-->

sosial media

Wednesday, 22 February 2023

BEDAH BUKU : TANGGAPAN KRITIS TERHADAP BUKU CHOAN SENG SONG “ ALLAH YANG TURUT MENDERITA”


I.          Pendahuluan

Dasar biblika penderitaan bagi Song, adalah pengalaman Paskah yang telah menghasilkan suatu perubahan dasariah. Penulis mengutip analisis Song mengatakan bahwa ada tiga ramalan penderitaan dalam Mrk 8:31 (Mat 16:21, Luk 9:22); 9:31 (Mat 17:21; Luk 17:21; Luk 9:44) dan 10:33-34 (Mat 20:18-19; Luk 18:32-43) sebagai kisah yang disusun ex eventu. Urut-urutan peristiwa yang berkaitan dengan penderitaan Yesus (sebagai manusia yang hidupnya dihina, dicaci-maki, dicambuk, disiksa, bahkan disalibkan. Penderitaan ini rasa sakit secara fisik) dalam nas-nas di atas, khususnya dalam bentuk yang paling terinci dalam Markus 1:33-34. Jeremias berkata,Berhubungan dengan begitu tepat dengan jalannya kisah penderitaan dan kisah Paskah, bahkan sampai rinciannya, hingga tak pelak lagi bahwa ramalan penderitaan ini adalah ringkasan dari penderitaan yang dirumuskan setelah kejadiannya.Penderitaan jabatan mesianis Yesus terkait dengan "Nyanyian-nyanyian TUHAN" dalam Yes 53. Dalam khotbah Pentakosta Petrus, Kristus yang disalibkan dan bangkit itu menjadi tema utama: kepadaNyalah seluruh perjalanan Israel yang dikisahkannya berlangsung (Kis 2:14-36). Kembali dalam percakapannya di serambi Salomo di kemudian hari, Petrus berkisah tentang "Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita sampai Mesias yang diutus-Nya harus menderita" (Kis 3:13-26).


II.        Penjelasan

            2.1. Koreksi terhadap dasar pemahaman Choan Seng Song

Song meletakkan Yesus sebagai pusat dari semua teologinya yang diaplikasikan dalam konteks filosofi Asia. Hal ini mengingatkan Karl Barth yang juga meletakkan Kristus sebagai central teologinya. Hanya saja Barth mengaplikasikan pada kehidupan Barat, sedangkan Song mengaplikasikan pada kehidupan Asia.

 

Penulis menilai Song dalam dua hal:

Pandangan positifnya oleh Penulis, Song menghindari teologia Barat. Penulis setuju, tetapi menghindari Barat dan berkonsentrasi pada Asia bukanlah hal yang negatif. Justru ini adalah tindakan yang berani mencari fenomena Asia, sehingga mau tidak mau Song harus jeli memperhatikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Asia.

Pandangan Kritis Penulis, Song mencoba mencari wilayah baru, sumber-sumber baru untuk membangun teologi Asia. Bagi penulis, membangun teologi baru tidak mungkin bisa dilepaskan dengan pengaruh teologi Barat, yang sudah sedemikian kuat mengakar dan berkembang di seluruh teologi dunia.Tapi, memang tidak gampang apa yang dilakukan oleh Song. Dalam kondisi ini Song mencoba menawarkan filosofi teologi "rakyat". Di sini penulis menilai bahwa teologi rakyat yang Song gunakan tidak saja berkata dalam teologi seseorang yang menjadi bagian rakyat, tetapi juga berkata bagaimana cara rakyat dapat mengerti teologi yang ditawarkan. Teologi rakyat juga bukan saja berkata mengenai agama saja tetapi juga berkata mengenai isu-isu kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Kontribusi teologi rakyat nyata dalam kehidupan sosial, politik. ekonomi, dan isu-isu etika.

Karakter teologi rakyat tergantung kepada dua tugas: metodologi dan bahannya. Metodologi ini berasal dari reaksi persoalan-persoalan hidup manusia, sedangkan materinya adalah isu-isu yang berkembang kepada masyarakat yang besar. Jadi, Song ingin masuk dalam persoalan-persoalan dasar kehidupan masyarakat.

            2.2. Koreksi terhadap Metode Pendekatan Choan Seng Song

Pendekatan yang dilakukan Song dengan konsep sosial politik bukanlah hal yang baru. Beberapa Teolog Barat juga telah melakukan apa yang dilakukan oleh Song. Pendekatan ini bagi Song bisa terjadi karena Yesus yang menderita dan mati di kayu salib itu. Penderitaan Yesus masuk dalam persoalan sosial, politik, etika, dan segala bidang kehidupan.

Pandangan positifnya oleh Penulis, di mana Yesus menjadi bagian sosial dalam jemaatNya. Sosial bukan hanya diartikan antara jemaat di gereja atau sesama orang Kristen, tetapi juga antara masyarakat pluralis. Jadi, memang Yesus menjadi dasar kesatuan sosial bahkan melalui Amanat AgungNya, orang-orang Kristen melakukan tugas menyebarkan Injil ke ujung dunia (Mat 28:9-20). Artinya, Yesus juga menghendaki masyarakat sosial mengenal Injil-Nya.

Pandangan Kritis Penulis, Yesus meski Ia menderita tidak mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk terlibat agama dengan politik (pemerintahan). Justru kehadiran Yesus yang menderita memisahkan diri-Nya sebagai bagian di luar pemerintahan - misalnya Yesus harus menjadi Raja - tetapi kehadiran-Nya sebagai pembebas. Sesuai dengan rencana Allah, Yesus telah hidup secara sempurna, tidak berdosa, dan sebagai penebusan atas dosa manusia dengan kematian-Nya di kayu salib. Jadi, kepada barang siapa yang menerima Kristus dengan iman, Allah mengaruniakan kebenaran Kristus. Jadi, bagi penulis sikap Song yang menggunakan istilah Yesus sebagai "Politik Salib" kurang setuju. Meski "politik Salib" mempunyai penekanan bahwa orang-orang Kristen memberikan kesaksian tentang Allah yang pengasih dan penyayang kepada dunia yang penuh kebencian dan konflik, menghindari kekerasan tetapi pengertian "politik" itu cukup negatif dan tidak teologis. Sementara penekanan "salib" adalah Yesus yang menderita. Jadi, perlu dipikirkan ulang menggunakan istilah tersebut.

Song telah melakukan kontekstualisasi pada masyarakat sosial dan politik di Asia, tapi ia telah terjebak pada penggeseran hakekat salib dan pemakaian istilah-istilah seperti istilah politik salib yang mempunyai konotatif negatif padahal isinya sangat positif dan Alkitabiah. Penulis melihat bahwa Song, bergerak pada nilai-nilai di luar Yesus sebagai penyelamat dan menolak wahyu khusus - Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan manusia. Song menggunakan wahyu umum seperti Barth untuk membuat model kontekstualisasi teologi Asia sehingga ia mentransposisi wahyu tidak dari Israel ke Asia melainkan dari Asia langsung ke Asia. Jadi, tidaklah heran bila Song menggunakan Alkitab sebagai motif-motif perjuangannya untuk menciptakan teologi Asia.


            2.3. Koreksi terhadap Teologi yang dibangun Choan Seng Song

Teologi Song memfokuskan pada satu sisi adalah biblika dengan metode eksposisi mengenai doktrin ciptaan, penebusan, inkarnasi. Lalu, diaplikasikan pada inkarnasi misi dalam areal budaya, sejarah, sosial, dan politik. Dasar pemikiran penderitaan yang dikerjakan oleh Song memang berdasarkan biblika yang kuat seperti eksegese Mrk 8:31; 9:31; dan 10:33-34, di mana Song menemukan bahwa Yesus mempunyai tugas utama sebagai penderita di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia. Dan penulis juga melihat penderitaan yang menjadi ciri khas orang Kristen (1 Pet 4:12-19) demi nama Yesus diaplikasikan oleh Song dalam konsep "teologi rakyat".

Pandangan positifnya oleh Penulis, penulis setuju apa yang dikonsepkan Song bahwa Yesus adalah dasar penderitaan bahkan bagi penulis apa yang dialami Yesus adalah penderitaan yang tertinggi dan tidak bisa disamakan dengan penderita yang dialami oleh manusia. Penderitaan itu jalan salib. Dan memang dari penderitaan ini terekspresikan dalam segala fenomena kehidupan yang sudah, sedang, atau akan terjadi pada setiap kehidupan manusia. Sehingga bila ekspresi salib itu sudah kita kuasai atau pahami, maka tidaklah sulit untuk menghargai apalagi untuk mempercayai Yesus sebagai Juruselamat manusia, khususnya diri sendiri yang bersangkutan.Salib Yesus merupakan jalan pendamaian. Pendamaian disediakan bagi semua orang. Pendamaian diterapkan (berlaku) kepada orang pilihan ketika mereka percaya. Pendamaian berkaitan dengan hukuman kekekalan. Salib Yesus mencakup pembebasan dan kutuk hukum dan dosa, perdamaian kembali dengan Allah. demikian pun perdamaian antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang kafir, damai sejahtera, sumber kehidupan. Salib telah menjadi pusat perhatian pemikiran Kristus serta pembebasan.


Pandangan Kritis Penulis, inti berita salib adalah Yesus sebagai penyelamat atau penebus dosa-dosa manusia. Hakekat penyaliban Yesus dan kematian Yesus adalah pintu dari penebusan dosa-dosa manusia ke dalam hidup kekal. Artinya, Kristus sebagai kalam menjadi manusia tidak tega melihat manusia berdosa mendapat kutukan dan hukuman karena dosanya. Di dalam Yesus Kristus, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita yang tidak dapat disampaikan menurut pewahyuan natural. Tapi, oleh Song inti berita ini diaplikasikan pada nilai-nilai yang jauh dari keselamatan misalnya aspek politik sehingga aplikasi ini masih bisa menjadi perdebatan yang berkepanjangan.

Jadi, meskipun teologi itu sudah bergeser pada tataan "perbuatan hidup yang baik" atau "menderita dalam Kristus" (1Pet 4:12-19), maka inti pesan penyelamatan itu tetap menjadi dasar bagi kerangka teologi itu. Penulis rasakan bahwa Song, bergerak pada nilai-nilai di luar Yesus sebagai penyelamat. Justru bila kita melihat 1 Ptr 4:12-19, maka tanda setiap orang Kristen harus meneladani Yesus yang menderita di kayu salib penebusan dosa, sehingga orang Kristen hidup menderita untuk sebagai saksi dan pemberita Injil Yesus itu sendiri.


            2.4. Pemahaman Penulis Tentang “ Allah Yang Turut Menderita”

I. ALLAH MENDERITA UNTUK MEMBEBASKAN MANUSIA


Sejarah mencatat bahwa sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, maka semua manusia di dunia ini sudah tercemar oleh dosa. Hubungan antara manusia dengan Allah terputus, manusia diikat kuasa dosa, dan siap-siap menghadapi hukuman. Rasul Paulus mengatakan “ Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” Namun Allah itu mengasihi umat manusia, bagaimanapun keadaannya, manusia adalah ciptaan-Nya. Bagaimanapun keadaan manusia, manusia itu ciptaan-Nya. Ia seperti seorang bapa yang mengasihi anak-anaknya, walaupun anaknya itu kadang kala jahat sekali. Itulah sebabnya Allah merancang suatau karya besar yakni jalan keselamatan bagi umat manusia.

Coba kila lihat Injil Yohanes 3 :16 mencatat bahwa “Karena begitu besar kasih Allah, maka IA mengaruniakan AnakNya yang Tunggal” . Rancangan Alalh yang terbesar ini adalah IA mengirim Anak-Nya, sebagai manusia seutuhnya dan juga Tuhan seutuhnya yakni Yesus sebagai penyelamat manusia. Dan Yesus yang dikirim itu harus mati di atas kayu salib untuk menggantikan kita, sehingga kita yang seharusnya menjalankan hukuman itu, saat ini tidak lagi.Tidak mudah menggantikan umat manusia itu, Yesus harus disalibkan. Biasanya orang yang hendak disalib terlebih dahulu disiksa dengan cambuk. Korban ditelanjangi, tangannya diikat ke belakang, lalu ia diikat lagi pada sebuah tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali yang terbuat dari kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang sangat runcing sekali dan sengaja dibuat tidak merasta. Pemcambukan dilakukan terlebih dahulu sebelum orang itu disalib, sehingga menjadikan tubuh orang tersebut seperti dikuliti dan berupa cabikan-cabikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah. Ada orang yang tidak kuat terhadap keadan ini akan mati sebelum disalibkan, biasanya sedikit orang yang sadar sehabis dicambuk.

Di daerah istimewa Aceh dan negara jiran Malaysia atau negara lain kalau seseorang dicambuk dengan cambuk itupun cambuk yang biasa sudah merupakan penderitaan dan penyiksaan yang hebat. Apalagi kalau seseorang dicambuk dengan cambuk Romawi. Pada saat cambuk itu dicambukkan ke punggung yang sudah ditelanjangi, maka benda-benda tajam yang ada pada cambuk itu menancap di punggung dan menggoresnya, mengirisnya; itu baru cambukkan yang pertama. Pada saat cambukan yang kedua diberikan, maka bisa saja benda-benda tajam pada cambuk itu menancap persis pada bagian yang sudah terluka atau teriris oleh cambukkan pertama tadi. Tentu ini juga memperdalam luka. Demikian seterusnya sampai pada punggung yang dicambuki itu secara hurufiah hancur luluh, menjadi seperti pita-pita, seperti bubur, dan organ tubuh bagian dalam terlihat jelas. Belum lagi ada tambahan secara khusus di kepala Tuhan Yesus dipasangi sebuah mahkota berduri, walaupun tujuannya hanya untuk mengejek, namun karena ada durinya, tentu cukup menyakitkan. Satu-satunya yang enak bagi orang yang dicambuk seperti itu adalah keadaan ini dapat mempercepat kematiannya.

Dalam keadaan sekarat orang yang akan disalibkan itu juga dipaksa membawa kayu salibnya sendiri menuju ke atas gunung (menurut tradisi yang dipikul itu bukan seluruh salib, tetapi bagian horizontalnya, namun yang itu saja sudah cukup berat, karena tubuh Yesus sudah lemah IA tidak sanggup memikul salib tersebut, maka Simon dari Kirene menggantikanNya). Dan sesudah sampai ke atas gunung, biasanya orang tersebut dibaringkan, kedua tangannya di paku, dan juga kakinya.

Setelah itu itu salib tersebut diberdirikan, sesuai dengan gravitasi bumi, maka tubuh orang itu akan terdorong ke bawah. Pada saat berat tubuh orang tersebut menekan ke bawah, maka lubang tempat cantolan paku baik di tangan dan kaki akan semakin mengoyak dan melebar, pada saat itulah kesakitan akan sangat terasa. Dan itu akan berlangsung terus-menerus, karena memang proses menuju ke meninggal sangat lambat. Sementara orang yang disalibkan, pacu jantungnya berjalan sangat cepat, hal tersebut membuat orang yang disalibkan itu bergerak badannya, tentu sangat mempengaruhi kesakitannya.

Supaya mempercepat orang tersebut mati, maka kakinya dipatahkan, sehingga tubuhnya tertarik secara keseluruhan ke bawah. Pada saat penyaliban Tuhan Yesus, kaki Tuhan Yesus memang tidak sempat dipatahkan, karena pada saat itu IA sudah mati terlebih dahulu. Sehingga hal itu tidak dipercayai oleh para pengawal, sehingga mereka harus menusuk tombak ke perut-Nya, untuk membuktikan bahwa Yesus itu benar-benar sudah mati. Ketika kita mencoba mengingat kembali peristiwa pengorbanan Tuhan Yesus bagi kita, terutama penderitaanNya, kita patut sekali berterimaksih. Karena tidak ada pengorbanan yang lebih besar lagi selain pengorbanan Tuhan Yesus Kristus itu.

Peristiwa penderitaan Tuhan Yesus ini dari sudut pandangan manusia adalah suatu yang kejam, namun dari sudut Allah, IA menyerahkan nyawa untuk manusia. Ia membebaskan manusia. Bagi anda yang sudah percaya pada Tuhan Yesus, anda sudah bebas, nah kalau sudah bebas janganlah mengikat diri lagi kepada kuasa-kuasa lain. Kadang kita begitu terikat dengan uang, sehingga gara-gara kejar uang kita tinggalkan Tuhan, kita terikat dengan pacar, gara-gara pacar juga Tuhan ditinggalkan, kita terikat dengan teman-teman, gara-gara teman-teman, Tuhan juga ditinggalkan. Kita begitu terikat dengan masalah hidup kita, gara-gara masalah hidup Tuhan ditinggalkan. Kita terikat dengan sakit yang kita derita, gara-gara itu semua Tuhan ditinggalkan. Ingat Tuhan sudah melepaskan kita dari ikatan itu. Semua p[eneritaan di dunia itu tidak setara dengan penderitaan Tuhan Yesus, dan sifatnya sementara, Tuhan telah menyelamatkan kita, IA memberikan kepada kita kebahagiaan hidup bersamaNya yang pasti


II. ALLAH MENDERITA MEMBERIKAN HARAPAN BARU

Saat manusia sudah jatuh ke dalam dosa, maka harapan itu lenyap. Manusia seperti berjalan sendiri, tanpa arah yang bermakna, bahkan selangkah demi selangkah menuju kepada maut. Namun Allah kita adalah Allah yang maha Kasih, IA tidak mau umat ciptaan-Nya binasa. IA mengutus Anaknya datang ke dunia ini, untuk menggantikan kita. Pengorbanan dan penderitaan yang dialami Tuhan Yesus itu tidak sia-sia, malahan telah membuka pengharapan baru. Inilah yang biasa kita sebut dengan Anugerah. Anugerah adalah sesuatu yang tidak layak kita dapatkan, namun diberikan begitu saja kepada kita. Orang Malaysia bilang diberikan “percuma” artinya Gratis. Mengapa harus gratis, karena manusia tidak sanggup membelinya dengan uang, gratis di sini bukan berarti tidak bermanfaat.

Pengharapan yang baru tidak sulit kita dapatkan, asal hati kita mau merendah dan percaya kepadaNya, dan menerima Dia sepenuhnya di dalam hidup kita. Ini dasar yang paling penting dari awal kehidupan orang percaya. Baptisan sebagai kesaksian yang sangat penting, namun tidak dapat menyelamatkan kita, yang dapat menyelamatkan kita hanya percaya pada Dia sebagai Juruselamat kita. Perhatikan bahwa, tatkala Tuhan Yesus disalibkan, ada dua orang penjahat yang turut disalibkan. Yang satu mengenyek Tuhan Yesus, namun yang satu lagi tidak, bahkan ia menaruh harapan sepenuhnya pada Tuhan Yesus. Alkitab mencatat , bahwa Tuhan Yesus berkata kepada orang tersebut, “ hari ini juga engkau bersamaKu di Taman Firdaus.

III. ALLAH MENDERITA MEMBAWA KEMENANGAN

Bagi yang tidak percaya pada Tuhan Yesus, kematian Yesus, ini saja sudah merupakan kekalahan besar. Yesus seakan-akan tidak berbuat apa-apa, hanya pasrah menyerahkan diri untuk dibantai habis-habisan. Ada seorang anggota gereja yang mengatakan, dia tidak mau menonton film The Passion Of The Christ yang pernah ditayangkan beberapa tahun lalu, dia sedih karena di dalam film itu Yesus dibantai terus tak ada daya untuk membalas. Yesus bukan tidak berdaya untuk membalas, tetapi Yesus tidak mau membalas. Jadi di sini letak perbedaannya, Yesus tidak mau membalas, karena IA mau taat melaksanakan karya keselamatan ini. Justru dengan ketaatan ini, maka kita sebut sebagai suatu kemenangan. Karena Yeus yang disalibkan itu saat ini sudah bangkit dan naik ke Surga. Dan di sana IA sedang mempersiapkan tempat untuk meyambut kedatangan umatNya yang percaya kepadaNya.

Di kayu salib kita mendengar Tuhan Yesus mengucapkan tujuh perkataan spektakuler yang terakhir. Walaupun sesunguh pada saat itu Yesus merasa pedih,sakit,capek dan sebagainya, namun IA tidak pernah menaruh benci apalagi dendam kepada merak yang meyalibkan Dia. Bahkan IA mengatakan “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat:” Suatu pengampunan yang luar biasa dari Tuhan kita. Padahal yang meyalibkan Dia ada di depan mata. Inilah ciri khas kemenangan Tuhan Yesus yang harus dipraktekkan oleh pengikutNya yang menang.

Bukan hanya mengampuni orang yang menyalibkan Dia, Tuhan Yesus juga mengucapkan sebuah kata yang sangat terkenal yakni Tetelestai. Kata “Tetelestai” ini diterjemahkan dengan “Sudah Genap” atau “Sudah Selesai”. Bukan juga berarti penderitaan atau kesakitannya sudah selesai atau berhenti, tetapi pengertian sudah selesai di sini berarti apa yang ditugaskan Allah Bapa kepada Tuhan Yesus ke dalam dunia ini sudah di jalankan dengan baik dan sudah beres. Manusia yang pada pada hakikatnya berdosa itu , asal percaya kepada-Nya, maka mereka akan mendapatkan hidup yang kekal. Ini suatu janji dari Tuhan Yesus sendiri. Tugas Tuhan Yesus datang ke dunia sudah selesai, namun tugas yang diberikan pada kita ada. Selama kehidupan masih ada, maka tugas panggilan yang diberikan kepada kita masih berlaku. Perintah Tuhan kepada kita yakni memperkenalkan berita keselamatan ini kepada orang lain juga, jangan egois hanya menerima keselamatan sendiri. Itu sebanya ia memberikan perintah kepoada kitya semua yakni “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku- perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” Sebelum Tuhan Yeus naik ke Surga, ada satu jaminan yang diberikan kepada kita, yakni Roh Kudus yang selalu menolong kita bahkan memberikan kuasa kepada kita. Lihat Kisah 1: 8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."


III.       Kesimpulan

Penderitaan merupakan karakter orang-orang Kristen. Jadi, sudah menjadi hal yang wajar saja. Justru karena menderita, maka orang Kristen menjadi bahagia dan tidak membawa kesusahan melainkan kesukaan. Penderitaan ini suatu kehormatan bagi setiap orang untuk menggenapkan penderitaan Yesus Kristus. Di sini orang Kristen harus meneladani penderitaan Kristus. Peneladanan ini bersifat hidup dan setia dalam penderitaan Kristus. Hal ini harus dilakukan dengan rasa sukacita dan tidak tertekan. Orang Kristen menyerahkan diri sepenuhnya dalam penjagaan Roh Kudus dan hidup berbuat baik, jangan sibuk membicarakan orang lain, membunuh, mencuri, atau melakukan tindak kejahatan. Karena pada waktunya penghakiman tiba, dan semua orang termasuk orang Kristen tidak luput dari penghakiman tersebut. Sehingga usaha yang dilakukan Choan Seng Song awalnya penulis melihat adalah suatu hal yang ingin membangkitkan iman orang Kristen, hanya saja dalam penggunaan istilah-istilah Choan terlihat terlalu radikal, serta fanatik yang berlebihan dalam mengkontekskan sesuatu .

Tags :

BPPPWG MENARA KRISTEN

KOMITMEN DALAM MELAYANI

PRO DEO ET EIUS CREATURAM

  • PRO DEO ET EIUS CREATURAM
  • COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
  • ORA ET LABORA

INFORMASI KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN
  • : Pdt Hendra C Manullang
  • : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
  • : crisvinh@gmail.com
  • : menarakristen@gmail.com
/UMUM

Post a Comment

Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim