KHOTBAH MINGGU I SET. TRINITATIS 11 JUNI 2023; MATIUS 9: 18 - 26 ( Diselamatkan Karena Iman )
I.
Pembukaan
Salam sejahtera sahabat BPPPWG MENARA KRISTEN, semoga dimanapun kita berada kita selalu dalam penyertaan Tuhan Yesus Kristus, dan kiranya tak henti-hentinya kita selalu berserah kepadaNYA. Pada umumnya dikatakan bahwa Injil Matius ditulis di Palestina dan ditujukan kepada orang-orang Yahudi-Kristen. Injil ini juga ditujukan kepada kita yang adalah Israel baru atau Israel rohani. Injil ini menyatakan bahwa Yesus dari Nazaret itu adalah Nabi dan penggenap Torah yang terakhir yang telah memenuhi segala nubuat dalam Perjanjian Lama. Dialah yang diurapi Allah, Raja Israel yang benar. Jadi dapat dilihat bahwa Injil Matius sangat menekankan tentang Yesus yang adalah sebagai Raja Mesias (atau Raja yang diurapi).[1] Iman menuntun seseorang kepada sebuah tindakan konkret. Seperti kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan mengalami kebuntuan atas persoalan hidup mereka. Di tengah-tengah kondisi yang pelik, mereka memilih mencari, berharap, dan beriman kepada Yesus. Mereka percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya solusi yang dapat memberikan pengharapan kepada mereka. Problem kehidupan dapat menyebabkan seseorang kehilangan iman kepada Allah. Kita lupa bahwa Allah dalam Kristus mampu membawa kita keluar dari permasalahan yang ada, asalkan kita datang memohon dan berserah diri kepada Tuhan.
II.
Penjelasan
Penginjil mencatat, Lalu
Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersana-sama dengan
murid-murid-Nya. (ay. 19). Ketika Yesus memegang tangan anak itu,
lalu bangkitlah anak itu (ay, 25). Benar, anak perempuan yang telah meninggal
itu kemudian hidup kembali. Kisah tentang seorang perempuan yang menderita
pendarahan lebih mengerikan lagi. Sudah dua belas tahun lamanya ia menderita
pendarahan. Jadi, sakitnya itu sudah menahun, sudah dia jalani selama seumur
anak perempuan yang meninggal dan dibangkitkan oleh Yesus. Bayangkan saudara,
dua belas tahun menderita pendarahan; ini soal pendarahan, kaum perempuan pasti
sangat paham tentang pendarahan, tetapi perempuan yang dikisahkan oleh Matius
ini menjalaninya sudah dua belas tahun. Baginya, memegang jumbai jubah-Nya saja
sudah cukup untuk mendatangkan kesembuhan. Begitu
besar keyakinannya untuk sembuh, seiring dengan begitu beratnya dan begitu
lamanya derita yang telah dia tanggung. baiklah kita perhatikan kata-kata Yesus
ketika berpaling dan memandang dia, Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku,
imanmu telah menyelamatkan dikau (ay. 22).Yesus melihat hati si
perempuan sebagai seorang yang punya iman dan imannya itulah yang menyelamatkan
(baca: menyembuhkan), bukan tangannya yang menjamah jumbai jubah Yesus. Imannya
mengungkapkan sebuah pengakuan akan ketidakberdayaannya sebagai manusia rapuh
namun sekaligus sebuah pengakuan akan kedigdayaan Yesus, yang pasti bisa
menyembuhkan-nya. Maka, sejak saat itu juga sembuhlah perempuan itu (ay. 22b).
Ia sembuh pada saat Yesus mengucapkan firman-Nya yang penuh kuasa meski
terkesan biasa, Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah
menyelamatkan dikau. Artinya, iman adalah syarat bagi tindakan
Yesus untuk menyelamatkannya.
1. Keselamatan Dalam Perjanjian lama
Menurut Christopher J. H. Wright, keselamatan yang berasal dari Abrahamlah yang akan mengenal berkat keselamatan, dan mengalir kepada bangsa Israel (umat pilihan Allah), dan mengalir untuk seluruh bangsa.[2] Menurut Philipus Pada Sulistya, di dalam PL istilahistilah yang digunakan dengan pengertian keselamatan adalah yasha yang secara harafiah berarti “kemerdekaan dari larangan-larangan dan ikatan-ikatan; melepaskan dari kehancuran dan memberi kemenangan.” Kata ini digunakan 353 kali, misalnya dalam Kel. 14:30; Ul. 33:29; 1 Sam. 17:47. Kata kedua adalah syalom yang berarti “damai sejahtera dan tidak ada musuh”, “berkat” dan “sehat”. Kata syalom ini digunakan lebih dari 250 kali, misalnya dalam 1 Raj. 4:25; 2 Sam. 15:27 dan dalam PB diterjemahkan sozo. Selain itu ada kata lain yaitu salem yang berarti persembahan syukur bagi suatu kebebasan dalam perjuangan, korban bakaran kepada Allah dengan pujian dan ucapan seperti terdapat dalam Imamat 3; 7:12 dan Amos 5:20.[3]
2. Keselamatan Dalam Perjanjian Baru
Yesus memimpin kita kepada keselamatan itu dan Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibr. 2:10 dan 5:9), serta keselamatan dari-Nya itu akan menghasilkan pekerjaan baik dan kasih (Ibrani 6:9). Selain itu, Kristus mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa kita, tetapi Ia akan datang kembali, bukan untuk menanggung dosa kita lagi, melainkan untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia (Ibr. 9:28). Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang (Ibrani 10:1). Menurut Aya Susanti, membahas Roma 7:6, “Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.” Kata “dibebaskan”, bandingkan ayat 2, katargein. Di sini dipakai bentuk yang sama, sehingga terjemahannya sebaiknya tidak berbeda. “Mengurung”, katekhein, “menahan”, “mengurung.” “Melayani”, Yunaninya douleuein, dari doulos (bahasa Yunani), “hamba”, sehingga jelaslah kaitan dengan Roma 6:15-23. “Dalam keadaan baru/lama menurut Roh/huruf Hukum Taurat”, Yunaninya lebih singkat: en kai not et i pneunat os, en pal ai ot et i granmatos, harfiah: “dalam kebaruan Roh”, (hukum Taurat tidak ada).
Diselamatkan Karena Iman
Dalam Injil-injil Sinoptik, IMAN sering dihubungkan dengan penyembuhan. Yesus Kristus berkata kepada perempuan yang menjaman jubahNya di tengah-tengah orang banyak : "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau" (Matius 9:20). Tapi iman dalam arti lebih luas juga dilukiskan dalam Injil-injil ini. Markus mencatat perkataan Yesus "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Begitu juga Dia berkata bahwa seseorang yang melakukan pekerjaan besar, sekiranya mempunyai iman kendati hanya sebesar biji sesawi (Matius 17:20; Lukas 17:6). Jelas, Yesus menuntut iman yang tertuju kepada diri-Nya sendiri. Tuntutan khas Kristen bahwa orang harus beriman kepada Yesus gamblang didasarkan pada tuntutan-Nya sendiri. IMAN disini adalah 'sesuatu yang dipunyai' seseorang akibat sikap PERCAYA. Dalam Injil Yohanes, aksi PERCAYA menduduki tempat sangat mencolok, terlihat dari munculnya kata kerja πιστευω - PISTEUÔ sampai 98 kali. Memang ganjil, kata benda πιστις - PISTIS tidak pernah dipakainya. Mungkin sebabnya ialah kata πιστις - PISTIS dipakai di kalangan sejenis Gnostik. Ada tanda bahwa Yohanes memperhitungkan lawan-lawan seperti itu, dan bisa saja ia menghindari untuk memakai istilah yang sangat mereka gemari. Atau mungkin dia lebih sering memakai kata kerja πιστευω - PISTEUÔ (dibandingkan penulis-penulis PB lainnya, sampai 3-kali lebih banyak dari ketiga temannya penulis Injil Sinoptik itu). Susunan katanya yang khas ialah penggunaan kata εις - EIS, 'percaya kepada.' Bagi Paulus, IMAN adalah sifat yang khas dari Kekristenan. Berbeda dengan Yohanes, Paulus menggunakan kata πιστις - PISTIS yang lebih banyak dua kali lipat daripada kata kerja πιστευω - PISTEUÔ. Kata πιστις - PISTIS dikaitkan dengan beberapa gagasannya yang utama. Jadi dalam Roma 1:16 ia berkata bahwa Injil 'adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya'. Bahwa Kekristenan lebih dari sekedar pola nasihat yang baik sangat berarti bagi Paulus. Injil tidak hanya mengatakan kepada manusia apa yang wajib mereka lakukan, tapi juga memberi kekuatan kepada mereka untuk melakukannya. Beberapa Paulus empertentangkan kata-kata belaka dengan kekuatan, umumnya guna menekankan bahwa kekuatan Roh Kudus harus diperlihatkan dalam hidup orang Kristen. Dan kekuatan ini dapat berperan dalam hidup seseorang hanya jika ia PERCAYA. Tidak ada yang bisa mengganti IMAN.
III.
Penutup
Banyak perselisihan Paulus berkisar pada
silang nalar dengan pengikut Yahudi. Kelompok ini mempertahankan bahwa tidak cukup
bahwa orang Kristen hanya dibabtis, mereka harus juga disunat, dan bila mereka
diterima masuk agama Yahudi dengan jalan sunat itu, mereka harus
menggenapi seluruh Hukum Taurat Musa. Kelompok Yahudi ini membuat ketaatan kepada Taurat sebagai
prasyarat yang harus dipenuhi sebelum memperoleh keselamatan, paling tidak
dalam arti keselamatan secara utuh.
IMAN
(keyakinan, kesetiaan) adalah kata benda, kata ini dipakai dalam
Perjanjian Baru merupakan terjemahan dari kata Yunani πιστις
- PISTIS. Sedangkan PERCAYA (yakin, setia) adalah kata kerja,
adalah terjemahan dari kata πιστευω
- PISTEUÔ. πιστις
- PISTIS (IMAN) dan πιστευω
- PISTEUÔ (PERCAYA), keduanya berasal dari kata Yunani πεiθω
– PEITÔ, verb, to trust, have confidence, be confident, to obey,
percaya, yakin, setia, tunduk,.
[1] Haword M.
Gering, Analisa Alkitab, (Jakarta: Yayasan
Pekabaran Injil “Immanuel”,1992),16.
[2] Christopher J.
H. Wright, Keselamatan Milik Allah Kami (Surabaya: Literatur Perkantas Jawa
Timur, 2011). 62-63
[3] Philipus Pada
Sulistya, “Konsep Keselamatan Dalam Perjanjian Lama” (2013),
https://www.osf.io.
Tags : BAHAN KHOTBAH
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment