KHOTBAH 3 SEPTEMBER 2023 ; 2 KORINTUS 8 : 1-7 ( MELAYANI DENGAN KASIH )
.png)
I.
Pendahuluan
Berbagi adalah kata yang mudah diucapkan namun sulit dalam pelaksanaannya. Jika kita ditanya, apakah kita lebih suka memberi atau menerima? Mungkin mayoritas di antara kita akan menjawab “menerima”. Mengapa banyak orang sukar memberi atau melayani dengan kasih kepada orang-orang yang membutuhkan? Apakah karena mereka tidak memiliki apa-apa seperti harta benda? Atau jika mereka memiliki sesuatu, mengapa mereka enggan untuk berbagi? Melalui firman Tuhan ini, kita hendak disadarkan akan pentingnya melayani dengan kasih dan berbagi seorang akan yang lain.
II.
Isi
Pasal
ini membahas Paulus sangat mendorong dan mengarahkan orang-orang Korintus
untuuk melakukan suatu pekerjaan amal khusus, yaitu membantu orang-orang kudus
yang miskin di Yerusalem dan Yudea, mengikuti teladan yang baik dari
jemaat-jemaat di Makedonia (Rm. 15:26). Pada ayat 1 dijelaskan bahwa umat
Kristen di jemaat ini merasakan “kasih karunia Tuhan” yang luar biasa ketika
mereka telah menerima Yesus sebagai Juruselamat mereka secara pribadi. Mereka
telah merasakan kemurahan hati-an Tuhan melalui Putra Tunggal-Nya, sehingga
mereka juga dimampukan untuk dapat memberi dengan pengorbanan dan kemurahhatian
kepada mereka yang membutuhkan.
Di
ayat 2, orang-orang Makedonia, meski berada dalam ujian penderitaan yang berat
dan berada dalam kemiskinan ekstrem, tetap dapat memberi dengan murah hati
(dilimpahi kekayaan kemurahan hati). Mengapa Paulus menulis tentang hal
memberi? Untuk apa ia mengumpulkan uang? Paulus menggalang dana untuk membantu
orang-orang Kristen, di Yerusalem, yang sangat miskin. Upaya ini sebelumnya
telah disebutkannya dalam 1 Korintus 16:1-4.
Pada
ayat 3, Paulus mengetahui bahwa orang Makedonia memberi dalam dua cara.
Pertama, mereka memberi sesuai dengan kemampuannya dalam artian dengan jumlah
yang tidak terlalu banyak, bukan pemberian yang “besar”. Namun, karena tidak
punya banyak uang, mereka memberi sesuai dengan sedikit yang mereka punya.
Mereka memberi melebihi kemampuan mereka. Kisah persembahan janda dalam Lukas
21:1-4 menggambarkan hal yang sama. Dia hanya memberi dua peser, yang merupakan
jumlah uang yang sangat kecil. Dalam artian, dia memberi sesuai dengan
kemampuannya. Namun demikian, karena ia memberikan semua kepunyaannya – padahal
ia bisa saja menyimpan satu peser untuk dirinya sendiri – artinya ia memberikan
melebihi kemampuannya. Prinsip memberi yang sama juga terlihat pada umat
Kristen Makedonia.
Di
ayat 4 dijelaskan bahwa orang Makedonia-lah yang memohon kepada Paulus agar
diberikan hak istimewa untuk memberi, bukan Paulus yang meminta uang itu dari
mereka. Jadi, meskipun orang-orang Kristen di Makedonia tidak mempunyai banyak
harta untuk dibagikan, mereka sungguh ingin memberi. Mereka memandang hal itu
sebagai hak istimewa untuk memberi.
Kemurahan
hati umat Kristiani yang benar tidak dapat diukur melalui seberapa banyak
jumlah yang harus diberi. Kerap kali, mereka yang memiliki lebih sedikit lebih
bermurah hati dengan apa yang mereka miliki. Teladan orang Makedonia adalah
bukti nyata bahwa kemurahan hati sejati tidak hanya berlaku bagi mereka yang
kaya. Kemurahan hati yang paling tulus sering kali ditunjukkan oleh mereka yang
memiliki sedikit. Persembahan orang Kristen diukur bukan berdasarkan
kuantitasnya, melainkan pengorbanannya.
Pada
ayat 5, orang-orang Kristen di Makedonia memberikan jauh melebihi apa yang
Paulus harapkan. Apa yang membuat pemberian mereka begitu spektakuler? Bukan
karena banyaknya jumlah pemberian itu. Mereka pertama-tama menyerahkan diri
mereka kepada Tuhan, dan kemudian kepada orang-orang kudus atas kehendak Tuhan.
Mengapa orang Makedonia merupakan teladan yang baik dalam hal memberi? Karena
mereka pertama-tama memberikan diri mereka kepada Tuhan; lalu mempercayakan
pemberian mereka kepada Paulus dan rasul-rasul lainnya. Dalam memberi, masalah
sebenarnya bukanlah memberi uang. Memberi berarti mempersembahkan diri kita
kepada Tuhan. Kalau kita benar-benar mempersembahkan diri kepada Tuhan, maka
pemberian berupa materi pun dengan sendirinya akan mengikuti.
Di
ayat 6, Rekan Paulus, Titus, sebagai pembawa pesan ini diharapkan mendorong
jemaat Kristen di Korintus agar benar-benar mau melakukan pelayanan kasih ini,
yang akan ia sampaikan kepada Paulus.
Lalu
di ayat 7, Paulus seperti sedang menyindir orang-orang Kristen di Korintus
mungkin menganggap diri mereka berlimpah dalam semua hal. Dalam ayat ini,
Paulus seolah-olah berkata, “Baiklah, aku akan percaya dengan perkataanmu. Kamu
melakukan lebih dari yang kamu bisa dalam semua hal ini. Maka sekarang,
berlimpahlah juga dalam pelayanan kasih ini.”
Sekarang,
untuk keempat kalinya sejak awal pasal ini, Paulus menyebutkan ‘memberi uang’
sebagai pelayanan kasih (kasih karunia Tuhan… menerima pemberian… melengkapi
kasih karunia ini). Kemampuan untuk memberi dan hati yang memberi adalah
karunia cuma-cuma (yakni anugerah) dari Tuhan. Memberi adalah karya kasih
karunia Tuhan di dalam kita. Saat Anda melihat orang beriman yang benar-benar
dermawan, berarti ada pekerjaan Tuhan yang besar yang terjadi di dalam hatinya.
Pemberian
kita hendaknya seperti Tuhan yang memberi anugerah kepada kita: memberi dengan
cuma-cuma, dengan murah hati, karena mau memberi. Ketika Tuhan memberi kita
kasih karunia, motif Tuhan memberi adalah karena kemurahan-Nya, bukan
berdasarkan pada orang yang menerima. Begitulah cara kita memberi – karena kasih
dan kemurahan Tuhan begitu besar di hati kita makanya kita tergerak untuk
memberi.
Pemberian kita, seperti halnya anugerah Tuhan kepada kita, harus diberikan tanpa mengharapkan imbalan sebagai balasannya. Tuhan tidak memberi kepada kita dengan mengharapkan “balas budi.” Kita tidak akan pernah bisa membalas kebaikan Tuhan. Kita hanya bisa melayani dan mengasihi-Nya sebagai balasannya.
III.
Aplikasi
Allah
itu kasih dan begitu mengasihi kita, sehingga Ia dengan rela mengaruniakan
Putra-Nya Yesus Kristus untuk menderita dan mati karena dosa-dosa kita (Ef. 2:8-9).
Kita semua, yang secara pribadi telah menerima Yesus sebagai Juruselamat kita dan diselamatkan melalui tindakan kasih karunia Allah yang luar biasa ini, harus membuktikan keselamatan kita dengan mau berkorban melayani orang lain dengan kasih, dan dengan memberi kepada orang miskin; dan mau berkorban melayani orang lain yang belum menerima Yesus sebagai Juruselamat mereka dengan membagikan Injil kepada mereka. Selagi ada kesempatan melayanilah dengan kasih demi kehormatan dan kemuliaan nama Tuhan Yesus.
Tags : BAHAN KHOTBAH
BPPPWG MENARA KRISTEN
KOMITMEN DALAM MELAYANI
PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- PRO DEO ET EIUS CREATURAM
- COGITARE MAGNUM ET SOULFUK MAGNUM
- ORA ET LABORA
- : Pdt Hendra C Manullang
- : P.Siantar - Sumatera Utara - Indonesia
- : crisvinh@gmail.com
- : menarakristen@gmail.com
Post a Comment