KHOTBAH; MALEAKHI 1 : 1 - 6 ( TUHAN MENGASIHI SEGALA BANGSA )
“TUHAN
MENGASIHI SEGALA BANGSA”
Kajian Historis–Kritis dan Refleksi
Teologis–Homiletis atas Maleakhi 1:1–6
DITULIS OLEH : PDT. HENDRA
CRISVIN MANULLANG
I – PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kitab
Maleakhi adalah kitab terakhir dalam Perjanjian Lama, sebuah penutup yang tidak
sekadar menutup sejarah nubuat Israel, tetapi juga menjembatani masa
senyap 400 tahun menuju kedatangan Kristus. Dalam kitab ini,
Tuhan berbicara melalui nabi Maleakhi kepada umat-Nya yang telah kembali dari
pembuangan, namun hidup mereka tidak lagi bersemangat secara rohani.
Ayat
pertama membuka dengan kata-kata yang menggugah:
“Ucapan
ilahi. Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi.” (Mal. 1:1)
Namun
segera setelah itu, muncul kalimat yang kontras:
“Aku
telah mengasihi kamu, firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara
bagaimanakah Engkau mengasihi kami?’” (Mal. 1:2)
Inilah
pergulatan iman umat: Tuhan menyatakan kasih-Nya, tetapi mereka meragukannya. Mereka
telah melewati penderitaan, kehancuran bait Allah, dan penindasan bangsa lain.
Mereka memandang keadaan mereka dan berkata dalam hati: “Kalau Engkau mengasihi
kami, mengapa hidup kami begini?”
Kitab
Maleakhi menggambarkan generasi yang religius secara formal, tetapi sinis
secara rohani. Melalui nabi-Nya, Tuhan tidak hanya menegur,
tetapi juga menegaskan kembali kasih yang tidak berubah. Kasih yang sama itu,
kata Maleakhi, melampaui Israel — kasih yang akan terbuka
bagi segala bangsa melalui rencana keselamatan-Nya.
Tema
besar ini menjadi relevan di era modern: ketika manusia menilai kasih Allah
berdasarkan keadaan, Tuhan tetap berkata,
“Aku
telah mengasihi kamu.”
II – KAJIAN HISTORIS–KRITIS
2.1 Konteks Historis dan Sosial
Kitab
Maleakhi ditulis sekitar 450–430 SM, masa
pemerintahan Persia atas Yehuda.
Umat Israel telah kembali dari pembuangan Babel sekitar satu abad sebelumnya
(538 SM). Bait Allah kedua telah berdiri, namun semangat rohani mereka mulai
luntur.
Mereka
menghadapi beberapa masalah besar:
·
Kekecewaan
spiritual: janji kemuliaan masa depan tampak belum
terwujud.
·
Kemerosotan
moral: para imam melalaikan tugasnya (Mal. 1:6–14).
·
Perkawinan
campur dan ketidaksetiaan: umat mencemarkan perjanjian dengan bangsa
asing (Mal. 2:10–16).
·
Ketidakadilan
sosial dan ibadah palsu: mereka mempersembahkan korban yang cacat,
mencerminkan hati yang tidak tulus.
Situasi
ini menciptakan atmosfer sinis dan apatis. Mereka masih beribadah, tetapi tanpa
kasih. Maka Tuhan berbicara melalui Maleakhi dengan gaya dialog
konfrontatif, memperhadapkan mereka pada kasih-Nya yang sejati
dan tanggapan umat yang keras kepala.
2.2 Analisis Historis–Kritis Teks
|
Aspek Analisis |
Uraian |
|
Kritik Sumber (Quellenkritik) |
Maleakhi adalah nabi anonim; “Maleakhi” berarti “utusan-Ku.”
Ini bisa nama pribadi atau sebutan profetik. Teks berasal dari komunitas
pasca-pembuangan di Yehuda. |
|
Kritik Bentuk
(Formkritik) |
Teks Maleakhi 1:1–6 berbentuk dialog pengaduan —
gaya khas kitab ini. Allah menyatakan sesuatu, umat menjawab dengan
pertanyaan sinis, dan Tuhan memberikan argumennya. |
|
Kritik Redaksi
(Redaktionskritik) |
Struktur menunjukkan intensi teologis: Allah memulai dengan kasih,
bukan dengan murka. Redaksi ini menegaskan kasih sebagai fondasi seluruh
teguran berikutnya. |
|
Kritik Tradisi (Traditionskritik) |
Gagasan kasih Allah yang memilih Israel berasal dari tradisi Abrahamik
(Ul. 7:7–8) dan berkembang menuju pemahaman universal: kasih yang mencakup
bangsa-bangsa. |
2.3 Sitz im Leben (Situasi Hidup Teks)
Teks
ini muncul dalam konteks pasca-pembuangan, di mana umat sedang membangun
identitas nasional dan iman baru. Mereka menilai kasih Allah
dari keadaan ekonomi dan politik. Karena tidak makmur seperti yang dijanjikan
para nabi sebelumnya (Hagai, Zakharia), mereka bertanya sinis:
“Dengan
cara bagaimana Engkau mengasihi kami?”
Sitz im
Leben ini menggambarkan krisis iman kolektif — antara teologi kasih Allah dan
realitas penderitaan umat. Maleakhi menghadirkan jawaban eksistensial,
bukan logis: kasih Allah adalah fakta sejarah pilihan dan penyelamatan,
bukan hasil dari kondisi yang nyaman.
2.4 Struktur
Retorika Maleakhi 1:1–6
|
Bagian |
Ayat |
Isi Pokok |
Gaya Retorika |
|
I |
1–2a |
Pernyataan kasih Allah |
Deklaratif |
|
II |
2b |
Pertanyaan sinis umat |
Retorika dialog |
|
III |
2c–5 |
Penegasan kasih melalui sejarah Yakub & Esau |
Ilustratif – historis |
|
IV |
6 |
Teguran terhadap imam yang meremehkan nama Tuhan |
Eksposisi moral |
2.5 Perbandingan Historis
|
Elemen |
Israel |
Edom |
|
Asal-usul |
Yakub (umat pilihan) |
Esau (saudara bangsa asing) |
|
Respons terhadap Allah |
Lengah, apatis |
Menentang Allah secara terbuka |
|
Status rohani |
Dikasihi & dipilih |
Ditolak karena kesombongan |
|
Makna teologis |
Kasih karunia |
Penghukuman atas kesombongan |
Perbandingan
ini bukan diskriminasi etnis, melainkan simbol teologis: kasih
Allah diberikan karena anugerah, bukan karena
prestasi. Melalui Israel, kelak kasih itu akan menjangkau segala bangsa (lih.
Kej. 12:3).
III – ANALISIS TEOLOGIS DAN PESAN INTI
3.1 Kasih Allah Sebagai Fakta Sejarah
Tuhan
tidak menjawab pertanyaan umat dengan teori, tetapi dengan sejarah:
“Bukankah
Esau kakak Yakub? Namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” (ay. 2–3)
Kata
“mengasihi” di sini bukan sekadar emosi, melainkan pemilihan perjanjian
— Allah memilih Yakub untuk menjadi saluran berkat bagi dunia. Kasih Allah adalah
kasih yang bertindak dalam sejarah.
Implikasi teologis: Kasih
Allah tidak diukur dari situasi sekarang, melainkan dari kesetiaan-Nya
yang tidak berubah. Ketika umat Israel ragu, Tuhan mengingatkan
mereka: “Aku sudah bertindak dalam kasih bahkan sebelum kamu lahir.”
3.2 Kasih
Allah Bersifat Universal
Meski
fokusnya pada Israel, Maleakhi membuka horizon yang lebih luas:
“Matamu
akan melihatnya dan kamu akan berkata: Besarlah TUHAN di luar daerah Israel!”
(ay. 5)
Ini adalah
pernyataan universalitas
kasih Allah. Allah tidak hanya bekerja di Yehuda, tetapi juga
di antara bangsa-bangsa. Melalui Israel, kasih dan kemuliaan Allah akan dikenal
di seluruh dunia (bdk. Yes. 49:6).
Refleksi modern: Gereja
tidak boleh merasa eksklusif; kasih Allah tidak dibatasi oleh suku, bangsa,
atau latar belakang. Misi gereja adalah memperluas kasih itu hingga “di luar
daerah Israel.”
3.3 Krisis
Iman: Dari Keraguan ke Penyembahan
Ayat 6
menampilkan teguran terhadap para imam yang tidak menghormati nama Tuhan. Kasih
yang tidak dibalas dengan hormat akan berubah menjadi teguran keras.
Namun, teguran ini justru merupakan tanda kasih yang mendidik.
Analogi: Seorang
ayah menegur anaknya bukan karena benci, melainkan karena cinta yang ingin
memulihkan. Demikian pula Allah menegur Israel agar kembali menghormati-Nya.
IV – KHOTBAH
EKSPOSTORI: “KASIH YANG TAK BERTEPI”
4.1 Pendahuluan: Ketika Kasih Tuhan
Dipertanyakan
Berapa
banyak orang percaya yang pernah bertanya:
“Tuhan,
kalau Engkau mengasihi aku, mengapa aku menderita?”
Itulah
pertanyaan umat Israel dalam Maleakhi 1. Mereka melihat reruntuhan, kemiskinan,
dan ketidakadilan. Namun Tuhan menjawab:
“Aku
telah mengasihi kamu.”
Kasih
Allah tidak selalu terlihat dari keadaan, tetapi diyakini melalui
iman.
4.2 Poin 1 –
Kasih Allah Bersifat Historis (Ay. 2–3)
Tuhan
menunjuk pada sejarah Yakub dan Esau. Kasih-Nya bukan kasih yang baru, tetapi kasih
yang sudah mengikat sejak awal sejarah keselamatan.
Aplikasi:
·
Jika hari ini kita tidak melihat bukti kasih
Allah, lihatlah ke belakang: salib Kristus adalah bukti kasih yang abadi.
·
Kasih Allah tidak selalu menyenangkan, tetapi
selalu menyelamatkan.
Contoh
Ilustrasi: Seorang ibu yang memarahi anaknya agar
jangan bermain di jalan raya — anak itu menangis, merasa tidak dikasihi,
padahal sang ibu sedang menyelamatkannya.
Demikianlah kasih Allah: terkadang terasa keras, namun bertujuan menebus.
4.3 Poin 2 –
Kasih Allah Menembus Batas Bangsa (Ay. 5)
“Besarlah
TUHAN di luar daerah Israel.”
Kasih
Allah tidak dibatasi oleh satu bangsa. Kasih itu menjangkau semua — termasuk
bangsa yang dulu dianggap musuh. Di dalam Kristus, kasih Allah menembus
tembok-tembok etnis, sosial, dan budaya.
Aplikasi:
·
Gereja harus menjadi duta kasih, bukan
penjaga eksklusivitas.
·
Tidak ada bangsa yang terlalu jauh untuk
dijangkau kasih Tuhan.
·
Kasih Allah yang sejati mendorong misi lintas
budaya dan pelayanan lintas batas.
Contoh
Aktual: Pelayanan lintas etnis di gereja multikultural hari ini
adalah wujud nyata kasih universal Allah. Ketika orang Batak, Jawa, Dayak, dan
Tionghoa duduk satu meja dalam ibadah dan kasih, itulah penggenapan nubuat
Maleakhi:
“Besarlah
TUHAN di luar Israel.”
4.4 Poin 3 –
Kasih Allah Menuntut Respons Hormat (Ay. 6)
“Seorang
anak menghormati bapanya, seorang hamba tuannya; jika Aku ini Bapa, di manakah
hormat yang kepada-Ku itu?”
Tuhan
menunjukkan bahwa kasih yang sejati menuntut tanggapan. Israel
menikmati kasih Tuhan, namun tidak menghormati Dia. Kasih yang tidak direspons
akan berubah menjadi teguran.
Aplikasi rohani:
·
Kasih Allah harus dijawab dengan ibadah yang
tulus, bukan sekadar ritual.
·
Jangan bawa persembahan cacat (secara moral
maupun spiritual).
·
Hormat kepada Allah berarti menjaga kesetiaan
dalam kehidupan sehari-hari.
Ilustrasi
Homiletis: Kasih tanpa hormat adalah hubungan tanpa
keintiman.
Tuhan ingin bukan hanya kita mengakui kasih-Nya, tetapi menghormati
Dia dengan hidup yang benar.
4.5 Penutup
Khotbah: Kasih yang Tidak Berubah
Maleakhi
mengingatkan:
·
Tuhan tetap mengasihi, meski umat-Nya
berubah.
·
Kasih Allah melintasi waktu, bangsa, dan dosa
manusia.
·
Tugas kita adalah memelihara respons
kasih itu melalui ketaatan dan penghormatan.
“Kasih
Tuhan tidak pudar, kasih-Nya melintasi batas bangsa, dan kasih-Nya tetap
memanggil manusia untuk menghormati-Nya.”
V – KESIMPULAN
1.
Secara
historis, Maleakhi berbicara kepada umat yang kecewa, namun
diingatkan pada kasih Allah yang tetap setia.
2.
Secara
teologis, kasih Allah bersifat universal — melintasi bangsa dan
zaman.
3.
Secara
homiletis, pesan ini memanggil gereja untuk hidup
dalam syukur, hormat, dan kasih kepada semua bangsa.
Kasih
Allah bukan hanya untuk Israel; kasih itu adalah rencana penebusan
universal yang berpuncak di dalam Kristus — Anak Maleakhi
sejati yang membawa terang bagi segala bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Primer
·
Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia, 2023.
·
The Hebrew Bible (Biblia Hebraica
Stuttgartensia). Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 2017.
·
The Holy Bible, New International Version.
Grand Rapids: Zondervan, 2011.
B. Tafsir dan
Studi Kitab Maleakhi
·
Hill, Andrew E. Malachi: A New
Translation with Introduction and Commentary. Anchor Yale Bible
Commentary. New Haven: Yale University Press, 1998.
·
Baldwin, Joyce G. Haggai, Zechariah,
Malachi: An Introduction and Commentary. Tyndale Old Testament
Commentaries. Downers Grove: InterVarsity Press, 1972.
·
Verhoef, Pieter A. The Books of Haggai
and Malachi. New International Commentary on the Old Testament.
Grand Rapids: Eerdmans, 1987.
·
Stuart, Douglas. Malachi.
In The
Minor Prophets: An Exegetical and Expository Commentary. Grand
Rapids: Baker, 1992.
C. Literatur
Teologis dan Historis
·
Wright, N. T. The Old Testament
and the People of God. Minneapolis: Fortress Press, 1992.
·
Brueggemann, Walter. The Prophetic
Imagination. Minneapolis: Fortress Press, 2001.
·
Kaiser, Walter C. The Messiah in the
Old Testament. Grand Rapids: Zondervan, 1995.
·
Mays, James L. The Lord Reigns: A
Theological Handbook to the Psalms. Louisville: Westminster John
Knox, 1994.
D. Literatur
Homiletik dan Spiritualitas
·
Stott, John R. W. The Contemporary
Preacher. Downers Grove: IVP, 1999.
·
Tozer, A. W. The Knowledge of the
Holy. Chicago: Moody Publishers, 2009.
·
Barus, Karel. Khotbah Ekspositori
yang Hidup. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.
· Haddon Robinson. Biblical Preaching. Grand Rapids: Baker Academic, 2014.
📜 Penutup Reflektif:
Kasih
Allah bukan hanya milik satu bangsa, tetapi untuk seluruh ciptaan.
Maleakhi 1:1–6 menegaskan: Tuhan yang memilih Israel adalah juga Tuhan yang
akan mengasihi dunia.
Dan tugas gereja kini adalah menjadi cermin dari kasih itu —
kasih
yang setia, yang menghormati Allah, dan yang menjangkau segala bangsa.
Tags : BAHAN KHOTBAH
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment