Perubahan Sosial dan Modernisasi
I.
Pendahuluan
Dalam kalangan sosiologis masalah perubahan sosial dianggap sebagai topik
yang penting.
Untuk mengetahui dengan teliti faktor–faktor penyebab,
akibat–akibat yang di timbulkan.Sehigga individu maupun kelompok mampu
menanggulangi setiap permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial didefenisikan sebagai
perbedaan keadaaan yang berarti dalam unsur masyarakat dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya.[1]
Perubahan sosial merupakan proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat
serta semua unsur–unsur budaya dan sistem–sistem sosial, dimana semua tingkat
kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur–unsur
eksternal meninggalkan pola–pola kehidupan,
budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan
pola–pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.[2]Perubahan–perunahan
bukanlah semata–mata berarti suatu kemajuan namun dapat pula berarti kemunduran
dari bidang–bidang kehidupan tertentu, pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat
ke bagian--bagian dunia berkat adanya komunikasi modern.[3]
2.1.1.
Aspek Yang Mempengaruhi Perubahan
Sosial
2.1.1.1.
Perubahan Struktural
Kedudukan sosial yang semula terususun menurut skema tingkatan–tingkatan,
yang dahulu di terima masyarakat, ternyata mengalami perubahan besar dan
membawa akibat panjang dalam masyarakat yang bersangkutan.[4]
2.1.1.2.
Perubahan Pola–Pola Kelakuan
Pola kelakuan yang dahulu didasarkan pada norma yang mengatur hubungan
antara orangtua dengan anak, hubungan atasan dengan bawahan, cara–cara
penyampaian perintah dari pemimpin kepada yang dipimpin.[5]
Conohnya sikap terhadap pekerjaan bahwa konsep dan pola pikir lama tentang
pekerjaan adalah sektor formal dan informal, sehingga dengan demikian, maka
bekerja tidak saja bekerja di sektor formal, melainkan dimana saja yang penting
yang mampu menghasilkan.[6]
2.1.1.3.
Perubahan Nilai – Nilai Sosial
Nilai–nilai sosial disusun secara vertikal, nilai Ketuhanan dan agama yang
menduduki tempat tertinggi.Nilai–nilai manusia di tempatkan pada titik sentral
dan di jadikan dasar baru bagi relasi yang serba horizontal. Ini berarti manusia dijadikan titik orientasi dalam penyusunan nilai–nilai
sosial yang di hargai.[7]
2.1.2. Jenis–jenis Perubahan Sosial
a.
Perubahan Berulang
b.
Perubahan Pembaharuan
c.
Perubahan Hakiki dan Perubahan Jumlah
d.
Perubahan Siklis
e.
Perubahan Terencana dan Perubahn Tidak Terencana
f.
Perubahan Progresif dan Perubahan Regresif.[8]
2.1.3. Ciri – Ciri Timbulnya
Perubahan Sosial
a.
Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembanganya,
karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau
secara cepat.
b.
Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan
tertentu, akan diikuti dengan perubahan–perubahan pada lembaga sosial lainya,
karena lembaga–lembaga sosial tadi sifatnya interdependent (saling bergantung),
maka sulit untuk mengisolasi perubahan pada lembaga–lembaga sosial tertentu.
Proses awal dan proses–proses selanjutnya merupakan suatu mata rantai.
c.
Perubahan–perubahan sosial yang cepat biasanya
mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam
proses penyesuaian diri.
d.
Perubahan–perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang
kebendaan atau bidang spiritual saja, karena ke dua bidang tersebut mempunyai
kaitan timbal balik yang sangat kuat.[9]
2.1.4. Faktor – faktor Yang
Menyebabkan Perubahan Sosial
a.
Bertambahnya atau berkurangnya penduduk, pertambahan
penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
masyarakat, terutama lembaga–lembaga
kemasyarakatan. Berkurangnya penduduk mungkin di sebabkan berpindahnya penduduk
dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain. Perpindahan tersebut
mengakibatkan kekosongan, misalnya dalam pembagian kerja dan stratifikasi
sosial.
b. Penemuan–penemuan baru, suatu proses sosial yang besar, tetapi terjadi
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, adalah inovasi. Proses tersebut
meliputi suatu penemuan baru, jalanya unsur
kebudayaan baru yang tersebar dalam masyarakat, keinginan akan kualitas juga
merupakan pendorong bagi terciptanya penemuan–penemuan baru. Keinginan untuk
mempertinggi kualitas suatu karya merupakan pendorong untuk meneliti
kemungkinan–kemungkinan ciptaan baru.
c. Pertentangan masyarakat, pertentangan–pertentangan mungkin terjadi
antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok dengan kelompok.
Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi antara generasi tua dengan generasi
muda. Pertentangan demikian itu kerap kali terjadi apalagi pada masyarakat yang
sedang berkembang dari tahap tradisional ke tahap modern. Generasi muda yang
belum terbentuk kepribadianya, lebih mudah menerima unsur–unsur kebudayaan
asing, yang dalam beberapa hal mempunyai taraf yang lebih tinggi. Keadaan
demikian menimbulkan perubahan dalam masyarakat.[10]
2.1.5. Faktor- Faktor Yang Menghambat
Perubahan Sosial
a.
Kurangnya hubungan denan masyarakat lain
b.
Perkembanagn ilmu pegetahuan yang terlambat
c.
Sikap masyarakat yang sangat tradisional
d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
f.
Sikap
masyarakat yang tertutup
g. Rasa takut akan memudarnya nilai luhur sebuah adat dan kebudayaan
h. Adanya penilain masyarakat bahwa hidup ini pada hakikatnya adalah buruk
dan tidak mungkin untuk diperbaki.[11]
2.2.
Pengertian Modernisasi
Modernisasi
adalah suatu proses transformasi suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek–aspeknya.[12] Modernisasi merupakan proses dengan mana
individu berubaah dari dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup yang lebih
kompleks dan menuju secara teknologi serta cepat berubah.[13]
2.3.
Jenis–jenis Modernisasi
2.3.1. Modernisasi Ekonomi
Perkembangan prasangka terhadap perubahan atau kemajuan ekonomi yang ditandai oleh tingginya tingkat konsumsi dan
standar hidup, revolusi teknologi, intensitas modal yang makin besar dan
organisasi birokrasi yang rasional, disamakan dengan modernisasi ekonomi. Modernisasi ekonomi mencakup
pembentukan sistem pertukaran moneter, peningkatan tingkat skill yang dibutuhkan
melalui kecanggihan teknologi, mekanisasi,
otomasi, dan akibat perpindahan tenaga kerja, estimasi/penghitungan biaya
secara rasional, pola-pola tabungan, investasi, perihal bisnis, pemasaran,
produksi pabrik, mobilitas tenaga kerja, distribusi barang-barang, dan karakteristik
masyarakat untuk bersifat konsumeristik pada era kehidupan yang manusia secara
bertahap (step by step).
2.3.1.1.
Tahapan proses modernisasi
1. Tahap domestik idenpenden (perekonomian
rumah tangga).
Peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat masih berada pada sektor dan unit terkecil, yakni rumah tangga, yang menjadi wadah dasar
dalam mengembangkan dan memjukan suatu usaha yang masih berkonsentrasi pada
sistem ekonomi sederhana, dan usaha-usaha berbau mikro dan
makro hanya dalm konteks perseorangan, belum ada menjalin hubungan secara kelompok dagang.
2.
Perekonomian kota
Beranjak dari kegiatan sektor ekonomi yang
berpusat pada kemandirian secara peroranagan, sistem perekonomian kota
merupakan sebuah tatanan kemasyarakatan yang bergerak pada bidang investasi
secara berkelompok, produksi pabrik, pemasaran yang berkontributif, serta
distribusi secara ingroup dilakukan
oleh para kelompok dagang yang melakukan kerja sama atau kontrak kerja. Sistem
perekonomian perkotaan yang dibangun dan dirancang oleh para pengusaha dan
aparat pemerintahan meupakan kerjasama yang membangun dan menata kehupan
masyarakat, di segala bidang kehidupan yang dikelola secara sistematis, dalam
tata kelola administrasi dan birokrasi perkotaan.
3.
Perekonomian
nasional
sistem perekonomian nasional meruapakan lanjutan dari tahap perekonomian
perkotaan. Perkonomian ini lebih menuju pada perkembanagan infrastruktur
Negara, bahkan kemajuan sebuah negara yang mengedepankan kepentingan publik berdasrkan tata administaratif dan birokratif yang telah dicanangkan
negara dengan berbagai program dan rancangan negara tersebut untuk masa depan
pubilk secara nasional.[14]
2.3.2. Modernisasi Sosial
Modernisasi
sosial merupakan perubahan pola hidup masyarakat akibat dari kemajuan,
perkembanagan zaman yang bergerak di seluruh kehidupan manusia. Modernisasi sosial meliputi perubahan dalam atribut-atribut sistemik,
pola-pola kelembagaan, dan peranan-peranan status dalam struktur sosial
masyarakat yang sedang berkembang.[15] Unsur-unsur pokok modernisasi sosial mencakup perubahan sosial yang
terencana, sekularisme, perubahan sikap, tingkah lalu, pengeluaran (belanja),
pendidikan umum yang berat, revolusi pengetahuan melaui perluasan sarana
komunikasi, dan instrument hubungan-hubungan sosial.[16]
2.3.2.1. Modernisasi Politik
Perekonomian
yang modern memerlukan adanya masyarakat nasional dengan integrasi yang baik.Hal
ini berarti bahwa desa-desa, kota dan daerah-daerah itu terkait dalam suatu
hubungan Negara yang memungkinkan adanya lalu lintas orang dan barang secara
bebas. Hal ini berarti, bahwa ada satu pusat untuk memlihara keamanan dan
ketertiban dan bahwa ada keseragaman yang solid dalam sistem hukum. Integrasi
ini dimungkinkan, karena adanya kemajuan
teknik, sehingga membawa perluasan yang luar biasa dalam konteks lokal, nasional, regional, bahkan internasional, yang menuntut setiap
penduduk terlibat dalam kegiatan politik nasional. Dalam masyarakat modern
beban tugas pemerintah pusat itu luas sekali.Untuk melaksanakan tugas-tugas di
hampir semua bidang kehidupan itu, diperlukan suatu aparat birokratis yang
solid.[17]
2.4.
Relevansi Perubahan Sosial dan Gejala Modernisasi
Pola sikap, pola
pikir, tingkah laku dan gaya hidup manusia selalu membaur dalam kehidupan yang
semakin lama semakin maju, seiring berjalnnya waktu. Karena setiap kemajuan
yang ada di dalam dimensi kehidupan manusia tak lepas dari keterdinamikaan
yakni perubahan yang becirikhaskan kemajuan. Hal ini yang memicu manusia agar
senantiasa dapat menyesuaikan diri ketika ia diperhadapkan dengan kenyataan
hidup yang selalu ada unsur kemajuan. Kemajauan di bidang informasi dan
komunikasi yang berbasis teknologi memnungkinkan semakin cepatnya pertukaran data atau
informasi yang mempermudah pekerjaan manusia. Keadaan ini
memeras daya pikir manusia yang meskipun terbatas agar semaikin berupaya untuk
semakin maksimal di dalam mengelola dan menata kehidupan.[18]
Dalam bidang industri selalu ada penemuan baru dan
peralatan canggih yang menuntut manusai akan
bekerja lebih keras dalam memanfaatkan akal dan pikiran guna
perubahan tatanan dunia yang diharapkan semakin baik
untuk kedepannya. Estimasi biaya dan waktu yang menuntut manusia uantuk semakin
bijak dan
kritis dalam menghitung dan mengelola nilai output dan input biaya dan waktu kerja sebuah
perusahaan, agar tidak kalah saing dengan kongsi dagang lainnya.[19] Namun sebaliknya modernisasi
dalam kalangan masyarakat yang tidak berangkat dari perspektif intelektualitas,
tetapi hanya memilki status sebagai konsumeristik merupakan sebuah keadaan
dinamis yang mereduksi usaha untuk menjadi lebih produktif.[20].
Menyoroti perilaku manusia yang kerap kali terbuai oleh keadaan yakni hanya
menikamati segala sesuatu yang ia miliki, tanpa pernah untuk berpikir maju
bagaimana sbuah benda yang canggih itu bisa samapai dalam keadaan yang
sedemikian rupa di tangan si pemakai. Dalam masyarakat modern pola konsumsi dan
pola pemakaian produk dan jasa anggota masyarakat cenderung tinggi.[21] Proses modernisasi yang disambut dengan demikian akan menyebabkan perilaku
manusia lewat perubahan–perubahan di sekitarnya baik dalam bidang ekonomi,
politik industri, menjadi konsumeristik
bahkan mengacu pada perilaku hedonisme (hedonism
behavior).[22]Hal
ini lah yang memicu ketertinggalan proses pembangunan sebuah Negara akibat ulah
penduduk yang cenderung demikian apalagi jika sebuah Negara yang dihuni oleh
masyarakat yang memiliki tingkat kesadaran untuk menjadikan sebuah Negara
menjadi maju dalam proses pembangunan, bukan menjadikan moderinisasi sebagai
proses pembodohan dan berakhir pada
suatu situasi ketertinggalan.[23]
III.
Kesimpulan
Setiap
orang senantiasa berupaya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di
segala bidang kehidupan.Partisipasi dalam hal menentukan keputusan politik
mempermudah penyesuaian diri itu.Aspek-aspek masyarakat modern tercermn dalam
aspek-aspek tata kemasyarakatan yang sifatnya lebih umum, yaitu dalam struktur
sosial masyarakat berfugsi ntuk menata kehidupan masyarakat. Serta masyarakat
harus mampu menghadapi setiap perubahan yang selalu bergantian datang dalam
dunia maupun di lingkungan sekitar.
Mampu menyesuaikan diri dalam setiap perubahan yang datangnya silih berganti,
supaya setiap individu maupun kelompok
tidak terjebak dalam proses perubahan tersebut.
[1]D. Hendropuspito, Sosiologi
Sistematik, ( Yogyakarta: Kanisius, 1989), 256
[2]H.M. Burhan Bungin, Sosiologi
Komunikasi, ( Jakarta: Kencana, 2006), 91
[3]Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2000), 335
[4]D. Hendropuspito, Sosiologi Sistematik,
259
[5]Ibid, 261
[6]H. M. Burhan Bungin, Sosiologi
Komunikasi, 91
[8]Ibid, 262-263
[9]Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu
Pengantar, 343-344
[10]ibid, 352-358
[11]ibid, 365-366
[12] J. W. Schoorl, Modernisasi pengantar
sosiologi pembangunan Negara – Negara sedang berkembang,( jakarta:
Gramedia,1978), 1
[13]M. Francis Abraham, Modernisas di
dunia ketiga suatu teori umum pembangunan,( Yogyakarta: PT.
TIARA WACANA, 1991),5
[14]ibid, 6
[15]Ibid, 7
[16]Ibid, 8
[17]J.W.
Schrool, Modernisasi Pengantar Sosiologi
Pembangunan Negara – negara Sedang Berkembang, 3
[18]Belling dan Totten, Modernisasi Masalah Model Pembangunan, (Jakarta:
CV Rajawali, 1980), 33
[19]J.W. Schrool, Modernisasi, 3
[20]Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, 95
[21]J.W. Schrool, Modernisasi, 4
[22] Belling dan Totten, Modernisasi Masalah Model Pembangunan, ,34
[23] Hendropuspito, Sosiologi Sistematik,
294
Tags :
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment