KHOTBAH 26 FEBRUARI 2023 : KELUARAN 33 : 15 - 23 (ALLAH SUMBER KASIH KARUNIA)
I. Pembukaan
Selamat malam bapak/ibu dan saudara terkasih, di hari ya ng berbahagia ini dalam pertemuan kita di Sermon Oikoumene. Pujian kita angkat kepa Yesus Kristus, sebab karena kasih karuniaNyalah kita masih dalam keadaan sehat, dan diberikan kesempatan untuk tetap mempercakapkan kemulianNya. Bahan Khotbah kita diambil dari kitab Keluaran 33 : 15 – 23, dengan thema “ Allah sumber Kasih Karunia”. Sungguh kita tidak dapat mengasihi sesama kita kalau bukan, karena Tuhan sendirilah yang menunjukkan kasih itu terlebih dahulu. Kita telah mendengar bahwa Musa telah memperoleh kasih karunia Allah dalam Keluaran 33: 17, sungguh kita lihat bagaimana kehidupan Musa yang telah mendapatkan kasih karunia Tuhan selalu dan tunduk kepada Firman Tuhan. Apakah kita orang-orang yang telah mendapatkan kasih karunia Tuhan? Jika Yah, mengapa kita masih mampu mengatakan tidak pada perintah-perintahNya.?
II. Penjelasan
Kata kasih karunia Allah berasal dari bahasa Ibrani disebut “Khen” sebagai terjemahan nomina dan verba dasar disebut “khanan” (yang artinya menyerahkan kasih karunia). Khen yang diterjemahkan menjadi rahmat atau bisa diartikan sebagai kebaikan, pertolongan dan pemberian. Seorang telah mendapatkan rahmat diterangkan seperti seseorang yang berharga oleh yang memberikan rahmat. Khen biasanya dipakai dan digunakan untuk mengarah kepada arti perbuatan atasan atau seorang tuan (atau Allah sebagai otoritas tertinggi) yang menunjukkan kasih karunia kepada bawahannya atau budaknya, walaupun sebenarnya bawahan atau budak tersebut tidak layak menerimanya. Oleh karena itu kasih karunia Allah ini sering diistilahkan sebagai anugerah Allah.
Para ahli Alkitab punya keyakinan bahwa penulisan kitab-kitab Taurat ini disusun oleh nabi Musa yakni dari kitab Kejadian sampai dengan kitab Ulangan. Kasih karunia Allah pun ditunjukan kepada Musa sebagai keturunan dari bangsa Israel dan Allah pun mengenalnya bisa dilihat dalam kitab, Keluaran 33:17. Musa yang sebenarnya tidak layak dihadapan Tuhan, tetapi ia diberi kasih karunia dihadapan Allah sehingga ia dapat berbicara kepada Allah dan mendengar suara Allah. Padahal pada zaman itu Allah adalah kudus dan suci tidak ada seorangpun yang dapat bertahan didalam hadirat Allah maupun berbicara kepada Allah, karena pasti akan mati.
A. Ayat 15 -19
Dalam Nats ini kita dibawa kembali untuk melihat dan memahami janji Allah kepada bangsa Israel.
1. Kasih Karunia Allah dalam Kitab-Kitab Sejarah
Pada Kitab-kitab Sejarah yakni dari kitab Yosua sampai dengan kitab Ester yang mengisahkan tentang perjalanan masuknya bangsa Israel ke tanah Kanaan pada masa kepemimpinan Yosua setelah nabi Musa meninggal. Lalu kisah mengenai kehidupan bangsa Israel ditanah Kanaan saat mereka di bawah kepemimpinan hakim-hakim dan nantinya sampai kepada raja-raja, diakhir pemerintahan raja Salomo terjadi perpecahan kerajaan Israel menjadi Israel dan Yehuda. Selanjutnya kejatuhan dan pembuangan kerajaan Israel dan Yehuda dan setelah itu kembalinya Yehuda dari masa pembuangan. Dalam kitab-kitab sejarah ini kita dapat melihat kasih karunia Allah untuk bangsa Israel, bagaimana Allah tetap ingin agar keturunan mereka dapat hidup seturut kehendak Allah dan bagaimana bukti pemeliharaan Allah pada masa kesesakan mereka maupun dalam peperangan, Allah tetap setia untuk menepati janji-janji-Nya.
2. Kasih Karunia Allah dalam Kitab-Kitab Puisi dan Hikmat
Pada Kitab-Kitab Puisi dan Hikmat yakni dari kitab Ayub sampai dengan kitab Kidung Agung. Kitab-kitab ini memiliki perbedaan dalam corak sastranya dari pada kitab-kitab yang lain yang pada umumnya memiliki bentuk narasi atau cerita yang bersambung. Di dalam teksnya jika diteliti maka akan ditemukan bentuk puisi Ibrani. Lalu, kitab-kitab Hikmat ini memiliki banyak pertanyaan dan banyak juga petunjuk praktis dalam kehidupan. Sebagian dari kitab-kitab Puisi yakni Ayub, Amsal, Pengkhotbah dan sebagian kitab Mazmur bisa dimasukan ke dalam kitab-kitab Hikmat. Pada kitab-kitab ini pun penulis mengambil kesimpulan bahwa kasih karunia Allah kepada bangsa Israel yang ditunjukan dalam kehidupan umat-Nya sehari-hari, maka respon dari bangsa Israel kepada Allah yakni melalui puji-pujian dan puisi untuk memuliakan Allah.
3. Kasih Karunia Allah dalam Kitab-Kitab Nabi-Nabi Besar dan Nabi-Nabi Kecil
Dalam kitab-kitab nabi-nabi besar yakni dari kitab Yesaya, sampai dengan kitab Daniel. Lalu kitab-kitab nabi-nabi kecil yakni kitab Hosea sampai dengan kitab Maleakhi. Arti dari nama Nabi ini adalah seseorang yang berbicara atas kehendak Allah kepada umat manusia. Oleh karena itu, kitab-kitab para nabi selalu memiliki isi pesan Allah kepada bangsa Israel dan Yehuda. Pembagian ke dalam nabi-nabi besar dan nabi-nabi kecil dibuat berdasarkan panjang dan pendeknya jalan cerita dari kitab-kitab itu. Jika umat telah meninggalkan Tuhan, maka Tuhan akan mengutus nabinya untuk menegur bangsa Israel agar mereka bertobat dan berbalik kepada Allah. Kasih karunia Allah dalam kitab ini adalah bagaimana ketika Allah tetap mengutus nabi-nabi kepada umat pilihan-Nya untuk terus mengingatkan supaya hidup didalam kebenaran Firman Allah.
4. Kasih Karunia Allah dalam Injil-injil Sinoptis
Dalam injil-injil Sinoptis yang memiliki kesamaan yakni dari Injil Matius sampai dengan pemberitaan didalam Injil Yohanes yang memiliki pandangan mengenai kasih karunia sangat jelas dan saling melengkapi dalam keempat injil tersebut, pengorbanan kristus diatas kayu salib adalah kasih karunia yang paling besar bagi umat manusia dan anugrah. Kata anugerah dikelompokkan menjadi dua hal penting, yakni Anugerah yang universal atau yang melingkupi semua (umum) dan Anugerah perpribadi atau perorangan (khusus), dalam menyatakan bahwa kedatangan Anak Manusia bukan dilayani seperti seorang tamu atau tuan, melainkan sebagai orang yang melayani dan menyerahkan hidup-Nya untuk penebusan bagi banyak orang. Markus 10:45. Ayat ini biasa digunakan untuk memberikan pemahaman atau arti dari anugerah umum. Anugerah umum merupakan kebaikan yang Allah punya yang Ia berikan tanpa syarat apapun kepada semua orang yang hidup dalam pemeliharaan-Nya. Anugerah ini bersifat inklusif yakni diliputi perbuatan Allah yang menciptakan, mengendalikan, merawat dan mengontrol seluruh dunia yang Ia ciptakan. Pada penguraian di atas, maka bisa diartikan bahwa pemberian atau yang disebut sebagai anugerah umum didasari dengan kedaulatan Tuhan dan perbuatan kasih-Nya yang sangat besar. Semuanya telah ditetapkan bahwa untuk pemeliharaanNya ini bertujuan untuk semua ciptaan Allah supaya dapat mengalami kebaikan-Nya yang abadi.
5. Kasih Karunia Allah dalam Surat-Surat Rasuli
surat-surat yang ditulis oleh Paulus ada 13 surat, sembilan yang lainnya merupakan surat yang Paulus arahkan kepada Jemaat sesuai dengan nama kotanya yakni, Roma, 1 dan 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika, serta ada empat surat yang diarahkan kepada pribadi atau surat pastoral (pengembalaan) sesuai dengan penamaannya yaitu, 1 dan 2 Timotius, Titus dan Filemon. Dasar dari ajaran Paulus mengenai kasih karunia ada juga di dalam kitab Roma. Karena semua orang sudah berbuat dosa dan hilang dari kemuliaan Allah, hanya oleh karunia saja maka dapat dibenarkan dengan gratis melalui penebusan dalam Kristus Yesus Roma 3:23-24, yang oleh karena itu semua manusia yang telah berbuat berdosa, tapi oleh kasih karunia dibenarkan melalui Kristus Yesus. Manusia berdosa dan tidak pantas dalam hadirat Tuhan oleh kasih Allah saja maka dalam kasih karunia-Nya memperlakukan mereka yang walaupun bersalah dan berdosa, seperti seakan-akan mereka tak pernah berbuat dosa.
B. Ayat 20 – 23
Dalam Nats ini, diperlihatkan bagaimana Musa dengan kepasrahannya memohon kepada Tuhan untuk hadir dan selalu menuntun bangsanya, dalam hal ini kita juga akan belajar tentang kehadiran Allah.
Teofani adalah salah satu bentuk kehadiran Tuhan di dalam Alkitab, Tanakh adalah referensi mengenai manifestasi kehadiran Tuhan (orang Ibrani mengenal-Nya dengan nama YHWH) dalam tiga bentuk, yakni malaikat Tuhan yang memiliki sifat antropomorfisme (Angel of the Lord), hadirat Tuhan yang disertai kemuliaan-Nya (The Glory of the Lord) serta kehadiran Roh Tuhan atas seseorang (The Spirit of the Lord). Pandangan Prof Dr. Vern. S Poythress (2018) dalam bukunya . Theophany: A Biblical Theology of God’s Appearing, ketiga bentuk ini sangat umum di dalam sejarah kehadiran Tuhan di dalam PL. yang menjelaskan bahwa semua manifestasi kehadiran Tuhan di dalam PL bertumpu pada teofani. Setiap kali Tuhan menampakkan diri kepada umat-Nya di seluruh Alkitab (dalam berbagai bentuk badai petir, manusia, kereta berapi, awan, malaikat, kemuliaan, dll) Dia mendatangi orang tertentu untuk tujuan tertentu. Dengan kata lain, bentuk manifestasi kehadiran bergantung dari tujuan kehadiran-Nya.
1. Tiang Awan-Tiang Api
Dalam perjalanan bani Israel saat eksodus dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, sebuah tiang supernatural muncul di depan rombongan. Tiang (pillars) tersebut bukanlah tiang yang berbeda karena hanya kelihatan berawan pada siang hari dan berapi pada malam hari. Bentuknya memanjang dengan bagian paling atasnya seperti jamur sehingga mampu menjadi tudung seluruh rombongan eksodus dari terpaan sinarmatahari gurun yang menyengat hingga di barisan paling belakang. Demikian juga pada malam hari, panas dari tiang tersebut menjangkau orang paling belakang barisan dengan menghadirkan rasa hangat ditengah udara malam gurun yang dingin. Bukti bahwa tiang tersebut bukan sekedar manifestasi alam dikemukakan oleh Alkitab sendiri. Setidaknya ada tiga referensi di dalam Taurat yang menegaskan bahwa tiang awan tersebut adalah sebuah teofani. Pertama di dalam Keluaran 34:5 dikatakan, “Turunlah TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN.” Kemudian di ulang di dalam Kitab Bilangan 11:25 “Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi.” Rujukan ketiga lebih spesifik. Bilangan 12:5 mencatat, “Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya.” Ketiga ayat tersebut menjelaskan bahwa awan adalah bentuk teofani yang sering dipergunakan Tuhan di dalam memanifestasikan diri-Nya. Kadang berupa awan di dalam bentuk harafiah dan kadang berbentuk tiang sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Implikasi teologisnya sangat jelas bahwa di dalam perkemahan bangsa Israel, Tuhan turun hadir melalui manifestasi supernatural di Kemah Pertemuan yang dibangun Musa. Tuhan ada di tengah-tengah umatNya.
2. Shekinah Glory
Shekinah Glory adalah sebuah istilah yang menjelaskan tentang konsep kemuliaan Tuhan. Premisnya adalah, kemuliaan Tuhan selalu menyertai kehadiran-Nya. Meskipun istilah ini tidak terdapat di dalam Alkitab, fenomena kemuliaan Tuhan mewarnai banyak narasi Alkitab. Tiang awan yang dibahas sebelumnya merupakan bagian dari Shekinah akan tetapi di dalam konsep yang lebih luas. Musa pernah meminta Tuhan untuk melihat kemulian-Nya. Narasi di dalam Keluaran 33:18-23 mencatat respon Tuhan atas permohonan Musa tersebut. Catatan tersebut menguraikan dengan jelas, ketika Musa meminta untuk melihat kemuliaan Tuhan, keinginan tersebut tidak dapat dipenuhi karena kemuliaan-Nya adalah kekudusan-Nya. Kefanaan manusia tidak akan mampu bertahan di dalam kemuliaan dan kekudusan tersebut. Itu sebabnya, Musa disembunyikan di sebuah celah batu dan ditutupi dengan tangan-Nya saat Ia lewat. Musa hanya dapat melihat punggung-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan Tuhan terlalu dahsyat dan sangat berkuasa sehingga tidak mampu dilihat sepenuhnya oleh manusia.
Shekinah glory adalah manifestasi kehadiran Tuhan di suatu waktu dan tempat tertentu. Istilah ini berasal dari kata Ibrani shachan, yang artinya berarti 'tinggal' atau ‘menetap’. Mirip dengan kata Yunani skeinei, yang artinya 'tabernakel' atau tempat kediaman. Bait Allah yang dibangun Salomo didedikasikan kepada YHWH sebagai realisasi mandat yang diterima Salomo dari ayahnya, Daud. Itu sebabnya, menyaksikan kehadiran Tuhan di dalam Bait Allah tersebut, Salomo mengaitkannya dengan kediaman dengan berkata, "TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selamalamanya"(1 Raja-raja 8:12-13).
3. Kehadiran Yang Menjadi Daging
Manifestasi tiang awan/api dan shekinah glory tidak pernah dapat dilepaskan dari tujuan kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya. Kedua manifestasi itu selalu berkaitan dengan kepentingan yang melibatkan bukan hanya perseorangan, tetapi keumatan secara keseluruhan. Tiang awan/api yang hadir di perkemahan hanya terlihat selama periode padang gurun. Pada masa itu, perkemahan berpindahpindah. Dengan sendirinya kehadiran Tuhan mengikuti perpindahan tersebut. Ketika telah memasuki Tanah Perjanjian, bani Israel berdiam di tanah Kanaan sebagai suatu bangsa. Tidak terjadi lagi perpindahan dan bongkar pasang perkemahan. Manifestasi kehadiran Tuhan berubah. Dari tiang awan/api di perkemahan menjadi kemuliaan yang menetap di dalam sebuah tempat yang dinamakan Bait Allah. Yang dapat disimpulkan disini adalah, baik di kemah maupun di bangunan Bait Allah, manifestasikan kehadiran Tuhan selalu berlangsung di tengah-tengah umat-Nya. Pola tersebut berubah di masa Perjanjian Baru. Tuhan tidak lagi hadir dalam berbagai manifestasi supernatural sebagaimana rujukan PL. Kehadiran-Nya menjadi nyata melalui kelahiran Kristus di dunia yang disebut sebagai sebuah inkarnasi. inkarnasi adalah sebuah cara Tuhan menyatakan diri di tengah-tengah umatNya. Di dalam teologi Kristen, peristiwa inkarnasi dijelaskan sebagai peristiwa dimana firman menjadi daging dan berdiam di tengah-tengah manusia dengan memakai rupa manusia yang fana. Injil Yohanes 1:14 mencatat, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”
III. Penutup
Firman Tuhan kali ini mengajarkan dan memberikan nasehat yang sangatlah penting dan sangat berharga dengan menyatakan bahwa manusia hendaknya harus bertumbuh didalam kasih karunia dan dalam pengenalan mengenai Tuhan Yesus Kristus dan Juruselamat manusia, yang sebagai sumber kasih karunia. Melalui kehidupan Musa yang memperoleh kasih karunia Tuhan, kita dinasihati supaya bertumbuh dalam pengenalan akan kasih karunia karena makin baik arti yang diperoleh mengenai kasih karunia, maka makin baik pula dalam berjalannya hidup sebagai orang percaya. Cara untuk bertumbuh dalam pemahaman mengenai kasih karunia memiliki arti bertumbuh dalam pengetahuan tentang Yesus Kristus, sebab kasih karunia bukanlah suatu pemikiran yang begitu saja terjadi, melainkan suatu Pribadi. Cara supaya dapat bertumbuh dalam kasih karunia adalah mengenal Yesus Kristus dengan memiliki hubungan yang pribadi dengan-Nya, karena semakin baik pengenalan akan Yesus, maka semakin banyak pula kita memahami dan mengalami kasih karunia-Nya.
Tags : BAHAN KHOTBAH
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment