-->

sosial media

Saturday, 25 October 2025

KHOTBAH; MALEAKHI 1 : 1 - 6 ( TUHAN MENGASIHI SEGALA BANGSA )

 


“TUHAN MENGASIHI SEGALA BANGSA”
Kajian Historis–Kritis dan Refleksi Teologis–Homiletis atas Maleakhi 1:1–6

DITULIS OLEH : PDT. HENDRA CRISVIN MANULLANG


I – PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kitab Maleakhi adalah kitab terakhir dalam Perjanjian Lama, sebuah penutup yang tidak sekadar menutup sejarah nubuat Israel, tetapi juga menjembatani masa senyap 400 tahun menuju kedatangan Kristus. Dalam kitab ini, Tuhan berbicara melalui nabi Maleakhi kepada umat-Nya yang telah kembali dari pembuangan, namun hidup mereka tidak lagi bersemangat secara rohani.

Ayat pertama membuka dengan kata-kata yang menggugah:

“Ucapan ilahi. Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi.” (Mal. 1:1)

Namun segera setelah itu, muncul kalimat yang kontras:

“Aku telah mengasihi kamu, firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?’” (Mal. 1:2)

Inilah pergulatan iman umat: Tuhan menyatakan kasih-Nya, tetapi mereka meragukannya. Mereka telah melewati penderitaan, kehancuran bait Allah, dan penindasan bangsa lain. Mereka memandang keadaan mereka dan berkata dalam hati: “Kalau Engkau mengasihi kami, mengapa hidup kami begini?”

Kitab Maleakhi menggambarkan generasi yang religius secara formal, tetapi sinis secara rohani. Melalui nabi-Nya, Tuhan tidak hanya menegur, tetapi juga menegaskan kembali kasih yang tidak berubah. Kasih yang sama itu, kata Maleakhi, melampaui Israel — kasih yang akan terbuka bagi segala bangsa melalui rencana keselamatan-Nya.

Tema besar ini menjadi relevan di era modern: ketika manusia menilai kasih Allah berdasarkan keadaan, Tuhan tetap berkata,

“Aku telah mengasihi kamu.”

 

II – KAJIAN HISTORIS–KRITIS

2.1 Konteks Historis dan Sosial

Kitab Maleakhi ditulis sekitar 450–430 SM, masa pemerintahan Persia atas Yehuda.
Umat Israel telah kembali dari pembuangan Babel sekitar satu abad sebelumnya (538 SM). Bait Allah kedua telah berdiri, namun semangat rohani mereka mulai luntur.

Mereka menghadapi beberapa masalah besar:

·        Kekecewaan spiritual: janji kemuliaan masa depan tampak belum terwujud.

·        Kemerosotan moral: para imam melalaikan tugasnya (Mal. 1:6–14).

·        Perkawinan campur dan ketidaksetiaan: umat mencemarkan perjanjian dengan bangsa asing (Mal. 2:10–16).

·        Ketidakadilan sosial dan ibadah palsu: mereka mempersembahkan korban yang cacat, mencerminkan hati yang tidak tulus.

Situasi ini menciptakan atmosfer sinis dan apatis. Mereka masih beribadah, tetapi tanpa kasih. Maka Tuhan berbicara melalui Maleakhi dengan gaya dialog konfrontatif, memperhadapkan mereka pada kasih-Nya yang sejati dan tanggapan umat yang keras kepala.

 

2.2 Analisis Historis–Kritis Teks

Aspek Analisis

Uraian

Kritik Sumber (Quellenkritik)

Maleakhi adalah nabi anonim; “Maleakhi” berarti “utusan-Ku.” Ini bisa nama pribadi atau sebutan profetik. Teks berasal dari komunitas pasca-pembuangan di Yehuda.

Kritik Bentuk (Formkritik)

Teks Maleakhi 1:1–6 berbentuk dialog pengaduan — gaya khas kitab ini. Allah menyatakan sesuatu, umat menjawab dengan pertanyaan sinis, dan Tuhan memberikan argumennya.

Kritik Redaksi (Redaktionskritik)

Struktur menunjukkan intensi teologis: Allah memulai dengan kasih, bukan dengan murka. Redaksi ini menegaskan kasih sebagai fondasi seluruh teguran berikutnya.

Kritik Tradisi (Traditionskritik)

Gagasan kasih Allah yang memilih Israel berasal dari tradisi Abrahamik (Ul. 7:7–8) dan berkembang menuju pemahaman universal: kasih yang mencakup bangsa-bangsa.

 

2.3 Sitz im Leben (Situasi Hidup Teks)

Teks ini muncul dalam konteks pasca-pembuangan, di mana umat sedang membangun identitas nasional dan iman baru. Mereka menilai kasih Allah dari keadaan ekonomi dan politik. Karena tidak makmur seperti yang dijanjikan para nabi sebelumnya (Hagai, Zakharia), mereka bertanya sinis:

“Dengan cara bagaimana Engkau mengasihi kami?”

Sitz im Leben ini menggambarkan krisis iman kolektif — antara teologi kasih Allah dan realitas penderitaan umat. Maleakhi menghadirkan jawaban eksistensial, bukan logis: kasih Allah adalah fakta sejarah pilihan dan penyelamatan, bukan hasil dari kondisi yang nyaman.

2.4 Struktur Retorika Maleakhi 1:1–6

Bagian

Ayat

Isi Pokok

Gaya Retorika

I

1–2a

Pernyataan kasih Allah

Deklaratif

II

2b

Pertanyaan sinis umat

Retorika dialog

III

2c–5

Penegasan kasih melalui sejarah Yakub & Esau

Ilustratif – historis

IV

6

Teguran terhadap imam yang meremehkan nama Tuhan

Eksposisi moral

 

2.5 Perbandingan Historis

Elemen

Israel

Edom

Asal-usul

Yakub (umat pilihan)

Esau (saudara bangsa asing)

Respons terhadap Allah

Lengah, apatis

Menentang Allah secara terbuka

Status rohani

Dikasihi & dipilih

Ditolak karena kesombongan

Makna teologis

Kasih karunia

Penghukuman atas kesombongan

Perbandingan ini bukan diskriminasi etnis, melainkan simbol teologis: kasih Allah diberikan karena anugerah, bukan karena prestasi. Melalui Israel, kelak kasih itu akan menjangkau segala bangsa (lih. Kej. 12:3).

 

III – ANALISIS TEOLOGIS DAN PESAN INTI

3.1 Kasih Allah Sebagai Fakta Sejarah

Tuhan tidak menjawab pertanyaan umat dengan teori, tetapi dengan sejarah:

“Bukankah Esau kakak Yakub? Namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” (ay. 2–3)

Kata “mengasihi” di sini bukan sekadar emosi, melainkan pemilihan perjanjian — Allah memilih Yakub untuk menjadi saluran berkat bagi dunia. Kasih Allah adalah kasih yang bertindak dalam sejarah.

Implikasi teologis: Kasih Allah tidak diukur dari situasi sekarang, melainkan dari kesetiaan-Nya yang tidak berubah. Ketika umat Israel ragu, Tuhan mengingatkan mereka: “Aku sudah bertindak dalam kasih bahkan sebelum kamu lahir.”

3.2 Kasih Allah Bersifat Universal

Meski fokusnya pada Israel, Maleakhi membuka horizon yang lebih luas:

“Matamu akan melihatnya dan kamu akan berkata: Besarlah TUHAN di luar daerah Israel!” (ay. 5)

Ini adalah pernyataan universalitas kasih Allah. Allah tidak hanya bekerja di Yehuda, tetapi juga di antara bangsa-bangsa. Melalui Israel, kasih dan kemuliaan Allah akan dikenal di seluruh dunia (bdk. Yes. 49:6).

Refleksi modern: Gereja tidak boleh merasa eksklusif; kasih Allah tidak dibatasi oleh suku, bangsa, atau latar belakang. Misi gereja adalah memperluas kasih itu hingga “di luar daerah Israel.”

3.3 Krisis Iman: Dari Keraguan ke Penyembahan

Ayat 6 menampilkan teguran terhadap para imam yang tidak menghormati nama Tuhan. Kasih yang tidak dibalas dengan hormat akan berubah menjadi teguran keras.
Namun, teguran ini justru merupakan tanda kasih yang mendidik.

Analogi: Seorang ayah menegur anaknya bukan karena benci, melainkan karena cinta yang ingin memulihkan. Demikian pula Allah menegur Israel agar kembali menghormati-Nya.

 
IV – KHOTBAH EKSPOSTORI: “KASIH YANG TAK BERTEPI”

4.1 Pendahuluan: Ketika Kasih Tuhan Dipertanyakan

Berapa banyak orang percaya yang pernah bertanya:

“Tuhan, kalau Engkau mengasihi aku, mengapa aku menderita?”

Itulah pertanyaan umat Israel dalam Maleakhi 1. Mereka melihat reruntuhan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Namun Tuhan menjawab:

“Aku telah mengasihi kamu.”

Kasih Allah tidak selalu terlihat dari keadaan, tetapi diyakini melalui iman.

4.2 Poin 1 – Kasih Allah Bersifat Historis (Ay. 2–3)

Tuhan menunjuk pada sejarah Yakub dan Esau. Kasih-Nya bukan kasih yang baru, tetapi kasih yang sudah mengikat sejak awal sejarah keselamatan.

Aplikasi:

·        Jika hari ini kita tidak melihat bukti kasih Allah, lihatlah ke belakang: salib Kristus adalah bukti kasih yang abadi.

·        Kasih Allah tidak selalu menyenangkan, tetapi selalu menyelamatkan.

Contoh Ilustrasi: Seorang ibu yang memarahi anaknya agar jangan bermain di jalan raya — anak itu menangis, merasa tidak dikasihi, padahal sang ibu sedang menyelamatkannya.
Demikianlah kasih Allah: terkadang terasa keras, namun bertujuan menebus.

4.3 Poin 2 – Kasih Allah Menembus Batas Bangsa (Ay. 5)

“Besarlah TUHAN di luar daerah Israel.”

Kasih Allah tidak dibatasi oleh satu bangsa. Kasih itu menjangkau semua — termasuk bangsa yang dulu dianggap musuh. Di dalam Kristus, kasih Allah menembus tembok-tembok etnis, sosial, dan budaya.

Aplikasi:

·        Gereja harus menjadi duta kasih, bukan penjaga eksklusivitas.

·        Tidak ada bangsa yang terlalu jauh untuk dijangkau kasih Tuhan.

·        Kasih Allah yang sejati mendorong misi lintas budaya dan pelayanan lintas batas.

Contoh Aktual: Pelayanan lintas etnis di gereja multikultural hari ini adalah wujud nyata kasih universal Allah. Ketika orang Batak, Jawa, Dayak, dan Tionghoa duduk satu meja dalam ibadah dan kasih, itulah penggenapan nubuat Maleakhi:

“Besarlah TUHAN di luar Israel.”

4.4 Poin 3 – Kasih Allah Menuntut Respons Hormat (Ay. 6)

“Seorang anak menghormati bapanya, seorang hamba tuannya; jika Aku ini Bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu?”

Tuhan menunjukkan bahwa kasih yang sejati menuntut tanggapan. Israel menikmati kasih Tuhan, namun tidak menghormati Dia. Kasih yang tidak direspons akan berubah menjadi teguran.

Aplikasi rohani:

·        Kasih Allah harus dijawab dengan ibadah yang tulus, bukan sekadar ritual.

·        Jangan bawa persembahan cacat (secara moral maupun spiritual).

·        Hormat kepada Allah berarti menjaga kesetiaan dalam kehidupan sehari-hari.

Ilustrasi Homiletis: Kasih tanpa hormat adalah hubungan tanpa keintiman.
Tuhan ingin bukan hanya kita mengakui kasih-Nya, tetapi menghormati Dia dengan hidup yang benar.

4.5 Penutup Khotbah: Kasih yang Tidak Berubah

Maleakhi mengingatkan:

·        Tuhan tetap mengasihi, meski umat-Nya berubah.

·        Kasih Allah melintasi waktu, bangsa, dan dosa manusia.

·        Tugas kita adalah memelihara respons kasih itu melalui ketaatan dan penghormatan.

“Kasih Tuhan tidak pudar, kasih-Nya melintasi batas bangsa, dan kasih-Nya tetap memanggil manusia untuk menghormati-Nya.”

 

V – KESIMPULAN

1.     Secara historis, Maleakhi berbicara kepada umat yang kecewa, namun diingatkan pada kasih Allah yang tetap setia.

2.     Secara teologis, kasih Allah bersifat universal — melintasi bangsa dan zaman.

3.     Secara homiletis, pesan ini memanggil gereja untuk hidup dalam syukur, hormat, dan kasih kepada semua bangsa.

Kasih Allah bukan hanya untuk Israel; kasih itu adalah rencana penebusan universal yang berpuncak di dalam Kristus — Anak Maleakhi sejati yang membawa terang bagi segala bangsa.

 

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Primer

·        Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2023.

·        The Hebrew Bible (Biblia Hebraica Stuttgartensia). Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 2017.

·        The Holy Bible, New International Version. Grand Rapids: Zondervan, 2011.

B. Tafsir dan Studi Kitab Maleakhi

·        Hill, Andrew E. Malachi: A New Translation with Introduction and Commentary. Anchor Yale Bible Commentary. New Haven: Yale University Press, 1998.

·        Baldwin, Joyce G. Haggai, Zechariah, Malachi: An Introduction and Commentary. Tyndale Old Testament Commentaries. Downers Grove: InterVarsity Press, 1972.

·        Verhoef, Pieter A. The Books of Haggai and Malachi. New International Commentary on the Old Testament. Grand Rapids: Eerdmans, 1987.

·        Stuart, Douglas. Malachi. In The Minor Prophets: An Exegetical and Expository Commentary. Grand Rapids: Baker, 1992.

C. Literatur Teologis dan Historis

·        Wright, N. T. The Old Testament and the People of God. Minneapolis: Fortress Press, 1992.

·        Brueggemann, Walter. The Prophetic Imagination. Minneapolis: Fortress Press, 2001.

·        Kaiser, Walter C. The Messiah in the Old Testament. Grand Rapids: Zondervan, 1995.

·        Mays, James L. The Lord Reigns: A Theological Handbook to the Psalms. Louisville: Westminster John Knox, 1994.

D. Literatur Homiletik dan Spiritualitas

·        Stott, John R. W. The Contemporary Preacher. Downers Grove: IVP, 1999.

·        Tozer, A. W. The Knowledge of the Holy. Chicago: Moody Publishers, 2009.

·        Barus, Karel. Khotbah Ekspositori yang Hidup. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.

·        Haddon Robinson. Biblical Preaching. Grand Rapids: Baker Academic, 2014.

📜 Penutup Reflektif:

Kasih Allah bukan hanya milik satu bangsa, tetapi untuk seluruh ciptaan.
Maleakhi 1:1–6 menegaskan: Tuhan yang memilih Israel adalah juga Tuhan yang akan mengasihi dunia.
Dan tugas gereja kini adalah menjadi cermin dari kasih itu —
kasih yang setia, yang menghormati Allah, dan yang menjangkau segala bangsa.

 

Tags :

BPPPWG MENARA KRISTEN

KOMITMEN DALAM MELAYANI

PRO DEO ET EIUS CREATURAM

  • PRO DEO ET EIUS CREATURAM
  • COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
  • ORA ET LABORA

INFORMASI KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN
  • : Pdt Hendra C Manullang
  • : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
  • : crisvinh@gmail.com
  • : menarakristen@gmail.com
/UMUM

Post a Comment

Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim