-->

sosial media

Tuesday, 4 November 2025

KHOTBAH; YESAYA 2 : 1 - 5 ( BERJALAN DALAM TERANG TUHAN )

 

Berjalan Dalam Terang Tuhan
YESAYA 2 : 1 – 5

(Sebuah Kajian Historis-Kritis, Biblis, dan Teologis Perjanjian Lama dan Baru, dengan Aplikasi Homiletik)

 DITULIS : Pdt. Hendra Crisvin Manullang, S.Th

I – Pendahuluan

Setiap zaman memiliki bentuk kegelapannya sendiri. Di masa Yesaya, bangsa Yehuda tenggelam dalam kegelapan moral dan rohani. Meskipun mereka memiliki Bait Allah yang megah di Yerusalem, hati mereka jauh dari Tuhan. Ibadah menjadi ritual kosong, dan keadilan tergantikan oleh penindasan.

Nabi Yesaya dipanggil di tengah situasi ini, sekitar tahun 740 s.M., masa pemerintahan Raja Uzia hingga Hizkia. Secara politik, Yehuda tampak makmur, tetapi dari sudut pandang moral dan spiritual, mereka sedang berada di tepi jurang kehancuran.

Melalui visi dalam Yesaya 2:1–5, Allah menunjukkan gambaran masa depan yang indah — suatu zaman di mana bangsa-bangsa datang ke Gunung Tuhan, mencari firman-Nya, dan hidup dalam damai. Di tengah realitas korup dan penuh kekerasan, visi ini menjadi cahaya pengharapan: suatu dunia baru di bawah pemerintahan Allah yang adil dan penuh kasih.

Bagi gereja masa kini, teks ini relevan. Dunia modern juga hidup dalam kegelapan — bukan karena kurangnya teknologi, tetapi karena kehilangan arah moral dan rohani. Banyak orang mengenal agama, tetapi belum mengenal Allah yang hidup. Karena itu, seruan Yesaya menjadi relevan bagi kita:

“Hai kaum Yakub, marilah kita berjalan dalam terang Tuhan.” (Yes. 2:5)

1.2 Rumusan Masalah

1.     Bagaimana konteks historis dan teologis Yesaya 2:1–5 dalam kehidupan Israel kuno?

2.     Apa makna teologis “berjalan dalam terang Tuhan” dalam perspektif Perjanjian Lama dan Baru?

3.     Bagaimana penerapan pesan ini dalam kehidupan umat percaya masa kini?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk:

1.     Menganalisis Yesaya 2:1–5 dengan metode historis-kritis dan linguistik Ibrani.

2.     Menyelidiki hubungan teologis teks ini dengan konsep terang dan damai dalam Alkitab secara keseluruhan.

3.     Memberikan aplikasi homiletik agar teks ini menjadi khotbah yang hidup bagi gereja masa kini.

 

II – Analisis Historis-Kritis

2.1 Sitz im Leben

Bagian ini mencerminkan konteks Yerusalem sebagai pusat keagamaan dan politik Yehuda. Saat itu, ibadah di Bait Allah telah dicemari oleh sinkretisme dan ketidakadilan sosial. Umat mengandalkan ritual, tetapi hati mereka jauh dari Allah (bdk. Yes. 1:10–17).

2.2 Struktur Literer

Teks ini terdiri dari dua bagian utama:

Bagian

Ayat

Isi Utama

I

2:1–4

Visi universal: bangsa-bangsa datang ke Gunung Tuhan

II

2:5

Seruan etis: umat berjalan dalam terang Tuhan

Yesaya 2:2–4 sejajar dengan Mikha 4:1–3, menunjukkan bahwa nubuat ini mungkin berasal dari tradisi bersama di Israel selatan dan utara — teks yang digunakan secara liturgis dalam ibadah Israel kuno sebagai pengingat visi damai Allah.

2.3 Teologi Terang dalam Perjanjian Lama

Konsep “terang” dalam PL bukan sekadar fenomena fisik, tetapi simbol kehadiran dan penyataan Allah.

1.     Terang sebagai ciptaan pertama (Kejadian 1:3). Allah berfirman, “Jadilah terang.” Sebelum matahari dan bulan diciptakan, terang Allah sudah hadir. Artinya, terang sejati berasal dari Allah sendiri, bukan dari ciptaan.

2.     Terang sebagai lambang kebenaran dan keadilan. Mazmur 119:105 mengatakan, “Firman-Mu pelita bagi kakiku.” Dalam teologi Ibrani, firman dan terang tak terpisahkan. Orang benar disebut “berjalan dalam terang,” sedangkan orang fasik “berjalan dalam kegelapan” (Ayb. 29:3; Ams. 4:18–19).

3.     Terang sebagai tanda keselamatan. Dalam Yesaya 9:1–2, bangsa yang berjalan dalam kegelapan melihat terang yang besar — nubuat tentang kedatangan Mesias. Terang Allah menandakan pembebasan dan pemulihan hubungan dengan-Nya.

Dengan demikian, dalam Yesaya 2:5, panggilan untuk “berjalan dalam terang Tuhan” berarti hidup dalam ketaatan kepada firman, keadilan, dan kasih Allah.

2.4 Teologi Terang dalam Perjanjian Baru

Konsep terang dalam PB merupakan penggenapan dari nubuat PL.

1.     Kristus sebagai Terang Dunia. Yohanes 8:12 — “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan.”
Di sini Yesus menggenapi visi Yesaya: bangsa-bangsa akan datang kepada terang-Nya (bdk. Yes. 60:3).

2.     Gereja sebagai pembawa terang. Matius 5:14–16 — “Kamu adalah terang dunia.”
Umat Allah tidak hanya menerima terang Kristus, tetapi menjadi cermin kasih-Nya. Terang itu bersifat
transformasional — mengubah masyarakat melalui kebenaran dan kasih.

3.     Terang sebagai tanda pengharapan eskatologis. Wahyu 21:23 menggambarkan Yerusalem baru yang tidak memerlukan matahari, sebab kemuliaan Allah meneranginya.
Dengan demikian, “berjalan dalam terang Tuhan” adalah
hidup menuju kekekalan, bukan sekadar etika duniawi.

2.5 Teologi Gunung dan Damai

Gunung dalam Alkitab adalah tempat perjumpaan dengan Allah (Gunung Sinai, Sion). Dalam Yesaya 2:2–4, gunung Tuhan menjadi pusat pemerintahan ilahi yang menebarkan damai.

Kedamaian (shalom) di sini bukan hanya ketiadaan perang, tetapi keutuhan, keseimbangan, dan relasi yang dipulihkan. Shalom adalah keadaan di mana manusia, alam, dan Allah berada dalam harmoni.


III – Kritik Bahasa (Filologi Ibrani)

Teks Ibrani: Yesaya 2:1–5

דְּבַר אֲשֶׁר חָזָה יְשַׁעְיָהוּ בֶּן־אָמוֹץ עַל־יְהוּדָה וִירוּשָׁלָ‍ִם׃
וְהָיָה בְּאַחֲרִית הַיָּמִים נָכוֹן יִהְיֶה הַר בֵּית־יְהוָה בְּרֹאשׁ הֶהָרִים...
...כִּי מִצִּיּוֹן תֵּצֵא תוֹרָה וּדְבַר־יְהוָה מִירוּשָׁלָ‍ִם׃
...בֵּית יַעֲקֹב לְכוּ וְנֵלְכָה בְּאוֹר יְהוָה׃

Analisis Linguistik dan Semantik

1. “נָכוֹן יִהְיֶה הַר בֵּית־יְהוָה” – nākōn yihyeh har bêt YHWH

“Gunung rumah TUHAN akan berdiri tegak”

·        נָכוֹן (nākōn) = berdiri kokoh, tegak, mapan; sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tetap dan stabil secara ilahi (Mazm. 93:2).

: Menunjukkan ketetapan eskatologis: Yerusalem akan menjadi pusat rohani dunia.

·        בֵּית־יְהוָה (bêt-YHWH) = rumah Tuhan; mengacu pada Bait Allah, tetapi dalam konteks ini meluas menjadi simbol kehadiran ilahi universal.

Makna teologis: Stabilitas rumah Tuhan menandakan kekuasaan dan kehadiran Allah yang kekal di tengah perubahan sejarah manusia.

2. “וְנָהֲרוּ אֵלָיו כָּל־הַגּוֹיִם” – wenāharū elāyw kol-haggōyim

“Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana”

·        נָהַר (nāhar) = mengalir seperti sungai. Biasanya digunakan untuk air, tetapi di sini metaforis untuk pergerakan umat manusia menuju Allah. Ibrani memakai ironi indah: “bangsa-bangsa mengalir naik ke gunung,” sesuatu yang mustahil secara fisik tetapi bermakna rohani — dorongan batin yang ditarik oleh kasih Tuhan.

Makna teologis: Kasih Allah menjadi daya tarik universal yang menuntun bangsa-bangsa kepada terang-Nya.

3. “כִּי מִצִּיּוֹן תֵּצֵא תוֹרָה” – kî miṣṣiyyôn tēṣē tôrāh

“Sebab dari Sion akan keluar pengajaran”

·        תּוֹרָה (tôrāh) = ajaran, instruksi, bukan hanya hukum. Dalam konteks Yesaya, tôrāh adalah pedoman moral yang memancar dari hadirat Tuhan — sumber keadilan dan damai sejahtera sejati.

Makna linguistik: Bentuk kata kerja tēṣē (keluar) menyiratkan gerak aktif dari pusat rohani ke seluruh dunia.

4. “וְשָׁפַט בֵּין הַגּוֹיִם” – weshāphaṭ bēyn haggōyim

“Ia akan menjadi Hakim di antara bangsa-bangsa”

·        שָׁפַט (shāphaṭ) = memerintah, mengadili, menegakkan keadilan.

: Bukan sekadar menghakimi, tetapi menetapkan tatanan moral dan damai.

Makna teologis: Tuhan menjadi pusat arbitrase dunia,  penghakiman-Nya bukan untuk menghukum, melainkan untuk menciptakan perdamaian universal.

5. “בֵּית יַעֲקֹב לְכוּ וְנֵלְכָה בְּאוֹר יְהוָה” – bêt ya‘aqōb lekû wenēlkhāh be’ōr YHWH

“Hai kaum Yakub, marilah kita berjalan dalam terang Tuhan!”

·        אוֹר (’ōr) = cahaya, simbol kebenaran, wahyu, dan kehidupan ilahi. Dalam konteks ini, berjalan dalam terang berarti hidup menurut firman dan karakter Allah.

Makna teologis: Setelah menyaksikan visi eskatologis, umat diundang untuk menjalani terang itu sekarang — bukan sekadar menunggu masa depan.

 

IV – Kajian Teologis dan Aplikatif serta Pokok Khotbah

4.1 Dimensi Eskatologis

Yesaya menubuatkan bahwa kerajaan Allah akan bersifat universal — semua bangsa, tanpa memandang etnis, akan mencari terang Allah. Ini mengantisipasi penggenapan dalam Kristus, “terang dunia” (Yoh. 8:12).

Dalam terang Tuhan, segala kekuasaan manusia tunduk pada kebenaran dan kasih-Nya.

4.2 Dimensi Etis

Ayat 5 adalah seruan moral: karena terang Allah akan datang, umat harus mulai berjalan di dalamnya sekarang. Iman yang sejati tidak menunggu keadaan sempurna, tetapi melangkah dalam ketaatan hari ini.

4.3 Dimensi Sosial

Perubahan spiritual membawa perubahan sosial. Ketika bangsa-bangsa belajar hukum Tuhan, mereka “menempa pedang menjadi mata bajak” (ay. 4). Simbol yang sangat kuat bagi transformasi dari kekerasan menjadi damai.

Contoh konkret: di tengah konflik sosial modern, “menempa pedang menjadi bajak” berarti mengubah sumber kebencian menjadi sarana pertumbuhan pendidikan, dialog, dan keadilan sosial.

4.4 Contoh Naratif / Ilustrasi Khotbah

Suatu kali seorang pemuda dari suku yang sedang berperang di Afrika Timur berkata kepada misionaris:
“Kami belajar Yesaya 2:4 — dan kami memutuskan untuk melelehkan senjata kami, membuatnya menjadi cangkul untuk kebun.” Misionaris itu tertegun. Ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana
firman Tuhan yang diwahyukan 2700 tahun lalu mengubah hati manusia hari ini.

Demikianlah bila seseorang benar-benar berjalan dalam terang Tuhan, ia tidak lagi hidup dalam kebencian, tetapi dalam kasih yang aktif.

4.5 Isi Pokok Khotbah

I. Terang Tuhan Menarik Semua Bangsa (ay. 2–3)

Bangsa-bangsa datang bukan karena paksaan, tetapi karena daya tarik kasih Allah.
Dalam konteks gereja, ini berarti misi Allah bersifat
inklusif dan universal.

Aplikasi: Gereja dipanggil bukan untuk menjadi benteng eksklusif, tetapi sumber terang bagi dunia. Ketika hidup kita memancarkan kasih Kristus, orang lain akan tertarik untuk datang kepada Allah.

II. Terang Tuhan Mengubah Dunia (ay. 4)

Yesaya menggambarkan bangsa-bangsa menempa pedang menjadi mata bajak.
Ini adalah simbol transformasi sosial: kekuatan yang dulu menghancurkan kini membangun.

Aplikasi: Iman yang sejati selalu membawa dampak sosial. Gereja yang berjalan dalam terang tidak bisa tinggal diam melihat ketidakadilan, tetapi berjuang menegakkan kasih dan damai di masyarakat.

“Kita dipanggil bukan hanya untuk berkhotbah tentang damai, tetapi untuk menempa pedang kita menjadi bajak — mengubah luka menjadi alat berkat.”

III. Terang Tuhan Menuntun Hidup Umat (ay. 5)

Yesaya menutup dengan seruan:

“Hai kaum Yakub, marilah kita berjalan dalam terang Tuhan.”

Ini adalah undangan aktif. Terang Tuhan bukan untuk disaksikan dari jauh, tetapi untuk dijalani.

Aplikasi pribadi: Berjalan dalam terang berarti hidup dalam integritas, kejujuran, kasih, dan pengampunan.
Bukan perjalanan tanpa bayangan, tetapi perjalanan bersama Allah yang menuntun.

4.6 Contoh Aktualisasi

·        Dalam pelayanan: Gereja menolak budaya korupsi dan mempromosikan keadilan.

·        Dalam keluarga: Terang Tuhan menuntun hubungan yang saling menghormati.

·        Dalam dunia digital: Umat Kristen dipanggil untuk menjadi terang di ruang maya yang sering gelap oleh kebencian.

 

V – Kesimpulan

5.1 Kesimpulan

Yesaya 2:1–5 bukan sekadar nubuat masa depan, melainkan peta jalan rohani umat Allah.
Visi damai dan terang bukan hanya untuk “hari terakhir,” tetapi panggilan untuk hari ini.

Kita tidak menunggu terang turun dari langit, sebab terang itu telah datang dalam Kristus. Sekarang tanggung jawab kita adalah berjalan di dalam-Nya dan membawa dunia pada terang itu.

“Terang yang sejati itu menerangi setiap orang” (Yoh. 1:9).

5.2 Refleksi Teologis

·        Terang Tuhan adalah identitas umat pilihan.

·        Berjalan dalam terang adalah perjalanan iman yang berkelanjutan.

·     Dunia akan mengenal Allah bukan hanya melalui perkataan, tetapi melalui kehidupan umat yang memancarkan terang.

5.3 Doa Penutup

“Ya Tuhan, terangilah langkah kami yang sering tersesat oleh kegelapan dunia ini.
Ajarlah kami untuk tidak hanya berbicara tentang terang-Mu, tetapi untuk berjalan di dalamnya —
hingga hidup kami menjadi pantulan kasih-Mu bagi semua bangsa. Amin.”

Daftar Pustaka

Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2023.

Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS). Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1997.

John N. Oswalt. The Book of Isaiah: Chapters 1–39. Grand Rapids: Eerdmans, 1986.

Brevard S. Childs. Isaiah. Louisville: Westminster John Knox, 2001.

Walter Brueggemann. Isaiah 1–39: Westminster Bible Companion. Louisville:Westminster John Knox, 1998.

Joseph Blenkinsopp. Isaiah 1–39: A New Translation with Introduction and Commentary. Anchor Yale Bible. New Haven: Yale University Press, 2000.

Claus Westermann. Isaiah 1–39: A Commentary. Philadelphia: Westminster Press, 1969.

John Goldingay. The Message of Isaiah 1–39. Downers Grove: InterVarsity Press, 2014.

Gerhard von Rad. Old Testament Theology, Vol. 2. London: SCM Press, 1965.

Christopher J. H. Wright. The Mission of God. Downers Grove: IVP Academic, 2006.

 

Tags :

BPPPWG MENARA KRISTEN

KOMITMEN DALAM MELAYANI

PRO DEO ET EIUS CREATURAM

  • PRO DEO ET EIUS CREATURAM
  • COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
  • ORA ET LABORA

INFORMASI KEPALA BPPPWG MENARA KRISTEN
  • : Pdt Hendra C Manullang
  • : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
  • : crisvinh@gmail.com
  • : menarakristen@gmail.com
/UMUM
New comments are not allowed.
Tedbree Logo
BPPPWG Menara Kristen Silahkan bertanya kepada kami. Kami siap membantu Anda
Halo, Ada yang bisa kami bantu? ...
Kirim