KHOTBAH 23 APRIL 2023 ; 1 PETRUS 1 : 17- 23 (DIPERBARUI UNTUK HIDUP MENURUT KETETAPAN ALLAH"
I. Pendahuluan
Surat Petrus yang pertama dari dua merupakan surat dalam Kitab PB yang ditulis oleh Rasul Petrus (1 Pet 1 : 1, 2 Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. Silvanus) sebagai juru tulisnya (1 Pet 5:12). Petrus mengalamatkan surat ini kepada “orang-orang pendatang yang tersebar” di seluruh provinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1 Pet 1:1). Petrus menulis surat pengharapan yang penuh sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Hal ini disampaikan Petrus untuk menguatkan mereka yang mengalami penderitaan dan aniaya karena memilih untuk menjadi pengikut Kristus. Dalam nats ini, Petrus mengajar tentang Allah yang menebus kita melalui Yesus yang dimana melalui Dia juga kita berhak menjadi bagian dalam Kerajaan Allah. Untuk itu, orang Kristen harus mampu membuktikan imannya dalam perbuatan yang takut dan hormat kepada Allah, serta menerapkan kasih yang benar kepada sasama dengan tulus dan ikhlas. Orang Kristen perlu dan harus hidup dalam kasih karena kasih itulah yang menjadi karakter dan identitasnya.
II. Penjelasan Nats
Ayat 17
“Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa”. ‘Bapa’ di sini menunjuk kepada Allah sebagai Bapa dari alam semesta yang hidup dalam kekudusan. Petrus menyatakan hal itu untuk mendorong dan menguatkan orang-orang Kristen untuk terlibat dan ikut serta dalam jenis kelakuan yang kudus yang sesuai bagi anak-anak Allah. Melalui perlakuan seorang anak, maka nama keluarga dipertaruhkan. Karena itu, katanya, “perhatikanlah secara mendalam bagaimana engkau berkelakuan”. Bapa yang dimaksud oleh Petrus adalah “Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya”. Kata ‘menghakimi’ menunjuk pada penghakiman dari Bapa. Itu berbicara tentang penghakiman akhir dari Allah di antara umat-Nya dan juga menunjuk pada penghakiman yang terus berlangsung dari Allah dengan melatih dan memerintah anggota-anggota keluarga-Nya. Ia mengasihani semua anak-anak-Nya, dan menyediakan keselamatan untuk semua, sehingga keselamatan itu tetap akan menjadi bagian mereka yang merespon kasih Allah dengan hidup dalam kehendak dan perintah-Nya. Kasih Allah (AGAPE) selalu digambarkan sebagai kasih yang tidak tergantung dari kehidupan dari orang yang dikasihi. Karena itu, sering diartikan sebagai ‘kasih walaupun’, artinya ‘Allah tetap mengasihi kita walaupun kita tidak layak dikasihi’.
“Maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini”. Petrus mengingatkan bahwa di dunia ini kita hanya tinggal sementara, dan karena itu disebut ‘menumpang’. Akan tetapi, hidup yang hanya sementara ini menentukan hidup kita yang akan datang dalam kekekalan. Apakah kita akan menerima hidup yang kekal atau sebaliknya. Agar beroleh hidup kekal itu, Petrus mengatakan agar kita hidup dalam ‘ketakutan’. Takut yang dimaksud adalah buah dari kasih kepada Allah dan pengenalan yang benar terhadap sang Pencipta yang Mahakuasa. Takut itu ditunjukkan melalui sikap hormat kepada Allah, hidup beribadah kepada-Nya dan berpengharapan penuh kepada sang Bapa dalam segala aspek hidup.
Ayat 18-19
Mengapa Petrus mengajar untuk takut kepada Allah.? Apakah supaya mereka diberkati atau diselamatkan? Ternyata tidak. Setiap orang harus taat dan takut akan Tuhan karena setiap orang telah diberkati dan ditebus dengan darah yang mahal. ‘Penebusan’ tentu adalah pembelian dari perbudakan. Yohanes 8:34, “Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa”. Melalui nats ini, jelas sekali bahwa manusia telah dikuasai dan diperhamba dosa. Bahwa dosa itu memperbudak orang yang melakukannya bisa terlihat dan terasa pada ketidakmampuannya untuk membuang dosa itu. Karena itulah Allah mengambil inisiatif untuk melepaskan dan membebaskan menusia dari belenggu dosa itu. Dengan demikian Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal sebagai korban dalam penebusan itu, karena hanya dengan cara demikianlah manusia layak menjadi hamba Allah dan lepas dari genggaman iblis.
Penebusan yang dimaksud Petrus adalah penebusan ‘dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu’. Ini jelas menunjuk pada kehidupan yang berdosa, dan kata ‘sia-sia’ menunjukkan bahwa kehidupan, tingkah laku yang kosong, bodoh, dan tidak berguna, penuh dengan harapan yang sia-sia rasa takut yang sia-sia, keinginan yang sia-sia dan tidak ada gunanya di hadapan Tuhan. Manusia ditebus ‘bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat’. Ini menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa menebus kita dengan sempurna dari dosa kecuali darah dan pengorbanan Yesus. Ini menunjukkan bahwa Kristus merupakan penggenapan dari domba korban dalam Perjanjian Lama, khususnya domba Paskah. Namun pengorbanan Yesus sempurna dan hanya berlaku untuk selamanya serta memberikan jaminan kehidupan dan keselamatan yang kekal.
Ayat 20
“Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan”. Yesus Kristus adalah rencana kekal Allah. Sebelum penciptaan dunia, Ia ditentukan untuk pekerjaan yang diberikan kepadaNya untuk dilakukan. Kadang-kadang kita cenderung berpikir tentang Allah yang mula-mula sebagai Pencipta dan lalu sebagai Penebus. Mungkin kita berfikir bahwa Ia menciptakan dunia ini dan lalu pada waktu ciptaan menjadi kacau, Ia mencari jalan untuk menyelamatkannya dan jalan itu adalah Yesus Kristus. Tetapi di sini kita mendapatkan gambaran bahwa rencana Penebusan-Nya bukanlah merupakan suatu tindakan darurat yang terpaksa Ia lakukan pada waktu kehidupan ciptaan menjadi kacau. Rencana penebusan-Nya sudah ada sebelum penciptaan. Inkarnasi, kematian, dan kebangkitan Kristus bukanlah merupakan akibat atau hasil dari perubahan rencana untuk menghadapi keadaan yang tadinya tidak terlihat; hal-hal itu dilihat lebih dulu dan ditentukan lebih dulu dalam rencana kekal Allah.
Ayat 21
“Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah”. Kita tidak bisa percaya kepada Allah dan tidak bisa menerima anugerah keselamatan yang kekal itu tanpa melalui Kristus. Karena itu baiklah kita mengingat bahwa Kristus tidaklah secara sia-sia disebut sebagai ‘gambar Allah yang tidak kelihatan’ (Kol 1:15), nama/ sebutan ini diberikan kepada-Nya untuk alasan ini, karena tidak ada yang dapat sampai kepada Allah kecuali melalui Yesus. Dan hanya Kristus sendirilah yang bisa menenangkan hati nurani kita, sehingga kita berani datang dengan yakin kepada Allah dan menjadi anak-anak-Nya.
Petrus berbicara tentang kebangkitan Kristus, supaya iman dan pengharapan mereka mempunyai dasar yang teguh. Petrus membicarakan kebangkitan Kristus dan pemuliaan-Nya, untuk menunjukkan bahwa penebusan Kristus telah diterima oleh Allah, dan itu sebabnya Kristus bisa bangkit dan dimuliakan. Juga semua ini menunjukkan bahwa kalau Kristus yang adalah kepala kita sudah dimuliakan/ di surga, maka kita yang percaya, pasti juga akan dimuliakan dan masuk surga bersama dengan Dia.
Ayat 22
“Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran”. Penyucian dan ketaatan itu dilakukan bukan dengan kekuatan sendiri, tetapi melalui Roh Kudus. Kita harus sadar bahwa hanya dengan pertolongan Roh Kudus sajalah kita bisa maju dalam pengudusan, bukan hanya dengan usaha sendiri. Karena itu, sambil berusaha menguduskan diri, kita harus banyak berdoa memohon bantuan Roh-Nya yang kudus. “Sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu”. ‘Kasih persaudaraan’ diterjemahkan dari kata Yunani Philadelphia, yang berasal dari kata Phileo (love/ mengasihi) atau Philia (kasih) dan Adelphos (brother/ saudara). Ini menunjukkan bahwa kasih memang merupakan ciri khas dan identitas orang Kristen. Bandingkan dengan Yoh 13:34-35 - “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi”. Karena itu harus kita renungkan: apakah ada saudara seiman yang saudara benci atau tidak saudara senangi? Ingat bahwa Tuhan tidak sekedar berkata ‘janganlah saling membenci’ tetapi Ia berkata ‘hendaklah engkau saling mengasihi’.
Banyak orang mengasihi, tetapi hanya dari luarnya saja (seperti: wajahnya tersenyum, kata-katanya ramah, dsb), sedangkan hatinya sama sekali tidak mengasihi. Ini adalah kasih yang munafik, yang tentu saja sebetulnya bukan kasih! Atau ada juga orang yang mengasihi dan mau berbuat baik kepada orang lain, asal itu mendatangkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Ini adalah egoisme yang berselubungkan kasih! Kasih yang dimaksud Petrus adalah ‘Kasih yang tulus ikhlas’. Petrus melanjutkan ‘Hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu’. Petrus berpindah dari Phileo/ Philia kepada Agapao/ Agape. Agape merupakan kasih yang paling mulia, sebab identik dengan kasih Allah, lahir dari Allah dan Allah sendirilah kasih itu (1 Yoh. 4:7-8).
Ayat 23
“Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana”. Kelahiran baru ia jadikan suatu alasan lain mengapa kita harus menguduskan diri. Bukan dari benih yang fana (benih yang bisa rusak/ busuk/ mati). ‘Benih’ yang benar (dari Allah) merupakan elemen kasih karunia yang perlu untuk kehidupan, sifat/ kecenderungan yang baru, gambar Allah yang dipulihkan/diperbaiki. Ini sama dengan apa yang Yohanes maksudkan pada waktu ia berkata: ‘benihNya (yaitu, benih Allah) tetap ada di dalam dia’ (1 Yoh. 3:9). Benih yang tidak fana itu adalah firman Allah yang hidup dan yang kekal. Tuhan rindu melihat ketaatan sebagai buah penyucian yang Tuhan kerjakan bagi kehidupan kita. Menjalankan kebenaran sebagai buah “pembenaran” yang diberikan oleh Tuhan. Rasa syukur oleh karena penebusan Tuhan akan memampukan kita untuk mengamalkan kasih persaudaraan dengan sungguh-sungguh dan dengan segenap hati. Kita telah dilahirkan dari benih yang tidak fana, yaitu firman Allah yang hidup dan kekal. Marilah kita mengejar hal-hal yang kekal, hindarilah perbuatan-perbuatan yang membuat “nilai/harga” kita sebagai manusia menjadi ternoda dan berkurang.
Tags : BAHAN KHOTBAH
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment