
perempuan yang terlalu ekstrim terhadap perempuan yang mengatakan bahwa diri
perempuan itu tidak baik. Peran penting dari perempuan Yahudi hanya terbatas
pada lingkungan keluarga saja. Peran ini dijadikan dalam kedudukannya sebagai
ibu/istri. Oleh sebab itu perempuan dituntut untuk berperan di dalam rumah
tangga, mengurus keluarga. Tugas seorang istri hanya ditugaskan di dalam rumah
saja yaitu untuk menggiling tepung, membakar roti, mencuci pakaian, menyusui
anak, membereskan tempat tidur, merajut pakaian. Dapat juga dilihat bahwa
perempuan tidak mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Di dalam budaya
Patriakal, Israel membatasi hak perempuan, sebab Ia dianggap sebagai milik
ayahnya dan kemudian milik suaminya. Sebagai istri dituntut untuk setia kepada
suaminya. Ia terikat untuk melayani dan dan menaati suaminya, serta menyerahkan
segala pendapatannya dan hasil hartanya kepada suaminya, sehingga perempuan
hampir tidak memiliki apa-apa. Seorang ayah juga bisa menjual anaknya sebagai
jaminan dan dapat menyerahkannya sebagai perkawinan.[13]
Status dan kedudukan perempuan dalam budaya Yahudi memperlihatkan status perempuan lebih rendah dari pada laki-laki. Perempuan disejajarkan dengan
anak-anak dan budak. Bahkan ada tiga doksologi yang diucapkan oleh orang Yahudi
yaitu: Terpujilah Allah bahwa tidak melahirkan aku sebagai seorang kafir,
terpujilah Tuhan karena tidak menjadikan aku sebagai seorang wanita, terpujilah
Allah karena tidak menciptakan aku sebagai orang yang bodoh dan dungu. Semua
hal tersebut menjadi sebuah contoh perendahan harkat dan martabat wanita.
Demikian juga bila dikaitkan dengan keluarga, kalau seorang ibu melahirkan
seorang anak perempuan, maka sama halnya dengan bangsa Yunani diman mereka
sangat menyesalkan hal itu dan bahkan menganggapnya sebagai kesedihan.[14]
2.4.3.
Dalam Persfektif Romawi
Di lingkungan Romawi juga masih ada pembatas antara laki-laki dan
perempuan. Bila seorang perempuan menikah dengan seorang pria Romawi, maka
sesuai dengan hukum istri ini menjadi milik suami seutuhnya termasuk harta
benda sang istri. Kuasa para suami orang Romawi sangat kejam dan punya kuasa
yang luar bisa. Wanita juga tidak diperbolehkan untuk berbicara di depan umum,
oleh karena itu yang menjadi anggota senat, hakim, dan pegawai di pemerintahan
hanyalah laki-laki. Sehingga istri harus tunduk dan posisinya lebih rendah dari
pada suami, yang dapat diperlakukan seenaknya saja. Dalam hal pendidikan anak
laki-laki maupun perempuan hingga usia 12 tahun dapat kesempatan untuk mendapat
pendidikan yang sama. Tetapi setelah usia 12 tahun, anak laki-laki dan
perempuan dipisahkan, dimana anak laki-laki dapat melanjut dibawah pengajaran
guru.[15]
Tetapi walaupun demikian, posisi seorang wanita Romawi sudah menikmati
kebebasan jauh lebih besar dari pada wanita Yunani dan mungkin terlibat dalam
kegiatan yang lebih luas dibandingkan dengan wanita Yunani. Perempuan dipaksa
untuk mencari cara-cara baru untuk mengisi waktu mereka dan untuk menempatkan
makna dalam kehidupan mereka. Meskipun mungkin mereka berpartisipasi dalam
aspek masyarakat tertentu. Wanita di kalangan Romawi juga terikat sepanjang
hidup mereka kepada pelindung laki-laki.[16]
2.4.4.
Dalam Persfektif Alkitab
Persfektif Alkitab tentang laki-laki dan perempuan sangat berbeda
dengan persfektif orang Yahudi, Yunani, maupun Romawi. Dalam Injil Sinoptik,
yaitu menengenai sikap Yesus tentang laki-laki dan perempuan. Dalam kitab-kitab
Injil tidak ada petunjuk bahwa Yesus dalam pengajaran dan perbuatan-Nya
memperlihatkan sikap perempuan lebih rendah dari pada laki-laki.[17]
Bahwa Yesus
tidak ada mengatakan bahwa perempuan sebagai pihak yang margin (pinggiran),
tetapi tetap menempatkan perempuan sebagai bagian yang integral dalam
pelayanan-Nya. Yesus telah memberi contoh yang abadi bagi manusia (laki-laki
dan perempuan), bahwa sesungguhnya laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan
satu sama lain. Dalam catatan Injil Sinoptik mengenai pelayanan Yesus, terdapat
banyak keterangan yang memperlihatkan apa yang mungkin dapat disebut
memanusiakan sikap laki-laki dan perempuan. Keterangan-keterangan yang
memperlihatkan baik Yesus maupun penulis-penulis kitab-kitab Injil mengakui
kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Yang pertama kisah kelahiran
Yesus, dimana seorang perempuan yang bernama Maria dipakai Allah untuk
menjelmakan diri-Nya ke dalam diri manusia. Kisah kelahiran Yesus didominasi
oleh kaum perempuan yaitu Maria dan Elisabet (Luk 1: 28 dst), hal ini memperlihatkan
bahwa pentingnya peranan perempuan. Dalam pelayanan Yesus juga tidak ada
membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan. Contohnya dalam hal
penyembuhan, ada secara khusus disebutkan bahwa Yesus menyembuhkan mereka,
seperti ibu mertua Petrus (Mat 8: 14-15, Mar 1: 29-31, Luk 4: 38-39), anak
perempuan seorang kepala rumah ibadat Yahudi dan perempuan yang mengalami
pendarahan (Mat 9: 18-26, Mar 5: 21-43, Luk 8: 41-56),anak gadis dari seorang
perempuan Kanaan (Mat 15: 22-28, Mar 7: 24-30) serta seorang perempuan yang
dirasuki roh (Luk 13: 10-17). Yesus juga membiarkan diri-Nya diminyaki oleh
seorang perempuan dan membela perempuan itu dari kecaman orang-orang Farisi
(Luk 7: 36-50). Dalam hal pernikahan juga Yesus mengatakan bahwa laki-laki dan
perempuan menjadi satu daging (Mat 19: 4), hal ini memperlihatkan kesamaan
kedudukan laki-laki dan perempuan. Dengan melibatkan perempuan dalam pelukisan
ajaran-Nya, Yesus menjelaskan bahwa mereka termasuk juga sebagai sasaran ajaran
itu, Ia menghormati perempuan, memperlakukannya setaraf dengan laki-laki,
menuntun norma-norma yang sama dari kedua kelamin itu dan menawarkan jalan
keselamatan yang sama kepada mereka.[18]
2.5.Laki-laki dalam
Perjanjian Baru
Di
dalam PB juga ditemukan beberapa penyebutan yang berbeda yang digunakan sebagai
sebutan terhadap laki-laki, dan sama juga halnya seperti dalam PL arti atau
pemaknaan akan sebutan Laki-laki dalam Perjanjian Baru
·
Presbuteros
Dalam PB kata Presbuteros digunakan sebanyak 65 kali. Misalnya
dalam Mat 15:2; Kis 23:14;Mark14:53. Dalam penggunaan presbuteros berfungsi
untuk menandakan umur laki-laki yang lebih tua, dan juga untuk menyatakan
perbandingan antara usia yang tua dan yang muda. Perbedaan usia menjadi suatu
hal yang penting dikarenakan, dalam kehidupan sehari-hari telah diakui bahwa “
suatu pengertian yang datang dari akal sehat adalah yang berasal dari yang
lebih tua. Oleh karena itu arti
sederhanannya kata ini adalah “ tua”. Dalam pembedaan dari istilah yang lain
untuk usia, bagian ini tidak memiliki implikasi yang negatif (dikaitkan dengan
kehilangan kekuatan fisik). Melainkan kata ini berisi hal-hal yang positif
sejak awal,di mana didalamnya dibangun oleh unsur-unsur yang mengarah kepada
sifat atau rasa hormat atau juga bersifat keagungan.[19]
2.6.Perempuan dalam
Perjanjian Baru
Perempuan
dalam perjanjian baru antara lain:
·
Perempuan di
pkai oleh Tuhan sebagai sarana juru selamat, yakni melalui Maria ibu Tuhan
Yesus (Mat 1:18-25, Luk 2:1-7)
·
Perempuan
bersama laki-laki disebut sebagai yang benar dihadapan Allah dan hidup menurut
sgala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat, mis: Elisabeth (luk
1:5-6)
·
Sebagai
pelayan, seperti Martha (Luk 10:40)
·
Perempuan
beroleh kesempatan untuk mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus sebagai mana
layaknya murid-murid Tuhan Yesus yang smuanya laki-laki. Tuhan Yesus menyebut
tindakan maria dari Bayi Tani (luk 10,39,42)
·
Perempuan turut
hadir diruangan atas, setelah menaikkan Tuhan Yesus Kesurga (kis 1:14)
·
Permpuan
sebagai saksi pertama atas kebangkitan Tuhan Yesus dan yang pertama meneruskan
brita itu adlah Maria Magdalena, Yohanes, dan Maria Ibu Yakobus (Mat 28:1-8,
Luk 24:1-12, Yoh 20:1-10)[20]
2.7.Pandangan
Teologi Paulus Tentang Laki-laki dan Perempuan
Pandangan Paulus terhadap kedudukan laki-laki dan perempuan sangat
berbeda dengan pandangan orang-orang Yahudi, Yunani, dan Romawi pada saat itu.
Pemahaman Paulus tentang laki-laki dan perempuan dimulai dengan pemahamannya
bahwa manusia pertama, laki-laki dan perempuan diciptakan menurut gambar Allah
dan mereka saling melengkapi dan saling membutuhkan. Yang dimana Paulus
berpendapat bahwa diciptakan menurut gambar Allah bukan hanya berlaku kepada
laki-laki saja tetapi juga mencakup perempuan. Dalam II Korintus 3: 18, Paulus
mengatakan bahwa manusia mencerminkan kemuliaan Tuhan.[21]
Dalam surat-suratnya Paulus banyak menulis tentang kesetaraan laki-laki dan
perempuan. Di I Korintus dan I Timotius Paulus menulis tentang hubungan
laki-laki dan perempuan serta peran mereka dalam jemaat. Dalam I Korintus 3,
Paulus mengatakan bahwa laki-laki adalah kepala perempuan, dalam hal ini bukan
berarti ada kedudukan yang lebih tinggi dan lebih rendah atau ingin meninggikan
tetapi hal ini menunjukkan adanya hubungan yang saling melengkapi.[22]
Dalam surat Paulus yang lain terdapat juga ayat yang berisikan tentang hubungan
laki-laki dan perempuan yaitu dalam Efesus 5: 22-24, dimana dikatakan bahwa
istri tunduklah kepada suami, karena suami adalah kepala istri. Kata “ tunduk”
maksudnya adalah “ takut” seperti takut akan Kristus, tunduk di sini maksudnya
juga adalah hormat. Sedangkan untuk suami bukan mau mengatakan tentang kuasa
tetapi sebagai tanda wibawa.[23]
Paulus juga menasehati Timotius agar memperlakukan perempuan-perempuan
tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adik. Janda-janda yang
benar-benar janda diberikan penghormatan khusus (I Tim 5: 2-3). Di sini tidak
ada anggapan apapun bahwa laki-laki harus menguasai perempuan. Dalam I Korintus
11: 8-9 Pulus menekankan bahwa perempuan diciptakan karena laki-laki, dan dalam
Efesus 5: 31 Paulus menekankan bahwa keduanya menjadi satu daging. Dari kedua
penjelasan ini jelas bahwa Paulus tidak berpedoman pada landasan Hirarki
menurut jenis kelamin, tetapi Ia berpendapat bahwa masing-masing jenis saling
melengkapi. Sesungguhnya Ia mengatakan bahwa dalam Tuhan laki-laki dan
perempuan saling membutuhkan (I Kor 11:11-12).[24]
Puncak pandangan Paulus yang mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan itu sama
di hadapan Kristus. Keadaan “ di dalam Kristus” sesungguhnya mempengaruhi semua
hubungan kemanusiaan, tidak diragukan bahwa Paulus melihat bahwa melalui Injil,
prasangka-prasangka yang telah mendarah daging dihancurkan.[25] Pernyataan
Paulus dalam Galatia 3: 28 haruslah dititik beratkan supaya pengajarannya
mengenai kedudukan perempuan dihargai. Dan memang ayat ini harus dianggap
sebagai kunci untuk memahami pernyataan-pernyataan yang lain.[26]
III.
Refleksi Teologis
Manusia dicipptakan laki-laki dan
perempuan menurut gambar Allah (Kej 1:27), hal ini bererti tidak ada perbedaan
derajat dihadapan Allah karena keduanya sama-sama diciptakan menurut gambar
Allah. hal inilah yang hendaknya menjadi pegangan kita dalam memandang status laki-laki
dan perempuan, dimana tidak ada perbedaan dihadapan Allah. Hal ini jugalah
yang ditekankan oleh Paulus dalam teologinya mengenai hubungan laki-laki dan
perpempuanyaitu satu didalam Kristus. Ada beberapa kalangan yang mengatakan
bahwa harkat dan martabat perempuan itu berada dibawah laki-laki, pandangan
yang seperti inilah salah.
Memang laki-laki dan permpuan mempunyai perbedaan yang dimiliki, hal tersebut tidaklah menjadi dasar untuk melakukan penindasan, tetapi sebaliknya perbedaan itu haruslah disyukuri, karena perbedaaan itu indah dan hal itu merupakan sebuah ciptaan Allah yang begitu indah. Perbedaan itu terjadi supanya laki-laki dan permpuan saling melengkapi dan sa ling melengkapi tugas-tugasnya masing-masing. Dalam keluarga laki-laki atau suami disebut sebagai kepala rumah tangga yang menjadi pemimpin dirumah tangga, hal ini bukan berarti ada hak untuk memperlakukan istri sesuka hati, tetapi maksudnya disini kepala adalah yang mengayomi, melindungi keluarga. Jadi hendaklah diantara keduanya saling menghargai satu dengan yang lainnya dan sama-sama menyadari bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama mitra Allah dibumi. Saling melengkapi diantara keduanya, laki-laki membutuhkan permpuan dan perempuan juga membutuhkan laki-laki. Maka dengan kesadaran tersebut tidak aka nada lagi anggapan untuk saling merendahkan. Tetapi akan menyadari bahwa semuanya adalah satu di dalam Kristus, karena kesatuan itu membutuhkan suatu kesamaan idea tau pemikiran untuk mendatangkan suatu keharmonian seperti doa Yesus dalam (Yoh 17:21) semua menjadi satu.
IV.
Kesimpulan
Pemahaman bangsa Yahudi, Yunani dan
Romawi yang menganggap bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan berbeda, dimana kedudukan laki-lakilah yang
lebih tinggi, dan hal ini mengakibatkan ada penindasan terhadap kaum permpuan,
dan pembatasan hak permpuan tersebut. Tetapi pandangan tersebut sangat berbeda dengan
pandangan Allah dan Rasul Paulus tentang laki-laki dan perempuan, dimana
keduanya berpandangan bahwa laki-laki dan permpuan mempunyai kedudukan yang
sama dihadapan Kristus, dan keduanya adalah makhluk yang harus saling
melengkapi satu dengan yang lainnya. Tidak ada perbedaan laki-laki dan
perempuan, semuanya satu didalam kristus, hal inilah yang menjadi inti teologi
Paulus.
V.
Daftar Pustaka
A. Evans Craig & Stanley E. Poerter (ed), Dictionary of The new Testament Background,
(USA: Inter Varsity Press, 1989)
Cleves Mosse Julia Gender Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996)
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian
Baru III, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 106
Gerhard Kittel, Theological Exegetical
Dictionary of The New Testament Vol VI, (Michigan:Photolitho Printed, 1973)
Guthrie Donald , Teologi Perjanjian Baru I, (Jakarta: BPK-GM,1993)
Hommes Anne ,
Perubahan Peran Pria dan Wanita dalam Gereja dan Masyarakat, (Jakarta:
BPK-GM, 1995)
K.A. Kapalang Kaunang, Perempuan, (Jakarta: BPK-GM, 1993)
Lumbantobing Darmin, Teologi di Pasar bebas,
(Pematang Siantar: L-SAPA, 2007)
M. Beeching, “ Perempuan” Dalam
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Vol II M-Z, (Jakarta: YKBK/ OMF, 2011)
M. Echols John , dkk, Kamus Besar Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996)
O Ihromi T, Kajian Wanita dalam Pembangunan,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia)
Sipayung Jonriahman ,
Perempuan dalam Persfektif Alkitab, dalam Jurnal Tabernakel STT Abdi Sabda
Edisi XXVI, (Medan: STT Abdi Sabda, 2011)
T. Jacobs, Paulus Hidup, Karya dan
Teologinya, (Jakarta: BPK-BM, 1983)
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988)
W. R. F. Browning, Kamus Alkitab,
(Jakarta: BPK-GM, 2007)
[1] John M. Echols, dkk, Kamus Besar
Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), 265
[2] Julia Cleves Mosse, Gender
Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996), 3
[3] T. O Ihromi, Kajian Wanita dalam
Pembangunan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), 70
[4] Op. Cit, Julia Cleves Mosse, 3
[5] Darmin Lumbantobing, Teologi di
Pasar bebas, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2007), 307
[6] Ibid, 307-309
[7] Dikutip ulang dari Sikap dan
Pandangan Marthin Luther terhadap Perempuan ditinjau dari sudut Teologis,
Von Kurt Aland, Vol 9
[8] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988),627
[9] W. J. S. Poerwadarminta, Op.
Cit, 852
[10] Jonriahman Sipayung, Perempuan
dalam Persfektif Alkitab, dalam Jurnal Tabernakel STT Abdi Sabda Edisi
XXVI, (Medan: STT Abdi Sabda, 2011), 9
[11] Craig A. Evans & Stanley E. Poerter (ed), Dictionary of The new Testament Background, (USA: Inter Varsity
Press, 1989), 1276
[12] Jonriahman Sipayung, Op Cit.,
9-11
[13] Anne, Hommes, Perubahan Peran
Pria dan Wanita dalam Gereja dan Masyarakat, (Jakarta: BPK-GM, 1995), 517
[14] Jonriahman Sipayung, Op. Cit.,13
[15] Ibid, 11-12
[16] Craig A. Evans & Stanley E. Poerter, Op. Cit, 1277
[17] W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 344
[18] M. Beeching, “ Perempuan” Dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Vol II
M-Z, (Jakarta: YKBK/ OMF, 2011), 240
[19] Gerhard Kittel,
Theological Exegetical Dictionary of The New Testament Vol VI, (Michigan:Photolitho
Printed, 1973), 652
[20] K.A. Kapalang Kaunang, Perempuan,
(Jakarta: BPK-GM, 1993), 54
[21] Donald Guthrie, Teologi
Perjanjian Baru I, (Jakarta: BPK-GM,1993), 155-158
[22] Anne Hommes, Op. Cit, 69
[23] T. Jacobs, Paulus Hidup, Karya dan Teologinya, (Jakarta: BPK-BM,
1983), 371-374
[24] Donald Guthrie, Op. Cit,
187-188
[25] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru III, (Jakarta: BPK-GM, 2011),
106
[26] Donald Guthrie, Ibid, 106
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment