KHOTBAH; YESAYA 2 : 1 - 5 ( BERJALAN DALAM TERANG TUHAN )
Berjalan Dalam Terang Tuhan
YESAYA 2 : 1 – 5
(Sebuah Kajian Historis-Kritis, Biblis, dan
Teologis Perjanjian Lama dan Baru, dengan Aplikasi Homiletik)
I – Pendahuluan
Setiap zaman memiliki bentuk kegelapannya
sendiri. Di masa Yesaya, bangsa Yehuda tenggelam dalam kegelapan moral dan
rohani. Meskipun mereka memiliki Bait Allah yang megah di Yerusalem, hati mereka
jauh dari Tuhan. Ibadah menjadi ritual kosong, dan keadilan tergantikan oleh
penindasan.
Nabi
Yesaya dipanggil di tengah situasi ini, sekitar tahun 740 s.M., masa
pemerintahan Raja Uzia hingga Hizkia. Secara politik, Yehuda tampak makmur,
tetapi dari sudut pandang moral dan spiritual, mereka sedang berada di tepi
jurang kehancuran.
Melalui
visi dalam Yesaya 2:1–5, Allah menunjukkan gambaran masa depan yang indah —
suatu zaman di mana bangsa-bangsa datang ke Gunung Tuhan, mencari firman-Nya,
dan hidup dalam damai. Di tengah realitas korup dan penuh kekerasan, visi ini
menjadi cahaya pengharapan: suatu
dunia baru di bawah pemerintahan Allah yang adil dan penuh kasih.
Bagi
gereja masa kini, teks ini relevan. Dunia modern juga hidup dalam kegelapan —
bukan karena kurangnya teknologi, tetapi karena kehilangan arah moral dan
rohani. Banyak orang mengenal agama, tetapi belum mengenal Allah yang hidup.
Karena itu, seruan Yesaya menjadi relevan bagi kita:
“Hai kaum Yakub, marilah kita berjalan dalam
terang Tuhan.” (Yes. 2:5)
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana konteks historis dan teologis
Yesaya 2:1–5 dalam kehidupan Israel kuno?
2.
Apa makna teologis “berjalan dalam terang
Tuhan” dalam perspektif Perjanjian Lama dan Baru?
3.
Bagaimana penerapan pesan ini dalam kehidupan
umat percaya masa kini?
1.3
Tujuan Penulisan
Penulisan
ini bertujuan untuk:
1.
Menganalisis Yesaya 2:1–5 dengan metode
historis-kritis dan linguistik Ibrani.
2.
Menyelidiki hubungan teologis teks ini dengan
konsep terang dan damai dalam Alkitab secara keseluruhan.
3.
Memberikan aplikasi homiletik agar teks ini
menjadi khotbah yang hidup bagi gereja masa kini.
II – Analisis Historis-Kritis
2.1 Sitz im Leben
Bagian
ini mencerminkan konteks Yerusalem sebagai pusat keagamaan dan politik Yehuda.
Saat itu, ibadah di Bait Allah telah dicemari oleh sinkretisme dan
ketidakadilan sosial. Umat mengandalkan ritual, tetapi hati mereka jauh dari
Allah (bdk. Yes. 1:10–17).
2.2 Struktur Literer
Teks
ini terdiri dari dua bagian utama:
|
Bagian |
Ayat |
Isi Utama |
|
I |
2:1–4 |
Visi universal: bangsa-bangsa datang ke Gunung Tuhan |
|
II |
2:5 |
Seruan etis: umat berjalan dalam terang Tuhan |
Yesaya
2:2–4 sejajar dengan Mikha 4:1–3, menunjukkan bahwa nubuat ini mungkin berasal
dari tradisi bersama di
Israel selatan dan utara — teks yang digunakan secara liturgis dalam ibadah
Israel kuno sebagai pengingat visi damai Allah.
2.3
Teologi Terang dalam Perjanjian Lama
Konsep
“terang” dalam PL bukan sekadar fenomena fisik, tetapi simbol kehadiran dan penyataan Allah.
1.
Terang
sebagai ciptaan pertama (Kejadian 1:3). Allah berfirman, “Jadilah
terang.” Sebelum matahari dan bulan diciptakan, terang Allah sudah hadir.
Artinya, terang sejati berasal dari
Allah sendiri, bukan dari ciptaan.
2.
Terang
sebagai lambang kebenaran dan keadilan. Mazmur 119:105
mengatakan, “Firman-Mu pelita bagi kakiku.” Dalam teologi Ibrani, firman dan
terang tak terpisahkan. Orang benar disebut “berjalan dalam terang,” sedangkan
orang fasik “berjalan dalam kegelapan” (Ayb. 29:3; Ams. 4:18–19).
3.
Terang
sebagai tanda keselamatan. Dalam Yesaya 9:1–2, bangsa yang berjalan
dalam kegelapan melihat terang yang besar — nubuat tentang kedatangan Mesias.
Terang Allah menandakan pembebasan
dan pemulihan hubungan dengan-Nya.
Dengan
demikian, dalam Yesaya 2:5, panggilan untuk “berjalan dalam terang Tuhan”
berarti hidup dalam ketaatan kepada
firman, keadilan, dan kasih Allah.
2.4
Teologi Terang dalam Perjanjian Baru
Konsep
terang dalam PB merupakan penggenapan dari nubuat PL.
1.
Kristus
sebagai Terang Dunia. Yohanes 8:12 — “Akulah terang dunia;
barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan.”
Di sini Yesus menggenapi visi Yesaya: bangsa-bangsa akan datang kepada
terang-Nya (bdk. Yes. 60:3).
2.
Gereja sebagai pembawa terang. Matius
5:14–16 — “Kamu adalah terang dunia.”
Umat Allah tidak hanya menerima terang Kristus, tetapi menjadi cermin
kasih-Nya. Terang itu bersifat transformasional —
mengubah masyarakat melalui kebenaran dan kasih.
3.
Terang
sebagai tanda pengharapan eskatologis. Wahyu 21:23 menggambarkan
Yerusalem baru yang tidak memerlukan matahari, sebab kemuliaan Allah
meneranginya.
Dengan demikian, “berjalan dalam terang Tuhan” adalah hidup menuju kekekalan, bukan
sekadar etika duniawi.
2.5
Teologi Gunung dan Damai
Gunung
dalam Alkitab adalah tempat perjumpaan dengan Allah (Gunung Sinai, Sion). Dalam
Yesaya 2:2–4, gunung Tuhan menjadi pusat pemerintahan ilahi yang menebarkan damai.
Kedamaian
(shalom)
di sini bukan hanya ketiadaan perang, tetapi keutuhan, keseimbangan, dan relasi yang dipulihkan.
Shalom adalah keadaan di mana manusia, alam, dan Allah berada dalam harmoni.
III – Kritik Bahasa (Filologi Ibrani)
Teks Ibrani: Yesaya 2:1–5
דְּבַר
אֲשֶׁר חָזָה יְשַׁעְיָהוּ בֶּן־אָמוֹץ עַל־יְהוּדָה וִירוּשָׁלִָם׃
וְהָיָה בְּאַחֲרִית הַיָּמִים נָכוֹן יִהְיֶה הַר בֵּית־יְהוָה בְּרֹאשׁ
הֶהָרִים...
...כִּי מִצִּיּוֹן תֵּצֵא תוֹרָה וּדְבַר־יְהוָה מִירוּשָׁלִָם׃
...בֵּית יַעֲקֹב לְכוּ וְנֵלְכָה בְּאוֹר יְהוָה׃
Analisis
Linguistik dan Semantik
1. “נָכוֹן יִהְיֶה הַר בֵּית־יְהוָה” – nākōn yihyeh har bêt YHWH
“Gunung
rumah TUHAN akan berdiri tegak”
·
נָכוֹן (nākōn) =
berdiri kokoh, tegak, mapan; sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tetap dan stabil secara ilahi (Mazm.
93:2).
: Menunjukkan
ketetapan
eskatologis: Yerusalem akan menjadi pusat rohani dunia.
·
בֵּית־יְהוָה
(bêt-YHWH) =
rumah Tuhan; mengacu pada Bait
Allah, tetapi dalam konteks ini meluas menjadi simbol kehadiran ilahi universal.
Makna
teologis: Stabilitas rumah Tuhan menandakan kekuasaan dan
kehadiran Allah yang kekal di tengah perubahan sejarah manusia.
2. “וְנָהֲרוּ אֵלָיו כָּל־הַגּוֹיִם” – wenāharū elāyw kol-haggōyim
“Segala
bangsa akan berduyun-duyun ke sana”
·
נָהַר (nāhar) = mengalir
seperti sungai. Biasanya digunakan untuk air, tetapi di sini metaforis untuk pergerakan umat manusia menuju Allah. Ibrani
memakai ironi indah: “bangsa-bangsa mengalir naik ke gunung,”
sesuatu yang mustahil secara fisik tetapi bermakna rohani — dorongan batin yang ditarik oleh kasih Tuhan.
Makna
teologis: Kasih Allah menjadi daya tarik universal yang menuntun
bangsa-bangsa kepada terang-Nya.
3. “כִּי מִצִּיּוֹן תֵּצֵא תוֹרָה” – kî miṣṣiyyôn tēṣē tôrāh
“Sebab
dari Sion akan keluar pengajaran”
·
תּוֹרָה (tôrāh) =
ajaran, instruksi, bukan hanya hukum. Dalam konteks Yesaya, tôrāh adalah pedoman moral yang memancar dari hadirat
Tuhan — sumber keadilan dan damai sejahtera sejati.
Makna
linguistik: Bentuk kata kerja tēṣē (keluar) menyiratkan gerak aktif dari pusat rohani ke seluruh
dunia.
4. “וְשָׁפַט בֵּין הַגּוֹיִם” – weshāphaṭ bēyn haggōyim
“Ia
akan menjadi Hakim di antara bangsa-bangsa”
·
שָׁפַט (shāphaṭ) =
memerintah, mengadili, menegakkan keadilan.
: Bukan
sekadar menghakimi, tetapi menetapkan
tatanan moral dan damai.
Makna
teologis: Tuhan menjadi pusat arbitrase dunia, penghakiman-Nya bukan untuk menghukum,
melainkan untuk menciptakan perdamaian universal.
5. “בֵּית יַעֲקֹב לְכוּ וְנֵלְכָה בְּאוֹר יְהוָה” – bêt ya‘aqōb lekû wenēlkhāh be’ōr YHWH
“Hai
kaum Yakub, marilah kita berjalan dalam terang Tuhan!”
·
אוֹר (’ōr) =
cahaya, simbol kebenaran, wahyu, dan kehidupan ilahi. Dalam konteks ini,
berjalan dalam terang berarti hidup
menurut firman dan karakter Allah.
Makna
teologis: Setelah menyaksikan visi eskatologis, umat diundang
untuk menjalani
terang itu sekarang — bukan sekadar menunggu masa depan.
IV – Kajian Teologis dan Aplikatif serta Pokok Khotbah
4.1 Dimensi Eskatologis
Yesaya
menubuatkan bahwa kerajaan
Allah akan bersifat universal — semua bangsa, tanpa memandang etnis, akan
mencari terang Allah. Ini mengantisipasi penggenapan dalam Kristus, “terang
dunia” (Yoh. 8:12).
Dalam
terang Tuhan, segala kekuasaan manusia tunduk pada kebenaran dan kasih-Nya.
4.2 Dimensi Etis
Ayat 5
adalah seruan moral:
karena terang Allah akan datang, umat harus mulai berjalan di dalamnya sekarang.
Iman yang sejati tidak menunggu keadaan sempurna, tetapi melangkah dalam ketaatan hari ini.
4.3 Dimensi Sosial
Perubahan
spiritual membawa perubahan sosial. Ketika bangsa-bangsa belajar hukum Tuhan,
mereka “menempa pedang menjadi mata bajak” (ay. 4). Simbol yang sangat kuat
bagi transformasi dari kekerasan
menjadi damai.
Contoh
konkret: di tengah konflik sosial modern, “menempa pedang menjadi
bajak” berarti mengubah sumber kebencian menjadi sarana pertumbuhan pendidikan,
dialog, dan keadilan sosial.
4.4 Contoh Naratif / Ilustrasi Khotbah
Suatu
kali seorang pemuda dari suku yang sedang berperang di Afrika Timur berkata
kepada misionaris:
“Kami belajar Yesaya 2:4 — dan kami memutuskan untuk melelehkan senjata kami,
membuatnya menjadi cangkul untuk kebun.” Misionaris itu tertegun. Ia melihat
dengan mata kepala sendiri bagaimana firman Tuhan yang diwahyukan 2700 tahun lalu mengubah hati manusia hari
ini.
Demikianlah
bila seseorang benar-benar berjalan dalam terang Tuhan, ia tidak lagi hidup
dalam kebencian, tetapi dalam kasih yang aktif.
4.5 Isi
Pokok Khotbah
I. Terang
Tuhan Menarik Semua Bangsa (ay. 2–3)
Bangsa-bangsa
datang bukan karena paksaan, tetapi karena daya tarik kasih Allah.
Dalam konteks gereja, ini berarti misi Allah bersifat inklusif dan universal.
Aplikasi: Gereja
dipanggil bukan untuk menjadi benteng eksklusif, tetapi sumber terang bagi dunia. Ketika
hidup kita memancarkan kasih Kristus, orang lain akan tertarik untuk datang
kepada Allah.
II. Terang Tuhan Mengubah Dunia (ay. 4)
Yesaya
menggambarkan bangsa-bangsa menempa pedang menjadi mata bajak.
Ini adalah simbol transformasi sosial: kekuatan yang dulu menghancurkan kini
membangun.
Aplikasi: Iman
yang sejati selalu membawa dampak sosial. Gereja yang berjalan dalam terang
tidak bisa tinggal diam melihat ketidakadilan, tetapi berjuang menegakkan kasih
dan damai di masyarakat.
“Kita
dipanggil bukan hanya untuk berkhotbah tentang damai, tetapi untuk menempa
pedang kita menjadi bajak — mengubah luka menjadi alat berkat.”
III. Terang Tuhan Menuntun Hidup Umat (ay. 5)
Yesaya
menutup dengan seruan:
“Hai
kaum Yakub, marilah kita berjalan dalam terang Tuhan.”
Ini
adalah undangan aktif. Terang Tuhan bukan untuk disaksikan dari jauh, tetapi untuk dijalani.
Aplikasi
pribadi: Berjalan dalam terang berarti hidup dalam integritas,
kejujuran, kasih, dan pengampunan.
Bukan perjalanan tanpa bayangan, tetapi perjalanan bersama Allah yang menuntun.
4.6
Contoh Aktualisasi
·
Dalam pelayanan: Gereja menolak budaya
korupsi dan mempromosikan keadilan.
·
Dalam keluarga: Terang Tuhan menuntun
hubungan yang saling menghormati.
·
Dalam dunia digital: Umat Kristen dipanggil
untuk menjadi terang di ruang maya yang sering gelap oleh kebencian.
V – Kesimpulan
5.1
Kesimpulan
Yesaya
2:1–5 bukan sekadar nubuat masa depan, melainkan peta jalan rohani umat Allah.
Visi damai dan terang bukan hanya untuk “hari terakhir,” tetapi panggilan untuk
hari ini.
Kita
tidak menunggu terang turun dari langit, sebab terang itu telah datang dalam
Kristus. Sekarang tanggung jawab kita adalah berjalan di dalam-Nya dan membawa
dunia pada terang itu.
“Terang
yang sejati itu menerangi setiap orang” (Yoh. 1:9).
5.2
Refleksi Teologis
·
Terang Tuhan adalah identitas umat
pilihan.
·
Berjalan dalam terang adalah perjalanan iman yang berkelanjutan.
· Dunia akan mengenal Allah bukan hanya melalui
perkataan, tetapi melalui kehidupan
umat yang memancarkan terang.
5.3 Doa
Penutup
“Ya
Tuhan, terangilah langkah kami yang sering tersesat oleh kegelapan dunia ini.
Ajarlah kami untuk tidak hanya berbicara tentang terang-Mu, tetapi untuk
berjalan di dalamnya —
hingga hidup kami menjadi pantulan kasih-Mu bagi semua bangsa. Amin.”
Daftar
Pustaka
Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia, 2023.
Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS).
Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1997.
John N. Oswalt. The Book of Isaiah:
Chapters 1–39. Grand Rapids: Eerdmans, 1986.
Brevard S. Childs. Isaiah.
Louisville: Westminster John Knox, 2001.
Walter Brueggemann. Isaiah 1–39:
Westminster Bible Companion. Louisville:Westminster John Knox,
1998.
Joseph Blenkinsopp. Isaiah 1–39: A New
Translation with Introduction and Commentary. Anchor Yale Bible.
New Haven: Yale University Press, 2000.
Claus Westermann. Isaiah 1–39: A
Commentary. Philadelphia: Westminster Press, 1969.
John Goldingay. The Message of
Isaiah 1–39. Downers Grove: InterVarsity Press, 2014.
Gerhard von Rad. Old Testament
Theology, Vol. 2. London: SCM Press, 1965.
Christopher J. H. Wright. The
Mission of God. Downers Grove: IVP Academic, 2006.
Tags : BAHAN KHOTBAH
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com