KHOTBAH 04 JUNI 2023 : KEJADIAN 1 : 1-2, 26-28 ( ALLAH TRITUNGGAL PENCIPTA SEGALA SESUATU )
I.
Pembukaan
Salam sejahtera sahabat BPPPWG MENARA KRISTEN, semoga dimanapun kita berada kita selalu dalam penyertaan Tuhan Yesus Kristus, dan kiranya tak henti-hentinya kita selalu berserah kepadaNYA. Pada kesempatan ini kita akan membahas Allah Tritunggal Pencipta Segala sesuatu, Doktrin Allah Tritunggal adalah pengajaran penting dan sentral dalam iman Kristen yang berhubungan dengan pengakuan akan Tuhan. Selain sebagai doktrin yang penting, doktrin Allah Tritunggal juga merupakan doktrin dalam ajaran Kristen yang seringkali menjadi bahan polemik baik di dalam lingkungan Kristen maupun dari luar lingkungan Kristen, karena seringkali dianggap sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. Seringkali tuduhan politeisme ditujukan kepada iman Kristen karena pengajaran Allah Tritunggal ini. Ada kelompok yang beranggapan bahwa Allah orang Kristen bukan Allah yang Esa. Permasalahan ini dapat dimengerti karena doktrin Allah Tritunggal bukan merupakan doktrin yang mudah dimengerti dan ajaran ini bukan ajaran manusiawi tetapi sebuah doktrin yang berdasarkan Alkitab. Dalam konteks anggota gereja sendiri, ada beberapa anggota gereja yang tidak mau berurusan dengan doktrin Allah Tritunggal.
II.
Penjelasan
Adalah sangat menarik anda mengatakan bahwa
Alkitab membuat perbedaan antara "terang" yang diciptakan oleh Allah -- ELOHIM (Plural Majesty) -- pada hari yang pertama dari
penciptaan, dengan "matahari" yang diciptakan pada hari ke-empat dari
penciptaan (Kejadian 1). Kisah yang dicatat dalam Kitab Kejadian bukan laporan
ilmiah tentang penciptaan. Kitab Kejadian tidak menceritakan tentang cara Allah
menciptakan, hanya bahwa yang
menciptakan adalah Allah. Ia sekelumit pun tidak menceritakan tentang
"jangka waktu" penciptaan itu; bahwa hari-hari itu lamanya bukan 24
jam seperti hari-hari manusia, itu jelas, sebab kitab Kejadian sendiri
mengatakan, bahwa hari pertama
usai sebelum matahari diciptakan.
Terdapat sejumlah tanggapan tentang arti hari-hari yang disebut dalam cerita Kejadian itu, bahwa yang dimaksud dengan itu adalah abad-abad geologis, atau, bukan hari-hari penciptaan itu sendiri, melainkan hari-hari pada mana penciptaan itu dinyatakan kepada manusia. Justru tepat bila berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan hari-hari itu adalah hari-hari Allah, dan bahwa sia-sialah untuk mencoba mengukurnya dengan ukuran waktu manusia. Alkitab sendiri mengatakan bahwa waktu Allah tidak sama dengan waktu manusia
Orang Yahudi pada zaman Alkitab sangat erat mempertahankan iman kepada satu Allah yang benar (monoteisme). Mereka adalah orang-orang yang monoteis. Karena itu, dalam Alkitab terdapat data yang kuat untuk dijadikan petunjuk tentang kepercayaan kepada Allah yang Esa dan kepercayaan ini merupakan kebenaran fundamental dalam Perjanjian Lama Pertama, Bukti-bukti dari Pentateukh. Data dari Kitab Keluaran. Bukti pertama menunjukkan bahwa tidak ada yang seperti Allah dan yang bisa dibandingkan dengan-Nya terdapat dalam Keluaran 8:10; 9:14; 15:11 dan hanya Dia yang harus disembah tertulis dalam Keluaran 20:3. Bukti berikutnya yang menjelaskan tentang keesaan Allah karena hanya Dia sendiri yang harus disembah tercatat dalam Keluaran 20:5; 34:11. Data kitab Ulangan. Bukti pertama yang menunjukkan tentang keesaan Allah tertulis dalam Ulangan 4:35 dan 39 yang menyatakan bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia. Bukti kedua ditemukan dalam Pengakuan Iman utama bagi Yudaisme yang tercatat dalam Ulangan 6:4, “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!”. Pengakuan ini dikenal dengan sebutan “Shema Israel” merupakan landasan yang krusial dan pengakuan utama terhadap kepercayaan kepada Allah yang esa. Sebuah Pengakuan yang menekankan pada kesatuan atau keesaan Allah. Dalam kitab Yosua. dari Yosua 22:22 menyatakan bahwa Allah mengatasi segala yang disebut illah. Dia adalah tertinggi dan yang melebihi segala illah Kedua, Bukti-bukti dari kitab-kitab Sejarah. Dari Kitab 1 dan 2 Samuel. Dalam 1 Samuel 2:2 dan 2 Samuel 7:22; 22:32 menjelaskan bukti bahwa Tuhanlah Allah satu-satunya dan tidak ada yang lain selain Dia. Ayat-ayat ini menekankan bahwa hanya Tuhan sendiri adalah Allah. Dalam dalam Kitab 1 dan 2 Raja-raja. Pernyataan “supya segala bangsa di bumi tahu bahwa Tuhanlah Allah, dan tidak ada yang lain” (1 Raja-raja 8:60) menyatakan Tuhan itu satu-satunya Allah. Bagian lain yang menunjukkan tentang keesaan Allah dapat dilihat juga dalam 1 Raja-raja 8:23 dan 2 Raja-raja 17:36. Ketiga, Bukti-bukti dari kitab Syair. Mazmur 18:32 dan 86:10 menyatakan keyakinan Daud bahwa tidak ada Allah selain Tuhan. Keempat, Bukti-bukti dari kitab Nabi-nabi. Yesaya menunjukkan bahwa di dunia ini benar-benar tidak ada Allah kecuali Tuhan (Yes 45:6-8, 20-22; 46:8-10). Pengakuan yang sama juga muncul dari mulut Yeremia yang menyatakan bahwa tidak ada yang sama seperti Tuhan (Yer 10:6) dan Tuhan mengatasi segala allah yang bangsa-bangsa lain (Yer 14:22). Hosea menyampaikan bahwa Tuhan menyatakan bahwa hanya Dialah Allah (Hos 13:4) dan Maleakhi menunjukkan kepercayaannya akan keesaan Allah lewat pertanyaannya: “bukankah satu Allah yang menciptakan kita?”.
Kejadian 1:26 : "Menurut gambar", Ibrani " צלם - TSELEM" "dan rupa kita", Ibrani " דמות - DEMUT". Sekalipun dua istilah ini kelihatannya "sinonim" namun memiliki arti yang berbeda, tampaknya tidak dimaksudkan untuk menyampaikan aspek yang berbeda dari diri Allah. Jelas bahwa manusia memiliki kedudukan mulia karena dijadikan dari suatu "image" khusus dari kemuliaanNya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dikunjungi serta dapat berhubungan dan bersekutu dengan Khaliknya. Sebaliknya Allah dapat mengharapkan manusia untuk menanggapi-Nya dan bertanggung jawab kepadaNya. Manusia diberi kuasa untuk memiliki hak memilih, bahkan hingga ke tingkat "tidak mentaati" Khaliknya. Manusia diberi mandat oleh Allah di bumi, melaksanakan dan bertanggung-jawab sesuai kehendak Sang Khalik (ayat 28). "Image" yang dimiliki manusia adalah "turunan" dari image yang dimiliki para penghuni Surga ('Elohim), jadi sebenarnya kurang tepat jika dibolak-balik. Untuk itulah Raja Daud mempunyai suatu pengertian yang baik untuk kita ikuti dengan mengistilahkannya sebagai "hampir seperti 'Elohim" (namun bukan 'Elohim).
Bentuk jamak “Kita” dalam ucapan Allah di Kejadian 1:26 merupakan sesuatu yang layak dicermati. Orang Israel adalah pengikut monotheisme yang ketat. Mereka hanya mengakui satu Allah yang esa, yaitu TUHAN (Ul. 6:4). Mengapa dalam kitab suci mereka (yang juga kita terima otoritasnya) terdapat rujukan jamak untuk Allah?. Jika “Kita” berarti Allah dan para malaikat, maka “menurut gambar dan rupa Kita” juga berarti “menurut gambar dan rupa Allah beserta para malaikat”. Persoalannya, di ayat 27 hanya disebutkan “menurut gambar-Nya” atau “menurut gambar Allah”. Tidak ada malaikat di sana. Di samping itu, Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa para malaikat terlibat dalam penciptaan. Mereka hanyalah penonton yang bersukacita melihat karya Allah (Ay. 38:4-7). Banyak ahli sudah meninggalkan teori ini. Ada perbedaan besar antara jamak kemuliaan yang digunakan oleh para raja dengan bentuk jamak di Kejadian 1:26. Dalam teks Ibrani Alkitab, tidak ada bentuk jamak kemuliaan yang digunakan beserta dengan kata kerja dan kata ganti orang.
Usulan lain yang tidak kalah populer adalah “jamak deliberasi”. Maksudnya, seseorang berbicara kepada dirinya sendiri dengan sebuah tekad untuk melakukan sesuatu. Contoh Alkitab yang digunakan sebagai pendukung adalah Kejadian 11:7 “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing”. Pandangan ini lebih kuat daripada solusi-solusi sebelumnya. Kitab Kejadian memang mencatat percakapan deliberatif dalam diri Allah (3:22; 11:7). Persoalannya, apakah bentuk jamak di Kejadian 1:26 sekadar menyiratkan hal tersebut? Ataukah ada hal lain yang diungkapkan? Seturut dengan konteks Kejadian 1:26-27, saya lebih memilih untuk menafsirkan teks ini sebagai rujukan terhadap kejamakan dan ketunggalan dalam diri Allah. Sejak awal para pembaca sudah diperkenalkan kepada Allah (1:1) dan Roh Allah (1:2). Mereka pasti menangkap kesamaan dan perbedaan antara Allah dan Roh Allah.
Kejamakan Allah diungkapkan melalui kata ganti “Kita” dan ungkapan “gambar dan rupa Kita”. Ketunggalan-Nya dinyatakan melalui “gambar-Nya” maupun “gambar Allah”. Istilah “gambar” di ayat ini tidak disertai dengan “rupa”. Bentuk tunggal, gambar. Frasa “berfirmanlah Allah” di awal ayat 26 juga berbentuk tunggal. Kejamakan dan ketunggalan di atas juga tercermin daalam diri manusia. Ayat 27a mengungkapkan sisi tunggal: “manusia itu” (“man”, tunggal) dan “dia” (“him”, tunggal). Kejamakan manusia dinyatakan melalui “laki-laki dan perempuan” maupun “diciptakan-Nya mereka”.
III.
Penutup
Pada akhir tulisan ini kami
mau sampaikan bahwa seturut dengan pewahyuan yang lebih lanjut di dalam Alkitab
kita mengetahui bahwa bentuk jamak yang terlibat dalam penciptaan merujuk pada
Allah Tritunggal: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa terlibat dalam penciptaan.
Dan sudah jelas. Anak pun terlibat (Yoh. 1:3; Kol. 1:15-17). Roh Kudus pun
aktif dalam karya penciptaan (Mzm. 104:30). Dan sangat menarik, Alkitab yang sama
secara eksplisit menyatakan bahwa TUHAN menciptakan segala sesuatu seorang diri
saja. Yesaya 44:24b “Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang
seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi siapakah
yang mendampingi Aku?”. Satu-satunya alasan yang masuk akal dan konsisten
dengan seluruh Alkitab adalah menafsirkan Kejadian 1:26 sebagai rujukan pada
Allah Tritunggal, dimana ialah sang pencipta segala sesuatu.
Tags : BAHAN KHOTBAH
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment