KHOTBAH 14 MEI 2023 ; FILIPI 4 : 1 - 7 (JANGAN KUATIR TENTANG APAPUN JUGA)
I. Pengantar
Dari penjara (Fil.1:7, 13-14), kemungkinan besar di Roma (Kis 28:16-31), Paulus menulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada mereka atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan perantaraan Epafroditus (Fil.4:14-19) Dan untuk memberi kabar tentang keadaannya. Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Fil.1:12-30), dan untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejahtera. Dalam pasal ini kita mendapati nasihat-nasihat untuk menjalankan sejumlah kewajiban kristiani, seperti berteguh hati, sehati dan sepikiran, bersukacita, dan seterusnya (ay. 1-9). Selain itu, ada juga pengakuan Rasul Paulus yang penuh syukur atas kebaikan jemaat Filipi terhadapnya, dengan mengungkapkan rasa senangnya untuk menerima barang-barang yang mereka kirim kepadanya (ay. 10-19). Ia menutup surat ini dengan pujian, salam, dan berkat (ay. 20-23).
II.
Penjelasan
Nats
Ayat 1
Supaya kita
berdiri teguh di dalam iman Kristen yang kita akui (ay. 1).
Hal ini disimpulkan dari bagian penutup pasal sebelumnya: Karena itu,
berdirilah juga dengan teguh, dst. Mengingat kewargaan kita adalah di dalam
sorga, dan kita menantikan Juruselamat yang akan datang dari sana dan membawa
kita ke sana, maka berdirilah dengan teguh. Perhatikanlah, harapan dan
penantian yang penuh iman akan hidup kekal haruslah menggugah kita untuk teguh,
mantap, dan tidak goyah dalam perjalanan hidup Kristen kita. Sapaan-sapaan
Paulus yang sangat mesra: Saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan,
sukacitaku dan mahkotaku. Dan lagi, hai saudara-saudaraku yang kekasih!
Begitulah ia mengungkapkan rasa senang dan kebaikan hatinya terhadap mereka,
supaya nasihat-nasihat yang disampaikannya kepada mereka bisa membawa hasil
yang jauh lebih baik lagi. Ia menganggap mereka sebagai saudara-saudaranya,
walaupun ia seorang rasul besar. Kita semua adalah saudara. Ada
perbedaan-perbedaan dalam hal karunia, anugerah, dan pencapaian. Namun, karena
sudah diperbaharui oleh Roh yang sama, menurut gambar yang sama, kita semua
bersaudara, sebagai anak-anak dari Orangtua yang sama, walaupun umur,
perawakan, dan warna kulit kita berbeda. Sebagai sesama saudara, Ia mengasihi
mereka, dan sangat mengasihi mereka: Saudara-saudara yang kukasihi. Dan lagi,
saudara-saudaraku yang kekasih. Sudah selayaknya hamba-hamba Tuhan dan orang-orang
Kristen bersikap ramah dan hangat satu terhadap yang lain. Di mana ada hubungan
persaudaraan, di situ harus ada kasih persaudaraan.
Nasihat itu sendiri: Berdirilah juga dengan teguh
dalam Tuhan. Sekarang mereka sudah ada di dalam Kristus, dan karena itu mereka
harus berdiri teguh di dalam Dia, mantap dan kokoh dalam berjalan dengan-Nya,
dan tetap dekat dan setia sampai pada akhirnya. Atau, berdiri dengan teguh
dalam Tuhan berarti berdiri dengan teguh dalam kekuatan dan anugerah-Nya,
dengan tidak mengandalkan diri dan mengakui ketidakberdayaan kita. Kita harus
kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya (Ef. 6:10). “Maka berdirilah
dengan teguh, sebagaimana yang sudah kamu lakukan sampai sekarang. Berdirilah
dengan teguh sampai pada akhirnya, sehingga engkau menjadi saudara-saudara yang
kukasihi, sukacitaku dan mahkotaku. Maka berdirilah dengan teguh sebagai
orang-orang yang kesejahteraan dan ketekunannya sangat aku pedulikan.”
Ayat 2-3
Ia menasihati
mereka supaya sehati sepikir dan saling membantu (ay. 2-3): Euodia
kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan. Nasihat
ini ditujukan kepada orang-orang tertentu. Adakalanya perlu untuk menerapkan
perintah-perintah umum dari Injil kepada orang-orang dan perkara-perkara
tertentu. Tampaknya Euodia dan Sintikhe berselisih paham, entah satu dengan
yang lain atau mereka dengan jemaat. Entah karena masalah sipil (mungkin mereka
terlibat dalam tuntutan pengadilan) atau karena masalah agama, atau mungkin
mereka berbeda pendapat dan perasaan. “Tolonglah,” pinta Rasul Paulus, “ajaklah
mereka supaya sehati sepikir dalam Tuhan, supaya menjaga damai sejahtera dan
hidup dalam kasih, supaya sepikiran satu sama lain, bukannya saling menyanggah
dan menentang, dan supaya sepikiran dengan semua orang lain dalam jemaat,
bukannya bertindak melawan mereka.”
Lalu ia
menasihati supaya mereka saling membantu (ay. 3),
dan nasihat ini juga ditujukannya kepada orang-orang tertentu: Bahkan, kuminta
kepadamu juga, temanku yang setia. Siapa orang yang dia sebut sebagai temanku
yang setia ini tidaklah pasti. Menurut sebagian orang, dia adalah Epafroditus,
yang diduga merupakan salah satu gembala dari jemaat di Filipi. Menurut
sebagian yang lain, dia adalah seorang wanita yang kebaikannya sudah tersohor,
mungkin istri Paulus, karena ia menasihati temannya yang setia ini untuk
menolong perempuan-perempuan yang telah berjuang dengannya. Siapa pun teman
setia Rasul Paulus, ia harus menjadi teman setia bagi teman-temannya juga.
Tampaknya, ada perempuan-perempuan yang berjuang dengan Paulus dalam pekabaran
Injil. Bukan dalam pelayanan umum (sebab Rasul Paulus jelas-jelas melarangnya,
1Tim. 2:12, aku tidak mengizinkan perempuan mengajar), melainkan dalam menjamu
para hamba Tuhan, menjenguk orang sakit, memberi tahu orang yang tidak tahu,
dan menginsafkan orang yang salah jalan. Dengan demikian, kaum perempuan bisa
membantu hamba-hamba Tuhan dalam pekerjaan Injil. Sekarang, tegas Rasul Paulus,
tolonglah mereka. Siapa yang menolong orang lain harus ditolong juga apabila
ada kesempatan. “Tolonglah mereka, yaitu bergabunglah bersama mereka,
kuatkanlah tangan mereka, besarkanlah hati mereka dalam menghadapi
kesulian-kesulitan.” Bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang
lain. Paulus berbaik hati terhadap semua kawan sekerjanya.
Dan, sebagaimana ia sudah merasakan manfaat dari
bantuan mereka, ia menyimpulkan betapa mereka akan terhibur jika mendapat
bantuan dari orang lain. Tentang kawan-kawan sekerjanya, Rasul Paulus berkata,
yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan. Entah mereka dipilih Allah
sejak dari kekekalan, atau mereka tercatat dan terdaftar dalam kumpulan dan
persekutuan yang menjadi milik orang yang mempunyai hak istimewa akan hidup kekal.
Ini merujuk pada kebiasaan bangsa Yahudi dan bukan Yahudi waktu itu yang
melakukan pendaftaran diri untuk menjadi penduduk atau orang-orang merdeka di
suatu kota Romawi. Demikianlah kita membaca tentang nama-nama mereka yang ada
terdaftar di sorga (Luk. 10:20), yang tidak akan terhapus dari kitab kehidupan
(Why. 3:5), dan yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba (Why.
21:27). Perhatikanlah, ada kitab kehidupan. Dalam kitab itu ada nama-nama, dan
bukan hanya ciri-ciri dan syarat-syarat saja. Kita tidak dapat menyelidiki isi
kitab itu, atau mengetahui nama-nama siapa saja yang tertulis di dalamnya. Akan
tetapi, dengan penilaian yang didasari kasih, kita bisa menyimpulkan bahwa
siapa yang bekerja dalam pekabaran Injil, dan setia pada kepentingan Kristus
dan jiwa-jiwa, maka nama-nama mereka terdaftar dalam kitab kehidupan.
Ayat 4
Ia menasihati supaya mereka bersukacita dan bergembira dengan hati yang kudus di dalam Allah: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (ay. 4). Segala sukacita kita harus bertumpu pada Allah. Dan pikiran-pikiran kita tentang Allah haruslah pikiran-pikiran yang menyenangkan. Bergembiralah karena TUHAN (Mzm. 37:4). Apabila bertambah banyak pikiran dalam batin kita (pikiran-pikiran yang mendukakan dan menyiksa), penghiburan-Nya menyenangkan jiwa kita (Mzm. 94:19), dan renungan kita pun manis kedengaran kepada-Nya (Mzm. 104:34). Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban dan hak istimewa kita untuk bersukacita di dalam Allah, dan bersukacita di dalam Dia senantiasa, pada segala waktu, dalam segala keadaan, bahkan pada saat kita menderita untuk Dia, atau menjadi susah oleh karena Dia. Kita tidak boleh berpikiran buruk tentang Dia atau jalan-jalan-Nya ketika kita mengalami kesulitan-kesulitan dalam melayani Dia. Pada Allah ada kecukupan yang dapat membuat kita bersukacita dalam keadaan-keadaan yang terburuk sekalipun di bumi ini. Rasul Paulus sudah mengatakan ini sebelumnya (3:1): Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. Dan di sini ia mengatakannya lagi, bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Sukacita dalam Allah adalah kewajiban yang besar dampaknya dalam kehidupan kristiani. Dan orang-orang Kristen perlu diingatkan berulang kali akan hal bersukacita itu. Jika orang baik tidak selamanya bisa bergembira, itu salah mereka sendiri.
Ayat 5
Di sini kita dinasihati untuk bersikap ramah dan
lembut, dan bersikap baik terhadap saudara-saudara kita: “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang (ay. 5). Dalam
hal-hal yang tidak begitu penting, janganlah bersikap berlebih-lebihan.
Hindarilah sikap ingin benar sendiri dan bermusuhan. Nilailah satu sama lain
dengan kasih.” Kata to epieikes berarti kecenderungan baik terhadap orang lain.
Dan sikap kebaikan hati ini dijelaskan dalam Roma 14. Sebagian orang
memahaminya sebagai hal bersabar menanggung penderitaan, atau menikmati
kebaikan duniawi secara terkendali. Dan jika demikian, itu sangat sesuai dengan
ayat berikutnya (ay. 6). Alasannya adalah, Tuhan sudah dekat! Renungan akan
dekatnya kedatangan Tuan kita, dan pertanggungjawaban kita yang terakhir,
haruslah menahan kita untuk tidak memukuli sesama hamba, menopang kita di bawah
penderitaan-penderitaan yang tengah kita alami, dan mengendalikan
kesukaan-kesukaan kita pada kenikmatan lahiriah. “Ia akan mengadakan pembalasan
terhadap musuh-musuhmu, dan memberi upah atas kesabaranmu.”
Ayat 6 - 7
Di sini ada peringatan terhadap kekhawatiran yang
menggelisahkan (ay. 6): Janganlah hendaknya
kamu kuatir tentang apa pun juga. Janganlah kuatir akan hidupmu, yaitu
hindarilah kecemasan dan pikiran yang mengganggu tentang kebutuhan-kebutuhan
dan kesulitan-kesulitan hidup. Amatilah, sudah menjadi kewajiban dan
kepentingan orang-orang Kristen untuk hidup tanpa kekhawatiran. Khawatir untuk
bertekun adalah kewajiban kita, dan itu berarti membuat perkiraan secara bijak
dan memberikan perhatian sebagaimana mestinya. Tetapi ada kekhawatiran karena
kita ragu-ragu dan tidak percaya, dan itu adalah dosa dan kebodohan kita, yang
hanya akan merisaukan dan mengganggu pikiran. “Janganlah hendaknya kamu kuatir
tentang apa pun juga, sehingga dengan kekhawatiranmu itu kamu tidak mempercayai
Allah dan membuat diri sendiri tidak layak untuk melayani-Nya.”
Sebagai penangkal ampuh melawan kekhawatiran yang
menggelisahkan, Rasul Paulus menyarankan supaya kita berdoa senantiasa:
Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur. Perhatikanlah,
a. Kita tidak hanya harus memelihara waktu-waktu
untuk berdoa, tetapi juga harus berdoa setiap ada keperluan: Dalam segala hal
dengan doa. Ketika apa saja membebani roh kita, kita harus menenangkan pikiran
kita dengan doa. Ketika urusan-urusan kita menjadi kacau atau gelisah, kita
harus mencari petunjuk dan dukungan.
b. Kita harus memadukan ucapan syukur dengan segala
doa dan permohonan kita. Kita tidak hanya harus mencari persediaan-persediaan
kebutuhan, tetapi juga harus memiliki tanda terima rahmat. Jika kita mensyukuri
apa yang kita punya, maka itu menunjukkan bahwa kita mempunyai kecondongan
pikiran yang benar, dan ini merupakan alasan yang kuat untuk berkat-berkat yang
lebih banyak lagi.
c.
Doa
berarti mempersembahkan keinginan-keinginan kita kepada Allah, atau memberitahukannya
kepada Dia: Nyatakanlah keinginanmu kepada Allah. Bukan berarti bahwa Allah
perlu diberi tahu kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginan kita, sebab Ia
mengetahuinya secara lebih baik daripada yang bisa kita katakan kepada-Nya.
Tetapi Ia ingin mengetahuinya dari kita, dan mau supaya kita menunjukkan
perhatian dan kepedulian kita, mengungkapkan penghargaan kita terhadap
rahmat-Nya dan rasa kebergantungan kita kepada-Nya.
Dampak dari hal ini adalah bahwa damai sejahtera Allah akan memelihara hati kita (ay. 7). Damai sejahtera Allah, yaitu penghiburan yang kita rasakan karena kita didamaikan dengan Allah dan mempunyai kepentingan dalam kebaikan-Nya. Harapan akan berkat sorgawi dan keinginan untuk menikmati hadirat Allah di akhirat, yang melampaui segala akal, adalah kebaikan terbesar yang nilainya tidak terkatakan. Itu tidak pernah timbul di dalam hati manusia (1Kor. 2:9). Damai sejahtera ini akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Damai sejahtera itu akan menjaga kita untuk tidak berdosa di bawah permasalahan-permasalahan kita, dan tidak tenggelam di dalamnya. Damai sejahtera itu akan membuat kita tetap tenang dan terkendali, tidak diombang-ambingkan amarah, tetapi mendapat kepuasan batin. Yang hatinya teguh Kau jagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya (Yes. 26:3).
Tags : BAHAN KHOTBAH
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment