-->

sosial media

Tuesday, 25 November 2025

KHOTBAH; MATIUS 3 : 1–12 ( BERTOBATLAH! KERAJAAN ALLAH SUDAH DEKAT )

Bertobatlah! Kerajaan Allah Sudah Dekat: Rekonstruksi Historis-Kritis dan Tafsir Teologis Matius 3:1–12

DITULIS OLEH : PDT HENDRA CRISVIN MANULLANG,S.TH

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemberitaan Yohanes Pembaptis dalam Matius 3:1–12 adalah salah satu peristiwa paling penting dalam narasi awal Injil. Ia menjadi “jembatan” antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan membuka babak baru dalam sejarah keselamatan. Yohanes tampil secara profetik, memakai bahasa penghakiman sekaligus pemulihan, dengan gaya yang mengingatkan Israel pada para nabi kuno.

Seruannya, “Bertobatlah!” (μετανοεῖτε) merupakan inti pemberitaan Injil Yesus (Mat 4:17) dan para rasul (Kis 2:38). Artinya, penelaahan ayat ini bukan hanya penting secara akademik, tetapi sangat relevan bagi gereja modern yang sering kehilangan kesadaran akan urgensi pertobatan dan kedatangan Kerajaan Allah.

Secara historis, Yohanes tampil pada masa ketika Israel mengalami “kekosongan profetis” sekitar 400 tahun sejak Maleakhi. Di bawah penjajahan Romawi, bangsa ini mengalami tekanan politik, kerusakan moral, dan kompromi religius oleh para pemimpin yang korup. Panggilan Yohanes untuk kembali kepada Tuhan menjadi gema harapan baru.

Dengan demikian, Matius 3:1–12 perlu dipelajari melalui metode historis–kritis, teologi PL–PB, dan kritik teks untuk melihat kedalaman pesannya.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Apa konteks historis dan sosial yang melatarbelakangi munculnya Yohanes Pembaptis?
  2. Bagaimana kritik teks dan analisis linguistik terhadap Matius 3:1–12 memperdalam pemahaman?
  3. Apa makna teologi pertobatan dalam PL dan PB?
  4. Bagaimana pemahaman ini diterapkan dalam kehidupan gereja masa kini?

1.3 Tujuan Penulisan

  1. Mendeskripsikan latar historis–kritis Yohanes Pembaptis.
  2. Melakukan kritik teks terhadap kata-kata kunci Matius 3:1–12.
  3. Menggali teologi pertobatan dalam PL dan PB.
  4. Menyampaikan amanat khotbah yang relevan bagi gereja modern.

1.4 Metode Penelitian

Penelitian memakai:

  1. Metode historis–kritis (analisis konteks sejarah, budaya, intertekstualitas PL).
  2. Kritik teks (analisis kata Yunani, perbandingan naskah).
  3. Eksegesis teologis dengan pendekatan PL–PB.
  4. Hermeneutika pastoral (aplikasi khotbah).

II. KONTEKS HISTORIS MATIUS 3:1–12

2.1 Situasi Sosial–Politik Palestina Abad Pertama

Matius 3:1–12 terjadi di bawah penjajahan Romawi. Rakyat Yahudi terbagi menjadi beberapa kelompok religius:

  • Farisi: mempertahankan tradisi lisan
  • Saduki: elit imam, bekerjasama dengan Romawi
  • Essenes: komunitas gurun, hidup asketis
  • Zelot: radikal anti-Romawi

Di tengah situasi ini, banyak orang menantikan Mesias yang akan membebaskan mereka. Kehadiran Yohanes Pembaptis di padang gurun—bukan di Bait Allah—merupakan kritik keras terhadap kepemimpinan rohani yang gagal.

2.2 Kemunculan Yohanes Pembaptis dalam Cahaya Historis-Kritis

Tokoh Yohanes Pembaptis sangat unik karena:

  • Ia hidup seperti nabi Elia (pakaian bulu, makanan belalang & madu).
  • Ia muncul di padang gurun (ἔρημος), simbol awal mula pembentukan Israel.
  • Ia mengkhotbahkan pertobatan untuk menyambut Allah yang datang.

Menurut kajian historis, banyak gerakan keagamaan Yahudi pada masa itu mengajarkan baptisan ritual, tetapi Yohanes membawa baptisan yang once-for-all sebagai tanda komitmen moral, bukan sekadar ritual penyucian.

2.3 Sitz im Leben Yohanes Pembaptis

Sitz im Leben (setting kehidupan) Yohanes adalah:

  • Masa krisis identitas Israel
  • Kekecewaan terhadap Imam-imam Bait Allah
  • Kerinduan akan pemulihan eskatologis
  • Keyakinan bahwa Allah akan segera turun tangan

Seruan Yohanes, “Kerajaan Sorga sudah dekat” (ἤγγικεν), menandai pecahnya intervensi Allah ke dalam sejarah manusia.

 

III. KRITIK TEKS DAN ANALISIS BAHASA MATIUS 3:1–12

3.1 Kata Kunci Yunani

1. Μετανοεῖτε (metanoeite) — “bertobatlah”

Metanoia bukan sekadar perubahan perilaku, tetapi:

  • perubahan pikiran,
  • perubahan orientasi hidup,
  • kembali kepada Allah sebagai Raja.

2. Βασιλεία τῶν οὐρανῶν (basileia tōn ouranōn) — Kerajaan Sorga

Dalam Matius, istilah ini memuat dua dimensi:

  • kehadiran Allah yang memerintah sekarang,
  • penyelesaian final di akhir zaman.

3. Ἄξινος (axinē) — “kapak”

Simbol penghakiman yang dekat; menunjuk pada murka Allah PL (Yes 10:15; Yer 46:22).

4. Πῦρ (pyr) — “api”

= simbol kemurnian & penghukuman (Mal 3:2–3).

3.2 Kritik Teks: Variasi Manuskrip

Walau tidak banyak variasi, beberapa naskah awal menekankan:

  • pyr asbestos (πῦρ ἄσβεστος) “api yang tidak dapat dipadamkan”
  • variabel kecil pada konstruksi frasa “buah pertobatan”

Semua varian memperkuat tema penghakiman, bukan melemahkannya.

3.3 Kritik Literer

Struktur retorika Matius 3:1–12 berbentuk:

  1. Kehadiran Yohanes (ay.1–4)
  2. Respons massa (ay.5–6)
  3. Peringatan bagi pemimpin agama (ay.7–10)
  4. Pengumuman tentang Mesias unggul (ay.11–12)

Semua bagian menjadi satu gambaran besar: Allah sedang mendekat, maka umat harus bertobat.


IV. Pemberitaan Yohanes Pembaptis dan Tuntutan Pertobatan: Analisis Naratif, Teologis, dan Hermeneutis

4.1 Latar Historis dan Sosial Pelayanan Yohanes Pembaptis

Kemunculan Yohanes Pembaptis tidak terjadi dalam ruang hampa. Ia hadir pada masa ketika Israel berada dalam kondisi rohani yang tandus. Sejak nubuat Maleakhi (sekitar abad ke-5 SM), bangsa Israel hidup dalam masa yang disebut intertestamental period—empat abad tanpa nabi. Keheningan profetis yang panjang ini membuat kerinduan Mesianik memuncak. Bangsa itu berada di bawah kekuasaan Romawi, tertindas baik secara politik maupun ekonomi, dan haus pemulihan.

Yohanes tampil bukan di pusat kota, melainkan “di padang gurun”. Secara simbolis, padang gurun adalah tempat:

  1. Pembentukan Israel (Keluaran)
  2. Pemurnian rohani
  3. Dimulainya sesuatu yang baru

Dengan tampil di padang gurun, Yohanes sebenarnya memutus pola religius yang telah membatu di pusat-pusat ibadah. Ia menarik massa keluar dari kenyamanan liturgi menuju kesadaran yang lebih mendasar: manusia adalah pendosa yang harus kembali kepada Allah.

Pelayanan Yohanes juga menantang status-quo keagamaan. Orang Farisi dan Saduki, yang mewakili kalangan elite religius, datang menemui Yohanes bukan untuk bertobat, tetapi untuk mengamati dan mungkin mengkritisinya. Karena itu tegurannya tajam:
“Hai kamu keturunan ular beludak!” (Mat. 3:7).

Yohanes berhadapan langsung dengan kemunafikan struktural: agama tanpa pertobatan.

4.2 Seruan Pertobatan: Makna Teologis dan Eksistensial

Seruan Yohanes—“Bertobatlah!” (μετανοεῖτε)—mengandung makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar perubahan perilaku. Secara bahasa Yunani:

  • μετά (meta) = berubah, melampaui
  • νοέω (noeo) = pikiran, kesadaran

Metanoia berarti perubahan kesadaran yang mendasar, sebuah transformasi batin yang mengarah pada perubahan orientasi hidup. Yohanes tidak memulai dengan etika, tetapi dengan identitas manusia di hadapan Allah.

Pertobatan dalam PL memiliki dua aspek utama:

  1. Sikap kembali (שׁוּב – shub) kepada Allah (Yer. 3:12; Hos. 14:2)
  2. Mengubah perilaku sebagai bukti kesetiaan kepada perjanjian (Yes. 1:16–17)

PB memperdalam makna ini: Yesus memulai pelayanan-Nya dengan seruan yang sama (Mat. 4:17). Dengan demikian, Yohanes adalah jembatan antara PL dan PB dalam teologi pertobatan.

Pertobatan dalam Alkitab selalu:

  • diarahkan kepada Allah, bukan sekadar moralitas;
  • disertai perubahan nyata, bukan hanya penyesalan;
  • berorientasi pada Kerajaan Allah yang datang.

4.3 Baptisan Yohanes: Makna Ritual dan Teologis

Ritual pembaptisan Yahudi sebenarnya sudah dikenal dalam bentuk mikvah, yaitu penyucian diri dengan air. Namun baptisan Yohanes berbeda pada aspek berikut:

  1. Dilakukan sekali, bukan berkala.
  2. Menuntut pertobatan, bukan sekadar penyucian lahiriah.
  3. Bersifat eskatologis, mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias.
  4. Terbuka bagi semua, bukan hanya kelompok tertentu.

Air menjadi simbol:

  • pembersihan,
  • kelahiran baru,
  • pemutusan dengan kehidupan lama.

Secara PL, baptisan Yohanes merepresentasikan:

  • Perjalanan Israel melalui Laut Teberau (Keluaran 14)
  • Pembersihan melalui air dalam nubuat Yehezkiel (Yeh. 36:25)

Secara PB, baptisan ini menunjuk pada:

  • baptisan dalam Roh (Mat. 3:11; Kis. 2)
  • kematian dan kebangkitan Kristus (Rm. 6:3–4)

Yohanes secara sadar menempatkan dirinya sebagai pembuka jalan:
“Ia yang datang sesudah aku lebih berkuasa daripadaku” (Mat. 3:11).
Dengan mengakui ketidaklayakannya untuk membuka tali kasut Mesias, ia merendahkan diri dan memusarakan seluruh perhatian umat kepada Kedatangan Kristus.

4.4 Kritik Sosial dan Etis Yohanes: Seriusnya Tuntutan Buah Pertobatan

Yohanes tidak sekadar berkhotbah; ia menantang struktur sosial yang penuh kemunafikan.

Tegurannya terhadap orang Farisi dan Saduki memperlihatkan tiga kritik tajam:

1. Pertobatan yang tidak menghasilkan buah

Buah merupakan bukti, bukan syarat keselamatan. Tanpa buah, pertobatan hanyalah retorika.

2. Ketergantungan pada garis keturunan

“Kami adalah keturunan Abraham” (Mat. 3:9). Yohanes mengecam keyakinan palsu bahwa identitas etnis menjamin keselamatan.

3. Penghakiman yang mendesak

Gambaran kapak yang sudah diletakkan pada akar pohon (Mat. 3:10) adalah metafora eskatologis bahwa:

  • Tuhan tidak menunda penghakiman;
  • umat Allah tidak kebal terhadap hukuman;
  • keselamatan tidak otomatis.

Yohanes mengingatkan bahwa Allah tidak membutuhkan formalitas kekristenan, tetapi kehidupan yang berubah secara nyata.

4.5 Dimensi Eskatologis: Api, Alat Penampi, dan Penghakiman

Ayat 11–12 mengandung simbol-simbol kuat:

1) Api (πῦρ)

Melambangkan penyucian (Maleakhi 3:2–3) sekaligus penghukuman (Yes. 66:15–16).
Kristus datang membaptis dengan Roh dan api:

  • Roh = memperbaharui
  • Api = memurnikan dan menghakimi

2) Alat Penampi (πτύον)

Ini adalah gambaran petani yang memisahkan gandum dari sekam.
Fungsi teologisnya:

  • memisahkan umat yang sejati dari yang palsu.

3) Lumbung dan Api yang tidak terpadamkan

Keduanya menunjukkan dua tujuan akhir manusia:

  • Keselamatan (gandum)
  • Kebinasaan (sekam)

Simbol-simbol ini menggarisbawahi pesan utama Yohanes: Pertobatan bukan pilihan tambahan; itu adalah tuntutan mendesak dalam terang Kerajaan Allah yang segera dinyatakan.


V. KHOTBAH

Berikut versi khotbah yang lahir dari eksposisi akademik di atas:

KHOTBAH: “BERTOBATLAH! KERAJAAN ALLAH SUDAH DEKAT”

Pendahuluan

Suatu hari, seorang ayah kehilangan arah di dalam hutan. Ia terus berjalan tetapi semakin tersesat. Anaknya berkata: “Ayah, kita harus kembali.” Tetapi ayah berkata, “Aku malu kembali.”
Namun anak itu menjawab:
“Kembali bukan berarti kalah. Kembali berarti kita menuju jalan yang benar.”

Itu adalah gambar pertobatan: kembali kepada Tuhan sebelum terlambat.

Poin 1 — Pertobatan adalah panggilan Tuhan untuk memulai kembali

Yohanes tampil di padang gurun—tempat Israel pertama kali dibentuk. Pesan Yohanes:
“Metanoeite!”
Kembali. Berbalik. Jangan tetap di jalan yang salah.

Poin 2 — Pertobatan harus menghasilkan buah

“Hasillah buah yang sesuai dengan pertobatan”—bukan hanya emosi, bukan sekadar ritual.

Contoh: seorang pemabuk yang berhenti minum hanya seminggu, namun kembali jatuh. Pertobatan sejati bukan sesaat, tetapi perubahan karakter.

Poin 3 — Penghakiman semakin dekat

Kapak sudah diletakkan di akar.
Api penghakiman sudah siap.
Ini bukan ancaman kosong, tetapi fakta eskatologis.

Poin 4 — Pertobatan membuka jalan bagi Yesus

Tujuan pelayanan Yohanes bukan Yohanes, tetapi Yesus.

Ketika kita bertobat, kita sedang membuka jalan bagi Tuhan untuk berkarya di hidup kita.

5.1 Implikasi Hermeneutis: Membaca Matius 3 dalam Konteks PL dan PB

1. Kesinambungan PL–PB

Yohanes bukan tokoh baru, melainkan kelanjutan dari:

  • Yesaya 40:3 — suara yang berseru-seru di padang gurun
  • Maleakhi 3:1 — utusan yang mempersiapkan jalan
  • Maleakhi 4:5 — hadirnya nabi seperti Elia

PB mengonfirmasi seluruh pola ini: Yohanes tampil dengan gaya hidup asketis ala Elia, dan Yesus sendiri menegaskan identitasnya (Mat. 11:14).

2. Motif Pertobatan dalam Narasi Keselamatan

Pertobatan selalu mendahului pemulihan (Yoel 2; Amos 5; Kis. 2).
Hermeneutika Matius menempatkan tema ini sebagai gerbang memasuki Injil.

3. Formula Dialektika “Sementara–Sudah” dalam Eskatologi Kerajaan Allah

Yohanes menyatakan bahwa “Kerajaan Allah sudah dekat.”
Ini menandakan:

  • Kerajaan itu belum sepenuhnya hadir (karena Mesias belum memulai pelayanan-Nya),
  • tetapi sudah mulai bekerja di tengah umat.

Dengan demikian, setiap pertobatan adalah bukti kehadiran awal Kerajaan Allah.

5.2 Implikasi Teologis: Pertobatan dalam Kerangka Kristologi dan Soteriologi

1. Pertobatan Sesungguhnya Mengarah pada Kristus

Yohanes tidak pernah memusatkan perhatian pada dirinya.
Ia menyediakan ruang bagi Sang Anak Domba Allah.

Dalam teologi PB:

  • Pertobatan membuka hati bagi karya Roh Kudus (Kis. 2:38).
  • Pertobatan dipenuhi melalui karya Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya (Rm. 6).
  • Pertobatan mengalir menjadi kehidupan baru (1 Ptr. 1:14–16).

2. Penghakiman sebagai Realitas Eskatologis yang Nyata

Penghakiman dalam Alkitab bukan ancaman kosong; itu bagian dari keadilan Allah.

PL:
—Yesaya 13; Yehezkiel 7; Amos 5

PB:
—Matius 25; 2 Tesalonika 1; Wahyu 20

Matius 3 menempatkan umat dalam pilihan serius:
menjadi gandum atau sekam.

3. Keselamatan bersifat transformasional

Pertobatan sejati bukan hanya meninggalkan dosa, tetapi:

  • mencintai kebenaran,
  • berbuah secara etis dan sosial,
  • membangun kehidupan yang memuliakan Allah.

5.3 Implikasi Pastoral dan Praktis di Gereja Masa Kini

1. Gereja Tidak Boleh Menggantikan Pertobatan dengan Aktivitas

Banyak orang mengira kehadiran di ibadah atau pelayanan rutin cukup untuk menjadi rohani.
Yohanes mengingatkan bahwa:

“Gereja tanpa pertobatan adalah masyarakat religius tanpa kehadiran Allah.”

2. Khotbah tentang Pertobatan Harus kembali dibangkitkan

Mazmur 139:23–24 menjadi doa gereja:
“Selidikilah aku, ya Allah.”

Khotbah pertobatan bukan kuno—itu inti Injil.

3. Pertobatan Melibatkan Dimensi Etis dan Sosial

Seperti Yohanes, gereja perlu berbicara terhadap:

  • ketidakadilan,
  • korupsi,
  • kemunafikan,
  • penyalahgunaan religiusitas.

Pertobatan bukan hanya moral pribadi, tetapi transformasi komunitas.

4. Menantikan Penghakiman dengan Kesungguhan

Karena Kerajaan Allah sudah dekat, maka:

  • waktu adalah anugerah;
  • pertobatan adalah respons;
  • hidup kudus adalah buahnya.

5.4 Ilustrasi: Pohon yang Menolak Berbuah

Ada sebuah kisah tentang kebun anggur di daerah Mediterania. Seorang petani merawat sebuah pohon ara selama tiga tahun. Ia menyiangi rumput, menyiramnya, dan memberi pupuk. Namun pohon itu tetap tidak berbuah. Suatu hari ia berkata:

“Pohon ini hanya mengambil tempat. Sudah waktunya ditebang.”

Tetapi anaknya berkata:
“Beri aku satu tahun lagi. Aku akan menggemburkan tanahnya. Jika tetap tidak berbuah, tebanglah.”

Demikianlah hidup manusia di hadapan Allah.
Kasih karunia memberi kita “satu tahun lagi”—sebuah kesempatan.
Tetapi kesempatan tidak berlangsung selamanya.

5.5 Ringkasan Teologis Utama Bab V

  1. Pertobatan adalah pintu masuk Kerajaan Allah.
  2. Pertobatan mengakar pada tradisi PL dan digenapi dalam PB melalui Kristus.
  3. Baptisan Yohanes menunjuk pada karya Roh di dalam Kristus.
  4. Penghakiman adalah realitas eskatologis yang menuntut kesiapan.
  5. Gereja modern membutuhkan kebangkitan kesadaran pertobatan.

 

PENUTUP

Kajian historis–kritis dan teologi PL–PB menunjukkan bahwa Matius 3:1–12 bukan sekadar seruan moral, tetapi deklarasi eskatologis bahwa Allah telah turun tangan ke dalam sejarah.
Pertobatan adalah jalan masuk menuju pemerintahan Allah.

Gereja masa kini dipanggil bukan hanya mengajarkan kebaikan, tetapi menyerukan metanoia—perubahan hidup, hati, dan orientasi—sebelum kehadiran penuh Kerajaan Allah tiba. 

Tags :

BPPPWG MENARA KRISTEN

KOMITMEN DALAM MELAYANI

PRO DEO ET EIUS CREATURAM

  • PRO DEO ET EIUS CREATURAM
  • COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
  • ORA ET LABORA

INFORMASI KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN
  • : Pdt Hendra C Manullang
  • : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
  • : crisvinh@gmail.com
  • : menarakristen@gmail.com
/UMUM

Post a Comment

Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim